Anda di halaman 1dari 10

PAPER AGROFORESTRY

JAMINAN KESINAMBUNGAN (SUSTAINABLE) DAN KELEMBAGAAN


AGROFORESTRY

Disusun oleh:

Ignatia Regita W. 19025010032


Ayu Fatmawati 19025010033
U’ud Uda Marlina 19025010036
Agus M. Jarir 19025010039
Hanis Prawestri 19025010041
Febrianti Kusuma W. 19025010042
Tri Yuli Anita 19025010043
Ken Ragil Sekararum 19025010044

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SURABAYA
2021
ABSTRAK

Jaminan kesinambungan dalam agroforestri sangat penting karena menggambarkan


tentang penguasaan lahan dan hak-hak yang ada di dalamnya. Selain itu, sistem agroforestri
merupakan sistem usahatani dalam jangka waktu lama, maka dari itu perlu adanya batasan
yang jelas dalam pelaksaan agroforestri dan pihak-pihak yang terlibat. Dengan adanya
jaminan kesinambungan seperti penguasaan lahan yang jelas dan kelembagaan yang
mendukung, maka hal tersebut dapat mendukung perkembangan agroforestri baik dari sisi
ekonomi, sosial, maupun ekologis. Adanya kelembagaan yang jelas memungkinkan
pelaksanaan agroforestri lebih terarah karena terdiri dari banyak pemikiran dan
pengetahuan yang didukung dengan teknologi yang modern.

Adanya kelembagaan dalam sistem agroforestri dianggap mampu menjadi solusi


dari berbagai permasalahan dan membuka prospek serta inovasi pengembangan
agroforestri. Prospek pengelolaan sistem agroforestri memiliki prinsip yang mendorong
tercapainya produktivitas, mengusahakan keberlanjutan, dan penyebarluasan sistem
agroforestri di berbagai tempat dan kondisi yang berbeda. Prospek pengembangan
kelembagaan agroforestri dapat tercapai dan terjamin apabila terdapat insentif bagi orang
atau organisasi yang melaksanakannya, sasaran pengembangan, terdapat keseimbangan
kepemilikan dan akses terhadap informasi, kepemilikan dan akses atas sumber daya
terjamin, terdapat usaha pengendalian atas tingkah laku oportunistik, terdapat aturan yang
ditegakkan dan ditaati.

Kata kunci: Agroforestri, penguasaan lahan, kelembagaan.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penguasaaan lahan sangat penting dalam pelaksanaan agroforestry. Apabila tidak
ada kepastian penguasaan lahan, maka insentif untuk menanam pohon atau agroforestry
menjadi sangat lemah, sedangkan sistem agroforestri merupakan strategi usaha tani dalam
jangka waktu panjang. Investasi yang dilakukan dalam pembukaan lahan dan penanaman
pohon akan dinikmati dalam jangka waktu yang lebih panjang. Maka dari itu, perlu
dipastikan pengusahaan lahan dan pohon untuk memberikan jaminan kepada petani untuk
menikmati hasil panen. Sistem penguasaan lahan dan hasil agroforestri menggambarkan
tentang sekumpulan hak-hak yang dipegang oleh seseorang atau kelompok orang dalam
suatu pola hubungan sosial terhadap suatu unit lahan dan hasil agroforestri dari lahan
tersebut. Selain itu, dengan jaminan kesinambungan dapat diketahui hubungan kerja atau
bagi hasil antara pemilik agroforestri dengan petani, penyewa atau penggadai lahan,
pengontrak dan pemilik modal.

Kelembagaan dan hubungannya dengan jaminan kesinambungan merupakan hal


yang penting dalam agroforestri. Dalam pengembangan agroforestri ada beberapa kendala
yang terjadi, diantaranya permasalahan tata guna lahan, degradasi tanah-tanah komunal
dan lain sebagainya. Berjalannya kelembagaan agroforestri membutuhkan kontribusi dari
pemerintah, adanya koordinasi dan sinergitas program di antara instansi pemerintah, serta
ilmu pengetahuan dan keterampilan dari pihak yang terjun ke lapangan. Hal-hal tersebut
seharusnya ada dalam sebuah kelembagaan agroforestri agar dapat menjadi solusi dari
berbagai permasalahan dan tantangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian jaminan kesinambungan dan aspek kelembagaan agroforestry?
2. Apa manfaat dan kelebihan adanya aspek kelembagaan dalam agroforestry?
3. Apa saja prospek dan inovasi pengembangan agroforestry keberlanjutan di Indonesia
serta peran pemerintah dalam hal sosial ekonomi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian jaminan kesinambungan dan aspek kelembagaan agroforestry
2. Mengetahui Manfaat dan kelebihan adanya aspek kelembagaan dalam agroforestry
3. Mengetahui Prospek dan inovasi pengembangan agroforestry keberlanjutan di
Indonesia serta peran pemerintah dalam hal sosial ekonomi
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Jaminan Kesinambungan Dan Aspek Kelembagaan Agroforestri


Sistem penguasaan lahan dan hasil agroforestri (singkatnya sumber daya agroforestri)
menggambarkan tentang sekumpulan hak-hak yang dipegang oleh seseorang atau kelompok
orang-orang dalam suatu pola hubungan sosial terhadap suatu unit lahan dan hasil agroforestri
dari lahan tersebut. Hak-hak itu menunjuk pada aspek hukum dari sistem penguasaan sumber
daya agroforestri. Ada yang memandang agroforestri adalah suatu kebijakan pemerintah atau
status kepemilikan lahan, bukan sebagai sistem penggunaan lahan. Oleh sebab itu, diperlukan
adanya batasan yang jelas kapan atau bilamana suatu sistem dapat dikategorikan sebagai
agroforestri. Batasan semacam ini diperlukan untuk menghindari timbulnya pendapat bahwa
setiap kombinasi komponen kehutanan, pertanian dan/atau peternakan selalu dapat
diklasifikasikan sebagai suatu sistem agroforestri.
Penguasaan lahan (property right) sangat penting dalam pelaksanaan agroforestri. Apabila
tidak ada kepastian penguasaan lahan, maka insentif untuk menanam pohon/ agroforestri menjadi
sangat lemah, mengingat sistem agroforestri merupakan strategi usaha tani dalam jangka
panjang. Oleh karena itu diperlukan kepastian pengusahaan lahan dan pohon untuk memberikan
jaminan kepada petani untuk menikmati hasil panen. Dalam kasus-kasus tertentu hak atas lahan
dipisahkan dari hak atas hasil agroforestri, sedangkan dalam kasus-kasus lainnya hak atas hasil
agroforestri melekat pada hak atas lahan yang digunakan untuk agroforestri.

2.2 Manfaat Dan Kelebihan Adanya Aspek Kelembagaan Dalam Agroforestri


Sistem pengelolaan sumber daya dengan penerapan Agroforestry tidak hanya
memperhatikan fungsi ekonomi saja namun dalam sistem agroforestry juga perlu dilakukan
pertimbangan dari aspek teknis, peraturan perundang-undangan persoalan politik, dan sosial
ekonomi dan keseluruhan rencana pengembangan (Yudohartono, 2008). Keberhasilan dalam
sistem agroforestry bisa memungkinkan untuk terjadinya kegagalan jika keahlian secara teknis
tidak dikombinasikan dengan pemahaman dan pertimbangan politik dan proses-proses budaya
dimana kegiatan konservasi tersebut dilakukan.
Keberlanjutan sistem agroforestri harus didukung dengan kelembagaan yang kuat sehingga
konsep tentang keberlanjutan sistem agroforestri dapat di implementasikan di lapangan.
Mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan No. P.49/KptsII/2008, Pemerintah desa harus
membangun peraturan desa tentang lembaga kemasyarakatan pengelola lahan pertanian dengan
sistem agroforestri. Peraturan Desa tersebut merupakan salah satu faktor guna untuk menilai
seberapa besar peluang tingkat keberlanjutan sistem agroforestri. Dan juga berguna untuk
menekan permasalahan dengan adanya ketidak optimalan peranan kelembagaan dalam sistem
agtoforesty.
Beberapa manfaat bagi petani, diantaranya adalah sebagai wadah beraktifitas, karena setiap
aktifitas petani tidak ada yang bebas dari kebutuhan untuk bekerja sama dwngan yang lainnya.
Selain itu juga memiliki manfaat sebagai sarana bertukar pengalaman berusaha tani komunitas
petani yang tertampung dalam satu wadah cenderung terbuka dengan interaksi dan komunikasi
dalam mengembangkan pengalaman usaha tani yang mereka miliki. Hal ini disebabkan
pengalaman usaha tani diantara mereka saling berbeda satu sama lain sehingga mereka dapat
saling mempelajari pengalaman kerja. Tentunya, ini sangat bermanfaat bagi pengembangan
usaha tani mereka secara efektif dan efisien.
2.3 Prospek Dan Inovasi Pengembangan Agroforestry Keberlanjutan Di Indonesia Serta
Peran Pemerintah Dalam Hal Sosial Ekonomi
Prospek pengelolaan sistem agroforestri memiliki prinsip yang mendorong tercapainya
produktivitas, mengusahakan keberlanjutan, dan penyebarluasan sistem agroforestri di berbagai
tempat dan kondisi yang berbeda. Beberapa prinsip dalam menentukan rumusan pengelolaan
agroforestri menurut Tamrin, et al., (2015) yaitu sebagai berikut: 1) Memaksimalkan keunggulan
dari sistem agroforestri dan meminimalisir kelemahanya 2) Rumusan pengelolaan agroforestri
harus spesifik, tepat dan akurat karena setiap daerah memiliki kondisi lahan yang berbeda. 3)
Melakukan kombinasi penanaman tanaman yaitu, tanaman tahunan, tanaman semusim yang
memiliki strata tajuk berbeda dan memberikan produktivitas yang tinggi. 4) Pengembangkan
agroforestri dapat dilakukan dengan skala besar yaitu dengan dipraktekan oleh pengusaha,
sehingga memberikan dukungan pada pengembangan agroforestri. 5) Mengembangkan jaringan
kerjasama antar petani. 6) Pengembangan pengelolaan agroforestri dapat dilaksanakan pada
kawasan hutan baik itu melalui konsep kehutanan masyarakat, pengelolaan hutan
bersama/berbasis masyarakat (PHBM) dan sebagainya.
Prospek pengembangan kelembagaan agroforestri dapat tercapai dan terjamin apabila
terdapat insentif bagi orang atau organisasi yang melaksanakannya, sasaran pengembangan,
terdapat keseimbangan kepemilikan dan akses terhadap informasi, kepemilikan dan akses atas
sumber daya terjamin, terdapat usaha pengendalian atas tingkah laku oportunistik, terdapat aturan
yang ditegakkan dan ditaati. Pembangunan agroforestri yang produktif, adil, dan berkelanjutan
akan terlaksana apabila didukung dengan kebijakan dan kelembagaan yang saling melengkapi
seperti gambar di bawah ini:

Pengembangan model kelembagaan agroforestri yang dapat diterima sesuai dengan kondisi
sosial ekonomi masyarakat dan bersifat spesifik sangat diharapkan menjadi sebuah solusi dalam
mengoptimalkan keuntungan dalam agroforestri secara sosial, ekonomi, dan ekologi. Menurut
Triwanto (2011) terdapat beberapa model sebagai inovasi untuk mengembangkan sistem
agroforestri, antara lain:
1) Model yang menaksir perubahan kandungan bahan organik tanah, dinamakan
CENTURY.
2) Model yang menaksir perubahan sifat-sifat tanah akibat sistem agroforestri, dinamakan
SCUAF (Soil Changes Under Agroforestry).
3) Model pengelolaan pohon ROTATE.
4) Model tentang siklus air tanah di bawah sistem tumpangsari tanaman pagar (hedgerow
intercropping), simulasi dari hedgerow intervention berlawanan dengan erosi dan
degradasi tanah: SHIELD
Kebijakan pemerintah untuk pengembangan agroforestri dapat kita nyatakan sebagai cara
dan tindakan pemerintah untuk mengatasi masalah kerusakan hutan dan produktivitas pertanian
serta ekosistemnya, serta permasalahan lingkungan yang mempengaruhi produktivitas dan
keberlanjutan sistem produksi pertanian dan atau kehutanan.
2.4 Studi Kasus Pengembangan Agroforestry dan Peran Kelembagaan
Taman Hutan Raya Nipa-Nipa di Sulawesi Tenggara selain berperan pemasuk pendapatan
daerah juga memiliki fungsi ekologis seperti daerah lindung dan sumberdaya air. Dalam upaya
konservasi fungsi ekologis tersebut dibutuhkan kontribusi dari masyarakat sekitar dan
pemerintah. Maka dari itu dibentuklah kelompok tani. Peran kelembagaan kelompok tani
terhadap bentuk kegiatan pengelolaan secara kolaborasi dapat diukur melalui pengelolaan lahan
secara agroforestri dan melakukan jarak tanam serta memilih jenis tanaman berdasarkan pola
tanam agroforestry. Kelembagaan kelompok tani hutan dalam melakukan pengelolaan Tahura
Nipa-Nipa harus mampu bekerjasama dengan pihak-pihak lembaga lain yang bertujuan untuk
kepentingan masyarakat.
Dalam sebuah penelitian melalui sebuah survey, didapatkan hasil bahwasanya kelompok tani
telah memiliki Lembaga Perekonomian (Koperasi) atau Lembaga Simpan Pinjam bagi anggota
kelompok tani. Selain itu, kelompok tani telah bekerjasama dengan Pemerintah Daerah,
Perguruan Tinggi, Komda SF Sultra, Dinas Kehutanan, Bapedalda Sultra dan Pemerintahan
Kelurahan dan Kecamatan dalam merumuskan pengelolaan Tahura Nipa-Nipa secara
Kolaborasi.
Dalam kasus lain mengenai pola tanam di agroforestry, petani yang mengikuti lembaga
tersebut rupanya mendapatkan banyak wawasan dan mulai meninggalkan kebiasaan buruk dalam
pola tanam yang berdampak buruk pada lingkungan. Masyarakat tani melakukan berbagai
kegiatan dengan melakukan perubahan atau merehabilitasi lahan tidur menjadi lahan produktif
(bermanfaat) dengan melakukan penanaman kembali tanaman jangka panjang dan tanaman
semusim, maka banjir dan tanah longsor sudah tidak sering terjadi lagi. Hal ini membuktikan
bahwa peran kelembagaan tani dalam pengelolaan secara kolaborasi sangat bermanfaat bagi
kelestarian hutan.
BAB III
KESIMPULAN

Penguasaan lahan (property right) sangat penting dalam pelaksanaan agroforestri. Apabila
tidak ada kepastian penguasaan lahan, maka insentif untuk menanam pohon/ agroforestri menjadi
sangat lemah karena sistem agroforestri merupakan strategi usaha tani dalam jangka panjang.
Sistem penguasaan lahan agroforestri merupakan sekumpulan hak-hak yang dipegang seseorang
atau kelompok orang-orang dalam suatu pola hubungan sosial terhadap suatu unit lahan dan hasil
agroforestri dari lahan tersebut.
Sistem Agroforestri tidak hanya berperan dalam menyumbang ekonomi, namun juga terdapat
fungsi ekologis yang perlu dipertimbangkan. Dalam sistem ini konservasi lahan yang
diimplementasikan membutuhkan partisipasi dari masyarakat lokal dan pemerintah. Lembaga-
lembaga pertanian menjadi wadah beraktivitas dan menyalurkan aspirasi untuk inovasi lebih baik,
serta mencari solusi untuk permasalahan yang sering terjadi pada keberlanjutan sistem
agroforestri. Keberlanjutan sistem agroforestri harus didukung dengan kelembagaan yang kuat
sehingga konsep tentang keberlanjutan sistem agroforestri dapat di implementasikan di lapangan .
Prospek pengelolaan sistem agroforestri memiliki prinsip yang mendorong tercapainya
produktivitas, mengusahakan keberlanjutan, dan penyebarluasan sistem agroforestri di berbagai
tempat dan kondisi yang berbeda. Prospek pengembangan kelembagaan agroforestri dapat tercapai
dan terjamin apabila terdapat insentif bagi orang atau organisasi yang melaksanakannya, sasaran
pengembangan, terdapat keseimbangan kepemilikan dan akses terhadap informasi, kepemilikan
dan akses atas sumber daya terjamin, terdapat usaha pengendalian atas tingkah laku oportunistik,
terdapat aturan yang ditegakkan dan ditaati. Kebijakan pemerintah untuk pengembangan
agroforestri dapat kita nyatakan sebagai cara dan tindakan pemerintah untuk mengatasi masalah
kerusakan hutan dan produktivitas pertanian serta ekosistemnya, serta permasalahan lingkungan
yang mempengaruhi produktivitas dan keberlanjutan sistem produksi pertanian dan atau
kehutanan.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, D. F. dan Yuningsih, N. Y. (2016). Analisis kebijakan pemerintah tentang
pencegahan dan penanganan korban perdagangan (trafficking) perempuan dan anak
di Kabupaten Cianjur. J. Ilmu Pemerintahan. 2 (2) : 330-360
Kuswantoro, D. P., Junaidi, E., Handayani, W., Ruhimat, I. S., Utomo, B., Kuswandi, N.,
Filianty, D. (2014). Kajian lanskap agroforestry pada DAS prioritas (DAS
Cikawung). Ciamis: Balai Penelitian Teknologi Agroforestry.
Sumarlan, Dkk, mei 2012. “Peningkatan Kinerja Petani Sekitar Hutan Dalam Penerapan
Sistem Agroforestri Di Pegunungan Kendeng Pati”. Jurnal Agro Ekonomi. Volume
30 No. 1 : 25- 39
Tamrin, M. Sundawati, L. dan Wijayanto, N. (2015). Strategi pengelolaan agroforestri
berbasis aren di Pulau Bacan Kabupaten Halmahera Selatan. Risalah Kebijakan
Pertanian dan Lingkungan. 2(3): 243-25.
Triwanto, J. (2011). Model pengembangan agroforestry pada lahan marginal dalam upaya
peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan. Humanity. 7(1): 23-27.
Yudohartono, T.P. (2008). Peranan taman hutan raya dalam konservasi sumberdaya
genetik: peluang dan tantangannya. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Hutan. 6(2):1-6.Eggers, D. (2008). The circle [Kindle
Version]. Retrieved from http://www.amazon.com/

Anda mungkin juga menyukai