Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seorang laki-lai berusia 35 thn dating ke RSGM dengan keluhan
pada bibir & rongga mulut sariawan disertai sedikit perdarahan. Hasil
anamnesis menunjukkan bahwa kemarin pasien mengonsusmsi
paracetamol 500 mg sebanyak 3 kali dalam sehari, kemudian malam hari
mulai sariawan dan pagi hari bertambah parah. Pasien memiliki riwayat
urtikaria bila makan telur. Pemeriksaan ekstraoral tampak pada kulit
tangan dan kaki kemerahan disertai bentukan melingkar seperti sasaran
tembak serta papula. Pada pemeriksaan intraoral, tampak bibir atas dan
bawah krusta, kemerahan, perdarahan, ulser, erosi, sakit. Pada mukosa
bukal kanan & kiri serta lidah tampak ulserasi, erosi, sedikit perdarahan,
kemerahan, dan sakit. Dikter gigi egera merujuk pasien ke RSUD, karena
akan berakibat fatal bila tidak ditangani sampai menyebabkan kematian.

B. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Definisi Eritema Multiformis
2. Untuk Mengetahui Etiologi Eritema Multiformis
3. Untuk Mengetahui Epidemiologi Eritema Multiformis
4. Untuk Mengetahui Patofisiologi Eritema Multiformis
5. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Eritema Multiformis
6. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Eritema Multiformis
7. Untuk Mengetahui DD Eritema Multiformis
8. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Eritema Multiformis
9. Untuk Mengetahui Komplikasi Eritema Multiformis
10. Untuk Mengetahui Prognosis Eritema Multiformis

1
BAB II
ISI

1.1 Klarifikasi Istilah Asing


 Urtikaria: Gangguan vascular yg disebabkan karena alergi
 Papula: Perubahan warna pada mukosa/kulit disertai dengan adanya
penonjolan
 Krusta: Merupakan hasil dari bekas luka yg telah mengering
 Ulserasi: Lesi berbentuk kawah pada kulit atau mukosa mulut

1.2 Identifikasi Masalah


 Apakah meminum paracetamol 500 mg 3x1 dapat menyebabkan sariawan?
 Mengapa sariawan px bertambah parah setelah meminum paracetamol
500mg?
 Apakah perlu dilakukan pemeriksaan penunjang?
 Penatalaksaan yg tepat pada px
 Diagnosa px sesuai dengan scenario
 Cara mendiagnosa penyakit px
 Diagnosis banding
 Mengapa apabila tidak ditangani penyakit px dapat berakibat fatal?
 Hub. hasil pemeriksaan intra/ekstraoral dengan riwayat penyakit px

1.3 Analisis Masalah


 Apakah meminum paracetamol 500 mg 3x1 dapat menyebabkan sariawan?
- Mungkin saja krn px tsb alergi thd obat2an tertentu
 Mengapa sariawan px bertambah parah setelah meminum paracetamol
500mg?
-krn alergiparacetamol
-krn px imunocompramise

2
 Apakah perlu dilakukan pemeriksaan penunjang?
-perlu, dgn tes biosy dan serologi
 Penatalaksaan yg tepat pada px
-menghindari factor pencetus
- pemberian imunospuresan dan kortikosteroid
-edukasi menjaga OH
 Diagnosa px sesuai dengan scenario
Hipersensitivtas tipe I
 Cara mendiagnosa penyakit px
-Tes darah, tes alergi, ELISA,prick test, dan patch test
 Diagnosis banding
-Hipersesitivitas obat -SJS
-EM
 Mengapa apabila tidak ditangani penyakit px dapat berakibat fatal?
-dikarenakan di RM px terdpt byk ulser sehingga susah utk makan dan
dpt kekurangan asupan nutrisi
 Hub. hasil pemeriksaan intra/ekstraoral dengan riwayat penyakit px
-Ada hubungannya

3
1.4 Problem Tree

1.5 Sasaran Belajar


1. Menjelaskan Definisi Eritema Multiformis
2. Menjelaskan Etiologi Eritema Multiformis
3. Menjelaskan Epidemiologi Eritema Multiformis
4. Menjelaskan Patofisiologi Eritema Multiformis
5. Menjelaskan Manifestasi Klinis Eritema Multiformis
6. Menjelaskan Pemeriksaan Eritema Multiformis
7. Menjelaskan DD Eritema Multiformis
8. Menjelaskan Penatalaksanaan Eritema Multiformis
9. Menjelaskan Komplikasi Eritema Multiformis
10. Menjelaskan Prognosis Eritema Multiformis

4
1.6 Hasil Belajar Mandiri

A. PENGERTIAN ERITEMA MULTIFORM


Eritema multiforma merupakan lesi makulopapular polimorfik
yang menyebar ke arah perifer dan menimbulkan lesi target yang terdiri
dari 3 zona yaitu papul/ lepuh di bagian paling tengah, yang dikelilingi
oleh edema dan daerah eritema di wilayah paling luar.[1]
Eritema multiform adalah penyakit akut dari kulit dan membran
mukosa yang dapat menyebabkan beberapa jenis lesi kulit, karenanya
dinamakan multiform. Penyakit ini merupakan reaksi hipersensitivitas,
yang karakteristiknya dengan adanya lesi target pada kulit atau lesi
ulserasi pada mukosa.[9]

B. ETIOLOGI ERITEMA MULTIFORM


Etiologi utama eritema multiformis tidak diketahui dengan pasti.
Pada 50% kasus faktor penyebabnya tidak terindentifikasi sedangkan
pada sebagian kasus lagi bebarapa agen diidentifikasi sebagai faktor
pemicu penyakit antara lain:[2]
1. Obat-obatan terutama sulfonamid, penisilin, dan barbiturat yang
mempunyai efek jangka panjang
2. Vaksinasi
3. Radiasi
4. Psikosomatik
5. Infeksi bakteri
6. Infeksi jamur
7. Infeksi virus
8. Parasit : Trichomonas & Toxoplasma gondii
9. Faktor genetik yang berhubungan dengan munculnya eritema
multiforme
10. Bumbu dan bahan pengawet– Asam benzoat, kayu manis

5
11. Faktor mekanik– Tatooing
12. Makanan– Salmon berries, margarine
13. Lain-lain– Collagen diseases, vasculitidies, non-Hodgkin
lymphoma, leukemia, multiple myeloma, myeloid metaplasia,
polycythema.[3]
C. EPIDEMIOLOGI ERITEMA MULTIFORM
Sering tjd pada dewasa muda dan prevalensi tertinggi pd usia 20-40 tahun,
jarang pada anak-anak dan orang tua (20%). Untuk ratio perbandingan
laki-laki dan perempuan yaitu 3:2 hingga 2:1.[3]

D. PATOGENESIS ERITEMA MULTIFORM

6
Bisa mengubah Memicu reaksi
Obat-obatan autoimun
imunogenesitas

Sepert NSAID,
carbamazepin, Memicu reaksi kimia Dapat menyebabkan
antibiotik dan dengan hapten terjadinya
barbiturat

Dianggap
Dianggap sebagai
sebagai ERITEMA
ERITEMA
Obat akan diserap
Obat akan diserap
antigen asing oleh oleh permukaan sel MULTIFORME MINOR
tubuh & MAYOR

E. KLASIFIKASI ERITEMA MULTIFORM


Berdasarkan Tipe Dasar Eritema Multiforme
 Tipe Makula-eritema
Erupsi timbul mendadak, simetrik dengan tempat predileksi di punggung
tangan, telapak tangan, bagian ekstensor ekstremitas, dan selaput lendir.
Pada keadaan berat dapat juga mengenai badan. Lesi tidak terjadi serentak,
tetapi berturut-turut dalam 2-3 minggu.[4]

7
Gejala khas ialah bentuk iris (Target lesion) yang terdiri atas 3 bagian,
yaitu bagian tengah berupa vesikel atau eritema yang keungu-unguan,
dikelilingi lingkaran konsentris yang pucat kemudian lingkaran yang
merah. [4]
 Tipe Vesikobulosa
Lesi mula-mula berbentuk macula,papul dan urtika yang kemudian
timbul lesi vesikobulosa di tengahnya. Bentuk ini dapat juga mengenai
selaput lendir. Lesi pada membran mukosa terjadi pada 70% pasien dan
seringkali terbatas di rongga mulut.[4]
Berdasarkan Jenis/Lokalisasi
 Minor Erythema Multiforme
Pada mukosa rongga mulut, Hal ini terjadi pada 20-30 % kasus. Pada tipe
eritema multiforme minor jarang sekali terjadi hanya pada bagian rongga
mulut saja. Lesi berupa vesikula yang banyak dan pecah, meninggalkan
daerah erosi yang sakit dan ditutupi pseudomembran putih[4]
Bagian mukosa lainnya, pada mukosa genital, dan jarang terjadi pada
konjungtiva. Pada kulit Biasanya muncul macula papula kemerahan.
Paling sering muncul dengan khas berupa lesi target.[4]
 Mayor Erythema Multiforme
Melibatkan dua atau lebih membran mukosa dengan lebih banyak lagi
daerah kulit yang terlibat.[4]
Pada mukosa rongga mulut, Lesi pada mukosa rongga mulut lebih sering
terjadi pada kasus EM tipe mayor. Awalnya adalah daerah kemerahan,
berubah dengan cepat menjadi bentuk vesikula dan segera pecah dan
meninggalkan daerah erosi kemerahan yang ditutupi pseudomembran
putih dan krusta akibat perdarahan[4]
 Bagian mukosa lainnya, terjadi pada mata, genital, pharyng, laryng,
esophagus, dan bronchial terutama pada kasus yang sangat parah.Pada
kulit Lesi ini lebih sering terjadi, dengan bentukan lesi merah yang
edematous, melepuh, dan adanya lesi target.[4]
Gambaran klinis secara umum:

8
 Lesi oral tampak sebagai beberapa vesikel kecil yg menyatu, kemudian
pecah dlm 2-3 hari, meninggalkan erosi nyeri dengan tepi tidak beraturan
yg tertutup oleh pseudomembran nekrotik.
 Daerah umum yg terlihat adalah bibir, mukosa pipi, lidah, palatum mole
dan dasar mulut.
 Lesi kulit terdiri dari makula, papula, plak bula, datar dan eritematus,
biasanya lesi terletak simetris. Ciri khas lesi di kulit adalah lesi target atau
iris-bike lesion. Kadang dpt juga ditemukan bula pada kulit.[5]

F. PEMERIKSAAN ERITEMA MULTIFORM


 Pemeriksaan darah tepi (hb, leukosit, trombosit, hitung jenis & eosinofil).
Pd pemeriksaan ini bila tidak ditemukan kelainan maka diagnosa dpt
diarahkan pd EM Minor. Namun, apabila didapati kelainan pd
pemeriksaan darah tepi berupa leukositosis atau Eosinofilia, maka dapat
dicurigai sbg EM Mayor yang disebabkan karena infeksi ataupun alergi.
Pada kasus yg lebih berat, dpt terjadi anemia dan proteinuri ringan.
 Pemeriksaan Histopatologik (biopsi kulit, test nikolsky)
 Pengkulturan kadar urea dan elektrolit, Erythrocyte Sedimentation Rate
(ESR)
 Tes fungsi hati
 Pemeriksaan Imunologik (Kadar imunoglobulin, komplemen C3 dan C4,
kompleks imun)
 Pengkulturan darah, biakan kuman serta uji resistensi dari darah dan
tempat lesi.[5]

G. DIAGNOSIS BANDING)

9
H. PENATALAKSANAAN ERITEMA MULTIFORM
Terapi secara sistemik
Menghindari faktor penyebab atau mengobatinya, terutama karena
adanya reaksi hipersensitivitas karena pemakaian obat. Pemakaian
kortikosteroid secara oral, terutama setelah hari ke2-4, untuk mengurangi
periode erupsi akut dan gejala.[7]
 Tipe minor pemberian kortikosteroid oral antara 20-40 mg/hari
selama 4-6 hari lalu diberikan secara tapering dosis tak lebih dari 2
minggu.
 Pada tipe mayor perlu pemberian antara 40-80 mg/hari selama 2-3
minggu. Pemberian antibiotik untuk menghindari infeksi sekunder.

Terapi secara topikal. Instruksi pada pasien untuk diet lunak, pemakaian
anastesi topikal, obat kumur yang berisi antibiotik, dan kortikosteroid
topikal untuk mengurangi ketidaknyamanan pada pasien.[7]

10
I. KOMPLIKASI
 Keterlibatan oral yang parah dapat membuat susah makan dan minum,
dan dapat mengakibatkan dehidrasi.
 Komplikasi pada mata dapat bermanifestasi sebagai purulent
conjunctivitis, mata kering, uveitis anterior, panophthalmitis, jaringan
parut pada konjungtiva (scarring of the conjunctivae), symblepharon,
dan kebutaan.
 Lesi vaginal dan uretra jarang terjadi. Erosi dapat menyebabkan
phimosis dan retensi urine. Jaringan parut yang parah pada traktus
genitourinarius dapat menyebabkan stenosis vagina dan uretra.[8]

J. PROGNOSIS
Eritema multiform berjalan sebagai penyakit ringan pada banyak kasus.
Mereda dalam 1-4 minggu. Untuk EM mayor membutuhkan waktu lebih
lama untuk hilang sekitar 3-6 minggu. Lesi kulit biasanya sembuh dengan
hiperpigmentasi dan hipopigmentasi. Jaringan parut biasanya tidak ada
kecuali pada saat infeksi sekunder.[9]

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Eritema multiforma merupakan lesi makulopapular polimorfik
yang menyebar ke arah perifer dan menimbulkan lesi target yang terdiri
dari 3 zona yaitu papul/ lepuh di bagian paling tengah, yang dikelilingi
oleh edema dan daerah eritema di wilayah paling luar.
Etiologi utama eritema multiformis tidak diketahui dengan pasti.
Pada 50% kasus faktor penyebabnya tidak terindentifikasi sedangkan
pada sebagian kasus lagi bebarapa agen diidentifikasi sebagai faktor
pemicu penyakit antara lain: Obat-obatan terutama sulfonamid,
penisilin, dan barbiturat yang mempunyai efek jangka panjang,
vaksinasi, radiasi, psikosomatik, infeksi bakteri, jamur, virus, parasit :
Trichomonas & Toxoplasma gondii. Faktor genetik yang berhubungan
dengan munculnya eritema multiforme. B mbu dan bahan pengawet–
Asam benzoat, kayu manis, faktor mekanik– Tatooing, makanan–
Salmon berries, margarine, lain-lain– Collagen diseases, vasculitidies,
non-Hodgkin lymphoma, leukemia, multiple myeloma, myeloid
metaplasia, polycythema.
B. SARAN

Melalui penyusunan makalah ini diharapkan kita lebih mengetahui


tentang Eritema Multiform. Kemudian setidaknya kita mampu
menerapkan semua ilmu – ilmu yang telah kita dapat dalam makalah ini
dalam kehidupan sehari-hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Roy Akur Pandapotan, Iris Rengganis. Pendekatan Diagnosis dan Tata


Laksana Alergi Obat Approach to Diagnosis and Treatment of Drug
Allergy. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 4, No. 1 | Maret 2017.
2. Eritema Multiformis yang Dipicu Oleh Virus Herpes Simpleks, JA.
Khoman, USU, 2008.
3. Wollina, Uwe et al. Herpes zoster associated erytema multiforme.
Journal of Dermatological Case Reports. 2009; Volume 1:11-13.
4. Brown, Robin Graham. Burns, Tony. Lecture note on Dermatology.
2005. Ed 8. Jakarta: Penerbit Erlangga
5. Michael A.O Lewis & Richard C.K Jordan. Penyakit Mulut: Diagnosis
& Terapi. Ed 2. 2015. Jakarta EGC.
6. Apriasari, Maharani Laillyza et al. Immunopathological aspects of oral
erythema multiforme. Dental journal Vol. 42. No. 4 October–December
2009
7. Laskaris, George. Treatment of Oral Disease : A Concise Textbook.2005.
8. Plaza, Jose Antiono and Victor G Prieto. 2009. Erythema Multiforme.
San Fransisco: Limiter
9. Scully, Crispin et al. 2010. Oral and Maxillofacial Diseases 4th Ed. UK
Blackwell Pubhlising LTD
10. Isik et al. 2007. Multi Drug Induced Erythema Multiforme. J
Investigation Allergel Clin Immunol. Vol 17(3) 196-198. Ankara:
Esmon Publicidad

13

Anda mungkin juga menyukai