Anda di halaman 1dari 8

Lembaga Keuangan Shari’ah merupakan embrio kekuatan ekonomi di negara ini, di

zamannya ia mampu menjadi sistem yang bisa mensejahterakan umatnya. Di masa krisis, ia
mampu lolos dari kebangkrutan, sekalipun tidak mendapat bantuan dana BLBI. Konsep yang
mengandung keshari’ahan ini harus menjadi kekuatan baru dalam membangkitkan kembali
perekonomian negeri ini. Sistem lembaga Keuangan Shari’ah ini berkembang pesat
memainkan peranan penting dalam mengalokasikan sumber daya dan meningkatkan
pembangunan ekonomi.
Karakteristik sistem keuangan shari’ah menurut Umar Chapra diantaranya Kesejahteraan
ekonomi yang diperluas dengan kesempatan bekerja penuh dan laju pertumbuhan yang optimal,
Keadilan sosio ekonomi dan distribusi kekayaan dan pendapatan yang merata. Stabilitas nilai
mata uang sebagai alat tukar yang dapat diandalkan, standar yang adil bagi pembayaran cicilan
dan alat penyimpan yang stabil. Mobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan
perekonomian dalam suatu cara yang adil sehingga pengembalian keuntungan dapat dijamin
bagi semua pihak yang bersangkutan. Memberikan semua pelayanan yang efektif yang secara
normal diharapkan dari sistem keuangan. lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang
kegiatan usahanya berkaitan dengan bidang keuangan. Kegiatan usaha lembaga keuangan dapat
berupa penghimpunan dana dan atau penyaluran dana. Secara umum lembaga keuangan
berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan yaitu penyerapan dana dari unit surplus
ekonomi baik individu, pemerintah maupun sector usaha untuk menyediakan dana bagi unit
ekonomi deficit. Dengan adanya lembaga keuangan maka dapat meminimalkan biaya pengadaan
atau pengolahan informasi tentang investasi, oleh karena itu investasi lebih efesien untuk kedua
belah pihak baik dari unit surplus maupun unit deficit(Syariah, 2013)
saat ini keuangan syariah di provinsi Aceh sedang mengalami peningkatan dari sisi
regulator dengan terbitnya qanun Aceh nomor. 11 tahun 2018 . tetapi terdapat kecenderungan
bahwa strategi bisnis keuangan syariah tidak memiliki value differentiator yang kuat
dibandingan bank konvensional. Oleh karena itulah industry keuangan syariah butuh langkah
produk yang melesatkan kinerja keuangan syariah. Tulisan ini mencoba untuk melihat kinerja
perbankan syariah di Indonesia serta produk apa yang cocok digunakan untuk meningkatkan
kinerja keuangan syariah dan bagaimana langkah strategis dalam pengembangannya.
1. wakaf sukuk
Kata sukuk berasal dari bahasa arab “shukuk”, merupakan bentuk jamak dari kata
“shakk” yang dalam istilah ekonomi berarti legal instrument,deed,or check. Pada
substansinya, obligasi merupakan surat hutang yang didefinisikan dalam ekonomi
konvensional. Istilah obligasi syari’ah yang digunakan dalam fatwa DSN sebenarnya lebih
mengikuti opini dipasar modal konvensional. Tetapi obligasi syari’ah dan obligasi
konvensional sangat berbeda. Sistem pengembalian pada obligasi syari’ah adalah bagi hasil,
margin dan fee sedangkan pada obligasi konvensional sistem pengembaliannya adalah sistem
bunga. Tujuan sukuk antara lain sebagai sumber pembiayaan negara, pengembangan
keuangan syariah, alternatif instrumen investasi, dan memanfatkan dana masyarakat yang
belum terjaring oleh konvensional (Sampieri, n.d.).
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan Sukuk adalah Efek
Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian
yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’/undivided share), atas aset yang
mendasarinya (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).
Berdasarkan fatwa DSN-MUI No.32/ DSN-MUI/IX/2002: surat berharga syariah
adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh
emiten kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil/fee/margin serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo.
Sukuk punya potensi yang cukup tinggi sebagai instrumen untuk memobilisasi dana
keuangan syariah, karena merupakan salah satu instrument pembiayaan jangka panjang dan
menjadi alternatif memperoleh dana investasi proyek. Sementara dana wakaf mempunyai
kapasitas untuk mendapatkan income sebagai aktivitas sosial keuangan syariah dalam
bentuk produk sukuk. Instrumen keuangan syariah, dan instrumen keuangan syariah
menjadi bagian penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Instrument ini cukup
efektif dalam mengurangi tingkat kemiskinan atau mengatasi ketidak setaraan pendapat
dalam mensejahterahkan ekonomi dalam m e m enuhi kebutuha n m as ya rakat, d an
memperdayakan peningkatan masyarakat rendah dan membuka akses dalam dunia bisnis.
(beritasatu.com)
Sukuk berbasis wakaf merupakan sebuah inovasi dalam memberdayakan banyaknya asset
wakaf yang tidak produktif di Indonesia. Karena pada hakekatnya wakaf seharusnya terus
berkembang dan menghasilkan manfaat tanpa mengurangi inti dari asset awal wakaf. Wakaf
berbasis sukuk berdiri dari 2 akad yang berbeda yaitu: pertama, wakaf. Wakaf yang dibangun
atas akad yang bersifat sosial, tidak adanya imbal hasil yang bersifat materi yang diharapkan
untuk wakif melainkan mengharapkan semata-mata ridha Allah SWT dan kemaslahatan hasil
wakaf untuk umat yang dikelola melalui nadzir. Kedua, sukuk. Sukuk yang dibangun diatas
akad ijaroh yang memiliki sifat bisnis. Dari kedua tujuan akad yang berbeda dari wakaf berbasis
sukuk dikolaborasikan demi nilai maslahat yang lebih besar.
Sukuk dan wakaf adalah dua instrument yang berbeda namun dikolaborasikan menjadi satu
melalui sukuk wakaf dengan tujuan untuk memperoleh nilai maslahat yang lebih besar. Sukuk
yang dibangun atas akad ijaroh yang memiliki sifat bisnis, sementara wakaf yang dibangun
atas akad yang bersifat sosial, tidak adanya imbal hasil.
Sukuk wakaf yang ditujukan merupakan sukuk berlandaskan akad ijarah, karena ijarah
memiliki fleksibilitas dan potensi bagus, karakteristik ijarah yaitu pemegang sukuk
bersama-sama menanggung risiko atas asset, biaya yang berhubungan dengan kepemilikan dan
hasil dari uang sewa dibagikan kepada pemegang sukuk. Munculnya biaya tambahan atau
biaya tak terduga atas asset yang disewakan sekaligus adanya kemungkinan terjadinya
kegagalan dan keuntungan tetap absolut, meskipun banyak beberapa investor menanggapi
bahwa keuntungan tetap absolut bertentangan dengan sistem financial islamic.
Optimalisas i asse t wakaf denga n menerbitka n suku k w aka f s ekurang -
kurangnya ada empat pihak yang terlibat yaitu Badan Wakaf Indonesia (BWI) selaku nadzir,
Developer, Special Porpose Vehicle (SPV) selaku penerbit sukuk, Investor. Pembangunan
dilakukan di atas tanah wakaf yang dikelola oleh nadzir dengan konsep underlying asset sebagai
jaminan kepada investor yaitu berupa tanah wakaf yang akan di produktifkan. Penerbitan sukuk
dapat menggunakan asset wakaf sebagai underlying asset selama memenuhi beberapa prinsip:
Pertama, Sepanjang pengelolaanya bisa untuk mempertahankan keawetan harta wakaf itu.
Kedua, penerbitan sukuk akan memberi manfaat baik bagi kepentingan publik. Ketiga,
selama tidak akan memberikan keuntungan tertentu kepada orang atau pihak tertentu (Respati,
2020).
S k e m a y a n g d i t a w a r k a n d a l a m pe m baha s a n in i ad ala h s uku k w aka f
berdasarkan akad ijarah, yaitu hampir mirip dengan sukuk ijarah dan sukuk Al Intifa’a. sukuk
Al Intifa’a terdapat aset pendukung yang mendasari diterbitkannya sukuk tersebut. Underlying
Asset yang dimaksud disini tidaklah berbentuk aktiva berwujud, melainkan dalam bentuk
manfaat atas aset tersebut. Al Intifa’a yang dimaksud memiliki arti mengambil manfaat,
yaitu manfaat dari aset yang dijadikan sebagai Underlying Asset pada penjualan sukuk. Jadi
investor atau pemegang sukuk memiliki hak atas penggunaan manfaat aset penerbit sukuk, namun
tidak memiliki hak untuk memiliki aset tersebut, sukuk ijarah yang melambangkan kepemilikan
atas manfaat dari aset (bukan wujud aset), yaitu dengan skema sebagai berikut :
Pertama, Nadzir atau pengelola asset wakaf memerlukan dana tunai, kemudian
membuat kontrak sukuk ijarah dengan SPV yang sebelumnya dilakukan pendataan
bekerjasama dengan pihak BWI, Kemenkeu , BUMN, dan BI.
Kedua, kemudian wali amanat sebagai mediator antara Nadzir dengan investor yang
disebut Special Purpose Vihicle disingkat SPV menyerahkan sukuk ijarah kepada investor,
investor membayar tunai.
Ketiga, Selanjutnya SPV membiayai pengembangan asset wakaf tersebut (underlying
asset) untuk dibangun fasilitas public baik sekolah, rumah sakit, hotel atau bentuk lain yang
memberikan manfaat untuk semua pihak dan memberikan manfaat materil selama masa
pengembangan dan sewa perusahaan dalam hal ini pengembang (BUMN) membayar uang sewa
kepada investor dan sebagian kepada nadzir melalui SPV.
Keempat, pada saat jatuh tempo asset wakaf tersebut kembali pada nadzir secara
pengelolaan dibantu oleh lembaga terkait melalui SPV (Sulistiani, 2013).
Selain skema diatas bisa menggunakan skema dari sukuk wakaf yaitu Badan Wakaf Indonesia
menyewakan wakaf tanah kepada Developer, developer membangun bangunan dengan tujuan
bangunan tersebut bisa diproduktifkan setelah masa sewa. Setelah Developer selesai
membangun bangunan maka menunjuk SPV untuk menerbitkan Sukuk Wakaf. Tanah
wakaf sebagai underlying asset. Sukuk wakaf diperjualkan kepada masyarakat yaitu bagi
investor yang hendak berinvestasi dengan jangka waktu panjang. Setelah pembangunan
selesai maka Developer akan menyelesaikan masa sewa kepada Badan Wakaf Indonesia dengan
cara meneyerahkan penuh bangunan yang telah dibangun. Jadi, pembayaran kepada Badan
Wakaf Indonesia tidak dilakukan tiap bulan atau tiap tahun melainkan secara utuh dalam
bentuk bangunan, setelah bangunan selesai (Ilmiah, 2019).
3. bank mawah
Selain sukuk menurut saya produk yang dapat dikembangkan dalam rangka
meningkatkan kinerja lembaga keuangan syariah adalah bank mawah. Keterbatasan akses
dalam hal modal usaha merupakan salah satu masalah utama yang sering dihadapi oleh
masyarakat dalam upaya mengembangkan usaha perekonomian yang dijalankannya. Masyarakat
di daerah terpencil atau di pedesaan terutama para petani dan peternak sangat jauh dari akses
perbankan untuk meminjam modal. Kemudian untuk meminjam modal di Bank pun, para petani
dan peternak diharuskan memiliki agunan sebagai syarat mengambil uangnya. Ada ternak
sebagai agunan tapi tidak mempunyai sertifikat. Inilah yang sangat jarang dimiliki masyarakat
kampung. Selain itu jika melihat lembaga keuangan mikro lain seperti BPR yang konvensional
mematok bunga dan harus disetor setiap bulan. Ini membuat para petani merasa lebih kesulitan
lagi karena tidak setiap bulannya mereka ada masa panen, dan pasca panen ini barulah mereka
bisa setor bunganya. Dan sejak diberlakukannya bank syariah di aceh hal ini merupakan hal
poisitif bagi masyarakat dan ada kebahagiaan tersendiri. Menurut saya benk mawah berbasis
syariah perlu dikembangkanuntuk masyarakat terutama yang beradda di pedesaan
Beng Mawah terdiri dari dua kata dalam bahasa Aceh. Kata Beng sebenarnya adalah kata
Bank namun ditulis seperti saat kita menyebut kata Bank. Sedangkan Mawah artinya bagi hasil.
Abdul Rani usman. Sejarah peradaban aceh. Jakarta. Yayasan pustaka obor Indonesia
2003 Sistem mawah adalah suatu cara yang sangat membantu orang-orang miskin di pedesaan
untuk membiayai ekonominya. Dengan kata lain adanya sistem mawah di masyarakat aceh
sedikitnya dapat mengurangi pengangguran di dalam masyarakat. Sistem mawah dalam
masyarakat ach sudah membudaya dan dipraktekkan hamper di seluruh sumber ekonomi
masyarakat, baik untuk para petani, nelayan, dan dalam bidang perdgangan. Ditinjau dari
keadilan sosial sistem pengndalian sosial yang berbentuk mawah tersebut dapat menjembatani
antara si kaya dan si miskin. Jadi adanya lembaga kuangan masyarakat ini adalah dilakukannya
sistem bagi hasil antara LKM Beng Mawah, nasabah dan penyerta pihak ketiga yaitu pemilik
modal. Jadi Beng Mawah adalah suatu lembaga ekonomi masyarakat yang berupaya
mengembangkan usahausaha produktif dan investasi dalam bidang agribisnis untuk
meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat berdasarkan prinsip koperasi dengan cara bagi
hasil.
Visi Beng Mawah adalah meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat secara ekonomi sehingga
mampu berperan aktif dalam proses pembangunan. Misi Beng Mawah adalah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan usaha mandiri serta pengembangan usaha yang
berkelanjutan. Tujuan Tujuan LKM Beng Mawah adalah Mengutamakan kesejahteraan petani
dalam pola tanam sampai pola pemasaran. Menangani hasil petani yang diberikan setelah
dilakukan pembiayaan dan menjamin produk mereka di pasar. Dan juga tetap melestarikan
budaya yaitu sistem mawah : bagi hasil.

Beng Mawah memfokuskan pasar sasaran ke masyarakat berpenghasilan rendah di


daerah pedesaan dan terpencil bagi para petani, peternak, pedagang dan juga para masyarakat
pesisir pantai. Namun tidak menutup kemungkinan juga menjangkau masyarakat siapa saja yang
ingin membeli saham di LKM Beng Mawah, yang berguna agar bisa membantu memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Cara mengembangkan produk ini
1. melakukan edukasi dan sosialisasi terhdadap masyarakat mengenai manfaat dan
keuntungan dalam lembaga ini
2. mengembangkan berupa akun yutub. Saat ini tidak terkcuali semua masyarakat
Indonesia terkhusus juga aceh sudah menikati atau memakain handphone dalam melakukan
kounikasi. Setiap hari masyarakat menggunakan hp dalam keseharaiannya. Maka sepertinya
pembuatan akun yutub ini memiliki dampak yang besar bagi sosialaisasi ke masyarakat secara
tidak langsung. Nebegitu juga dengan media lain. Seperti akun instagram facebook dan media
lainnya yang sering dan mudah untuk diakss oleh masyarakat
3. adanya website tentang benk mawah yang bermanfaat bagi ummat. Ataupun artikel
artikel sederhana yang mudah dipahami oleh masyakat
4. untuk sukuk waqaf semoga bisa mengembangkan materi ini lebih dalam di perguruan
tinggi negeri
5. mengajarkan masyarakat untuk berinvestasi pada sukuk wakaf
Sukuk punya potensi yang cukup tinggi sebagai instrumen untuk memobilisasi dana
keuangan syariah, karena merupakan salah satu instrument pembiayaan jangka panjang dan
menjadi alternatif memperoleh dana investasi proyek. Sementara dana wakaf mempunyai
kapasitas untuk mendapatkan income sebagai aktivitas sosial keuangan syariah dalam
bentuk produk sukuk. Instrumen keuangan syariah, dan instrumen keuangan syariah
menjadi bagian penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional.
Dan lembaga kuangan masyarakat beng mawah ini tentunya berbasis syariah sehingga
insyaAllah dipastikan tidak ada riba dalam transaksinya. Dan semoga lembaga keuangan
masyarakat berupa beng mawah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dapat membantu
lembaga keuangan syariah dalam meningkatkan kinerjanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ilmiah, D. (2019). Optimalisasi Asset Wakaf Melalui Sukuk Wakaf di Indonesia. Jurnal
Ekonomi Syariah Indonesia, IX(2), 138–146.
http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JESI/article/view/1251
Otoritas Jasa Keuangan. (2015). POJK No.18 Tentang Penerbitan Dan Persyaratan Sukuk.
Ojk.Go.Id, 23. http://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/regulasi/lembaga-keuangan-
mikro/peraturan-ojk/Documents/SAL-POJK PERIZINAN FINAL F.pdf
Sampieri, R. H. (n.d.). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に
関する共分散構造分析 Title. 634.
Syariah, B. (2013). Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Ulum Banyuwangi. Jurnal Ekonomi Dan
Hukum Islam, 3(2), 94–116.

Anda mungkin juga menyukai