Anda di halaman 1dari 146

PENGARUH FORMULASI KELOPAK BUNGA ROSELLA MERAH

(Hisbiscus sabdariffa Linn) DENGAN DAUN SIRIH HIJAU


(Piper betle Linn.) TERHADAP MUTU
MINUMAN SEDUHAN ROSELLA

ADE SETIAWAN
2015349050

SKRIPSI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
2018
PENGARUH FORMULASI KELOPAK BUNGA ROSELLA MERAH
(Hisbiscus sabdariffa Linn) DENGAN DAUN SIRIH HIJAU
(Piper betle Linn.) TERHADAP MUTU
MINUMAN SEDUHAN ROSELLA

ADE SETIAWAN
2015349050

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknologi Pangan
Pada fakultas Teknologi Pangan dan Kesehatan Universitas Sahid Jakarta

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Formulasi Kelopak Bunga Rosella Merah

(Hisbiscus sabdariffa Linn) dengan Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn.) terhadap

Mutu Minuman Seduhan Rosella” telah memperoleh persetujuan:

Jakarta, September 2018

Menyetujui,

Dr. Rahmawati, ST, M.Si.


Pembimbing

Mengetahui,

Fakultas Teknologi Pangan dan Kesehatan Program Studi Teknologi Pangan

Ir. Mohammad Sabariman, M.Si. Ir. Zukhrawardi Z., M.Si.


Dekan Ketua

ii
LEMBAR PERNYATAAN BUKAN PLAGIAT

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi, dalam bentuk salinan cetakan atau

dokumen elektronik, yang berjudul:

Pengaruh Formulasi Kelopak Bunga Rosella Merah (Hisbiscus sabdariffa

Linn) dengan Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn.) terhadap Mutu Minuman

Seduhan Rosella

Merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diserahkan untuk

pencapaian akademik apa pun melalui perguruan tinggi mana pun. Semua sumber

informasi dan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi, telah dinyatakan

secara jelas dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Jakarta, September 2018

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Rahmawati, ST, M.Si. Ade Setiawan


Pembimbing NPM: 2015349050

iii
Ade Setiawan. 2015349050. The Effect of Formulation Red Rosella Kaliks
(Hibiscus sabdariffa Linn.) with Green Betel Leaf (Piper betle Linn.) on the
Quality of Rosella Drink. Under Supervised by Dr. Rahmawati, ST., M.Si.

ABSTRACT

Rosella steeping drink is an alternative drink to replace alopurinol as an


inhibitor of uric acid that made from rosella flower petals and betel leafs. There
are five formulations (90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50) and three repetitions in
this reasearch. The experimental design was complete randomized with single
factor. The quality was determined by physical (total dissolved solid and color
different test), chemical (pH, phycochemical test, and enzimatic inhibitory test)
and organoleptic test. The result showed that formulation of rosella flower petals
and betel leafs have a real impact (α = 0,05) to the steeping drink (physical,
chemical, and organoleptic). Rosella steeping drink formulations have flavonoid,
saponin, and triterpenoid compound. The best steeping drink formulation that can
be accepted by the panelists of this research was 90:10. This formulation has L*
37,38±0,84, a* 55,78±0,23, b* 36,18±2,13, 12,35±0,09 ⁰Brix, and pH 3,40±0,00.
The optimum wavelength of xanthine oxidase inhibition was 283 nm, pH 7,8,
incubation temperature 30°C, and xanthine substrate concentration 0,15 mM, so
that, the IC50 obtained was 11,01±0.5. From the organoleptic test, this
formulation has a red color (quality of hedonic test 3,6) and liked by the panelists
(hedonic score 4,00), aromatic flavor (quality of hedonic test 3,7) and slightly
liked by the panelists (hedonic score 3,0), slightly bitter and sour flavor (quality
of hedonic 3,5) and slightly liked by the panelists.

Keywords: formulation, green betel leaf (pipper bettle L), rosella flower petal
(hibiscus sabdariffa L), steeping rosella drink quality, xanthine oxidase enzyme.

iv
Ade Setiawan. 2015349050. Pengaruh Formulasi Kelopak Bunga Rosella
Merah (Hisbiscus sabdariffa Linn) dengan Daun Sirih Hijau (Piper betle
Linn.) terhadap Mutu Minuman Seduhan Rosella. Di bawah bimbingan Dr.
Rahmawati, ST., M.Si.

RINGKASAN

Asam urat merupakan penyakit yang telah lama dikenal oleh masyarakat
luas. Serangan asam urat umumnya terasa secara tiba-tiba (acute attack) tanpa
disertai dengan gejala sebelumnya dan dengan lokasi utama sendi-sendi jari kaki.
Asam urat ini terbentuk dari hasil degradasi nukleotida yaitu purin (adenosine dan
guanine). Pembentukan asam urat ini dikatalis oleh enzim xantin oksidase yang
secara alami terdapat di dalam tubuh. Xantin oksidase ini mengatalis oksidasi
senyawa hiposantin menjadi xantin, dan xantin menjadi asam urat dalam jalur
untuk degradasi purin. Rasa sakit asam urat ini dapat dicegah dengan obat sintetik
kimiawi, yaitu alopurinol. Pemakaian alopurinol mempunyai efek samping yang
negatif untuk tubuh, yaitu: mual, muntah, nyeri perut, diare, kemerahan pada
kulit, dan sakit kepala. Untuk meminimalisir efek di atas, maka dicari bahan yang
dapat menanggulangi enzim xantin oksidase. Kandungan antioksidan terutama
dari golongan polifenol, yaitu flavonoid dapat menghambat aktivitas enzim xantin
oksidase. Daun sirih hijau dan kelopak bunga rosella merah mengandung senyawa
tersebut. Untuk memudahkan konsumsi kedua bahan tersebut, maka dibuat
minuman seduhan rosella.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) faktor tunggal, yaitu formulasi kelopak bunga rosella merah dan
daun sirih hijau dengan lima taraf 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, dan tiga kali
pengulangan. Teknik analisis yang digunakan adalah sidik ragam atau Analisis
Varian (ANAVA) untuk melihat pengaruh formulasi. Bila ada pengaruh dari
formulasi, maka dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test). Uji
DMRT dilakukan untuk mengetahui perbedaan yang nyata pada setiap taraf. Mutu
minuman seduhan rosella ditentukan melalui Uji fisik berupa uji total padatan
terlarut dan warna. Uji kimia yaitu uji pH, fitokimia (alkaloid, flavonoid, tanin,
saponin, steroid/triterpenoid, dan kuinon), dan daya hambat enzim xantin

v
oksidase. Uji organoleptik berupa uji hedonik dan mutu hedonik terhadap
parameter warna, aroma, dan rasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi minuman seduhan rosella
berpengaruh nyata (α 0,05) terhadap nilai Warna (L*,a*,b*), pH, penghambatan
enzim xantin oksidase, warna (hedonik dan mutu hedonik), aroma (mutu
hedonik), rasa (mutu hedonik). Sedangkan formulasi minuman seduhan rosella
tidak berpengaruh nyata (α 0,05) pada parameter total padatan terlarut, aroma
(hedonik) dan rasa (hedonik). Seluruh formulasi minuman seduhan rosella
mengandung flavonoid, saponin dan triterpenoid. Formulasi minuman seduhan
rosella antara kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 90:10
merupakan formulasi yang memiliki mutu paling baik, karena sesuai SNI dan
dapat diterima oleh konsumen. Formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun
sirih hijau sebesar 90:10 mempunyai nilai warna L* (tingkat kecerahan) sebesar
37,38±0,84, nilai warna a* (warna hijau – warna merah) sebesar 55,78±0,23, nilai
warna b* (warna biru –warna kuning) 36,18±2,13, nilai TPT sebesar 12,35±0,09
⁰Brix nilai pH sebesar 3,40±0,00. Pada uji penghambatan enzim xantin oksidase
didapatkan kondisi optimum untuk pengujian yaitu panjang gelombang
maksimum 283 nm, pH 7,8, suhu inkubasi 30 oC, dan konsentrasi substrat xantin
0,15mM, sehingga didapatkan nilai IC50 sebesar 11,01±0.5. Formulasi kelopak
bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 90:10 berwarna merah (skor
mutu hedonik 3,6) dan disukai panelis (skor hedonik 4,0), aroma minuman
seduhan rosella wangi (skor mutu hedonik 3,7) dan agak disukai panelis (3,0), dan
rasa minuman seduhan rosella agak pahit dan asam (skor mutu hedonik 3,5) dan
agak disukai panelis (3,1).

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi: “Pengaruh Formulasi

Kelopak Bunga Rosella Merah (Hisbiscus sabdariffa Linn) dengan Daun Sirih

Hijau (Piper betle Linn.) terhadap Mutu Minuman Seduhan Rosella”.

Skripsi ini dibuat sebagai bagian dari tugas akhir untuk menyelesaikan

studi di Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan dan

Kesehatan, Universitas Sahid Jakarta. Skripsi ini tidak lepas dari bantuan yang

diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin diucapkan terima

kasih kepada:

1. Ibu Dr. Rahmawati, ST, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, bantuan, serta nasihat kepada penulis selama

perkuliahan, penelitian, hingga penyelesaian tugas akhir.

2. Ibu Shanti Pujilestari ST, MM, MBA sebagai pembimbing akademik

3. Bapak Ir. Mohammad Sabariman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Teknologi

Industri Pertanian, Universitas Sahid Jakarta.

4. Seluruh staf dan dosen pengajar di Jurusan Teknologi Pangan Universitas

Sahid yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis. Semoga ilmu

yang diberikan dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

5. Orang tua, kakak, dan adik yang selalu memberikan dukungan dan

semangat.

6. Rekan-rekan Alih Jenjang yang berjuang bersama untuk melanjutkan

pendidikan di Jurusan Teknologi Pangan Universitas Sahid.

vii
7. Semua guru dan dosen dari saat penulis TK sampai saat ini penulis

menempuh perkuliahan. Tanpa kalian semua penulis tidak akan menjadi

seperti saat ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat, universitas, dan penulis.

Jakarta, September 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN BUKAN PLAGIAT............................................... iii

ABSTRACT ....................................................................................................... iv

RINGKASAN ..................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1

B. Pembatasan Masalah .................................................................................... 3

C. Perumusan Masalah ..................................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 5

A. Deskripsi Teoritis ......................................................................................... 5

1. Minuman Seduhan Rosella ................................................................... 5


2. Bahan – Bahan Penyusun Seduhan Rosella .......................................... 9
3. Proses Pembuatan Minuman Seduhan Rosella ..................................... 21
4. Enzim Xantin Oksidase......................................................................... 24

B. Kerangka Berfikir ........................................................................................ 30

C. Perumusan Hipotesis .................................................................................... 31

ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 32

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 32

B. Variabel dan Definisi Operasional ............................................................... 32

1. Variabel Penelitian ................................................................................ 32


2. Definisi Operasional ............................................................................. 33

C. Metode Penelitian ........................................................................................ 34

1. Penelitian Pendahuluan ......................................................................... 34


2. Penelitian Utama ................................................................................... 37

D. Teknik Pengambilan Sampel ....................................................................... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 38

1. Bahan dan alat ....................................................................................... 38


2. Proses Pembuatan Minuman Seduhan Rosella ..................................... 39

F. Teknik Pengujian ......................................................................................... 42

1. Uji Fisik ................................................................................................ 43


2. Uji Kimia .............................................................................................. 43
3. Uji Organoleptik (Setyaningnsih dkk, 2010) ........................................ 52

G. Teknik Analisis Data.................................................................................... 53

BAB IV HASIL DAN PEMABAHASAN ......................................................... 56

A. Uji Fisik ....................................................................................................... 56

1. Uji Warna .............................................................................................. 56

B. Mutu Kimiawi .............................................................................................. 66

1. Total Padatan Terlarut (TPT) ................................................................ 66


2. Nilai pH................................................................................................. 68
3. Fitokimia ............................................................................................... 71
4. Uji Penghambatan Enxim Xantin Oksidase .......................................... 72

C. Mutu Organoleptik ....................................................................................... 79

1. Warna .................................................................................................... 79
2. Aroma ................................................................................................... 85
3. Rasa ....................................................................................................... 90

x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 95

A. Simpulan ...................................................................................................... 95

B. Saran ............................................................................................................ 96

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 97

LAMPIRAN ........................................................................................................ 99

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Syarat mutu minuman sari buah (SNI 3719-2014) ............................... 6

Tabel 2. Komposisi kimia kelopak bunga rosella dalam 100 gr ......................... 12

Tabel 3. Komposisi fitokimia kelopak bunga rosella......................................... 12

Tabel 4. Kandungan kimia daun sirih hijau ........................................................ 15

Tabel 5. Hasil analisis kualitatif fitokimia daun sirih hijau ................................ 16

Tabel 6. Persyaratan kualitas air minum ............................................................. 18

Tabel 7. Beberapa sifat fisik air .......................................................................... 19

Tabel 8. Syarat mutu gula pasir (SNI 3140.3:2010) ........................................... 20

Tabel 9. Persentasi hasil uji hedonik minuman seduhan rosella ......................... 35

Tabel 10. Rancangan percobaan formulasi minuman seduhan rosella ............... 37

Tabel 11. Skala uji hedonik................................................................................. 53

Tabel 12. Skala uji mutu hedonik ....................................................................... 53

Tabel 13. Rancangan ANAVA satu faktor ......................................................... 54

Tabel 14. Nilai rata-rata L* (tingkat kecerahan) minuman seduhan rosella ....... 56

Tabel 15. Hasil uji ANAVA tingkat kecerahan (L*) minuman seduhan rosella 57

Tabel 16. Hasil uji Duncan nilai L* (tingkat kecerahan)


minuman seduhan rosella .................................................................... 58

Tabel 17. Nilai rata-rata a* (hijau - merah) minuman seduhan rosella............... 60

Tabel 18. Hasil uji ANAVA nilai a* (hijau – merah) minuman seduhan rosella 60

Tabel 19. Hasil uji Duncan nilai a* (hijau – merah) minuman seduhan rosella 61

Tabel 20. Nilai rata-rata b* (biru-kuning) minuman seduhan rosella ................. 63

Tabel 21. Hasil uji ANAVA nilai b* (biru-kuning) minuman seduhan rosella .... 64

Tabel 22. Hasil uji Duncan nilai b* (biru-kuning) minuman seduhan rosella ...... 64

xii
Tabel 23. Nilai rata-rata total padatan terlarut (TPT)
minuman seduhan rosella .................................................................... 66

Tabel 24. Hasil uji ANAVA total padatan terlarut (TPT)


minuman seduhan rosella .................................................................... 67

Tabel 25. Nilai rata-rata pH minuman seduhan rosella....................................... 68

Tabel 26. Hasil uji ANAVA nilai pH minuman seduhan rosella ........................ 69

Tabel 27. Hasil uji Duncan nilai pH minuman seduhan rosella .......................... 69

Tabel 28. Hasil uji fitokimia minuman seduhan rosella ..................................... 71

Tabel 29. Rata-rata nilai aktivitas enzim xantin oksidase ................................... 76

Tabel 30. Hasil uji ANAVA aktivitas enzim xantin oksidase (IC50) .................. 77

Tabel 31. Hasil uji Duncan aktivitas enzim xantin oksidase (IC50) ................... 77

Tabel 32. Hasil rata-rata nilai uji hedonik warna minuman seduhan rosella ...... 79

Tabel 33. Hasil uji ANAVA hedonik warna minuman seduhan rosella ............. 80

Tabel 34. Hasil uji Duncan Hedonik warna minuman seduhan rosella .............. 81

Tabel 35. Hasil uji mutu hedonik warna minuman seduhan rosella ................... 83

Tabel 36. Hasil uji ANAVA mutu hedonik warna minuman seduhan rosella .... 83

Tabel 37. Hasil uji Duncan mutu hedonik warna minuman seduhan rosella ...... 84

Tabel 38. Hasil uji hedonik aroma minuman seduhan rosella ............................ 86

Tabel 39. Hasil uji ANAVA hedonik aroma minuman seduhan rosella ............. 87

Tabel 40. Hasil uji mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella ................... 87

Tabel 41. Hasil uji ANAVA mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella.... 88

Tabel 42. Hasil uji Duncan mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella...... 89

Tabel 43. Rata-rata hasil uji hedonik rasa minuman seduhan rosella ................. 90

Tabel 44. Hasil uji ANAVA mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella.... 91

Tabel 45. Rata-rata hasil uji mutu hedonik rasa minuman seduhan rosella ........ 92

Tabel 46. Hasil uji ANAVA mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella.... 93

Tabel 47. Hail uji Duncan mutu hedonik rasa minuman seduhan rosella ........... 93

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kelopak bunga rosella (Dok. Pribadi, 2017) ................................... 10

Gambar 2. Daun sirih hijau (Dok. Pribadi, 2017) ............................................... 14

Gambar 3. Struktur kimia sukrosa (Armansyah, 2017) ...................................... 21

Gambar 4. Diagram alir proses pembuatan seduhan teh herbal


(teh hijau, bangle, dan daun ceremai) (Daroini, 2006) .................... 22

Gambar 5. Mekanisme pembentukan xantin menjadi asam urat yang dikatalis


oleh xantine oksidase (Kostic et al, 2015) ........................................ 25

Gambar 6. Reaksi terbentuknya asam urat (Kostic et al, 2015).......................... 26

Gambar 7. Struktur Flavonoid (Sirait, 2007) ...................................................... 27

Gambar 8. Mekanisme penghambatan enzim xantin oksidase dengan


modifikasi (Kostic et al, 2015).......................................................... 28

Gambar 9. Kesamaan struktural antara bentuk xanthine enol dan 5,7-


dihydroxylflavone menunjukkan lokasi pengikatan serupa
di pusat alosterik xanthine oksidase. ................................................. 29

Gambar 10. Skema kerangka berfikir ................................................................. 31

Gambar 11. Diagram alir proses pembuatan minuman seduhan rosella


(modifikasi Daroini, 2006) .............................................................. 40

Gambar 12. Grafik hasil pengujian tingkat kecerahan (L*) ................................ 57

Gambar 13. Grafik hasil pengujian nilai a* (warna hijau – warna merah) ........ 60

Gambar 14. Grafik hasil pengujian nilai b* (biru-kuning) ................................. 63

Gambar 15. Grafik hasil pengujian total padatan terlarut (TPT) ........................ 67

Gambar 16. Grafik hasil pengujian pH minuman seduhan rosella ..................... 69

Gambar 17. Grafik optimasi suhu pengujian ...................................................... 73

Gambar 18. Grafik optimasi suhu untuk pengujian ............................................ 74

xiv
Gambar 19. Grafik optimasi substrat untuk pengujian ....................................... 75

Gambar 20. Grafik aktivitas enzim xantin oksidase (IC50) ................................. 76

Gambar 21. Grafik uji hedonik warna minuman seduhan rosella ....................... 80

Gambar 22. Grafik uji mutu hedonik warna minuman seduhan rosella ............. 83

Gambar 23. Grafik uji hedonik aroma minuman seduhan rosella ...................... 86

Gambar 24. Grafik uji mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella ............. 88

Gambar 25. Grafik uji hedonik rasa minuman seduhan rosella .......................... 91

Gambar 26. Grafik skala hedonik rasa minuman seduhan rosella ...................... 93

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Formulir uji hedonik minuman seduhan rosella ............................ 99

Lampiran 2. Formulir uji mutu hedonik........................................................... 100

Lampiran 3. Hasil penelitain minuman seduhan rosella .................................... 101

Lampiran 4. Komposisi bahan yang digunakan dalam pembuatan minuman


seduhan rosella .............................................................................. 102

Lampiran 5. Hasil uji determinasi / identifikasi rosella ..................................... 103

Lampiran 6. Hasil uji determinasi / identifikasi daun sirih ................................ 104

Lampiran 7. Hasil analisis uji fitokimia (a) ....................................................... 105

Lampiran 8. Hasil analisis uji fitokimia (b) ....................................................... 106

Lampiran 9. Hasil analisis uji fitokimia (c) ....................................................... 107

Lampiran 10. Hasil uji hedonik mminuman seduhan rosella ............................. 108

Lampiran 11. Hasil uji hedonik warna ............................................................... 109

Lampiran 12. Hasil uji hedonik aroma ............................................................... 110

Lampiran 13. Hasil uji hedonik rasa .................................................................. 111

Lampiran 14. Hasil uji mutu hedonik warna ...................................................... 112

Lampiran 15. Hasil uji mutu hedonik aroma ..................................................... 113

Lampiran 16. Uji mutu hedonik rasa.................................................................. 114

Lampiran 17. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase.......................... 115

Lampiran 18. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase.......................... 116

Lampiran 19. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase.......................... 117

Lampiran 20. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase.......................... 118

Lampiran 21. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase.......................... 119

xvi
Lampiran 22. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase.......................... 120

Lampiran 23. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase.......................... 121

Lampiran 24. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase.......................... 122

Lampiran 25. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase.......................... 123

Lampiran 26. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase.......................... 124

xvii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Asam urat merupakan penyakit yang telah lama dikenal oleh masyarat

luas. Serangan asam urat umumnya terasa secara tiba-tiba (acute attack) tanpa

disertai dengan gejala sebelumnya dan dengan lokasi utama sendi ibu jari kaki.

Asam urat bisa juga mengenai tumit, lutut, pergelangan tangan dan kaki, siku dan

jari tangan (Sustrani, 2007). Asam urat ini terbentuk dari hasil degradasi

nukleotida yaitu purin (adenosine dan guanine). Pembentukan asam urat ini

dikatalis oleh enzim xantin oksidase yang secara alami terdapat di dalam tubuh.

Xantin oksidase ini mengatalis oksidasi senyawa hiposantin menjadi xantin, dan

xantin menjadi asam urat dalam jalur untuk degradasi purin. Rasa sakit asam urat

ini dapat dicegah dengan obat sintetik kimiawi, yaitu alopurinol. Menurut Brahm

dan Pendit (2000) alopurinol bekerja dengan cara inhibitor bunuh diri

menggantikan xantin. Xantin oksidase akan mengubah alopurinol menjadi

alozantin (oksipurinol). Pemakaian alopurinol mempunyai efek samping yang

negatif untuk tubuh, yaitu: mual, muntah, nyeri perut, diare, kemerahan pada

kulit, dan sakit kepala. Selain itu, menurut Kimia Farma (2010) efek samping

alopurinol pada hewan menunjukkan efek samping berupa cacat bawaan

(teratogenik) atau gangguan pada janin.

Untuk meminimalisir efek di atas, maka dicari bahan yang dapat

menanggulangi enzim xantin oksidase. Hasil penelitian Saputra (2012)


2

menunjukkan kandungan antioksidan terutama dari golongan polifenol, yaitu

flavonoid dapat menghambat aktivitas enzim xantin oksidase.

Tanaman yang mengandung antioksidan dari golongan polifenol adalah

daun sirih hijau. Selain mengandung komponen bioaktif yang dapat menghamabat

aktifitas enzim xantin oksidase, rasa pahit yang dimiliki daun sirih masih dapat

diterima oleh masyrakat. Menurut Pradhan et. al., (2013) daun sirih hijau

memiliki rasa pahit (komponen ‘bitter’) berkisar 0,7-2,6% tidak disebutkan

namanya maupun jenisnya. Selain itu, tumbuhan yang mengandung polifenol

adalah kelopak bunga rosella (Okereke et al, 2015). Kelopak bunga rosella yang

dipilih adalah kelopak bunga rosella merah, hal tersebut dikarenakan warna merah

yang akan dihasilkan oleh kelopak bunga rosella akan menarik minat masyarakat.

Bagian kelopak bunga rosella telah terbukti dapat menurunkan kadar asam urat

pada tikus (Yulianto, 2009) begitu juga dengan daun sirih hijau (Prasetya, 2009).

Kemudian kelopak bunga rosella memiliki rasa yang asam. Dengan mencampur

tanaman ini diharapkan dapat menghasilkan polifenol yang cukup tinggi untuk

menghambat aktivitas xantin oksidase. Selain itu, adanya daun sirih hijau dapat

mengurangi rasa asam dari kelopak bunga rosella.

Untuk memudahkan konsumsi kedua bahan tersebut, maka dibuat

minuman seduhan rosella. Dan diharapkan dapat dijadikan alternatif pemakaian

alopurinol untuk menghambat aktivitas xantin oksidase sehingga dapat

mengurangi kadar asam urat di dalam tubuh. Dengan demikian, penelitian ini

akan mempelajari formulasi minuman seduhan rosella.


3

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada bagaimana pengaruh formulasi kelopak bunga

rosella merah dengan daun sirih hijau (90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50) yang

digunakan terhadap minuman seduhan rosella dengan tambahan bahan penunjang

berupa air dan gula.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat

diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan mutu

minuman seduhan rosella dengan formulasi kelopak bunga rosella merah dengan

daun sirih hijau berbeda (90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50) terhadap minuman

seduhan rosella? Bila ada, pada formulasi berapakah yang menghasilkan mutu

fisik (uji total padatan terlarut dan warna), kimia (uji pH, fitokimia [alkaloid,

flavonoid, tanin, saponin, steroid/triterpenoid, dan kuinon], dan daya hambat

enzim xantin oksidase), organoleptik (uji hedonik dan mutu hedonik dengan

parameter warna, aroma, dan rasa)?.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian bagi mahasiswa yaitu untuk menambah pengetahuan

dan memberikan pengalaman tentang cara melakukan penelitian ilmiah, serta

untuk mengetahui karakteristik produk yang dihasilkan. Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan informasi kepada masyarakat bahwa kelopak bunga rosella

merah dengan daun sirih hijau dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat bagi

kesehatan. Bagi universitas penelitian ini berguna sebagai bagian dari

pengembangan ilmu khususnya di bidang pangan. Selain itu, penelitian ini

diharapkan dapat mendorong berkembangnya penelitian-penelitian tentang


4

kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau di Indonesia khususnya

sebagai bahan pangan.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Minuman Seduhan Rosella

Menurut Alwi (2002) minuman seduhan adalah minuman yang diseduh

dengan air panas atau dengan pemanasan tidak sampai titik didihnya. Minuman

seduhan rosella adalah kelopak bunga rosella kering yang diseduh dengan air

panas, kemudian didiamkan (Harindraputra, 2009). Menurut Chin et. al., (2006)

minuman seduhan rosella adalah minuman yang dibuat dari beberapa gram

kelopak bunga rosella kering yang di tambahkan air panas kemudian ditunggu

selama 2 sampai 4 menit. Minuman seduhan rosella juga dapat ditambahkan gula

atau bahan lainnya. Hal tersebut sesuai dengan pengertian dari Badan Standarisasi

Nasional (2014) minuman sari buah adalah minuman yang diperoleh dengan

mencampur air minum, sari buah atau campuran sari buah yang tidak

difermentasi, dengan bagian lain dari satu jenis buah atau lebih, dengan atau tanpa

penambahan gula, bahan pangan lainnya, bahan tambahan pangan yang diizinkan.

Oleh karena itu, syarat mutu yang digunakan untuk minuman seduhan rosella

digunakan syarat mutu minuman sari buah dapat dilihat pada Tabel 1.

Minuman seduhan rosella ini mempunyai warna yang khas yaitu warna

merah agak gelap. Pigmen warna merah tersebut merupakan pigmen warna yang

dihasilkan dari ekstrak kelopak bunga rosella. Pigmen atau zat warna merupakan

zat warna yang secara alami terdapat dalam tumbuhan. Zat warna merah yang
6

banyak terdapat di alam dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu karotenoid

dan antosianin. Antosianin tergolong pigmen yang disebut flavonoid yang pada

umumnya larut dalam air. Warna pigmen antosianin berwarna merah, biru, violet

dan biasanya dijumpai pada bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran. Dalam

tanaman terdapat dalam bentuk glikosida yaitu membentuk ester dengan

monosakarida (glukosa, galaktosa, ramnosa, dan kadang-kadang pentosa)

(Winarno, 2002).

Tabel 1. Syarat mutu minuman sari buah (SNI 3719-2014)


No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan
1.1 Bau - Khas, normal
1.2 Rasa - Khas, normal
1.3 Warna - Khas, normal
o
2. Padatan terlarut Brix 7,5-13,0
3. Keasaman % 0,15-0,45
4. Cemaran logam
4.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks 0,2
4.2 Kadmium (Cd) mg/kg Maks 0,2
4.3 Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0/ maks. 250*
4.4 Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,03
5. Cemaran arsen (As) mg/kg Maks. 0,1
6. Cemaran mikroba
6.1 Angka lempeng total koloni/ML Maks. 1 x 104
6.2 Koliform koloni/ML Maks. 20
6.3 Escherichia coli APM/mL <3
6.4 Salmonella sp. - Negatif/25mL
6.5 Stapghylococcus aureus - Negatif/mL
6.6 Kapang dan khamir Koloni/mL Maks. 1 x 102
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2014)

Menurut Winarti dan Firdaus (2010) antosianin pada bunga rosella

memiliki polaritas yang sama dengan air sehingga dengan pelarut air kadar

antosianin yang terdapat di dalam kelopak bunga rosella akan lebih maksimum

ter-ekstrak. Antosianin merupakan senyawa yang memberikan warna merah

keunguan pada sayuran, buah-buahan dan tanaman bunga. Antosianin merupakan

senyawa flavonoid yang terbagi atas tiga kelompok besar, yaitu: antosianidin,
7

aglikon, dan glukosida. Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 550 jenis

antosianidin. Sebagian besar antosianidin ditemukan dalam bentuk glukosida,

yaitu cyanidin, delphinidin, malvidin, pelargonidin, peonidin, dan petunidin. Pada

tanaman, antosianin sering hadir bersamaan dengan pigmen alami lainnya seperti

flavonoid, karotenoid, anthaxanthin, dan betasianin (Astawan et. al., 2008).

Senyawa flavonoid telah terbukti dapat menghamabat aktivitas enzim xantine

oksidase. Menurut Saputra (2012) teh herbal kelopak bunga rosella (Hibiscus

sabdariffa Linn) kombinasi daun gandarusa (5:5 = total 3 gram) yang dilarutkan

ke dalam 200 mL air panas (80-90 oC) dan didiamkan selama 5 menit memiliki

kandungan fitokimia alkaloid, flavonoid, glikosida, dan saponin dengan nilai IC50

(Inhibitory Concentration) sebesar 4,24 μg/mL. Hal tersebut menunjukkan bahwa

dengan konsentrasi sebesar 4,24 μg/mL aktivitas enzim oksidase dapat dihambat

sebesar 50%. Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa polifeol.

Kemudian senyawa flavonoid juga dapat mencegah penyakit kardiovaskuler

dengan cara menurunkan laju oksidasi lemak. Senyawa isoflavon (genistein dan

daidzein) pada kacang kedelai bermanfaat dalam mencegah oksidasi partikel lipid

dan menurunkan resiko terjadinya aterosklerosis. Beberapa penelitain juga

menyatakan bahwa flavonoid dapat menurunkan hiperlipidemia pada manusia.

Flavonoid juga terdiri atas beberapa macam, antara lain (a) Antosianin; (b)

Katekin; (c) Isoflavon; (d) Hesperidin; (e) Naringin; (f) Rutin; (g) Kuersetin; (h)

Tanin (Astawan et. Al., 2008). Berikut ini pejelasan singkat mengenai senyawa

tersebut:

a) Antosianin merupakan kelompok flavonoid sebagai pigmen yang yang

memberikan warna pada beberapa buah-buahan dan sayur-sayuran.


8

b) Katekin merupakan kelompok flavonoid yang banyak terdapat pada cokelat

maupun teh hijau. Katekin terdiri atas epipcatechin (EC), epicatechin gallat

(ECG), epigallo catechin (EGC), epigallocatechin gallat (EGCG) catechin

dan gallocatechin (GC) Diantara komponen tersebut EGCG merupakan

komponen biokatif yang bermanfaat bagi kesehatan.

c) Isoflavon merupakan kelompok flavonoid yang banyak terdapat pada kedelai,

ada empat bentuk isoflavon pada kedelai, yaitu: (1) aglikon; (2) glikosida; (3)

asetilglikosida; (4) malonilglikosida.

d) Hesperidin merupakan flavonoid yang banyak terdapat pada buah jeruk.

Sinergisitas hisperidin dengan vitamin C merupakan kombinasi antioksidan

yang sangat luat biasa pada buah jeruk.

e) Naringin merupakan flavonoid yang banyak terdapat pada buah anggur

kandungan naringin tersebutlah yang menyebabkan timbulnya kesan pahit

pada buah anggur.

f) Rutin merupakan komponen yang terdapt pada asparagus, soba, dan keluarga

jeruk. Rutin mempunyai kemampuan untuk memperkuat dinding pembuluh

darah.

g) Kuersetin merupakan komponen flavonoid yang banyak terdapat pada

tanaman teh, tomat, apel, kakao, anggur, dan bawang. Kuersetin memiliki

aktivitas untuk menghambat oksidasi kolesterol jahat LDL.

h) Tanin adalah komponen yang banyak terdapat pada teh, cranberries, dan buah

delima. Komponen inilah yang telah memberikan rasa pahit pada bahan

pangan tersebut.
9

Flavonoid merupakan senyawa yang larut dalam air kemudian dapat

diekstraksi dengan etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini

dikocok dengan eter. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang dapat berubah

warna bila ditambah basa atau asam sehingga mudah dideteksi. (Harborne, 1987).

Menurut Puspitasari dan Prayogo (2016) menyatakan bahwa waktu perebusan

(suhu 100 oC) ekstrak air daun kersen berpengaruh terhadap kadar flavonoid total.

Hal tersebut menunjukkan, jika perebusan yang dilakukan semakin lama maka

kadar flavonoid yang akan berkurang juga semakin banyak. Menurut Dwiyanti, et.

al., (2014) aktivitas anti oksidan teh kelopak rosella yang dibuat dengan variasi

lama penyeduhan yang paling baik terjadi pada suhu 60 oC selama 20 menit. Hal

ini diperkuat oleh pernyataan Winarti dan Firdaus (2010) pemanasan pada suhu

60 oC memiliki rata-rata nilai absorbansi tertinggi dan cukup stabil hingga suhu 80
o
C namun terjadi penurunan pada suhu 90 oC – 110 oC.

2. Bahan – Bahan Penyusun Seduhan Rosella

Pada pembuatan seduhan rosella ini bahan – bahan yang digunakan adalah

rosella,, daun sirih, air, dan gula. Berikut ini dijelaskan mengenai bahan-bahan

yang digunakan dalam pembuatan seduhan rosella, yaitu:

a. Rosella

Rosella merupakan species hibiscus yang tumbuh di negara beriklim tropis

dan sub tropis dikenal dengan nama latin “Hibiscus sabdariffa. Rosella

mempunyai nama lain seperti “Roses of anthea’ “African mallow”, ‘Roselle’,

“Rose mallow’, Indian sorrel’, “Flore de Jamaica” and Jamaica tea. Hibiscus
10

sabdariffa dikenal sebagai “Roselle” di Australia, ‘Tengamoran’ di Asam,

‘Gongura’ di Hindi, ‘Krajeab’ di Thailand, “Bissap” di Senegal, Guinea Bissau,

Mali, Burkina Faso, Ghana, Benin, Niger, Congo and France. ‘Wonjo’ di Gambia,

‘Torosh’ di Iran, ‘Sorrel’ di Carribean, ‘Karkade’ di Egypt, ‘Asam Paya’ di

Malaysia, “Luoshen Hua’ di Chinese, ‘Lamanda’ di Zambia and “Zobo’ di

Nigeria (BPOM-RI. 2010). Berikut ini adalah klasifikasi tanaman rosella dan

penampakan bunga rosella yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Bangsa : Malvales
Suku : Malvaceae
Marga : Hibiscus
Jenis : Hibiscus sabdariffa Linn.

Gambar 1. Kelopak bunga rosella (Dok. Pribadi, 2017)

Tanaman rosella ini merupakan sebuah tanaman yang habitat aslinya

berasal dari Nigeria, tetapi tumbuh berkembang di seluruh dunia, terutama daerah

tropis. Tanaman rosella merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Eropa

karena khasiatnya sebagai antioksidan alami. Rosella di Indonesia dikenal dengan

nama daerah gamet walanda (Sunda), kasturi roriha (Ternate) (BPOM-RI. 2010).
11

Terdapat beberapa macam bunga rosella yang dikenal oleh masyarakat.

Rosella dikenal oleh masyarakat berdasarkan warna bunganya. Berdasarkan

Warna bunganya, terdapat 3 jenis rosella (Haidar, 2016), yaitu: (1) Rosella merah,

rosella merah memiliki ciri-ciri kelopak bunga berwarna merah menyala, panjang,

batang kuat, tidak mudah patah, dan daunnya menjari. Kelopak bunga kering

berwarna merah dan beraroma kuat; (2) Rosella ungu, rosella ungu memiliki ciri-

ciri kelopak bunga berwarna merah gelap, agak bulat, bulu lebih banyak

dibandingkan rosella merah, daun menjari tebal dan agak membulat, dan batang

gampang patah. Kelopak bunga kering berwarna merah gelap kehitaman dan

beraroma kuat. (3) Rosella putih, rosella putih memiliki ciri-ciri kelopak

bunganya berwarna putih kekuningan dengan kapsul biji hijau segar, daun menjari

bulat, pertumbuhan lambat, dan batangnya kuat. Kelopak bunga kering berwarna

putih kecokelatan.

Pada penelitian ini jenis rosella yang akan dipakai adalah rosella merah,

hal tersebut dikarenakan masyarakat lebih mengenal rosella berwarna merah

dibandingkan dengan rosella ungu dan putih. Selain itu rosella merah juga lebih

mudah perawatannya dibandingkan dengan rosella lainnya. Kandungan kimia

tanaman ini adalah alohidroksi asam sitrat lakton, asam malat dan asam tartrat.

Antosianin yang menyebabkan warna merah pada tanaman ini, mengandung

delfinidin-3- siloglukosida, delfinidin-3-glukosida, sianidin-3-siloglukosida,

sedangkan flavonoidnya mengandung gosipetin dan mucilago

(rhamnogalakturonan, arabinogalaktan, arabinan) (BPOM-RI. 2010).

Sterol minyak biji rosella terdiri atas 61,3% β-sitosterol, 16,5%

kampasterol, 5,1% kolesterol, dan 3,2% ergosterol. Karkade (bunga kering tanpa
12

ovari) mengandung 13% campuran asam sitrat dan asam malat, dua antosianin;

gosipetin (hidroksiflavon) dan hibiskin, asam askorbat 0,004-0,005%. Mahkota

bunga mengandung glikosida-flavon hibiskritin, yang mengandung aglikon

hibisketin (BPOM-RI. 2010). Komposisi kimia kelopak bunga rosella di

tunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi kimia kelopak bunga rosella dalam 100 gr


Kandungan Nilai Kandungan Nilai
Air 9.2 gr Zat besi 8.98 mg
Protein 1.145 gr Karoten 0.029 mg
Lemak 2.61 gr Tiamin 0.117 mg
Serat 12.0 gr Riboflavin 0.277 mg
Abu 6.90 gr Niacin 3.765 mg
Asam
Kalsium 1.263 gr 6.7 mg
askorbik
Fosforus 273.2 gr
Sumber: Haidar (2016)

Menurut Okereke et al (2015) bahwa kelopak bunga rosella dengan

metode ektraksi pelarut mengandung alkaloid, tannin, saponin, fenol, dan

glikosida dengan kadar yang berbeda-beda yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi fitokimia kelopak bunga rosella


Parameter Nilai (%)
Saponin 0,96
Flavonoid 20,08
Tanin 17,00
Asam fenolat 1,10
Glycosides 0,132
Alkaloids 2,14
Sumber: Okereke et al (2015)

Secara tradisional tanaman rosella ini sudah digunakan oleh masyarakat

untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Serat batang rosella secara tradisional

digunakan sebagai bahan pembuatan karung goni, daun digunakan untuk kosmetik

dan makanan, sedangkan bijinya untuk peluruh air seni, gangguan pencernaan dan

makanan. Kelopak bunga rosella berkhasiat sebagai obat mual. Bagian tanaman
13

yang berkhasiat adalah bunga. Seduhan bunga rosella memiliki efek

memperlancar buang air besar. Bunga rosella banyak digunakan untuk

mengurangi nafsu makan, gangguan pernafasan yang disebabkan flu, dan rasa

tidak enak di perut. Rosella digunakan untuk mengatasi bisul dan radang pada

kulit, luka bakar, sariawan, dan infeksi herpes zoster (BPOM-RI. 2010). Menurut

Saputra (2012) kelopak bunga rosella memiliki aktivitas daya hambat xantin

oksidase sebesar 19,51 ppm secara in-vitro. Pada penelitian in-vivo ekstrak air

kelopak bunga rosella terbukti dapat menurunkan kadar asam urat menggunakan

metode uji urikostatik dengan dosis 46,25 mg/KgBB (Wahyuningsih, 2015).

b. Daun Sirih

Daun sirih dari beragai tempat mempunyai nama populer atau nama

panggilannya masing-masing, meskipun di satu negara sekali-pun. Berikut ini

beberapa nama – nama sirih dari beberapa tempat: (1) Sanskrit: Nagavallari,

Nagini, Nagavallika,Tambool, Saptashira, Mukhbhushan, Varnalata; (2)

Malaysia: Sirih, Sirih melayu, Sirih cina, Sirih hudang, Sirih carang, Sirih kerakap

(3) English: Betel, Betel pepper, Betel-vine: (4) Tamil: Vetrilai; (6) Telugu:

Nagballi, Tamalpaku; (7) Hindi: Pan; (8) Gujurati: Nagarbael; (9) Marathi:

Nagbael; (9) Bengali: Pan; (10) Arabic: Tambol, Tambool; (11) Semang: Serasa,

Cabe; (12) Jakun: Kerekap, Kenayek; (13) Sakai: Jerak; (14) Javanese: Sirih,

Suruh, Bodeh; (15) Thai: Pelu (Pradhan et al 2013).

Menurut Prahastuti dan Tambunan (2004) tanaman sirih termasuk kedalam

famili Piperecease (sirih – sirihan) dan secara morfologi tanaman ini memiliki 2

macam sulur, yaitu sulur panjat dan sulur cabang (muncul di ketiak daun). Di
14

Indonesia, terdapat 4 macam sirih, yaitu: (1) daun sirih berwarna hijau tua, rasa

pedas merangsang (banyak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur); (2) daun

sirih berwarna kuning (banyak terdapat di Sumatera dan Jawa Barat); (3) sirih

kaki merapti, daun berwarna kuning dengan tulang daun merah; dan (4) sirih

hitam yang ditanam khusus untuk obat. Pada penelitin ini dipilih daun sirih hijau

karena daun sirih hijau adalah daun sirih yang paling dikenal oleh masyarakat luas

dan sudah lama digunakan sebagai tanaman herbal. Berikut ini adalah klasifikasi

tanaman daun sirih hijau dan penampakan tanaman sirih hijau ditunjukkan pada

Gambar 2.

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Piperales
Bangsa : Piperaceae
Suku : Piper
Marga : betle
Jenis : Piper betle L.

Gambar 2. Daun sirih hijau (Dok. Pribadi, 2017)

Tabel 4 menunjukkan kandungan kimiawi pada daun sirih hijau yang

dilaporkan oleh Pradhan et al (2013). Aroma langu yang sangat spesifik dan tajam
15

disebabkan oleh fenol dan terpen. Kandungan total fenol berbeda-beda tergantung

dari varietas jenis kelaminnya.

Tabel 4. Kandungan kimia daun sirih hijau


Kandungan Nilai Kandungan Nilai
Kadar Air 85-90% Vitamin C 0,005-0,01%
Protein 3-3,5% Asam Nikotin 0,63-0,89 mg/100gr
Karbohidrat 0,5-6,1% Vitamin A 1,9-2,9 mg/100gr
Mineral 0,3-3,3% Thiamine 10-70 μg/100gr
Lemak 0,4-1% Riboflavin 1,9-30 μg/gr
Serat 2,3% Kalsium 0,2-0,5%
Minyak Essensial 0,08-0,2% Besi 0,5-0,7%
Tannin 0,1-1,3% Iodine 3,4 μg/100gr
Alkaloid (Arakene) + Phosphorus 0,05-0,6%
Potassium 1,1-4,6%
Sumber : Pradhan et al (2013).
Ket: (+) = Menandakan positif mengandung konstituen

Tanaman jantan memiliki kandungan fenol lebih tinggi dan 2 kali lebih

tinggi mengandung tiosianat bila dibandingkan dengan tanaman betina. Kualitas

daun sirih hijau dipengaruhi oleh kandungan fenolik, yaitu kandugan fenolik yang

lebih tinggi menunjukkan bahwa kualitas daun lebih baik. Belakangan ini banyak

penelitain menunjukkan bahwa daun sirih mengandung pati, diastase, gula, dan

minyak essensial, antara lain: safrole, allyl pirokatekol monosetat, eugenol,

terpinen-4-ol, eugenil asetat, sebagai komponen utama. Berdasarkan hasil

penelitian kandungan fitokimia pada daun sirih hijau menunjukkan adanya

alkaloid, karbohidrat, asam amino, tanin, dan komponen steroid.

Bagian tengah dari daun sirih hijau mengandung lebih banyak tanin

dibandingkan bagian yang lainnya. Kandungan yang terdapat pada terpenoid

adalah 1,8-cineole, cadinen, camphen, caryophyllene, limonen, pinen, chavicol,

dan ally pyrocatchol, carvacol, safrol, eugenol, chavibetol adalah komponen

utama dari fenol yang telah terbukti ditemukan pada daun sirih hijau. Eugenol
16

diidentifikasi sebagai anti jamur dalam minyak. Kemudian pada daun sirih hijau

yang masih segar mengandung lebih banyak enzim diastase minyak esensial dan

gula dibandingkan dengan daun yang sudah layu (Pradhan et al, 2013). Hasil

analisis fitokimia pada daun sirih hijau dengan ekstrak etanol ditunjukkan pada

Tabel 5.

Tabel 5. Hasil analisis kualitatif fitokimia daun sirih hijau


Fitokimia Indikasi
Tanin +
Anthraquinon +
Flavonoid +
Alkaloid +
Terpenoid +
Saponin +
Kardiak glikosida +
Glikosida +
Gula pereduksi +
Phlobatanins +
Sumber: Kumari dan Rao (2015).
Ket: (+) = Menandakan positif mengandung konstituen

Banyak Penelitian sampai saat ini yang memberikan informasi tentang

potensi daun sirih hijau, yaitu sebagai obat: (1) Sakit mata; (2) Eksem; (3) Bau

mulut; (4) Kulit gatal; (5) Dapat menghilangkan jerawat; (6) Pendarahan gusi; (7)

Mimisan; (8) Bronkitis; (9) Batuk; (10) Sariawan; (11) Luka; (12) Keputihan; (13)

Sakit jantung; (14) Sifilis; (15) Alrgei/Biduren; (16) Diare; (17) Sakit gigi

(Yuniarti, 2008).

Putri dan Farida (2013) menyatakan bahwa sirih hijau positif mengandung

asam fenolat dan flavonoid. Kandungan asam fenolat dan flavonoid sebesar

1,1700% dan 0,0611% dengan nilai IC50 sebesar 10,74μg/mL pada ekstrak dengan

kadar pelarut etanol 70%. Sedangkan pada ekstrak dengan kadar pelarut etanol

96% menunjukkan kandungan asam fenolat dan flavonoid lebih rendah, yaitu

sebesar 1,1681% dan 0,0504% dengan nilai IC50 sebesar 26.51μg/mL. Menurut
17

Widuri (2011) ekstrak daun sirih hijau mengandung senyawa alkaloid, flavonoid,

tanin, saponin, dan antrakuinon dan berpotensi menghambat enzim xantin okidase

dengan nilai IC50 sebesar 245,30 ppm. Menurut Prasetya (2009) pada

penelitiannya secara in-vivo yang menguji efek penurunan kadar asam urat dalam

menggunakan ekstrak daun sirih (Piper betel L) dengan etanol 70% yang

dicobakan pada tikus putih jantan yang diinduksi dengan kafeina, bahwa dengan

dosis 166 mg/KgBB/Hari dapat menurunkan kadar asam urat.

c. Air (H2O)

Air adalah sutu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau, dan warna. Air

yang layak minum menurut Menteri Kesehatan di dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum, menyatakan bahwa air minum adalah air yang

melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat

kesehatan dan langsung dapat diminum. Syarat kualitas air minum Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010

ditunjukkan pada Tabel 6.

Air merupakan molekul yang disusun oleh sebuah atom oksigen yang

berikatan secara kovalen dengan 2 atom hidrogen (H2O) (Andarwulan, 2011).

Apabila air diturunkan suhunya, akan terjadi pelepasan panas yang

mengakibatkan pergerakan molekul air diperlambat dan volumenya mengecil.

Pengecilan volume ini terjadi hanya sampai suhu 4 oC. Ketika air diturunkan

suhunya sampai 0 oC volume air kembali mengembang. Setelah suhu mencapai 0


o
C, panas kembali dilepaskan dan terbentuklah kristal es dengan volume yang
18

meningkat secara mendadak. Pola perubahan volume air akibat penurunan suhu

teresbut disebut sifat anomali air. Air memiliki sifat fisik sepereti yang terdapat

pada Tabel 7.

Tabel 6. Persyaratan kualitas air minum


No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Parameter yang berhubunga
I
dengan kseshatan
A Parameter Mikrobiologi
1 E, coli JumLah per 100 mL sampel 0
2 Total coliform JumLah per 100 mL sampel 0
B Parameter Anorganik
3 Arsen mg/L 0,01
4 Fluorida mg/L 1,5
5 Kromium mg/L 0,05
6 Kadmium mg/L 0,003
7 Nitrit mg/L 3
8 Nitrat mg/L 50
9 Sianida mg/L 0,07
10 Selenium mg/L 0,01
Parameter yang tidak
II langsung berhubunga dengan
kesehatan
A Parameter Fisik
11 Bau - Tidak berbau
12 Warna TCU 15
13 Total zat padat terlarut mg/L 500
14 Kekeruhan NTU 5
15 Rasa - Tidak berasa
o Suhu udara +/-
16 Suhu C
3
B Parameter Kimiawi
17 Aluminium mg/L 0,2
18 Besi mg/L 0,3
19 Kesadahan mg/L 500
20 Klorida mg/L 250
21 Mangan mg/L 0,4
22 pH 6,5-8,5
23 Seng mg/L 3
24 Sulfat mg/L 250
25 Tembaga mg/L 2
26 Amonia mg/L 1,5
Sumber: Menteri Kesehatan (2010)
19

Tabel 7. Beberapa sifat fisik air


Sifat fisik Nilai
Berat molekul 18,01534
Titik leleh/titik beku pada 1 atm 0,000 oC
Titik didi pada 1 atm 100 oC
Suhu kritis 374,15 oC
Tekanan kritis 218,6 atm
Triple point 0,0099 oC dan 4,579 mmHg
Densitas 0,998203 pada 20 oC
Viskositas 1,002 x 10-3 Pa.s pada 20 oC
Tegangan permukaan 72,75 x 10-3 (N/m) pada 20 oC
Tekanan uap 2,337 x 10-3 Pa pada 20 oC
Kapasitas panas 4,1819 J/KgoK pada 20 oC
Konduktivitas panas 5,983 x 102 J/m.s.k pada 20 oC
Difusuvutas panas 1,4 x 105 m2/s pada 20 oC
Sumber: Andarwulan dkk (2011)

d. Gula (Sukrosa)

Gula adalah suatu istilah umum yang sering diartikan sebagai karbohidrat

yang digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri pangan baisanya

digunakan untuk menyatakan sukrosa, gula yang diperoleh dari bit ataupun tebu.

Kemudian pada masyarakat umum gula disebut juga sebagai gula pasir. Gula yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sukrosa atau gula pasir yang sering dipakai

oleh masyarakat umum untuk melakukan pengolahan maupun pengawetan bahan

pangan sehari-hari dan berwarna putih bersih. Gula berfungsi sebagai bahan

pemanis, dan juga bahan pengawet alami. Gula pasir yang biasa digunakan dalam
20

industri pangan harus memenuhi standar mutu yang dikeluarkan oleh Badan

Standarisasi Nasional (BSN). Standar mutu gula pasir yang telah ditetapkan oleh

BSN dapat dilihat pada Tabel 8, sebagai berikut:

Tabel 8. Syarat mutu gula pasir (SNI 3140.3:2010)


Persyaratan
No. Parameter Uji Satuan
GKP 1 GKP 2
1. Warna
1.1 Warna kristal CT 4,0-7,5 7,6-10,0
1.2 Warna larutan (ICUMSA) IU 81-200 201-300
2 Besar jenis butir Mm 0,8-1,2 0,8-1,2
3 Susut pengeringan (b/b) % Maks 0,1 Maks 0,1
4 Polarisasi (oZ, 20oC) “Z” Min 99,6 Min 99,5
5 Abu konduktiviti (b/b) % maks 0,10 Maks 0,15
6 Bahan tambahan pangan
6.1 Belerang dioksida (SO2) mg/kg maks 30 Maks 30
7. Cemaran logam
7.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks 2 Maks 2
7.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks 2 Maks 2
7.3 Arsen (As) mg/kg Maks 1 Maks 1
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2010)

Gula atau sukrosa terdiri dari dua molekul monosakarida yaitu glukosa dan

fruktosa sehingga termasuk golongan dari disakarida. Kedua molekul ini

dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Ikatan glikosidik ini terjadi antara dua

monosakarida dengan cara kondensasi atom C nomor 1 dengan gugus hidroksil

dari salah satu atom C nomor 2, 4, dan 6 pada monosakarida yang lain dan

membentuk disakarida dengan melepas 1 molekul air (Roni, 2008). Struktur kimia

sukrosa dapat dilihat pada Gambar 3.


21

Gambar 3. Struktur kimia sukrosa (Armansyah, 2017)

3. Proses Pembuatan Minuman Seduhan Rosella

Secara umum pembuatan minuman seduhan dilakukan dengan cara

menambahkan air panas dan didiamkan beberapa menit agar sarinya terekstrak

secara maksimal. Pembuatan minuman seduhan menurut Daroini (2006),

menyatakan bahwa proses pembuatan seduhan teh herbal yang akan dibuat terdiri

dari campuran bahan berupa teh hijau, bangle, dan daun ceremai meliputi

beberapa tahapan yaitu sortasi, pengecilan ukuran, penyeduhan (ekstraksi), dan

penyaringan (filtrasi). Diagram alir proses pembuatan seduhan teh herbal (teh

hijau, bangle, dan daun ceremai) ditunjukkan pada Gambar 4.

a. Penyeduhan

Air yang digunakan untuk membuat seduhan adalah sebanyak 100 mL.

Masing-masing formulasi tersebut diekstrak dengan cara didiamkan dalam air

panas suhu 90ºC selama 5 menit. Penyeduhan merupakan salah satu proses

ekstraksi (Daroini, 2006). Proses ekstraksi dilakukan untuk mendapatkan filtrat

dengan cara pengepresan, penghancur dengan blender atau dengan cara

perebusan. Tahap ekstraksi adalah proses pemisahan komponen tertentu dari

dalam suatu bahan atau campuran, baik dengan cara kimia, fisika, ataupun
22

mekanis (Yasni, 2013). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memiliki

metode ekstraksi adalah tujuan ekstraksi, skala ekstraksi, sifat komponen yang

akan diekstrak, sifat pelarut yang akan digunakan, penggunaan ekstrak, serta

penggunaan ulang pelarut (Yasni, 2013).

Teh hijau, bangle, daun Air


Ceremai (1 : 1 : 3) (100 mL)

Kayu manis : air Penyeduhan Daun stevia : Air


(1:10) (80-90 oC – 5 menit) (1:10)

Ekstraksi Ekstraksi
Penyaringan (80-90oC, 15 mnt)
(80-90oC, 15 mnt)

Ekstrak kayu Ekstrak daun


Ekstrak teh herbal
manis (7,5 mL) stevia (10 mL)

Pencampuran dan
Pengadukan

Minuman teh herbal

Gambar 4. Diagram alir proses pembuatan seduhan teh herbal (teh hijau, bangle,
dan daun ceremai) (Daroini, 2006)

b. Penyaringan (Filtrasi)
23

Setelah 5 menit air seduhan teh herbal disaring dan diambil filtratnya.

Proses penyaringan dilakukan untuk memisahkan padatan atau ampas dan filtrat

yang dihasilkan. Penyaringan dapat dilakukan dengan menggunakan alat saring

ataupun kain saring (Daroini, 2006).

c. Pencampuran dan pengadukan

Pada uji organoleptik, dilakukan penambahan ekstrak daun stevia. Ekstrak

daun stevia yang ditambahkan pada setiap formulasi adalah sebanyak 10 mL.

Penambahan ekstrak daun stevia sebanyak 10 mL dilakukan secara trial error.

Penambahan ini bertujuan agar minuman teh herbal ini lebih disukai secara

organoleptik. Cara pembuatan ekstrak daun stevia adalah sebagai berikut serbuk

daun stevia dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:10, dan diekstraksi

selama 15 menit. Kemudian dilakukan penyaringan. Filtratnya digunakan sebagai

bahan tambahan pada teh herbal sedangkan ampasnya dibuang. Daun stevia yang

ditambahkan berfungsi sebagai pemanis. Sampel terpilih hasil uji organoleptik

dengan nilai hedonik tertinggi, selanjutnya ditambahkan ekstrak kayu manis.

Ekstrak kayu manis yang ditambahkan adalah sebanyak 7,5 mL. Pembuatan

ekstrak kayu manis sama seperti pembuatan ekstrak daun stevia. Kayu manis

diekstrak pada suhu 90 oC selama 15 menit. Perbandingan kayu manis dan air

untuk membuat ekstrak kayu manis adalah 1:10. Hasil rebusan kayu manis

disaring dan diambil filtratnya. Filtrat kayu manis selanjutnya ditambahkan pada

filtrat teh herbal. Filtrat teh herbal, ekstrak daun stevia dan kayu manis

selanjutnya dicampurkan dan diaduk dan jadilah minuman the herbal (Daroini,

2006)..
24

d. Minuman Teh Herbal

Minuman teh herbal yang dibuat dari campuran teh hijau, bangle, dan daun

ciremai yang kemudian diseduh degan air panas (80-90 oC) dan didiamkan selama

5 menit. Pada minuman teh herbal ini ditambahakan bahan tambahan berupa

ekstrak daun stevia dan ekstrak kayu manis (Daroini, 2006).

4. Enzim Xantin Oksidase

Enzim sendiri berasal dari bahasa yunani, enzymes yang artinya adalah

penyebab suatu perubahan. Perubahan yang disebabkan oleh enzim ini salah

satunya dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kita melihat buah-

buhan yang semulanya masih mentah berubah menjadi matang. Enzim merupakan

katalis protein yang dibentuk di dalam sel tubuh makhluk hidup. Karena berfungsi

sebagai katalis, enzim memiliki fungsi yang relatif dominan dan menyangkut

seluruh aktivitas kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Enzim mempunyai

sifat atau karakter tertentu sehingga dapat bermanfaat bagi tubuh manusia.

Adapun sifat-sifat enzim antara lain sebagai berikut, yaitu (1) salah satu bentuk

protein, artinya memiliki sifat seperti bekerja pada suhu kamar dan dapat

kehilangan aktivitasnya karena pH yang terlalu asam atau basa; (2) mudah rusak,

artinya sebagian besar (sekitar 47,7%) enzim mudah rusak jika berada pada suhu

di atas 50 oC enzim tersebut tidak akan berfungsi lagi meskipun telah kembali

berada pada suhu yang normal; (3) mempercepat reaksi, artinya enzim hanya

bekerja untuk mengubah kecepatan reaksi atau mempercepat suatu reaksi, tapi

tidak ikut dalam reaksi tersebut. Sehingga enzim tidak mengubah produk akhir

yang dibentuk atau memengaruhi keseimbangan reaksi yang sedang terjadi; dan
25

(4) bekerja secara spesifik artinya satu enzim hanya dapat melakukan satu tugas

atau memengaruhi satu reaksi saja (Suranto, 2011).

Xantin oksidase (XO) adalah suatu enzim yang berperan penting dalam

sintesis asam urat, yang sangat aktif bekerja di dalam hati, usus halus, dan ginjal.

Xantine oksidase adalah keluarga molybdenum-protein yang mengandung 1 (satu)

molybdenum, 1 (satu) flavin adenine dinucleotides (FAD), dan 2 besi-sulfur (2Fe-

2S) pusat dari jenis ferredoxin yang masing-masing terdiri dari 2 subunit

independen. Enzim (XO) memiliki 2 tempat untuk mengikat substrat (Kostic et al,

2015). Xantin oksidase merupakan enzim yang berperan dalam mengkatalisis

oksidasi hipoxantin menjadi xantin dan asam urat. Oleh karena itu, penghambatan

xantin oksidase menjadi target untuk menurunkan produksi asam urat. Mekanisme

pembentukan xantin menjadi asam urat yang dikatalis oleh xantin oksidase

ditunjukkan Gambar 5.

Gambar 5. Mekanisme pembentukan xantin menjadi asam urat yang dikatalis


oleh xantine oksidase (Kostic et al, 2015)
26

Mekanisme di atas menunjukkan bahwa xantin oksidase berperan penting

dalam pembentukan asam urat. Selama proses pembentukan asam urat oleh

bantuan xantin oksidase, atom oksigen dari molibdenum ditransfer ke xantin.

molekul oksigen bertindak sebagai akseptor elektron, menghasilkan superoksida

radikal dan hidrogen peroksida. Selama reaksi ini, radikal anion superoksida (O2)

dan hidrogen peroksida (H2O2) terbentuk. Anion radikal superoksida secara

spontan atau di bawah pengaruh superoksida dismutase enzim (SOD) diubah

menjadi hidrogen peroksida dan oksigen. Hidrogen Peroksida yang terbentuk pada

reaksi tersebut merupakan senyawa yang berbahaya bagi tubuh. Bila H2O2

tertelan, maka akan terjadi iritasi sampai kerusakan berat pada saluran cerna.

Kereacunan sistemik akan menyebabkan sakit kepala, pusing, muntah, diare, mati

rasa, kejang, edema paru, kehilangan kesadaran sampai syok (Halliwell et al,

2000). Oleh karena itu, penghambatan terbentuknya asam urat juga menghambat

terbentuk senyawa racun H2O2. Reaksi terbentuknya asam urat ditunjukkan pada

Gambar 6.

Gambar 6. Reaksi terbentuknya asam urat (Kostic et al, 2015)

5. Flavonoid

Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari C6 – C3 – C6, flavonoid

umumnya terdapat pada tumbuhan sebagai glikosida. Gugusan gula bersenyawa

pada satu atau lebih grup hidroksil fenolik. Gugus hidroksil selalu terdapat pada
27

karbon No.5 dan No.7 pada cincin A. Pada cincin B gugusan hidroksil atau

alkoksil terdapat pada karbon No.3 dan No.4. Gambar struktur flavonoid dapat

dilihat pada Gambar 7.

3'
2' 4'

8 1
2
1' B 5'
7
A C 3
6'
6
5 4

Gambar 7. Struktur Flavonoid (Sirait, 2007)


Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air, di mana

senyawa ini dapat diekstraksi dengan etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air.

Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila ditambah basa

atau amonia. Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan

karena itu menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV dan

spektrum tampak. Gugus C5- dan C-7 hidroksil dan ikatan rangkap antara C-2

dan C-3 mempunyai daya inhibisi yang tinggi pada xantin oksidase. Sedangkan

adanya ikatan rangkap pada flavonoid memungkinkan reaksi adisi (oksidasi oleh

xantin oksidase) (Cos et al., 1998; di dalam Hoorn et al. 2002). Mekanisme

penghambatan xantin oksidase oleh flavonoid, yaitu menggantikan alopurinol

dalam menghambat pembentukan asam urat oleh xantin oksidase ditunjukkan

pada Gambar 8.
28

Gambar 8. Mekanisme penghambatan enzim xantin oksidase dengan modifikasi


(Kostic et al, 2015)

Hoorn et al. (2002) menunjukkan dengan jelas bahwa cincin aromatik A dari

struktur flavonoid diperlukan untuk penghambatan optimal enzim xantin oksidase.


29

Enroth et al., (2000) di dalam Hoorn et al., (2002) menduga bahwa cincin flavon

aromatik A dan C memiliki interaksi yang diperlukan untuk penghambatan enzim

xantin oksidase. Hal tersebut menunjukkan bahwa cincin aromatik A dari struktur

flavonoid tidak cukup untuk menginduksi penghambatan enzim xantin oksidase.

Hal ini mengindikasikan bahwa setidaknya satu gugus hidroksil diperlukan, pada

cincin aromatik A no. 7 untuk menghambat xantin oksidase oleh flavonoid.

Adanya gugus C-5 hidroksil (cincin aromatik A no. 5) dan gugus C-7 hidroksil

(cincin aromatik A no. 7) dapat menurunkan nilai IC50 secara signifikan.

Berdasarkan Gambar 9, menunjukkan kesamaan struktural antara 5,7

dihidroksiflavon (cincin A) dengan substrat xantin dalam bentuk enol. Kelompok

hidroksil yang berkontribusi positif lainnya dapat meningkatkan afinitas dengan

pembentukan ikatan hidrogen tambahan (Hoorn et al. 2002).

Gambar 9. Kesamaan struktural antara bentuk xantin enol dan 5,7-


dihidroksilflavon menunjukkan lokasi pengikatan serupa
di pusat alosterik xantin oksidase.
30

B. Kerangka Berpikir

Asam urat merupakan penyakit yang menyerang sendi ibu jari kaki, tumit,

lutut, pergelangan tangan dan kaki, siku, dan jari tangan. Pembentukan asam urat

dikatalis oleh enzim xantin oksidase. Aktivitas enzim xantin oksidase dapat

dihambat oleh aloporinol, tetapi pemakaian alopurinol memiliki banyak efek

negatif. Kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau mempunyai kandungan

senyawa antioksidan yaitu dari golongan polifenol (flavonoid) yang dapat

menghambat aktivitas enzim xantin oksidase. Dengan mencampur tanaman ini

diharapkan dapat menghasilkan polifenol yang cukup tinggi untuk menghambat

aktivitas xantin oksidase. Selain itu, daun sirih hijau memiliki rasa pahit dan

kelopak bunga rosella memiliki rasa yang asam. Untuk memudahkan konsumsi

kedua bahan tersebut, maka dibuat minuman seduhan rosella. Diharapkan adanya

rosella yang memiliki rasa asam dapat mengurangi rasa pahit dari daun sirih hijau.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap formulasi

kelopak bunga rosella dan daun sirih hijau terhadap minuman seduhan rosella.

Pengujian meliputi mutu fisik (uji total padatan terlarut dan warna), kimia

(uji pH, fitokimia [alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid/triterpenoid, dan

kuinon], dan daya hambat enzim xantin oksidase), dan organoleptik (uji hedonik

dan mutu hedonik dengan parameter [warna, aroma, dan rasa]). Skema kerangka

berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 10.


31

C. Perumusan Hipotesis

Diduga formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau
berbeda (90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50 ) memengaruhi mutu minuman
seduhan rosella.

 Asam urat merupakan penyakit yang menyerang sendi ibu jari kaki, tumit,
lutut, pergelangan tangan dan kaki, siku, dan jari tangan.
 Pembentukan asam urat dikatalis oleh enzim xantin oksidase
 Alopurinol merupakan obat digunakan untuk menghambat aktivitas enzim
xantin oksidase tetapi memiliki banyak efek negatif.

Alternatif : polifenol (flavonoid)


menurunkan aktivitas enzim xantin oksidase

Daun sirih hijau: Kelopak bunga rosella merah:


Mengandung polifenol dan rasa pahit Mengandung polifenol dan rasa
asam

Perlu dilakukan penelitian terhadap formulasi kelopak bunga rosella


merah dan daun sirih hijau terhadap mutu minuman seduhan rosella

Kelopak bunga rosella merah : Daun sirih hijau (total 20 gram)


500mL air & 60 gram gula
A1 = 90% : 10%
A2 = 80% : 20%
A3 = 70% : 30%
A4 = 60% : 40%
A5 = 50% : 50%

Minuman seduhan rosella

Uji Fisik : Uji Kimiawi :


 Warna  Totalberpikir
Gambar 10. Skema kerangka padatan terlarut (TPT)
 Uji pH
 Uji Fitokimia
 Uji Penghambatan Enzim
xantin oksidase

Organoleptik : Uji Hedonik dan Mutu hedonik (Warna, rasa, aroma)

Ket : yang di uji


32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium pengolahan Pangan Universitas

Sahid (Organoleptik) Jakarta, Laboratorium LIPI Bogor (uji total padatan

terlarut, Warna, pH dan uji aktivitas enzim xantin oksidase), Laboratorium

Biofarmaka (Uji Fitokimia). Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2016 –

Oktober 2018, jadwal penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1 dan perkiraan

biaya penelitian pada Lampiran 2.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini terdiri atas variabel bebas, variabel terikat, dan

variabel terkontrol.

a. Variabel Bebas

Variabel bebas yang diteliti terdiri dari 1 faktor, yaitu perbandingan dari

formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau. Variable bebas

terdiri dari 5 taraf, antara lain :

Formulasi A1 : kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 90:10


Formulasi A2 : kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 80:20
Formulasi A3 : kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 70:30
Formulasi A4 : kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 60:40
Formulasi A5 : kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 50:50
33

b. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah mutu seduhan rosella dari

kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau. Mutu minuman seduhan

rosella meliputi mutu fisik (uji warna), kimia (uji total padatan terlarut, pH,

fitokimia [alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid/triterpenoid, dan kuinon],

dan daya hambat enzim xantin oksidase), organoleptik (uji hedonik dan mutu

hedonik dengan parameter warna, aroma, dan rasa).

c. Variabel Terkontrol

Variabel terkontrol adalah variabel yang dipertahankan tetap (tidak berubah)

selama penelitian. Variabel terkontrol pada penelitian ini adalah bahan penunjang

yang digunakan, yaitu air, gula, suhu pemanasan, dan waktu pendiaman.

2. Definisi Operasional

a. Minuman seduhan rosella merupakan minuman yang dibuat dari formulasi

kelopak bunga rosella merah kering dan daun sirih hijau segar dengan

konsentrasi berbeda dan ditambahkan gula pasir serta air, dan dilakukan

pemanasan sampai suhu 90 oC dan didiamkan selama 30 menit. Setelah

proses pendiaman selama 30 menit dilakukan penyaringan, maka jadilah

minuman seduhan rosella.

b. Kelopak bunga rosella merah adalah kelopak bunga yang diambil dari

tanaman rosella merah (Hibiscus sabdarifa Linn).

c. Daun sirih hijau adalah daun yang diambil dari tanaman sirih hijau (Piper

betle Linn).
34

d. Mutu formulasi minuman seduhan rosella dari campuran 3,45 % kelopak

bunga rosella merah dan daun sirih hijau adalah mutu fisik, kimia, dan

organoleptik.

e. Uji organoleptik adalah pengujian hedonik dan mutu hedonik minuman

seduhan rosella dengan alat indera manusia daun formulir uji terhadap

parameter warna, aroma, dan rasa.

f. Uji fisik adalah pengujian total padatan terlarut (TPT) dengan refraktometer

dan pengujian warna dengan hunterLab colourflex EZ terhadap minuman

seduhan rosella.

g. Uji kimia adalah pengujian pH menggunakan pH meter, fitokimia [alkaloid,

flavonoid, tanin, saponin, steroid/triterpenoid, dan kuinon], dan daya hambat

enzim xantin oksidase dengan spektrofotometer UV-Vis.

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengetahui formulasi terbaik dari komposisi

bunga rosella dengan daun sirih hijau yang digunakan. Penelitian ini dilakukan

dalam 2 tahap, yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap penelitian utama.

1. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui rentang formulasi

minuman seduhan rosella yang disukai oleh panelis. Uji yang digunakan pada

penelitian pendahuluan adalah uji hedonik terhadap parameter warna, aroma, dan

rasa. Cara pembuatan minuman seduhan rosella pertama masing-masing kelopak

bunga rosella dan daun sirih hijau segar dilakukan sortasi. Sebelumnya, kelopak

bunga rosella dilakukan pengeringan selama 7 hari di bawah sinar matahari.


35

Setelah itu, dilakukan pengecilan ukuran serta dilakukan formulasi (90:10),

(50:50), (10:90) dengan berat total campuran, yaitu 20 gram dan dilakukan

penambahan air sebanyak 500 mL. Kemudian dilakukan pemanasan suhu 90 oC,

setelah itu ditambahkan gula sebanyak 60 gram dan didiamkan selama 30 menit.

Kemudian dilakukan penyaringan dengan kain saring (100 mesh). Semua tahap

tersebut dipakai dalam penelitian ini.

Berikut ini hasil uji hedonik minuman seduhan rosella berdasarkan

parameter warna, aroma, dan rasa dari minuman sari rosella ditunjukkan pada

Tabel 9.

Tabel 9. Persentasi hasil uji hedonik minuman seduhan rosella


Skor Warna Aroma Rasa
Hedonik 351 145 321 351 145 321 351 145 321
5 10% 5% 5% 40% 40% 5% 20% 5% 25%
4 60% 50% 5% 5% 0% 25% 5% 15% 5%
JumLah 70% 55% 10% 45% 40% 30% 25% 20% 30%
Keterangan: Kode:
351 = Kelopak bunga rosella : daun sirih hijau (90:10)
145 = Kelopak bunga rosella : daun sirih hijau (50:50)
321 = Kelopak bunga rosella : daun sirih hijau (10:90)
Skor hedonik:
5 = Sangat suka
4 = Suka
3 = Agak Suka
2 = Kurang Suka
1 = Tidak Suka

Hasil penelitian pendahuluan minuman seduhan rosella, yang dilakukan

oleh 20 orang panelis menunjukkan bahwa minuman seduhan rosella dengan kode

351, 145, dan 321 merupakan formulasi yang dapat diterima oleh panelis, pada

parameter, warna, aroma, dan rasa. Penilaian terhadap kesukaan warna dilakukan

dengan cara mengamati warna dari minuman seduhan rosella yang dihasilkan.

Tingkat kesukaan yang paling tinggi mewakili warna yang paling disukai oleh
36

panelis. Sebanyak 70% dari panelis menyatakan kesukaan (skala 4-5) terhadap

minuman seduhan rosella dengan kode 351. Warna minuman seduhan rosella

dengan kode 145 disukai oleh 55% panelis, sementara kode 321 disukai oleh 10%

panelis. Dapat disimpulkan bahwa minuman seduhan rosella dengan kode 351 dan

145 lebih banyak disukai oleh konsumen pada parameter warna. Hal tersebut

menunjukkan bahwa warna merah dari bunga rosella dapat menarik perhatian dari

panelis.

Penilaian terhadap aroma dilakukan dengan cara mencium aroma dari

minuman seduhan rosella yang dihasilkan. Tingkat kesukaan yang paling tinggi

mewakili aroma yang paling disukai oleh panelis. Panelis menyatakan kesukaan

minuman seduhan rosella paling banyak pada kode 351 dengan kesukaan sebesar

45%. Aroma minuman seduhan rosella pada kode 145 adalah 40%, sedangkan

pada kode 321 adalah 30%. Dapat disimpulkan bahwa minuman seduhan rosella

dengan kode 351 dan 145 lebih banyak disukai oleh konsumen pada parameter

aroma. Hal tersebut menunjukkan bahwa aroma dari kelopak bunga rosella lebih

disukai oleh panelis.

Penilaian terhadap rasa dilakukan dengan cara mencicipi rasa dari

minuman seduhan rosella yang dihasilkan. Tingkat kesukaan yang paling tinggi

mewakili rasa yang paling disukai oleh panelis. Panelis yang menyatakan

kesukaan tertinggi sebesar 30% terhadap rasa dari minuman seduhan rosella

dengan kode 321. Kemudian pada kode 351 dan kode 145 panelis menyatakan

kesukaannya terhadap minuman seduhan rosella secara berturut-turut adalah 25%

dan 20%. Hal tersebut menunjukkan bahwa rasa yang dihasilkan dari daun sirih

hijau dan kelopak bunga rosella hanya berbeda sedikit.


37

Berdasarkan hasil tersebut maka pada penelitian utama akan diambil

rentang penelitian dengan nilai rata-rata paling disukai oleh panelis yaitu rentang

antara kode 351 sampai dengan 145, yaitu sebagai berikut:

Formulasi A1 : kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 90:10


Formulasi A2 : kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 80:20
Formulasi A3 : kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 70:30
Formulasi A4 : kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 60:40
Formulasi A5 : kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 50:50

2. Penelitian Utama

Penelitian utama merupakan penelitian lanjutan yang dilakukan

berdasarkan hasil penelitian pendahuluan. Penelitian ini dilakukan untuk mencari

hubungan sebab akibat sehingga digunakan metode eksperimen. Rancangan

percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

faktor (konsentrasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau) dengan

lima taraf (perbedaan konsentrasi formulasi kelopak bunga rosella merah dan

daun sirih hijau) dan tiga kali ulangan Rancangan percobaan dapat dilihat pada

Tabel 10.

Tabel 10. Rancangan percobaan formulasi minuman seduhan rosella


Ulangan Formulasi
A1 A2 A3 A4 A5
1 A11 A21 A31 A41 A51
2 A12 A22 A32 A42 A52
3 A13 A23 A33 A43 A53

Keterangan:
A1 : Formulasi kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 90 : 10
A2 : Formulasi kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 80 : 20
A3 : Formulasi kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 70 : 30
A4 : Formulasi kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 60 : 40
A5 : Formulasi kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 50 : 50
38

D. Teknik Pengambilan Sampel

Bahan utama berupa kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau

dipilih secara sengaja. Kelopak bunga rosella merah kering didapatkan dari CV

Barokah Mandiri Jaya berlokasi di Jakarta Timur. Kemudian daun sirih hijau di

dapat dari perumahan warga di daerah Pinang - Tangerang. Kelopak bunga rosella

merah yang diambil sebagai bahan penelitian adalah kelopak bunga rosella merah

(komersial) yang sudah dipisahkan dari biji, bunga dan rantingnya dan sudah

dikeringkan. Daun sirih hijau yang dipilih adalah daun berwarna hijau yang segar

dan tidak cacat. Pengambilan sampel dan perlakuan pengujian dilakukan secara

acak. Untuk mengatasi masalah keberagaman sampel, maka sampel akan

dihomogenkan dengan cara dilakukan pengecilan ukuran.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengujian. Data organoleptik

berupa uji hedonik dan mutu hedonik terhadap parameter warna, aroma, dan rasa.

Data fisik berupa uji total padatan terlarut dan warna. Data kimia yaitu uji pH,

fitokimia (alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid/triterpenoid, dan kuinon),

dan daya hambat enzim xantin oksidase. Bahan, alat, serta prosedur pembuatan

minuman seduhan rosella dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bahan dan alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan minuman seduhan rosella

adalah kelopak bunga rosella merah, daun sirih hijau, air, dan gula. Sedangkan

bahan kimia yang digunakan adalah aquademin bebas CO2, buffer Posfat 0.05M,
39

HCL 1N, NAOH 1M, substrat Xantin (Sigma Aldrich), DMSO, alopurinol (Sigma

Aldrich) enzim xantine oksidase (Sigma Aldrich), buffer pada pH 4 dan 7, HCL

2N, larutan mayer, larutan dragendrof, eter, Larutan Lieberman-Burchard

Alat-alat yang digunakan pada pembuatan minuman seduhan rosella adalah

timbangan, baskom, gelas ukur, panci, kain saring, sendok, botol dan kulkas.

Perlatan yang digunakan pada analisis organoleptik adalah form organoleptik,

pulpen, gelas plastik cup kecil, tisu, AMDK 200 mL dan sendok. Peralatan yang

digunakan pada uji fisik, yaitu refraktometer, gelas piala, spatula, hunterLab

colourflex EZ, dan tisu. Kemudian peralatan yang digunakan pada analisis kimia

adalah pH meter, spektrofotometer UV-Vis, tisu, spatula kaca, labu erlenmeyer,

labu takar, tabung reaski, rak tabung reaksi, timbangan analitik, pipet mikro,

vortex, dan oven.

2. Proses Pembuatan Minuman Seduhan Rosella

Pada proses pembuatan minuman seduhan rosella dilakukan melalui

beberapa tahap, yaitu: sortasi, pengecilan ukuran, perebusan (ekstraksi), dan

penyaringan. Prosedur pembuatan minuman seduhan ini merupakan modifikasi

dari proses pembuatan seduhan teh herbal dibuat terdiri dari campuran bahan

berupa teh hijau, bangle, dan daun ceremai Daroini (2006). Proses pembuatan

seduhan minuman rosella ditunjukkan pada Gambar 11.


40

Kelopak bunga rosella

Daun sirih
Sortasi

Pengecilan
Sortasi
Pengeringan ukuran

Kelopak bunga rosella merah kering dan daun sirih hijau


(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50) (3,45%)

Penambahan air 500 mL (86,21%)

Pemanasan hingga suhu 60 oC

Penambahan gula 60 gram (10,34%)

Penyaringan

Minuman seduhan
rosella

Gambar 11. Diagram alir proses pembuatan minuman seduhan rosella (modifikasi
Daroini, 2006)

a. Sortasi

Sortasi merupakan tahap awal pada pembuatan minuman seduhan rosella

dengan menggunakan kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau.

Kelopak bunga rosella yang dipilih adalah bunga yang sudah berwarna merah.

Kemudian daun sirih hijau dipilih yang masih segar dan berwarna hijau tua.

Setelah tahap sortasi masing-masing bunga rosella dan daun sirih hijau

dimasukkan ke dalam baskom. Kemudian dialiri air dan dicuci yang bertujuan

untuk menghilangkan cemaran fisik yang terdapat pada daun tersebut.


41

b. Pengeringan

Pengeringan merupakan proses pengeluaran air dalam suatu bahan. Proses

pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air kelopak bunga rosella merah.

Proses pengeringan kelopak bunga rosella merah dilakukan di bawah sinar

matahari (secara konvensional) selama 7 hari. Selama proses pengeringan,

kelopak bunga rosella merah jangan sampai terkena air karena dapat

menyebabkan kebusukan.

c. Pengecilan ukuran

Proses pengecilan ukuran dilakukan terhadap masing-masing kelopak bunga

rosella merah dan daun sirih hijau yang telah di sortasi sebelumnya. Pengecilan

ukuran dilakukan untuk mempermudah proses ekstraksi. Selain itu, proses

pengecilan ukuran juga dapat memperluas permukaan bahan yang diekstraksi

sehingga hasil ekstrak yang didapat akan lebih maksimal. Selain pengecilan ukuran

juga berguna untuk mengatasi keberagaman sampel sehingga sampel menjadi

homogen.

d. Pemanasan

Pada proses ekstraksi ini kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau

yang telah dikecilkan ukurannya diekstraksi. Proses ekstraksi kelopak bunga rosella

merah dan daun sirih hijau dilakukan dengan menambahkan air sebanyak 500 mL

dan direbus dengan suhu 60 oC selama 20 menit dengan formulasi kelopak bunga

rosella merah dan daun sirih hijau yang telah ditentukan dengan total berat daun sirih

hijau dan kelopak bunga rosella merah adalah 20 gram. Setelah itu, ditambahkan

gula sebanyak 60 gram dan diaduk hingga larut.


42

e. Penyaringan

Setelah itu proses selanjutnya adalah penyaringan. Proses penyaringan

bertujuan untuk memisahkan ampas dari ekstrak kelopak bunga rosella merah

dengan daun sirih yang telah dipanaskan hingga suhu 90 oC dan didiamkan selama

30 menit. Alat yang digunakan pada proses penyaringan ini adalah kain saring

dengan ukuran 100 mesh. Setelah proses penyaringan minuman seduhan rosella

sudah siap disajikan.

f. Minuman Seduhan Rosella

Minuman seduhan rosella merupakan minuman yang dibuat dari kelopak

bunga rosella merah kering dan daun sirih hijau segar dengan penambahan gula

pasir dan air, dan dilakukan pemanasan sampai suhu 90 oC dan didiamkan selama

30 menit dan dilakukan penyaringan.

F. Teknik Pengujian

Teknik pengujian yang akan dilakukan yaitu uji organoleptik (hedonik dan

mutu hedonik [warna, aroma, dan rasa]), fisik (total padatan terlarut dan warna),

dan kimia (pH, fitokimia [alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid/triterpenoid,

dan kuinon], dan daya hambat enzim xantin oksidase.

Uji fisik yang dilakukan yaitu; (1) uji total padatan terlarut (TPT) dengan

refraktometer; (2) uji warna dengan hunterlab clouflex EZ. Uji kimia yang

dilakukan yaitu: (1) uji pH yaitu dengan pH meter; (2) uji fitokimia yaitu

dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan fitokimia di dalam minuman


43

seduhan rosella; (3) uji daya hambat aktivitas enzim xantin oksidase yang

dilakukan dengan cara in-vitro menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Uji

organoleptik yang dilakukan yaitu uji hedonik dan mutu hedonik terhadap

parameter warna, aroma, dan rasa melalui alat indera manusia.

1. Uji Fisik

a. Uji Warna (Andarwulan dkk, 2011)

Pengukuran warna dilakukan menggunakan HunterLab Colourflex EZ.

Setiap sampel dituangkan ke dalam kuvet khusus HunterLab Colourflex EZ

sampai batas karet hitam yang telah ditentukan dengan tinggi ± 1 cm. Sebelum

dilakukan pembacaan warna, HunterLab Colourflex EZ dilakukan standardisasi

terlebih dahulu dengan kaca hitam dan kaca putih.. Hasil pengukuran dengan

kolorimeter akan terbaca oleh layar berupa nilai L*, a*, dan b*.

Ket: L* = Nilai yang menunjukkan kecerahan, berkisar antara (1) – (100)


a* = a* (+) menunjukkan warna merah, berkisar antara (1) – (100)
= a* (-) menunjukkan warna hijau, berkisar antara (-1) – (-80)
b* = b* (+) menunjukkan warna kuning, berkisar antara (1) – (70)
= b* (-) menunjukkan warna biru, berkisar antara (-1) – (-70)

2. Uji Kimia

a. Uji Total Padatan Terlarut (SNI 01-3546-2004)

Penentuan total padatan terlarut (oBrix) sampel dilakukan dengan

menggunakan Refraktometer. Prosedur pengukuran total padatan terlarut, yaitu;

(1) sampel diaduk sampai homogen, kemudian disaring melalui kain saring; (2)

filtrat hasil penyaringan ditampung, bila sulit penyaringan dilakukan

menggunakan sentrifugasi; (3) Filtrat diteteskan pada prisma refraktometer; (4)


44

Dibaca skala pada alat dan dicatat suhu pengukuran; (5) Dihitung atau

dikonversikan nilai refraktif indeks terhadap padatan terlarut.

b. Uji pH (derajat keasaman) (AOAC, 1995)

pH diukur menggunakan alat pH meter. Prosedur pengukuran pH ialah

sebagai berikut: 1) pH meter yang akan digunakan distandarkan terlebih dahulu

dengan larutan buffer 4 dan pH 7 masing-masing pada suhu 25 oC; 2) Sebelum

dan sesudah pemakaian, elektroda dibilas dengan akuades; 3) Larutan sampel

diukur pHnya menggunakan elektroda yang telah dikalibrasikan tersebut.

c. Uji Fitokimia (Depkes-RI, 1995)

Pengujian fitokimia dapat dilakukan pada simplisia kering atau dari

ekstrak yang diperoleh. Pengujian fitokimia ini bertujuan untut mengetahui secara

kualitatif kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam sebuah

sampel.

(1) Identifikasi Alkaloid

Ekstrak kental 500 mg dilarutkan dengan 10 mL campuran air suling dan

HCl 2 N (9:1), dipanaskan selama 2 menit. Selanjutnya disaring dan 1 mL filtrat

digunakan sebagai larutan percobaan yang selanjutnya dilakukan sebagai berikut :

(1) Ditambahkan 2 tetes Mayer LP. Hasil positif minuman seduhan rosella

mengandung alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan menggumpal

berwarna putih atau kuning yang larut dalam metanol. (2) Ditambahkan 2 tetes

Dragendorf LP. Hasil positif minuman seduhan rosella mengandung alkaloid

ditandai dengan terbentuknya endapan jingga coklat.

(2) Identifikasi Flavonoid


45

Ekstrak kental 500 mg ditambahkan 4 mL etanol 95% hingga ekstrak larut.

Dua mL larutan uji ditambahkan 0,5 gram serbuk seng kemudian ditambahkan 2

mL HCl 2N, didiamkan 1 menit. Kemudian ditambahkan 10 tetes HCl pekat P.

Dikocok perlahan, kemudian didiamkan 2-5 menit. Terbentuknya warna merah

intensif, menunjukkan di dalam minuman seduhan rosella mengandung flavonoid.

(3) Identifikasi Tanin

Ekstrak kental 500 mg ditambahkan 50 mL air aquades. Kemudian

panaskan hingga mendidih selama 5 menit. Filtrat disaring kemudian

Ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1 % bila terjadi warna hitam kehijauan

menunjukkan adanya golongan senyawa tanin di dalam minuman seduhan rosella.

(4) Identifikasi Saponin

Ekstrak kental 500 mg dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan

10 mL air panas, didinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik

terbentuk buih putih yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10

cm, pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang, menunjukkan

bahwa dalam minuman seduhan rosella tersebut mengandung saponin.

(5) Identifikasi Steroid/Triterpenoid

Ekstrak kental 500 mg ditimbang ditambahkan 5 mL eter dan dimaserasi

selama 2 jam, dipindahkan 3 tetes filtrat pada kaca arloji, diteteskan pereaksi

Lieberman-Burchard (asam asetat glasial-asam sulfat pekat), bila terbentuk warna

merah menunjukkan senyawa steroid atau hijau menunjukkan senyawa

triterpenoid di dalam minuman seduhan rosella.

(6) Kuinon
46

Ekstrak kental 500 mg ditambahkan 10 mL air panas. Kemudian

dipanaskan hingga mendidih selama 5 menit. Filtrat disaring kedalam 5 mL filtrat

ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 1 N, tambahkan 5ml larutan fehling,

terbentuk warna merah menunjukkan minuman seduhan rosella positif

mengandung kuinon.

c. Uji Daya Hambat Aktivitas Xantine Oksidase (SA (1994),


Umamaheswari (2009), dan Saputra (2012))

Uji penghambatan aktivitas enzim xantin oksidase dilakukan dengan

metode Continuous Spectrophotometric Rate Determination, menggunakan

reagen larutan buffer fosfat 50 mM pH 7,5 pada suhu 25 oC, larutan substrat

xantin 0,15 mM, dan larutan enzim xantin oksidase. Reaksi enzimatik

diinkubasikan selama 30 menit dibawah kondisi aerob dengan suhu optimum.

Kemudian reaksi dihentikan dengan penambahan larutan HCl 1 N. Pengujian

dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 290

nm (SA, 1994).

(1) Pembuatan larutan Substrat xantin

Sebanyak 15,21 mg xantin ditimbang seksama dan ditambahkan dengan

lima tetes NaOH 1 M hingga larut, setelah itu diencerkan dengan air suling

demineral bebas CO2 sampai dengan 100 mL (konsentrasi 1 mM). Larutan xantin

dibuat dengan mengencerkan larutan induk sampai diperoleh larutan xantin

dengan konsentrasi 0,05 mM; 0,1 mM; 0,15 mM; 0,2 mM dan 0,25 mM.

(2) Pembuatan Larutan Standar Alopurinol

Standar Alopurinol dibuat dengan konsentrasi 1000 ppm. Ditimbang

seksama 10 mg, lalu ditambahkan NaOH 1 N beberapa tetes hingga larut lalu

diencerkan dengan air suling demineral bebas CO2 di dalam labu ukur 100,0 mL,
47

kemudian dicukupkan volumenya hingga batas dan diperoleh larutan induk

dengan konsentrasi 1000 μg/mL. Larutan standar Alopurinol dibuat dengan

mengencerkan larutan induk hingga diperoleh larutan standar alopurinol dengan

konsentrasi 0,1; 0,2; 0,5; dan 1,0 μg/mL.

(3) Pembuatan Larutan Xantin Oksidase

Ditimbang seksama 9.09 mg enzim xantin oksidase dengan menggunakan

botol timbang dan sendok tanduk, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10

mL dan diencerkan dengan larutan buffer posfat di dalam labu ukur, kemudian

dicukupkan volumenya hingga batas dan diperoleh larutan enzim xantin oksidase

0,1 unit/mL dan dilakukan pada kotak es.

(4) Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Sebelum dilakukan optimasi suhu, pH dan konsentrasi substrat optimum,

terlebih dahulu dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum untuk

menentukan panjang gelombang pengukuran yang digunakan pada pengujian

selanjutnya. Pada penentuan panjang gelombang maksimum digunakan pH 7,5

dan suhu 25 oC yang terdapat pada prosedur pengerjaan yang berasal dari Sigma

(Sigma Aldrich, 1994). Larutan buffer posfat 0,05 M pH 7,5 sebanyak 2,9 mL

dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 2 mL larutan substrat

xantin dengan konsentrasi 0,15 mM kemudian dilakukan prainkubasi pada suhu

25 C selama 10 menit. Setelah prainkubasi selesai, sebanyak 0,1 mL larutan

xantin oksidase ditambahkan ke dalam tabung reaksi dan dihomogenkan

menggunakan vortex mixer. Campuran diinkubasi pada suhu 25 C selama 30


48

menit. Kemudian segera tambahkan 1 mL HCl 1 N untuk menghentikan reaksi.

Serapan diukur pada berbagai macam panjang gelombang dengan menggunakan

alat spektrofotometer untuk menentukan serapan yang paling baik sebagai

panjang gelombang maksimum.

(5) Penentuan Suhu Optimum

Larutan buffer fosfat 0,05 M pH 7,5 sebanyak 3,9 mL dimasukkan ke

dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 2 mL larutan substrat xantin dengan

konsentrasi 0,15 mM kemudian dilakukan prainkubasi masing-masing pada suhu

20, 25, 30, 35 dan 40 C selama 10 menit. Setelah prainkubasi selesai 0,1 mL

larutan xantin oksidase ditambahkan ke dalam tabung reaksi dan dihomogenkan

menggunakan vortex mixer. Campuran diinkubasi pada suhu 20, 25, 30, 35 dan 40

C selama 30 menit. Kemudian segera tambahkan 1 mL HCl 1 N untuk

menghentikan reaksi. Serapan diukur menggunakan spektrofotometer pada

panjang gelombang maksimum.

(6) Penentuan pH Optimum

Larutan buffer fosfat 0,05 M pada pH 7,0; 7,2; 7,5; 7,8 dan 8,0 sebanyak

3,9 mL, masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu masing-masing

tabung reaksi ditambahkan 2 mL larutan substrat xantin dengan konsentrasi 0,15

mM dan dilakukan prainkubasi pada suhu optimum selama 10 menit. Setelah

prainkubasi selesai 0,1 mL larutan xantin oksidase ditambahkan ke dalam tabung

reaksi dan dihomogenkan menggunakan vortex mixer. Campuran diinkubasi pada

suhu optimum selama 30 menit. Kemudian segera tambahkan 1 mL HCl 1 N


49

untuk menghentikan reaksi. Serapan diukur menggunakan spektrofotometer pada

panjang gelombang maksimum.

(7) Penentuan Konsentrasi Substrat Xantin Optimum

Larutan buffer fosfat 0,05 M pH optimum sebanyak 3,9 mL dimasukkan

ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 2 mL larutan substrat xantin dengan

konsentrasi 0,05; 0,10; 0,15; 0,20 dan 0,2 mM kemudian dilakukan prainkubasi

masing-masing pada suhu optimum selama 10 menit. Setelah prainkubasi selesai

0,1 mL larutan xantin oksidase ditambahkan ke dalam tabung reaksi dan

dihomogenkan menggunakan vortex mixer. Campuran diinkubasi pada suhu

optimum selama 30 menit. Kemudian segera tambahkan 1 mL HCl 1 N untuk

menghentikan reaksi. Serapan diukur menggunakan spektrofotometer pada

panjang gelombang maksimum.

(8) Perhitungan Aktivitas Enzim

Kondisi optimum dapat ditentukan dengan menentukan aktivitas enzim

yang dihitung dengan menggunakan :


=
12.2 0,1

Keterangan:
vol : Total volume saat pengujian
df : faktor pengenceran
12,2: Koefisien ekstinsi asam urat pada 290 nm (mM)
0,1 : Volume xantin oksidase yang digunakan(unit/mL)

Satu unit xantin oksidase akan mengonversi 1,0 μmol xantin menjadi asam urat

per menit pada pH 7,5 dan suhu 250C (Sigma Aldrich, 1994).

(9) Pengujian Sampel

Pengujian dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer di bawah

kondisi aerob dan dibuat dengan berbagai konsentrasi 110, 20, 30, 40, 50, 100
50

ppm, diambil larutan uji sebanyak 1 mL dan ditambahkan 2,9 mL buffer fosfat

0,05 M pH optimum dan 2 mL larutan substrat xantin pada konsentrasi optimum

kemudian dilakukan prainkubasi masing-masing pada suhu optimum selama 10

menit. Setelah prainkubasi selesai 0,1mL larutan xantin oksidase ditambahkan ke

dalam tabung reaksi dan dihomogenkan menggunakan vortex mixer. Larutan

campuran kemudian diinkubasikan pada suhu optimum selama 30 menit. Reaksi

dihentikan dengan penambahan 1 mL HCl 1 N, Kemudian diukur serapannya

pada panjang gelombang maksimum menggunakan spektrofotometer.

(10) Pengujian Kontrol Sampel

Larutan uji sebanyak 1 mL ditambahkan 3,0 mL buffer fosfat 0,05 M pH

optimum dan 2 mL larutan substrat xantin pada konsentrasi optimum. Larutan

dilakukan prainkubasi selama 10 menit, kemudian ditambahkan larutan HCl 1 N.

Larutan campuran kemudian diinkubasikan pada suhu optimum selama 30 menit.

Setelah inkubasi selesai larutan diukur serapannya menggunakan

spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum.

(11) Pengujian Standar

Larutan standar Alopurinol sebanyak 1 mL(konsentrasi 0,1; 0,2; 0,5; dan

1,0 μg/mL) ditambahkan 2,9 mL buffer fosfat 0,05 M pH optimum dan 2 mL

larutan substrat xantin pada konsentrasi optimum, kemudian dilakukan

prainkubasi masing-masing pada suhu optimum selama 10 menit. Setelah

prainkubasi selesai 0,1 mL larutan xantin oksidase ditambahkan ke dalam tabung

reaksi dan dihomogenkan menggunakan vortex mixer. Larutan campuran

kemudian diinkubasikan pada suhu optimum selama 30 menit. Reaksi dihentikan


51

dengan penambahan 1 mL HCl 1 N, kemudian diukur serapannya pada panjang

gelombang maksimum menggunakan spektrofotometer.

(12) Pengujian Kontrol Standar

Larutan standar Alopurinol sebanyak 1 mL dengan konsentrasi 0,1; 0,2;

0,5; dan 1,0 μg/mL ditambahkan 3,0 mL buffer fosfat 0,05 M pH optimum dan 2

mL larutan substrat xantin pada konsentrasi optimum. Larutan dilakukan

prainkubasi selama 10 menit, kemudian ditambahkan larutan HCl 1 N . Larutan

campuran kemudian diinkubasikan pada suhu optimum selama 30 menit. Setelah

inkubasi selesai, larutan diukur serapannya menggunakan spektrofotometer pada

panjang gelombang maksimum.

(13) Pengujian Blanko

Buffer fosfat 0,05 M pH optimum sebanyak 3,9 mL dan 2 mL larutan

substrat xantin pada konsentrasi optimum kemudian dilakukan prainkubasi

masing-masing pada suhu optimum selama 10 menit. Setelah prainkubasi selesai

0,1 mL larutan xantin oksidase ditambahkan ke dalam tabung reaksi dan

dihomogenkan menggunakan vortex mixer. Larutan campuran kemudian

diinkubasikan pada suhu optimum selama 30 menit. Reaksi dihentikan dengan

penambahan 1 mL HCl 1 N, kemudian diukur serapannya pada panjang

gelombang maksimum menggunakan spektrofotometer.

(14) Pengujian Kontrol Blanko

Buffer fosfat 0,05 M pH optimum sebanyak 3,0 mL dan 2 mL larutan

substrat xantin pada konsentrasi optimum. Larutan dilakukan prainkubasi selama

10 menit, kemudian ditambahkan larutan HCl 1 N. Larutan campuran kemudian

diinkubasikan pada suhu optimum selama 30 menit. Setelah masa inkubasi selesai
52

larutan diukur serapannya menggunakan spektrofotometer pada panjang

gelombang maksimum. Sebagai kontrol positif digunakan Alopurinol dengan

konsentrasi 5, 10, 20, 50 dan 100 μg/mL. Nilai IC50 dihitung menggunakan

rumus persamaan regresi sebagai berikut:

Perhitungan aktivitas penghambatan

% inhibisi = { ((A-B)-(C-D)) / (A-B)}x 100 %

Keterangan :
A = Absorbansi larutan uji blanko
B = Absorbansi larutan uji kontrol blanko
C = Absorbansi larutan uji sampel
D = Absorbansi larutan uji kontrol sampel

Nilai IC50 dihitung menggunakan rumus persamaan regresi : y = a+ bx.

variabel x adalah konsentrasi sampel dan sebagai variabel y adalah % inhibisi.

Setelah diketahui rumus persamaan regresi, nilai IC50 dicari dengan cara

mensubstitusi nilai y dengan 50, kemudian dicari nilai x (μg/mL).

3. Uji Organoleptik (Setyaningnsih dkk, 2010)

Pengujian organoleptik yang dilakukan adalah berupa uji hedonik dan uji

mutu hedonik terhadap produk minuman seduhan rosella. Parameter yang diuji

meliputi warna, rasa, dan aroma.

a) Uji Hedonik

Panelis diminta tanggapan pribadinya mengenai kesukaan atau sebaliknya

(ketidaksukaan). Disamping panelis mengungkapkan tanggapan senang, suka atau

sebaliknya. Panelis juga mengungkpakan tingkat kesukaanya. Tingkat kesukaan


53

ini disebut sklau hedonik. Pada Tabel 11 menunjukkan skala atau kesan panelis

dalam pengujian uji hedonik terhadap parameter warna, aroma, dan rasa.

Tabel 11. Skala uji hedonik


Warna Aroma Rasa Nilai
Sangat suka Sangat suka Sangat suka 5
Suka Suka Suka 4
Agak suka Agak suka Agak suka 3
Kurang suka Kurang suka Kurang suka 2
Tidak suka Tidak suka Tidak suka 1

b) Uji Mutu Hedonik

Panelis diminta tanggapan pribadinya untuk menyatakan kesan baik atau

buruk. Kesan tersebut disebu uji mutu hedonik. Kesan mutu hedonik lebih

sepsifik daripada kesan suka atau tidak suka. Artinya kesan tersebut menunjukan

karakteristik spesifik dari produk yang akan di uji. Pada Tabel 12 menunjukkan

skala atau kesan panelis dalam pengujian uji mutu hedonik terhadap parameter

warna, aroma, dan rasa.

Tabel 12. Skala uji mutu hedonik


Warna Aroma Rasa Nilai
Sangat Merah Sangat Wangi Sedikit pahit dan asam 5
Merah Wangi pahit dan asam 4
Agak Merah Agak wangi Pahit dan agak asam 3
Kurang Merah Agak Tidak Wangi Pahit 2
Cokelat Kemerahan Sangat tidak wangi Sangat pahit 1

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensial. Analisis

deskriptif dilakukan untuk mengetahui formulasi yang menghasilkan mutu


54

minuman seduhan rosella. Data diolah dalam bentuk nilai rata-rata yang disajikan

dalam bentuk Tabel dan grafik. Analisa inferensial dilakukan untuk menguji

hipotesis penelitian.

Teknis analisis yang digunakan adalah sidik ragam atau analisis varian

(ANAVA). ANAVA digunakan untuk melihat pengaruh dari setiap perlakuan,

bila ada pengaruh dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test). Uji

DMRT dilakukan untuk melihat taraf mana yang menghasilkan perbedaan mutu.

Tabel ANAVA rancangan acak lengkap satu faktor dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rancangan ANAVA satu faktor

Sumber JumLah Derajat Kuadrat F. Hitung Sig


Keberaga Kuadrat Bebas Tengah (KT) (SPSS)
man (SK) (JK) (db)
Perlakuan JKP 4 KTP=JKP/4 KTP/KTG
Galat JKG 10 KTG=JKG/10
JumLah 14
Keterangan :
Sig < 0,05 atau 0,01, maka H0 ditolak
Sig > 0,05 atau 0,01, maka H0 diterima

Model eksperimen yang digunakan di dalam penelitian ini adalah :

Yijk = µ + Ai + ɛijk

Dimana:
Yijk = nilai pengamatan untuk tiap perlakuan
µ = nilai rata-rata
Ai = pengaruh formulasi
ɛijk = nilai galat

Hipotesis yang digunakan adalah :

1. H0 : Ai = 0 = (i= 1,2)
55

H0 menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara minuman rosella

(kelopak bunga rosella dengan daun sirih hijau) yang dibuat dengan perbandingan

formulasi yang berbeda.

2. H1 : Ai ≠ 0

H1 menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara mutu minuman seduhan

rosella (kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau) yang dibuat dengan

perbandingan formulasi yang berbeda.

Jika dari hasil uji diperoleh hasil berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan

Uji Duncan dengan taraf 5% untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda. Uji

Duncan didasarkan pada nilai LSR yang dirumuskan:

LSR = SSR x Sy

Keterangan:
LSR = Least Significant Range
SSR = Studentize Significant Range
√ !
=
Sy = Simpangan baku rata-rata jenis tepung bekatul
KTG = Kuadrat tengah galat
R = JumLah ulangan

Nilai SSR (Studentize Significant Range) adalah jarak nyata yang dapat

dilihat pada Tabel statistik. Selanjutnya dilakukan uji beda rata-rata menggunakan

metode matriks dan garis huruf. Apabila nilai selisih rata-rata lebih besar dari nilai

LSR 5% berarti antar taraf perlakuan berbeda nyata, tetapi apabila nilai selisih

rata-rata lebih kecil dari LSR baik pada tingkat 5% berarti antar perlakuan tidak

berbeda nyata.
56

BAB IV
HASIL DAN PEMABAHASAN

Mutu minuman seduhan rosella diuji melalui uji fisik, yaitu uji warna, uji

kimia, yaitu uji total padatan terlarut (TPT), uji pH, fitokimia (alkaloid, flavonoid,

tanin, saponin, steroid/triterpenoid, dan kuinon) dan uji penghambatan aktivitas

enzim xantin oksidase. Kemudian dilakukan uji organoleptik, yaitu uji hedonik

dan mutu hedonik terhadap parameter warna, aroma, dan rasa.

A. Uji Fisik

1. Uji Warna

a. Nilai L* ( Tingkat Kecerahan)

Nilai rata-rata L* minuman seduhan rosella berkisar antara 37,38±0,84 –

43,53±0,48, dengan nilai rata-rata L* tertinggi 43,53±0,48 pada formulasi sebesar

50:50 dan terendah 37,38±0,84 pada formulasi sebesar 90:10. Rata-rata nilai

tingkat kecerahan disajikan pada Tabel 14

Tabel 14. Nilai rata-rata L* (tingkat kecerahan) minuman seduhan rosella


Kelopak Bunga Rosella Merah: Daun Sirih Hijau (L)
Ulangan
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
1 38,33 40,90 41,96 44,14 43,94
2 36,73 39,38 41,79 42,70 43,65
3 37,08 40,63 42,33 42,68 43,00
Jumlah 112,14 120,90 126,08 129,52 130,58
Rata-rata 37,38±0.84 40,30±0.81 42,03±0.28 43,17±0.84 43,53±0.48
Keterangan:
L* = Nilai yang menunjukkan kecerahan, berkisar antara (1) – (100)
57

Gambar 12 menunjukkan bahwa nilai L* (tingkat kecerahan) minuman

seduhan rosella cenderung meningkat seiring bertambahnya daun sirih hijau pada

formulasi minuman seduhan rosella. Data hasil uji ANAVA dapat dilihat pada

Tabel 15.

50,00
42,03 43,17 43,53
45,00 40,30
40,00 37,38
35,00
30,00
Nilai L*

25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
Formulasi kelopak bunga rosela merah dan daun sirih hijau

Gambar 12. Grafik hasil pengujian tingkat kecerahan (L*)

Tabel 15. Hasil uji ANAVA tingkat kecerahan (L*) minuman seduhan rosella
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 76,106 19,026 40,073 0,000
Galat 10 4,748 0,475
Total 14 80,854
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima

Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 15 diperoleh nilai sig = 0,000

lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,

berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau yang

berbeda berpengaruh nyata terhadap tingkat kecerahan (L*) minuman seduhan

rosella. Oleh karena itu, dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui

perbedaan dari tiap taraf formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih

hijau terhadap tingkat kecerahan. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 16.
58

Tabel 16. Hasil uji Duncan nilai L* (tingkat kecerahan) minuman seduhan rosella
Kelopak bunga rosella merah :
α = 0,05
daun sirih hijau
90:10 37,38 a
80:20 40,30 b
70:30 42,03 c
60:40 43,17 cd 43,17 cd
50:50 43,53 d
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan perbedaan
yang nyata pada α = 0,05

Hasil uji Duncan menunjukkan formulasi kelopak bunga rosella merah dan

daun sirih hijau sebesar 90:10 dan 80:20 berbeda nyata (α = 0,05) antara satu

dengan yang lainnya terhadap tingkat kecerahan minuman seduhan rosella.

Formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 70:30

berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 90:10, 80:20, dan 50:50, tetapi

tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 60:40 terhadap tingkat

kecerahan minuman seduhan rosella. Formulasi kelopak bunga rosella merah dan

daun sirih hijau sebesar 60:40 berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar

90:10 dan 80:20, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar

70:30 dan 50:50 terhadap tingkat kecerahan minuman seduhan rosella. Formulasi

kelopak bunga rosella dan daun sirih hijau sebesar 50:50 berbeda nyata (α = 0,05)

dengan formulasi 90:10, 80:20 dan 70:30, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05)

dengan formulasi sebesar 60:40 terhadap tingkat kecerahan minuman seduhan

rosella.

Hasil pengujian L* (tingkat kecerahan) memiliki rentang nilai antara 1 –

100. Nilai L* mendekati 100 maka produk tersebut akan semakin cerah.

Sebaliknya untuk produk yang memiliki nilai L* (tingkat kecerahan) semakin

rendah maka produk tersebut semakin gelap. Nilai L* (tingkat kecerahan)


59

minuman seduhan rosella dipengaruhi oleh zat warna hasil ekstraksi dari daun

sirih hijau dan kelopak bunga rosella merah. Pigmen warna dominan (merah)

yang mempengaruhi nilai L* (tingkat kecerahan) diduga berasal dari antosianin.

Menurut Suzery dkk (2010) kandungan antosianin dalam kelopak bunga rosella

adalah 128,76 mg/100 g. Sedangkan menurut Muthoharoh dan Dahlia (2011)

kandungan antosianin di dalam daun sirih hijau adalah 2,265 mg/100 g. Hal

tersebut menunjukkan bahwa kandungan antosianin pada kelopak bunga rosella

jauh lebih tinggi daripada daun sirih hijau sehingga dengan bertambahnya

formulasi daun sirih hijau akan mengakibatkan pembacaan nilai L* semakin

meningkat. Sebaliknya, semakin banyak formulasi kelopak bunga rosella merah

yang ditambahkan maka warna merah minuman seduhan rosella juga akan

semakin pekat. Sehingga mengakibatkan pembacaan pada kolorimeter HunterLab

pada nilai L* semakin menurun dengan bertambahnya konsentrasi kelopak bunga

rosella merah. Menurut Winarti dan Firdaus (2010) Semakin pekat warna yang

dihasilkan, maka kadar antosianin yang terekstrak akan semakin tinggi. Hal ini

sesuai dengan penelitian Ali dkk., (2013) mengenai ekstraksi zat warna dari

kelopak bunga rosella, yaitu dengan meningkatnya konsentrasi antosianin pada

ekstrak kelopak bunga rosella menghasilkan warna yang semakin pekat.

b. Nilai a* (Warna Hijau – Warna Merah)

Nilai rata-rata a* minuman seduhan rosella berkisar antara 53,44±0,77–

55,78±0,23, dengan nilai rata-rata a* tertinggi 55,78±0,2 pada formulasi sebesar

50:50 dan terendah 53,44±0,77 pada formulasi sebesar 90:10. Rata-rata nilai a*

disajikan pada Tabel 17.


60

Tabel 17. Nilai rata-rata a* (hijau - merah) minuman seduhan rosella


Kelopak Bunga Rosella Merah: Daun Sirih Hijau (a)
Ulangan
90:10 80:20 70:30 60:40 50:50
1 55,67 54,75 55,88 54,56 52,55
2 55,62 56,05 55,66 54,35 53,83
3 56,05 55,22 55,51 54,83 53,94
Jumlah 167,33 166,02 167,05 163,74 160,31
Rata-rata 55,78±0,23 55,34±0,66 55,68±0,19 54,58±0,24 53,44±0,77
Keterangan:
a* (+) menunjukkan warna merah, berkisar antara (1) – (100)
a* (-) menunjukkan warna hijau, berkisar antara (-1) – (-80)

Gambar 13 menunjukkan bahwa nilai a* minuman seduhan rosella

cenderung menurun seiring bertambahnya daun sirih hijau pada formulasi

minuman seduhan rosella. Data hasil uji ANAVA dapat dilihat pada Tabel 18.

70,00
60,00 55,78 55,34 55,68 54,58 53,44
50,00
Nilai a*

40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
Formulasi kelopak bunga rosela merah dan daun sirih hijau

Gambar 13. Grafik hasil pengujian nilai a* (warna hijau – warna merah)

Tabel 18. Hasil uji ANAVA nilai a* (hijau – merah) minuman seduhan rosella
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 11,384 2,846 12,078 0,001
Galat 10 2,356 0,236
Total 14 13,741
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima
61

Tabel 19. Hasil uji Duncan nilai a* (hijau – merah) minuman seduhan rosella
Kelopak bunga rosella merah :
α = 0,05
daun sirih hijau
50:50 53,44 a
60:40 54,58 b
80:20 55,34 bc 55,34 bc
70:30 55,68 c
90:10 55,78 c
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan perbedaan
yang nyata pada α = 0,05

Hasil uji Duncan menunjukkan formulasi kelopak bunga rosella merah dan

daun sirih hijau sebesar 50:50 berbeda nyata (α = 0,05) antara satu dengan yang

lainnya terhadap nilai a* minuman seduhan rosella. Formulasi kelopak bunga

rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 60:40 berbeda nyata (α = 0,05) dengan

formulasi sebesar 50:50, 70:30, dan 90:10, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05)

dengan formulasi sebesar 80:20 terhadap nilai a* minuman seduhan rosella.

Formulasi kelopak bunga rosella dan daun sirih hijau sebesar 80:20 berbeda nyata

(α = 0,05) dengan formulasi sebesar 50:50, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05)

dengan formulasi sebesar 60:40, 70:30 dan 90:10 terhadap nilai a* minuman

seduhan rosella. Formulasi kelopak bunga rosella dan daun sirih hijau sebesar

70:30 dan 90:10 berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 50:50 dan

60:40, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 80:20

terhadap nilai a* minuman seduhan rosella. Formulasi kelopak bunga rosella dan

daun sirih hijau sebesar 60:40 tidak berbeda nyata dengan formulasi 50:50

terhadap nilai a* minuman seduhan rosella.

Hasil pengujian nilai a* (hijau - merah) memiliki rentang warna negatif (-

1) – (-80) untuk warna hijau dan rentang nilai positif antara 1 – 100 untuk warna

merah. Angka tersebut menunjukkan jika hasil uji yang didapatkan bernilai positif
62

maka warna yang terbaca pada kolorimeter adalah warna merah, dan jika bernilai

negatif warna yang terbaca adalah warna hijau. Nilai a* minuman seduhan rosella

yang bernilai positif menunjukkan bahwa minuman seduhan rosella memiliki

warna merah. Warna merah minuman seduhan rosella berasal dari pigmen warna

yang dimiliki oleh kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau. Kelopak

bunga rosella merah mengandung pigmen warna antosianin. Sedangkan daun sirih

hijau mengandung pigmen warna alami klorofil (klorofil a bewarna hijau kebiruan

dan klorofil b berwarna hijau kekuningan), karotenoid (karoten berwarna jingga

dan xantofil berwarna kuning) dan antosianin (Muthoharoh dan Dahlia, 2011).

Tetapi klorofil merupakan senyawa non polar, pada umumnya larut lemak

(Riyono, 2007) begitu juga dengan karotenoid (Andarwulan dan Faradilla, 2012).

Sehingga pigmen warna tersebut tidak dapat terekstrak dengan maksimal dengan

pelarut air. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maghfiroh

(2017) pada penelitiannya pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi klorofil

pada daun sirih adalah aceton 85 % yang merupakan pelarut non polar. Diduga

warna merah minuman seduhan rosella berasal dari antosianin. Sehingga

mengakibatkan pembacaan pada kolorimeter HunterLab pada nilai a* bernilai

positif (merah). Seperti yang telah dijelaskan pada sub-sub bab tingkat kecerahan,

yaitu kadar antosianin pada daun sirih hijau, lebih sedikit dibandingkan dengan

kadar antosianin pada kelopak bunga rosella merah Sehingga, semakin

bertambahnya formulasi daun sirih hijau dan berkurangnya formulasi kelopak

bunga rosella merah mengakibatkan turunnya intensitas warna merah minuman

seduhan rosella.
63

c. Nilai b* (Warna Biru – Warna Kuning)

Nilai rata-rata b* minuman seduhan rosella berkisar antara 24,04±2,70 -

36,18±2,13, dengan nilai rata-rata b* tertinggi 36,18±2,13 pada formulasi sebesar

90:10 dan terendah 24,04±2,70 pada formulasi sebesar 60:40. Rata-rata nilai b*

disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20. Nilai rata-rata b* (biru-kuning) minuman seduhan rosella


Kelopak Bunga Rosella Merah: Daun Sirih Hijau (b)
Ulangan
90:10 80:20 70:30 60:40 50:50
1 33,73 29,97 31,12 20,92 25,58
2 37,33 36,55 30,83 25,76 25,88
3 37,49 31,64 29,69 25,44 27,39
Jumlah 108,54 98,16 91,64 72,11 78,85
Rata-rata 36,18±2,13 32,72±3,42 30,55±0,76 24,04±2,70 26,28±0,97
Keterangan:
b* (+) menunjukkan warna kuning, berkisar antara (1) – (70)
b* (-) menunjukkan warna biru, berkisar antara (-1) – (-70)
Gambar 14 menunjukkan bahwa nilai b* minuman seduhan rosella

cenderung menurun seiring bertambahnya daun sirih hijau pada minuman seduhan

rosella. Kemudian dilakukan analisis data menggunakan uji ANAVA. Data hasil

uji ANAVA dapat dilihat pada Tabel 21.

50,00
45,00
40,00 36,18
35,00 32,72
30,55
26,28
Nilai b*

30,00 24,04
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
Formulasi kelopak bunga rosela merah dan daun sirih hijau

Gambar 14. Grafik hasil pengujian nilai b* (biru-kuning)


64

Tabel 21. Hasil uji ANAVA nilai b* (biru-kuning) minuman seduhan rosella
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 285,767 71,442 14,255 0,000
Galat 10 50,117 5,012
Total 14 335,884
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima

Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 21 diperoleh hasil sig = 0,000

lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,

berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau yang

berbeda berpengaruh nyata terhadap nilai b* minuman seduhan rosella. Oleh

karena itu, dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan dari tiap

taraf formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau terhadap nilai

b*. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Tabel. 22.

Tabel 22. Hasil uji Duncan nilai b* (biru-kuning) minuman seduhan rosella
Kelopak bunga rosella merah :
α = 0,05
daun sirih hijau
60:40 24,04 a
50:50 26,28 a
70:30 30,55 b
80:20 32,72 bc 32,72 bc
90:10 36,18 c
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan perbedaan
yang nyata pada α = 0,05

Hasil uji Duncan menunjukkan formulasi kelopak bunga rosella merah dan

daun sirih hijau sebesar 60:40 tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi

sebesar 50:50, tetapi berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 70:30,

80:20 dan 90:10 terhadap nilai b* minuman seduhan rosella. Formulasi kelopak

bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 70:30 tidak berbeda nyata (α =

0,05) dengan formulasi sebesar 60:40, tetapi berbeda nyata (α = 0,05) dengan
65

formulasi sebesar 90:10, 80:20 dan 50:50 terhadap nilai b* minuman seduhan

rosella. Formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 80:20

tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 70:30 dan 90:10 tetapi

berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 60:40 dan 50:50. Formulasi

kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 90:10 tidak berbeda

nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 60:40, tetapi berbeda nyata (α = 0,05)

dengan formulasi sebesar 60:40, 50:50 dan 70:30 terhadap nilai b* (biru kuning)

minuman seduhan rosella.

Hasil pengujian warna b* (biru – kuning) memiliki rentang nilai positif

antara 1 – 70 untuk warna kuning dan rentang nilai negatif (-1) – (-70) untuk

warna biru. Angka tersebut menunjukkan jika hasil uji yang didapatkan bernilai

positif maka warna yang terbaca pada kolorimeter adalah warna kuning, dan jika

bernilai negatif warna yang terbaca adalah warna biru. Berdasarkan pengujian

tersebut didapatkan bahwa nilai b* bernilai positif. Hal tersebut menunjukkan

bahwa minuman seduhan rosella berwarna kekuningan. Gambar 11 menunjukkan

warna kekuningan semakin menurun dengan berkurangnya kelopak bunga rosella

merah. Hal tersebut berkaitan dengan stabilitas antosianin sebagai pewarna alami

yang terdapat pada kelopak bunga rosella merah dan daun srih hijau. Menurut

Andarwulan dan Faradilla (2012), antosianin di dalam larutan berada dalam lima

bentuk tergantung pada kondisi pH. Kelima bentuk tersebut yaitu kation flavilium,

basa karbinol, kalkon, basa quinonoidal, dan quinonoidal anionik. Pada pH sangat

asam (pH 1-2), bentuk dominan antosianin adalah kation flavilium. Pada bentuk

ini, antosianin berada dalam kondisi paling stabil dan paling berwarna. Ketika pH

meningkat terbentuk senyawa antosianin berwarna kuning (bentuk kalkon) hingga


66

senyawa yang tidak berwarna (basa karbinol). Karena kadar antisianin pada

kelopak bunga rosella merah lebih tinggi dibandingkan daun sirih hijau. Sehingga

semakin berkurangnya formulasi kelopak bunga rosella merah, warna kekuningan

(nilai b*positif) yang terbaca semakin menurun.

B. Mutu Kimiawi

1. Total Padatan Terlarut (TPT)

Rata-rata nilai total padatan terlarut (TPT) minuman seduhan rosella

berkisar antara 11,98±0,08 – 12,35±0,09 dengan rata-rata nilai tertinggi

12,35±0,09 pada formulasi sebesar 90:10 dan terendah 11,98±0,08 pada

formulasi sebesar 20:50. Rata-rata nilai total padatan terlarut disajikan pada Tabel

23.

Tabel 23. Nilai rata-rata total padatan terlarut (TPT) minuman seduhan rosella
Kelopak Bunga Rosella Merah : Daun Sirih Hijau (⁰Brix)
Ulangan
90:10 80:20 70:30 60:40 50:50
1 12,40 12,30 12,10 12,05 11,90
2 12,25 12,30 11,70 12,00 12,00
3 12,40 12,40 12,40 12,10 12,05
Jumlah 37,05 37,00 36,20 36,15 35,95
12,35±0,0 12,33±0,0 12,07±0,3 12,05±0,0 11,98±0,0
Rata-rata
9 6 5 5 8

Gambar 15 menunjukkan bahwa nilai total padatan terlarut minuman

seduhan rosella cenderung menurun seiring bertambahnya formulasi daun sirih

hijau. Data hasil uji ANAVA dapat dilihat pada Tabel 24.
67

15,00
12,35 12,33 12,07 12,05 11,98

Nilai TPT 10,00

5,00

0,00
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
Formulasi kelopak bunga rosela dan daun sirih hijau
Gambar 15. Grafik hasil pengujian total padatan terlarut (TPT)
Tabel 24. Hasil uji ANAVA total padatan terlarut (TPT) minuman seduhan rosella
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 0,354 0,089 3,108 0,066
Galat 10 0,285 0,029
Total 14 0,639
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima

Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 15 diperoleh hasil sig 0,066

lebih besar dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak,

berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau yang

berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut (TPT) minuman

seduhan rosella. Total padatan terlarut adalah zat padat yang terlarut pada suatu

larutan. Pada minuman seduhan rosella nilai total padatan terlarut di dominasi

oleh konsentrasi gula yang ditambahkan yaitu sebesar 10%. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Iskandar dan Handayani (2016) gula merupakan komponen padatan

terlarut yang dominan di samping pigmen, asam organik, vitamin dan protein.

Berdasarkan hasil pengujian terhadap total padatan terlarut pada minuman

seduhan rosella, didapatkan nilai total padatan terlarut yang cenderung menurun

seiring dengan semakin bertambahnya formulasi daun sirih hijau pada minuman

seduhan rosella. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar senyawa larut air
68

kelopak bunga rosella lebih tinggi di bandingkan dengan kadar senyawa larut air

daun sirih hijau. Hal ini diperkuat oleh Mun’im dkk, (2008) bahwa kadar senyawa

larut air kelopak bunga rosella adalah sebesar 36,95 - 37,45%. Sedangkan kadar

senyawa larut air daun sirih hijau adalah 22,3645% (Rivai dkk., 2014). Oleh

karena itu, peningkatan konsentrasi kelopak bunga rosella merah akan diikuti

dengan peningkatan nilai total padatan terlarut. Hal tersebut menunjukkan bahwa

semakin tinggi penambahan kelopak bunga rosella merah makan semakin tinggi

pula total padatan terlarutnya.

2. Nilai pH

Nilai rata-rata pH minuman seduhan rosella berkisar antara 3,40±0,00 –

3,63±0,1, dengan nilai pH tertinggi yaitu formulasi sebesar 50:50 yaitu 3,63 dan

terendah formulasi sebesar 90:10 yaitu 3,40. Hasil pengujian pH minuman

seduhan rosella dapat dilihat pada Tabel 25. Untuk melihat perbandingan antar

sampel yang lebih jelas, dapat dilihat pada Gambar 16.

Tabel 25. Nilai rata-rata pH minuman seduhan rosella


Kelopak Bunga Rosella Merah: Daun Sirih Hijau (pH)
Ulangan
90:10 80:20 70:30 60:40 50:50
1 3,40 3,46 3,56 3,56 3,75
2 3,40 3,44 3,55 3,53 3,58
3 3,40 3,43 3,54 3,52 3,55
Jumlah 10,20 10,33 10,65 10,61 10,88
Rata-rata 3,40±0,00 3,44±0,02 3,55±0,01 3,54±0,02 3,63±0,11

Gambar 16 menunjukkan bahwa nilai pH minuman seduhan rosella

cenderung meningkat seiring bertambahnya formulasi daun sirih hijau. Data hasil

uji ANAVA dapat dilihat pada Tabel 26.


69

14,00
12,00
10,00

Nilai pH
8,00
6,00
3,40 3,44 3,55 3,54 3,63
4,00
2,00
0,00
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
Formulasi kelopak bunga rosela dan daun sirih hijau

Gambar 16. Grafik hasil pengujian pH minuman seduhan rosella

Tabel 26. Hasil uji ANAVA nilai pH minuman seduhan rosella


Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 0,097 0,024 9,816 0,002
Galat 10 0,025 0,002
Total 14 0,122
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima

Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 26 diperoleh hasil sig. = 0,002

lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,

berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau yang

berbeda berpengaruh nyata terhadap nilai pH minuman seduhan rosella. Oleh

karena itu, dilanjutkan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan tiap taraf

formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau terhadap nilai pH.

Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Tabel. 27.

Tabel 27. Hasil uji Duncan nilai pH minuman seduhan rosella


Kelopak Bunga Rosella Merah :
Notasi (α = 0,05)
Daun Sirih Hijau
90:10 3.40 a
80:20 3.44 a
70:30 3.55 b
60:40 3.54 b
70

50:50 3.63 b
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan perbedaan
yang nyata pada α = 0,05

Hasil uji Duncan menunjukkan formulasi kelopak bunga rosella merah dan

daun sirih hijau sebesar 90:10 berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar

70:30, 60:40, dan 50:50, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi

sebesar 80:20 terhadap nilai pH minuman seduhan rosella. Formulasi kelopak

bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 80:20 berbeda nyata (α = 0,05)

dengan formulasi sebesar 70:30, 60:40, dan 50:50, tetapi tidak berbeda nyata (α =

0,05) dengan formulasi sebesar 90:10 terhadap nilai pH minuman seduhan rosella.

Formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 70:30

berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 90:10 dan 80:20, tetapi tidak

berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 60:40 dan 50:50 terhadap nilai

pH minuman seduhan rosella. Formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun

sirih hijau sebesar 60:40 berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 90:10

dan 80:20, tetapi tidak berbeda nyata dengan formulasi sebesar 70:30 dan 50:50

terhadap nilai pH minuman seduhan rosella. Formulasi kelopak bunga rosella

merah dan daun sirih hijau sebesar 50:50 berbeda nyata (α = 0,05) dengan

formulasi sebesar 90:10 dan 80:20, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan

formulasi sebesar 70:30 dan 60:40 terhadap nilai pH minuman seduhan rosella..

Penambahan konsentrasi ekstrak kelopak bunga rosella merah akan

menurunkan nilai pH (menjadi asam) (Zaelani, 2014). Menurut Winarti dan

Firdaus (2010), antosianin merupakan zat warna merah yang stabil pada pH

rendah (asam) dan stabilitasnya akan turun bila pH dinaikkan. Pada pH rendah

sebagian besar antosianin dalam bentuk kation flavilium yang menyebabkan


71

warna merah. Blunden et. al., (2005) melaporkan tingginya konsentrasi asam

organik pada ekstrak air kelopak rosella yang didominasi oleh asam sitrat, asam

askorbat, dan asam malat sehingga keasaman rosella mencapai pH 3. Hal ini

diperkuat oleh pernyataan Mahadevan et al., (2009) menyatakan bahwa kelopak

bunga rosella merah kaya akan asam, seperti asam askorbat, asam sitrat, dan asam

stearat. Sedangkan menurut Mufrod dkk., (2016) ekstrak daun sirih memiliki

kisaran pH 6,5 sampai 6,9. Sehingga dengan semakin banyaknya penambahan

formulasi daun sirih hijau akan meningkatkan nilai pH minuman seduhan rosella.

3. Fitokimia

Hasil uji fitokimia minuman seduhan rosella sebesar 90:10, 80:20, 70:30,

60:40 dan 50:50 dapat dilihat pada Tabel 28. Berdasarkan Tabel tersebut,

minuman seduhan rosella 90:10, 80:20, 70:30. 60:40 dan 50:5) mengandung

senyawa flavonoid, saponin dan triterpenoid.

Tabel 28. Hasil uji fitokimia minuman seduhan rosella


Fitokimia 90:10 80:20 70:30 60:40 50:50
Flavonoid + + + + +
Alkaloid - - - - -
Tanin - - - - -
Saponin + + + + +
Quinon - - - - -
Steroid - - - - -
Triterpenoid + + + + +
Keterangan: (+) : terdapat kandungan senyawa terkait
(-) : tidak terdapat kandungan senyawa terkait

Uji Fitokimia ini merupakan uji kualitatif yang pada dasarnya ingin

mengetahui keberadaan senyawa yang terdapat di dalam minuman seduhan

rosella. Berdasarkan uji fitokimia minuman seduhan rosella yang terdiri dari

kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau masing-masing memiliki

kandungan fitokimia yang berbeda-beda. Menrut Okereke et. al., (2015) kelopak
72

bunga rosella merah mengandung saponin, flavonoid, tanin, asam fenolat,

glikosida, dan alkaloid. Menurut Kumari dan Rao (2015) daun sirih hijau

mengandung tanin, anthraquinon, flavonoid, alkaloid, terpenoid, saponin, kardiak

glikosida, glikosida, gula pereduksi dan Phlobatanins. Tetapi berdasarkan hasil uji

fitokimia senyawa yang terdeteksi adalah flavonoid, saponin, triterpenoid. Karena

uji yang digunakan merupakan uji kualitatif, sehingga tingkat deteksinya kurang

maksimal.

4. Uji Penghambatan Enxim Xantin Oksidase

Sebelum dilakukan pengujian daya hambat aktivitas enzim xantin oksidase

dengan sampel uji, terlebih dahulu dilakukan penetapan panjang gelombang

maksimum, konsentrasi substrat, pH buffer optimum dan suhu optimum. Menurut

Winarno (2018), dalam pengujian enzim dianjurkan untuk menggunakan suhu 30


o
C, sedangkan kondisi lain seperti pH, konsentrasi substrat, aktivitas enzim harus

dalam keadaan optimal. Hal ini dilakukan untuk penyesuaian terhadap kondisi

pengujian, baik alat maupun bahan pengujian yang digunakan agar uji daya

hambat enzim dapat berjalan secara optimal.

a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Pengukuran panjang gelombang maksimum spektrum UV yaitu digunakan

panjang gelombang 200-600 nm. Berdasarkan hasil uji diperoleh panjang

gelombang maksimum, yaitu pada spektrum UV 283 nm. Hal tersebut

menunjukkan bahwa serapan optimum asam urat yang dihasilkan dari reaksi

enzimatik antara substrat xantin dan enzim xantin oksidase adalah pada panjang

gelombang 283 nm. Pada penentuan panjang gelombang ini tidak sesuai dengan

literatur, panjang gelombang yang didapatkan Umamaheswari (2009) adalah 290


73

nm, Saputra (2012) adalah 281 nm. Hal ini yang menjadi pertimbangan

pentingnya dalam mencari panjang gelombang, dikarenakan kemampuan deteksi

alat dapat berbeda-beda. Oleh karena itu, pada penelitian ini panjang gelombang

yang digunakan adalah 283 nm.

b. Penentuan Suhu Optimum

Untuk menentukan suhu optimum, proses pra-inkubasi dan inkubasi

larutan uji dilakukan pada variasi suhu 20, 25, 30, 35, dan 40 oC. Berdasarkan

hasil uji diperoleh aktivitas enzim tertinggi yaitu 2,80 unit/mL pada suhu 30 oC.

Data hasil pengujian optimasi suhu dapat dilihat pada Gambar 17.

3,0 2,80
aktivitas (unit/mL)

2,5 2,15
2,0
1,43
1,5
1,0 0,69 0,58
0,5
0,0
20 25 30 35 40
Suhu (°C)
Gambar 17. Grafik optimasi suhu pengujian

Setiap enzim memiliki aktivitas maksimum pada temperatur tertentu,

aktivitas enzim akan semakin meningkat dengan bertambahnya temperatur hingga

temperatur optimum tercapai. Pada Gambar 14 menunjukkan bahwa aktivitas

enzim optimum pada temperatur 30 oC dan menurun secara signifikan di atas

suhu 30 oC. Hal ini dikarenakan sebagian protein mengalami kerusakan atau ter-

denaturasi. Menurut Kusnandar (2010) denaturasi protein adalah terjadinya

modifikasi struktur sekunder, tersier, dan kuarter dari protein tanpa menyebabkan

pemutusan ikatan peptida dan perubahan sekuen asam amino pada struktur

protein. Perubahan struktur protein ini biasanya menyebabkan perubahan sifat


74

fisik kimia protein secara irreversibel, seperti hilangnya sifat kelarutan dan

aktivitas biologisnya (misalnya sebagai enzim). Aktivitas enzim di bawah

temperatur optimum, yaitu pada temperatur 20 oC dan 25 oC, rendahnya aktivitas

enzim dibandingkan temperatur optimum dikarenakan rendahnya energi aktivasi.

Energi aktivasi dibutuhkan untuk menciptakan kondisi tingkat kompleks aktif,

baik molekul enzim maupun molekul substrat. Kenaikan temperatur menyebabkan

aktivitas enzim meningkat, karena temperatur yang semakin tinggi akan

meningkatkan energi kinetik yang mempercepat gerak vibrasi, translasi, dan rotasi

enzim dan substrat, sehingga menambah intensitas tumbukan antara substrat dan

enzim. Tumbukan yang sering terjadi akan mempermudah pembentukan

kompleks enzim-substrat, sehingga produk yang terbentuk semakin banyak

(Noviyanti dkk, 2012).

c. Penentuan pH optimum

Untuk menentukan pH optimum, pada larutan uji digunakan variasi

larutan buffer posfat pada pH 7,0; 7,2; 7,5; 7,8 dan 8,0. Berdasarkan hasil uji

diperoleh aktivitas enzim tertinggi yaitu 2,32 unit/mL pada pH 7,8. Hasil

pengujian optimasi pH dapat dilihat pada Gambar 18.

3,0
2,5 2,32
aktivitas (unit/mL)

2,0 1,77 1,84


1,70
1,50
1,5
1,0
0,5
0,0
7 7,2 7,5 7,8 8
pH
Gambar 18. Grafik optimasi suhu untuk pengujian
75

Banyak enzim yang sensitif terhadap perubahan pH dan setiap enzim

memiliki pH optimum untuk aktivitasnya. Di luar pH optimum tersebut kenaikan

pH (basa) atau penurunan pH (asam) menyebabkan penurunan aktivitas enzim

dengan cepat dan bahkan bisa kehilangan aktivitas katalitiknya. Hal ini terjadi

karena struktur tiga dimensi enzim mulai berubah, sehingga substrat tidak dapat

berikatan dengan sisi aktif enzim akibatnya proses katalis tidak dapat berlangsung

secara sempurna. (Nurkhotimah dkk, 2017)

d. Penentuan konsentrasi substrat optimum

Pada penentuan substrat optimum, digunakan konsentrasi substrat 0,05;

0,1; 0,15; 0,2; dan 0,25. Berdasarkan hasil uji diperoleh aktivitas enzim tertinggi

yaitu 1,54 unit/mL pada konsentrasi substrat yaitu 0,15mM. Hasil pengujian

optimasi pH dapat dilihat pada Gambar 19. Berdasarkan gambar dapat dilihat

bahwa terjadi variasi aktivitas enzim. Aktivitas enzim terus meningkat hingga

konsentrasi substrat yaitu 0,15mM. Kemudian aktivitas enzim mulai menurun

pada konsentrasi 0,2 mM dan 0,25 mM. Hal ini sesuai pernyataan Robinson

(2015), bahwa aktivitas enzim dapat menurun karena produk yang dihasilkan

dapat menjadi inhibitor kompetitif.

3,0
2,5
aktivitas (unit/mL)

2,0
1,54
1,33 1,41 1,32
1,5
1,0 0,80

0,5
0,0
0,05 0,1 0,15 0,2 0,25
Konsentrasi substrat (ppm)
Gambar 19. Grafik optimasi substrat untuk pengujian
76

e. Uji daya hambat enzim oksidase

Rata-rata nilai daya hambat aktivitas enzim xantin oksidase (IC50)

minuman seduhan rosella berkisar antara 11,01±0,55 – 28,47±4,79, dengan rata-

rata nilai tertinggi 28,47 pada taraf perlakuan sebesar 50:50 dan terendah

11,01±0,55 pada taraf perlakuan sebesar 90:10. Rata-rata nilai daya hambat

aktivitas enzim xantin oksidase disajikan pada Tabel 29. Nilai IC50 Untuk melihat

perbandingan lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 20.

Tabel 29. Rata-rata nilai aktivitas enzim xantin oksidase


Kelopak Bunga Rosella merah : Daun Sirih Hijau (IC50)
Ulangan
90:10 80:20 70:30 60:40 50:50
1 10,65 17,23 19,17 24,09 23,63
2 10,73 16,11 18,73 24,00 33,21
3 11,64 17,08 19,16 25,00 28,56
Jumlah 33,03 50,42 57,05 73,09 85,40
Rata-rata 11,01±0.55 16,81±0,61 19,02±0,25 24,36±0,55 28,47±4,79

Gambar 20 nilai IC50 cenderung meningkat seiring bertambahnya

formulasi daun sirih hijau pada formulasi minuman seduhan rosella. Data hasil uji

ANAVA dapat di lihat pada Tabel 30.

40,00
35,00
28,47
30,00
24,36
Nilai IC50

25,00
19,02
20,00 16,81
15,00 11,01
10,00
5,00
0,00
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
Formulasi kelopak bunga rosela dan daun sirih hijau

Gambar 20. Grafik aktivitas enzim xantin oksidase (IC50)


77

Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 30 diperoleh hasil sig= 0,000

lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,

berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau yang

berbeda berpengaruh nyata terhadap nilai IC50 minuman seduhan rosella. Oleh

karena itu, dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan dari tiap

taraf formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau terhadap nilai

IC50. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Tabel. 31.

Tabel 30. Hasil uji ANAVA aktivitas enzim xantin oksidase (IC50)
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 548,215 137,054 28,563 0,000
Galat 10 47,984 4,798
Total 14 569,198
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima

Hasil uji Duncan menunjukkan formulasi kelopak bunga rosella merah dan

daun sirih hijau sebesar 90:10, 60:40 dan 50:50 berbeda nyata (α = 0,05) antara

satu dengan yang lainnya terhadap nilai IC50 minuman seduhan rosella. Formulasi

kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 80:20 dan 70:30 tidak

berbeda nyata (α = 0,05), tetapi berbeda nyata dengan sebesar 90:10, 60:40 dan

50:50 terhadap nilai IC5o minuman seduhan rosella.

Tabel 31. Hasil uji Duncan aktivitas enzim xantin oksidase (IC50)
Kelopak Bunga Rosella merah :
Notasi α = 0,05
Daun Sirih Hijau
a
90:10 11,01
80:20 16,81 b
70:30 19,02 b
60:40 24,36 c
50:50 28,47 d
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan perbedaan
yang nyata pada α = 0,05
78

Prinsip pengujian aktivitas enzim adalah dengan mengukur serapan dari

asam urat yang merupakan produk dari reaksi katalis xantin oksidase terhadap

substratnya. Pengujian dilakukan pada kondisi optimum, yaitu pH 7,8, suhu

inkubasi 30 oC, dan konsentrasi xantin 0,15mM. Pengukuran serapan dilakukan

menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum,

yaitu 283 nm. Larutan uji yang digunakan adalah minuman seduhan rosella

dengan 5 taraf perlakuan yang berbeda. Dari hasil pengujian tersebut, didapat

bahwa semua taraf yang diuji berpotensi dapat menghambat aktivitas enzim

xantin oksidase yang merupakan katalis dalam pembentukan asam urat. Secara

keseluruhan, nilai IC50 meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi daun

sirih hijau (lihat Gambar 17). Nilai IC50, yaitu konsentrasi yang dapat menghambat

50% aktivitas xantin oksidase dalam kondisi pengujian (Umamaheswari et al.,

2009). Hal tersebut memiliki arti semakin rendah nilai IC50 maka daya hambatnya

akan semakin baik. Nilai IC50 terendah dan paling mendekati nilai IC50 alopurinol

(0.0843) (lihat Lampiran 16) pada penelitian ini yaitu 11,01±0.55 formulasi

kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 90:10.

Berdasarkan uji fitokimia minuman seduhan rosella mengandung

flavonoid, saponin, dan triterpenoid. Telah dilaporkan bahwa flavonoid dapat

menghambat aktivitas enzim xantin oksidase (Saputra, 2012). Flavonoid

menghambat aktivitas xantin oksidase secara kompetitif (Jiao et al., 2006). Begitu

juga menurut Patcher et al., (2006) berpendapat bahwa flavonoid berperan seperti

alopurinol yaitu sebagai inhibitor kompetitif yang bekerja dengan cara

berkompetisi dengan substrat xantin untuk berkaitan dengan sisi aktif enzim.

Gugus C5- dan C-7 hidroksil dan ikatan rangkap antara C-2 dan C-3 mempunyai
79

daya inhibisi yang tinggi pada xantin oksidase. Gugus C5- dan C-7 hidroksil dan

ikatan rangkap antara C-2 dan C-3 mempunyai daya inhibisi yang tinggi pada

xantin oksidase. (Cos et al., 1998; di dalam Hoorn et al. 2002). Golongan

flavonoid yang dapat menghambat aktivitas enzim xantin oksidase adalah (±)-

Taxifolin, (+)-Catechin, (−)-Epicatechin, (−)-Epigallocatechin, 4′-

Hydroxyflavanone, Naringenin, 7-Hydroxyflavanone, Chrysin, Apigenin,

Luteolin, Tanin, Baicalein, 3-Hydroxyflavone, Galangin, Kaempferol, Quercetin,

Fisetin, Morin, dan Myricetin (Kostić et al., 2015).

C. Mutu Organoleptik

1. Warna

a. Hedonik Warna

Berdasarkan hasil rata-rata, nilai uji hedonik warna minuman seduhan

rosella berkisar antara 3,3±0,3 - 4,00±0,2 dengan rata-rata tertinggi 4,00±0,2

yaitu formulasi sebesar 90:10 dan terendah 3,3±0,3 yaitu formulasi sebesar 50:50.

Rata-rata nilai uji hedonik warna minuman seduhan rosella disajikan pada Tabel

32. Untuk melihat perbedaan masing-masing formulasi yang lebih jelas disajikan

pada Gambar 21.

Tabel 32. Hasil rata-rata nilai uji hedonik warna minuman seduhan rosella
Kelopak Bunga Rosella merah : Daun Sirih Hijau
Ulangan
90:10 80:20 70:30 60:40 50:50
1 3,9 3,0 3,8 3,6 3,8
2 4,2 3,8 3,9 3,5 3,3
3 4,0 3,5 3,5 3,0 2,9
Jumlah 12,0 10,3 11,1 10,0 10,0
Rata-rata 4,0±0,2 3,4±0,4 3,7±0,2 3,3±0,3 3,3±0,4
Keterangan :
5 = Sangat suka; 4 = Suka; 3 = Agak suka; 2 = Kurang suka; 1 = Tidak suka
80

5,0
4,0
3,7

skala hedonik warna


4,0 3,4
3,3 3,3
3,0

2,0

1,0

0,0
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
kelopak bunga rosella : daun sirih hijau

Gambar 21. Grafik uji hedonik warna minuman seduhan rosella

Berdasarkan Gambar 21, terlihat bahwa penerimaan panelis terhadap

warna minuman seduhan rosella cenderung menurun seiring bertambahnya

formulasi daun sirih hijau. Untuk mengetahui perbedaan pada masing-masing

formulasi, dilakukan analisis sidik ragam menggunakan ANAVA yang disajikan

pada Tabel 33.

Tabel 33. Hasil uji ANAVA hedonik warna minuman seduhan rosella
Sumber DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 20,647 5,162 6,693 0,000
Galat 295 227,500 0,771
Total 299 248,147
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima

Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 33 diperoleh hasil sig = 0,000

lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,

berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau yang

berbeda berpengaruh nyata terhadap warna minuman seduhan rosella. Oleh karena

itu, dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan dari tiap taraf
81

formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau terhadap warna

hedonik. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Tabel. 34.

Tabel 34. Hasil uji Duncan Hedonik warna minuman seduhan rosella
Kelopak bunga rosella merah :
Notasi (α = 0,05)
daun sirih hijau
50:50 3,3 a
60:40 3,3 a
80:20 3,4 ab 3,4 ab
70:30 3,7 bc 3,7 bc
90:10 4,0 ac
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan perbedaan
yang nyata pada α = 0,05

Hasil uji Duncan menunjukkan formulasi kelopak bunga rosella merah dan

daun sirih hijau sebesar 50:50, 60:40, berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi

sebesar 70:30 dan 90:10 tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi

sebesar 80:20 terhadap warna hedonik minuman seduhan rosella. Formulasi

kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 80:20 berbeda nyata (α

= 0,05) dengan formulasi sebesar 90:10 tetapi tidak berbeda nyata dengan

formulasi sebesar 70:30, 60:40, dan 50:50 terhadap parameter warna hedonik

minuman seduhan rosella. Formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih

hijau sebesar 70:30 berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 50:50 dan

60:40 tetapi tidak berbeda nyata dengan formulasi sebesar 80:20 dan 90:10

terhadap parameter warna hedonik minuman seduhan rosella. Formulasi kelopak

bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 90:10 berbeda nyata (α = 0,05)

dengan formulasi sebesar 80:20, 60:40 dan 50:50 tetapi tidak berbeda nyata

dengan formulasi sebesar 70:30 terhadap parameter warna hedonik minuman

seduhan rosella.
82

Warna merupakan sifat sensoris yang paling pertama diamati ketika

konsumen melihat suatu produk pangan. Warna adalah salah satu faktor yang

menentukan mutu bahan makanan. Penilaian mutu bahan makanan umumnya

bergantung pada beberapa faktor antara lain, cita rasa, warna, tekstur, dan nilai

gizinya. Tetapi, sebelum faktor-faktor tersebut dipertimbangkan, secara visual

warna terkadang sangat menentukan. Oleh karena itu, dilakukan uji hedonik

warna terhadap minuman seduhan rosella untuk mengetahui tingkat penerimaan

panelis. Minuman seduhan rosella pada formulasi kelopak bunga rosella merah

dan daun sirih hijau sebesar 90:10 merupakan minuman yang paling disukai oleh

rata-rata panelis dengan nilai kesan rata-rata hedonik yaitu 4 (suka). Berdasarkan

hasil uji menggunakan L*a*b* menunjukkan bahwa minuman seduhan rosella

dengan formulasi sebesar 90:10 memiliki warna yang paling merah, yaitu sebesar

55,78±0,23. Kelopak bunga rosella mengandung flavonoid dari golongan

antosianin. Menurut Winarno (2002) antosianin tergolong pigmen yang disebut

flavonoid yang pada umumnya larut dalam air. Warna pigmen antosianin

berwarna merah, biru, dan ungu. Hal ini mengindikasikan bahwa warna merah

yang terdapat pada minuman seduhan rosella berasal dari kelopak bunga rosella.

Sehingga semakin banyak penambahan kelopak bunga rosella merah maka warna

minuman seduhan rosella akan semakin merah.

b. Mutu Hedonik Warna

Nilai rata-rata mutu hedonik warna minuman seduhan rosella berkisar

antara 3,1±0,6 – 3,8±0,5 dengan rata-rata tertinggi 3,8±0,5 yaitu formulasi sebesar

70:30 dan terendah 3,1±0,6 yaitu formulasi sebesar 80:20. Rata-rata hasil uji mutu
83

hedonik warna minuman seduhan rosella disajikan pada Tabel 35. Perbandingan

masing-masing formulasi untuk lebih jelasnya disajikan pada Gambar 22.

Tabel 35. Hasil uji mutu hedonik warna minuman seduhan rosella
Kelopak Bunga Rosella merah : Daun Sirih Hijau (Warna)
Ulangan
90:10 80:20 70:30 60:40 50:50
1 4,0 3,5 4,5 3,6 3,4
2 3,8 3,6 4,0 3,6 3,0
3 3,0 2,4 2,8 3,3 3,4
Jumlah 10,8 9,4 11,3 10,4 9,7
Rata-rata 3,6±0,5 3,1±0,6 3,8±0,6 3,5±0,2 3,2±0,2
Keterangan :
5 = Sangat merah; 4 = merah; 3 = agak merah; 2 = kurang merah;
1 = cokelat kemerahan

Berdasarkan Gambar 22, terlihat bahwa nilai mutu hedonik warna

minuman seduhan rosella cenderung menurun seiring bertambahnya formulasi

daun sirih hijau. Untuk mengetahui perbedaan pada masing-masing formulasi,

dilakukan analisis sidik ragam menggunakan ANAVA yang disajikan pada Tabel

36.

5,0
4,0 3,6 3,8 3,5
3,1 3,2
skala mutu hedonik

3,0
warna

2,0
1,0
0,0
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
Kelopak bunga rosella : daun sirih hijau
Gambar 22. Grafik uji mutu hedonik warna minuman seduhan rosella

Tabel 36. Hasil uji ANAVA mutu hedonik warna minuman seduhan rosella
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 15,5 3,875 3,072 0,017
Galat 295 372,167 1,262
Total 295 387,667
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
84

Sig > 0,05 maka H0 diterima

Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 33 diperoleh hasil sig = 0,017

lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,

berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau yang

berbeda berpengaruh nyata terhadap warna minuman seduhan rosella. Oleh karena

itu, dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan dari tiap taraf

formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau terhadap warna mutu

hedonik. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 37.

Tabel 37. Hasil uji Duncan mutu hedonik warna minuman seduhan rosella
Kelopak bunga rosella merah :
Notasi (α = 0,05)
daun sirih hijau
80:20 3,1 a
50:50 3,2 ab 3,2 ab
60:40 3,5 abc 3,5 abc 3,5 abc
bc
90:10 3,6 3,6 bc
70:30 3,8 c
Keterangan :Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan perbedaan yang
nyata pada α = 0,05

Hasil uji Duncan menunjukkan formulasi kelopak bunga rosella merah dan

daun sirih hijau sebesar 80:20 berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar

90:10 dan 70:30, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar

(50:50) dan (60:40) terhadap parameter warna mutu hedonik minuman seduhan

rosella. Formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 50:50

berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 70:30, tetapi tidak berbeda

nyata (α = 0,05) dengan formulasi (80:20), (60:40), dan (90:10) terhadap

parameter warna mutu hedonik minuman seduhan rosella. Formulasi kelopak

bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 60:40 tidak berbeda nyata (α =

0,05) dengan formulasi sebesar 90:10, 80:20, 70:30, dan 50:50 terhadap
85

parameter warna mutu hedonik minuman seduhan rosella. Formulasi kelopak

bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 90:10 berbeda nyata (α = 0,05)

dengan formulasi sebesar 80:20, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan

formulasi sebesar 90:10, 70:30, dan 50:50 terhadap parameter warna mutu

hedonik minuman seduhan rosella. Formulasi kelopak bunga rosella merah dan

daun sirih hijau sebesar 70:30 berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar

90:10 dan 60:40, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar

(50:50) dan (80:20) terhadap parameter warna mutu hedonik minuman seduhan

rosella.

Pengujian terhadap warna dianggap penting karena warna merupakan

profil visual yang dapat menjadi kesan pada penilaian produk makanan. Minuman

seduhan rosella pada formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau

sebesar 70:30 merupakan minuman yang memiliki nilai mutu hedonik warna

tertinggi yaitu 3,8 (merah). Berdasarkan hasil uji menggunakan *Lab

menunjukkan bahwa minuman seduhan rosella dengan formulasi sebesar 70:30

memiliki nilai a* sebesar 58±0,19. Warna merah pada minuman seduhan rosella

terbentuk dari senyawa flavonoid. Kelopak bunga rosella merah diketahui

memiliki komponen flavonoid yaitu antosianin yang memberikan warna merah

yang dominan pada minuman seduhan rosella. Sehingga semakin banyak kelopak

bunga rosella yang ditambahkan, maka warna minuman seduhan rosella akan

semakin merah. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa semakin banyak

penambahan kelopak bunga rosella merah maka warna minuman seduhan rosella

semakin disukai oleh panelis.

2. Aroma
86

a. Hedonik Aroma
Nilai rata-rata uji hedonik warna minuman seduhan rosella berkisar antara

2,6±0,1 - 3,0±0,0 dengan rata-rata tertinggi 3,0±0,0 yaitu formulasi sebesar 90:10

dan terendah 2,6±0,1 yaitu formulasi sebesar 60:40. Nilai rata-rata hasil uji

hedonik aroma minuman seduhan rosella disajikan pada Tabel 38. Perbandingan

masing-masing formulasi untuk lebih jelasnya disajikan pada Gambar 23

Tabel 38. Hasil uji hedonik aroma minuman seduhan rosella


Kelopak Bunga Rosella merah : Daun Sirih Hijau (Aroma)
Ulangan
90:10 80:20 70:30 60:40 50:50
1 3,0 2,6 2,8 2,6 2,7
2 3,0 2,9 2,8 2,6 2,8
3 3,1 2,9 2,8 2,5 2,7
Jumlah 9,0 8,4 8,4 7,7 8,1
Rata-rata 3,0±0,0 2,8±0,2 2,8±0,0 2,6±0,1 2,7±0,1
Keterangan :
5 = Sangat suka; 4 = Suka; 3 = Agak suka; 2 = Kurang suka; 1 = Tidak suka

Berdasarkan Gambar 23, terlihat bahwa penerimaan panelis terhadap

parameter aroma cenderung menurun seiring bertambahnya formulasi daun sirih

hijau. Untuk mengetahui perbedaan pada masing-masing formulasi, dilakukan

analisis sidik ragam menggunakan ANAVA yang disajikan pada Tabel 39.

5,0
skala hedonik aroma

4,0
3,0 2,8 2,8
2,6 2,7
3,0
2,0
1,0
0,0
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
kelopak bunga rosella : daun sirih hijau

Gambar 23. Grafik uji hedonik aroma minuman seduhan rosella

Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 39 diperoleh hasil sig

0,095lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1
87

ditolak, berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau

yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap aroma minuman seduhan rosella.

Tabel 39. Hasil uji ANAVA hedonik aroma minuman seduhan rosella
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 6,380 1,595 1,995 0,095
Galat 295 235,817 0,799
Total 295 242,197
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima

Aroma merupakan parameter yang penting dalam sebuah produk pangan

sehingga dilakukan pengujian terhadap parameter aroma minuman seduhan

rosella. Setelah melihat kenampakan produk pangan secara visual maka seseorang

akan mencium aroma produk tersebut. Penilaian terhadap aroma dilakukan

dengan cara mencium aroma minuman seduhan rosella yang dihasilkan. Pengujian

hedonik terhadap aroma dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis

terhadap aroma minuman seduhan rosella. Tingkat kesukaan yang paling tinggi

mewakili aroma yang paling disukai oleh konsumen, yaitu A1 (90:10) dengan

rata-rata sebesar 3,0 (agak suka).

b. Mutu Hedonik Aroma

Nilai rata uji mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella berkisar

antara 3,3±0,1 - 3,8±0,5 dengan rata-rata tertinggi - 3,8±0,5 yaitu formulasi

sebesar 70:30 dan terendah 3,3±0,1 yaitu formulasi sebesar 50:50. Nilai rata-rata

hasil uji mutu hedonik terhadap aroma minuman seduhan rosella dapat dilihat

pada Tabel 40. Perbedaan formulasi lebih jelasnya dilihat pada Gambar 24.

Tabel 40. Hasil uji mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella
Kelopak Bunga Rosella merah : Daun Sirih Hijau (Aroma)
Ulangan
90:10 80:20 70:30 60:40 50:50
88

1 3,4 3,3 3,5 3,0 3,2


2 3,5 3,4 3,5 3,4 3,4
3 4,1 4,1 4,5 3,8 3,2
Jumlah 11,0 10,8 11,5 10,2 9,8
Rata-rata 3,7±0,4 3,6±0,4 3,8±0,5 3,4±0,4 3,3±0,1
Keterangan :
5 = Sangat wangi; 4 = Wangi; 3 = Agak Wangi; 2 = Agak tidak wangi;
1 = Sangat tidak wangi

Berdasarkan Gambar 24, terlihat bahwa semakin sedikit formulasi kelopak

bunga rosella merah maka penerimaan panelis terhadap aroma minuman seduhan

rosella cenderung menurun. Untuk mengetahui perbedaan pada masing-masing

formulasi, dilakukan analisis sidik ragam menggunakan ANAVA disajikan pada

Tabel 41. Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 42 diperoleh hasil sig =

0,041 lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1

diterima, berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau

yang berbeda berpengaruh nyata terhadap mutu aroma minuman seduhan rosella.

Oleh karena itu, dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan dari

tiap taraf formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau terhadap

mutu hedonik aroma. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Tabel. 42.

5,0
skala mutu hedonik aroma

3,7 3,8
4,0 3,6 3,4 3,3
3,0

2,0

1,0

0,0
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
kelopak bunga rosella : daun sirih hijau

Gambar 24. Grafik uji mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella

Tabel 41. Hasil uji ANAVA mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella
89

Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 11,087 2,772 2,529 0,041
Galat 295 323,35 1,096
Total 295 334,437
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima

Hasil uji Duncan menunjukkan formulasi kelopak bunga rosella merah dan

daun sirih hijau sebesar 70:30 berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar

50:50 terhadap parameter mutu hedonik aroma, sedangkan keduanya tidak

berbeda nyata dengan formulasi sebesar 90:10, 80:20 dan 60:40 terhadap

parameter mutu hedonik aroma.

Tabel 42. Hasil uji Duncan mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella
Kelopak bunga rosella merah : Notasi (α = 0,05)
daun sirih hijau
50:50 3,3 a
60:40 3,4 a
80:20 3,6 ab 3,6 ab
90:10 3,7 ab 3,7 ab
70:30 3,8 b
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan perbedaan
yang nyata pada α = 0,05

Aroma merupakan parameter yang penting bagi konsumen. Sehingga

dilakukan pengujian terhadap parameter aroma. Panelis lebih menyukai aroma

minuman seduhan rosella yang wangi. Aroma minuman seduhan rosella berasal

dari senyawa yang ada di kelopak bunga rosella dan daun sirih hijau. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Yuliani dkk, (2011) bahwa rosella diduga

memiliki aroma asam yang berasal dari asam sitrat dan asam malat. Sedangkan

aroma sirih mempunyai aroma khas dan tajam yang disebabkan oleh fenol dan

terpen (Pradhan et. al., 2013). Hal ini diperkuat oleh Widiyastuti dkk, (2013) yang

menyatakan bahwa aroma daun sirih hijau berasal dari minyak atsiri (komponen
90

fenol atau essential oil). Menurut Vikash (2012) daun sirih mengandung minyak

atsiri 0,8-1,8 % yang terdiri atas kavikol, kavibetol (betel fenol), alilpirokatekol

(hidroksikavikol). Menurut Bhalerao, et. al., (2013) kavibetol memberikan aroma

pedas pada daun sirih hijau. Berdasarkan Gambar 21, bahwa semakin banyaknya

formulasi kelopak bunga rosella merah akan meningkatkan kesan mutu terhadap

aroma minuman seduhan rosella. Hal tersebut mengindikasikan aroma dari

kelopak asam dari kelopak bunga rosella lebih disukai oleh panelis.

3. Rasa

a. Hedonik Rasa

Nilai rata-rata uji hedonik rasa minuman seduhan rosella berkisar antara

2,7±0,4 - 3,1±0,4 dengan rata-rata tertinggi 3,1±0,4 yaitu formulasi sebesar 90:10

dan terendah 2,7±0,4 yaitu formulasi 80:20. Nilai rata-rata hasil uji hedonik rasa

minuman seduhan rosella dapat dilihat pada Tabel 43. Perbedaan masing-masing

formulasi lebih jelasnya disajikan pada Gambar 25.

Tabel 43. Rata-rata hasil uji hedonik rasa minuman seduhan rosella
Kelopak Bunga Rosella merah : Daun Sirih Hijau (Rasa)
Ulangan
90:10 80:20 70:30 60:40 50:50
1 2,7 2,2 2,6 2,8 2,5
2 3,4 3,0 3,2 2,9 2,8
3 3,2 3,0 3,0 3,0 3,3
Jumlah 9,3 8,1 8,8 8,6 8,6
Rata-rata 3,1±0,4 2,7±0,4 2,9±0,4 2,9±0,4 2,9±0,4
Keterangan :
5 = Sangat suka; 4 = Suka; 3 = Agak suka; 2 = Kurang suka; 1 = Tidak suka

Berdasarkan Gambar 25, dapat dilihat bahwa semakin sedikit bunga

rosella yang ditambahkan pada formulasi minuman seduhan rosella, tingkat

penerimaan panelis terhadap parameter rasa cenderung menurun. Untuk


91

mengetahui perbedaan pada masing-masing formulasi, dilakukan analisis sidik

ragam menggunakan ANAVA. Hasil uji ANAVA disajikan pada Tabel 44.

skala hedonik rasa 5,0


4,0 3,1
2,7 2,9 2,9 2,9
3,0
2,0
1,0
0,0
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
kelopak bunga rosella : daun sirih hijau

Gambar 25. Grafik uji hedonik rasa minuman seduhan rosella

Tabel 44. Hasil uji ANAVA mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 3,853 0,963 0,839 0,501
Galat 295 338,583 1,148
Total 295 342,437
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima

Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 45 diperoleh hasil sig 0,501

lebih besar dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak,

berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau yang

berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap rasa minuman seduhan rosella. Hal

tersebut menunjukkan bahwa formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun

sirih hijau tidak memengaruhi penilaian panelis pada parameter rasa minuman

seduhan rosella. Berdasarkan nilai rata-rata uji hedonik rasa 2,7±0,4 - 3,1±0,4,

hal ini mengindikasikan bahwa dari kelima formulasi kelopak bunga rosella

merah dan daun sirih hijau agak disukai oleh panelis.

b. Mutu Hedonik Rasa


92

Nilai rata-rata hasil uji mutu hedonik rasa minuman seduhan rosella

berkisar antara 2,9±0,4 - 3,5±0,2 dengan rata-rata tertinggi 3,5±0,2 yaitu

formulasi sebesar 90:10 dan terendah 2,9±0,4 yaitu formulasi sebesar 80:20. Nilai

rata-rata hasil uji mutu hedonik terhadap rasa minuman seduhan rosella dapat

dilihat pada Tabel 45. Perbedaan masing-masing formulasi lebih jelasnya

disajikan pada Gambar 26.

Tabel 45. Rata-rata hasil uji mutu hedonik rasa minuman seduhan rosella

Kelopak Bunga Rosella merah : Daun Sirih Hijau (Rasa)


Ulangan
90:10 80:20 70:30 60:40 50:50
1 3,4 2,4 2,9 3,1 2,8
2 3,6 3,1 3,0 3,3 3,2
3 3,7 3,1 3,0 2,9 3,2
Jumlah 10,6 8,6 8,9 9,3 9,2
Rata-rata 3,5±0,2 2,9±0,4 3,0±0,1 3,1±0,2 3,1±0,2
Keterangan :
5 = Sedikit pahit dan asam; 4 = Agak pahit dan asam; 3 = Pahit dan asam
2 = Amat pahit dan asam; 1 = Sangat pahit dan asam

Berdasarkan Gambar 26, dapat dilihat bahwa semakin sedikit kelopak

bunga rosella merah yang ditambahkan pada formulasi minuman seduhan rosella,

tingkat penerimaan panelis cenderung menurun. Untuk mengetahui perbedaan

pada masing-masing formulasi, dilakukan analisis sidik ragam menggunakan

ANAVA. Hasil uji ANAVA disajikan pada Tabel 46.

5,0
skala mutu hedonik rasa

4,0 3,5
2,9 3,0 3,1 3,1
3,0
2,0
1,0
0,0
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau
93

Gambar 26. Grafik skala hedonik rasa minuman seduhan rosella


Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 47 diperoleh hasil sig 0,001

lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,

berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau yang

berbeda berpengaruh nyata terhadap rasa minuman seduhan rosella. Oleh karena

itu, dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan dari tiap taraf

formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau terhadap mutu rasa

hedonik. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 47.

Tabel 46. Hasil uji ANAVA mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 16,047 4,012 4,656 0,001
Galat 295 254,15 0,862
Total 295 270,197
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima

Hasil uji Duncan menunjukkan formulasi kelopak bunga rosella merah dan

daun sirih hijau sebesar 90:10 berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar

80:20, 70:30, 60:40 dan 50:50 terhadap parameter mutu hedonik rasa, sedangkan

formulasi sebesar 80:20, 70:30, 60:40 dan 50:50 masing - masing formulasi tidak

berbeda nyata terhadap parameter mutu hedonik rasa minuman seduhan rosella.

Tabel 47. Hail uji Duncan mutu hedonik rasa minuman seduhan rosella
Kelopak bunga rosella merah : Notasi (α = 0,05)
daun sirih hijau
90:10 3,5 b
a
80:20 2,9
70:30 3,0 a
60:40 3,1 a
50:50 3,1 a
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan perbedaan
yang nyata pada α = 0,05
94

Uji mutu hedonik rasa dinilai berdasarkan penilaian panelis terhadap rasa

yang memiliki kriteria rasa asam dan pahit dari minuman seduhan rosella yang

dihasilkan. Rasa merupakan kesan yang dihasilkan dari sebuah produk pangan

dengan indra pencicip manusia (lidah) kesan yang dihasilkan dari setiap indra

tersebut berbeda-beda dari setiap panelis. Hasil uji hedonik terhadap rasa

bertujuan untuk mengetahui tingkat respon dari panelis mengenai rasa terhadap

minuman seduhan rosella dengan perlakuan yang berbeda – beda. Tingkat

kesukaan yang paling tinggi mewakili rasa yang paling disukai oleh para panelis

dengan taraf perlakuan (90:10) dengan rata-rata sebesar 3,5 (agak pahit dan

asam). Rasa minuman seduhan rosella berasal dari kelopak bunga rosella dan

daun sirih hijau. Rasa asam kelopak bunga rosella berasal dari komponen asam,

seperti asam malat, asam stearat, asam askorbat, dan asam sitrat (seperti yang

telah dijelaskan pada pembahasan sub bab pH). Kemudian rasa pahit minuman

seduhan rosella berasal dari daun sirih hijau. Menurut Pradhan et. al., (2013) daun

sirih hijau memiliki rasa pahit (komponen ‘bitter’) berkisar 0,7-2,6% tidak

disebutkan namanya maupun jenisnya.


95

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan beberapa

hal sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan mutu minuman seduhan rosella pada kelima formulasi

berdasarkan hasil uji fisik kimia dan organoleptik

2. Formulasi minuman seduhan rosella antara kelopak bunga rosella merah dan

daun sirih hijau sebesar 90:10 merupakan formulasi yang memiliki mutu

paling baik, sesuai SNI dan dapat diterima oleh konsumen. Formulasi kelopak

bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 90:10 mempunyai nilai

warna L* sebesar 37,38±0,84, nilai warna a* sebesar 55,78±0,23, nilai warna

b* 36,18±2,13, nilai TPT sebesar 12,35±0,09 ⁰Brix nilai pH sebesar

3,40±0,00. Pada uji penghambatan enzim xantin oksidase didapatkan kondisi

optimum untuk pengujian yaitu panjang gelombang maksimum 283 nm. pH

7,8, suhu inkubasi 30 oC, dan konsentrasi substrat xantin 0,15mM, sehingga

didapatkan nilai IC50 sebesar 11,01±0.5. Formulasi kelopak bunga rosella

merah dan daun sirih hijau sebesar 90:10 berwarna merah (skor mutu hedonik

3,6) dan disukai panelis (skor hedonik 4,0), aroma minuman seduhan rosella

wangi (skor mutu hedonik 3,7) dan agak disukai panelis (3,0), dan rasa

minuman seduhan rosella agak pahit dan asam (skor mutu hedonik 3,5) dan

agak disukai panelis (3,1).


96

B. Saran

1. Perlu dilakukan pengujian lebih detail terhadap golongan senyawa flavonoid

yang terdapat pada minuman seduhan rosella

2. Disarankan untuk melakukan pengujian kinetika enzim untuk mengetahui

sifat dari daya hambat sampel (kompetitif atau tidak kompetitif)


97

DAFTAR PUSTAKA

Ali F, Ferawati, R Arqomah. 2013. Ekstraksi zat warna dari kelopak bunga rosella
(study pengaruh konsentrasi asam asetat dan asam sitrat). Jurnal Teknik
Kimia. 19(1): 26-34

Alwi H. 2002. Kamus Besar Bahasa Indinesia. Balai Pustaka, Jakarta.

Andarwulan N, F Kusnandar, dan D Herawati. 2011. Analisis Pangan. Dian


Rakyat, Jakarta.

Andarwulan N. RHF Faradilla. 2012. Pewarna Alami untuk Pangan. Seafast


Center, Bogor.

AOAC. 1995. Official Methods of Analisys Chemist. Vol. 1A. AOAC Inc,
Whasington.

Armansyah W, 2017. Rumus Kimia Gula. Tersedia pada:


http://www.rumuskimia.net/2015/12/rumus-kimia-gula.htmL. Diakses
pada : 18 November 2016.

Astawan M dan AL Kasih. 2008. Khasiat Warna-Warni Makanan. IKAPI, Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional . 2014. SNI 3719-2014 Syarat Mutu Minuman Sari
Buah. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 2010. SNI 3140.3:2010. Syarat Mutu Gula Pasir.
Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 2004. SNI 2546:2004. TSS Gravimetri. Badan


Standarisasi Nasional, Jakarta.

Bhalerao SA, DR Verma, RV Gavankar, NC Teli, YY Rane, VS Didwana, dan A


Trikannad. 2013. Phytochemustry, Pharmacological Profile and
Therapeutic Uses of Piper betle Linn – An Overview. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry. Vol. 1(2): 9-19

Blunden G., HB. Ali dan AN. Wabel. 2005. Phytochemical, Pharmacological an
Toxicological Aspect of Ihisbiscus sabdariffa L. Phytoter Res 19:369-375.

BPOM-RI. 2010. Rosella (Hibiscus sabdariffa L.). BPOM-RI, Jakarta.


98

Brahm U. dan Pendit. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. terjamahan dari:


Wilkins & Williams. 1996. Basic Medical Biochemistry: A Clinical
Approach. EGC, Jakarta.

Chin LK, ,Y Qi , F Malekian, O Bandele, M Berhane, J Gager. 2006. Food Value


Of Roselle, Hibiscus Sabdariffa –Tea. Southern University Agricultural
Research and Extension Center Sustainable Plant and Animal Production
System No. 303, Los Angeles.

Daroini OS. 2006. Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal Dari Campuran Teh
Hijau (Camellia sineresis), Rimpang Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.)
Dan Daun Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels.). [Skripsi]. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Materia Medika Indonesia


Jilid VI. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Haidar Z. 2016. Si Cantik Rosella Bunga Cantik Kaya Manfaat. 2016. Edumania,
Jakarta.

Halliwell B, MV Clement, LH Long. 2000. Hydrogen peroxide in the human


body. FEBS Lett 2000; 486(1):10-3.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. ITB, Bandung.

Harindraputra, R. 2009. Pengaruh Pemberian Seduhan Rosella (Hibiscus


sabdariffa) terhadap kolesterol total dara tikus putih (rattus norvegicus)
[Skripsi]. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Hoorn DECV., RJ. Nijveldt, Leeuwen, PAMV. Leeuwen, Z. Hofman, L.


M’Rabet, DBAD. Bont, dan KV. Norren. 2002. Accurate prediction of
xanthine oxidase inhibition based on the structure of flavonoids, Eur. J.
Pharmacol., 451:111- 118.

Iskandar A dan MN. Handayani. 2016. Karakteristik Saus Paprika (Capsicum


annuum) Dengan Penambahan Rosella (Hisbiscus Sabdariffa) Sebagai
Pewarna Alami. Fortech 1 (1); 59-67.

Jiao, H. Rui, Ge, M. Hui, Shi, H. Da dan RX. Tan. 2006. An Apigenin derived
Xanthine Oxidase Inhibitor from Palhinhea cernua. Joirnal Natural
Products. Vol 69. 1089-1091.

Kimia Farma. 2010. Alopurinol. Tersedia pada:


http://m.medicastore.com/index.php?mod=obat&id=13745. Diakses pada:
17 November 2016.

Kostic DA, DS Dimitrijevic, GS Stojanovic, IR Palic, AS Dordovic, JD Ickovski.


2015. Xanthine Oxidase: Isolation, Assays of Activity, and Inhibition.
Journal of Chemistry: Hindawi Publishing Corporation. Vol 2015. Hal 1-8.
99

Kumari OS dan NB. Rao. 2015. Phytochemical Analysis of Piper Betel Leaf
Extract. World Journal of Pharmacy and pharmaceutical Sciences. Vol.4;1.
Hal: 609-733.

Kusnandar F. 2010. Kimia Pangan: Komponen Makro. Jakarta, Dian Rakyat.

Maghfiroh K. 2017. Identifikasi Kandungan Klorofil Genus Piper (Sirih) Sebagai


Kandidat Food Supplement. Jurnal Teknolgi Pangan. Vol 9 (1):93-98

Mahadevan N, Shivali, P Kamboj (2009) Hibiscus sabdariffa Linn. an overview.


Natural Product Radiance Vol 8(1): 77-83.

Menteri Kesehatan. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Persyaratan Kualitas Air Minum.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Mufrod, Sulwadi, Wahyuono S. 2016. Patch Ekstrak Daun Sirih; Pengaruh


Penambahan Release ENhancher Substances Terhadap Sifat Fisikokimia
dan Aktivitas Antibakteri. Majalah Farmaseutik. Vol 12(2); 431-442

Mun’im A, E. Hanani, dam A. Mandasar. 2018. Pembuatan Teh Herbal


Campuran Kelopak Bunga Rosella (Hisbiscus sabdariffa) dan Herba
Seledri (Apium graveolenss). Majakah Ilmu Kefarmasian. Vol V (1): 47-
54

Muthoharoh L dan Dahlia. 2011. Identifikasi dan Observasi Berbagai Pigmen


Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) dan Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz &
Pav.) Berdasarkan Umur Fisiologis Daun. Jurnal Online FMIPA
Universitas Negeri Malang.

Noviyanti T, P Ardiningsih, W. Rahmalia. 2012. Pengaruh Temperatur Terhadap


Aktivitas Enzim Protease Dari Daun Sansakng (Pycnarrhena cauliflora
Diels.). JKK. Vol 1 (1); 31-34

Nurkhotimah, E. Yulianti, A Rakhmawati. 2017. Pengaruh Suhu dan ph Terhadap


Aktivitas Enzim Posfatase Bakteri Termofilik Sungai Gendol Pasca Erupsi
Merapi. Jurnal prodi biologi Vol 6 (8): 465-471

Okereke CN, FC Iroka, dan MO Chukwuma. 2015. Phytochemical analysis and


medicinal uses of Hibiscus sabdariffa. Jurnall : International Journal of
Herbal Medicine : Vol 2 (6): 16-19.

Patcher P., A. Nivorozhkin, dan C. Szabe (2006). Therapeutic effects of xanthine


oxidase inhibitors: renaissance half a century after the discovery of
allopurinol. Pharmacological Reviews, 58 (1), 87- 114
100

Pradhan DK, KA Suri, and P Biswasroy. 2013. Golden Heart of the Nature:
Piper betle L. Journal of Pharmacognosy and hytochemistry Vol. 1:6. Hal:
147.

Prahastuti S dan K. Tambunan. 2004. Sirih. LIPI, Jakarta.

Prasetya Y. 2009. Uji Efek Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L) terhadap
penurunan kadar asam urat darah pada tikus putih jantan yang diinduksi
kafeina . [Skripsi]. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Puspitasari AD dan LS Prayogo. 2016. Pengaruh Waktu Perebusan Terhadap


Kadar Flavonoid Total Daun Kersen (Muntingia calabura). Jurnal: Inovasi
Teknik Kimia, Vol. 1:2, hal 104-108.

Putri dan Farida. 2013. Total Phenolic, Flavonoids Content And Antioxidant
Activity Of The Ethanolic Extract Of Betel Leaf (Piper betle L.) : The
International Conference in Nanotechnology, Jakarta.

Rivai H., PE. Nanda, H. Fadhilah. 2014. Pembuatan dan Karakterisasi Ekstrak
Kering Daun Sirih Hijau (Piper betle L.). Jurnal Farmasi Higea. Vol
6(2);139

Riyono. 2007. Beberapa Sifat Umum dari Klorfil Fitoplankton. Jurnal Oseana.
Volume XXXII (1); 23-31

Robinson PK. 2015. Enzymes Priciples and Biotechnological Applications.


[Essay] Preston, University of Centrak Lancashire

Roni MA. 2008. Formulasi Minuman Herbal Instan Antioksidan dari Campuran
Teh Hijau (Camellia sinensis), Pegagan (Centella asiatica), dan Daun
Jeruk Purut (Citrus hystrix). [Skripsi] Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Saputra, KA. 2012. Uji Penghambatan Aktivitas Xantin Oksidase Secara In Vitro
Pada Teh Celup Kombinasi Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm.)
Dan Kaliks Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.). [Skripsi] Univesitas
Indonesia, Depok.

Sigma Aldrich. 1994. Enzymatic Assay of Xanthine Oxidase.


http://www.sigmaaldrich.com/content/dam/sigma-aldrich/docs/Sigma/
Enzyme_Assay/x1875enz.pdf. Diakses pada: 17 November 2016.

Suranto. 2011. Terapi Enzim. Penebar Plus, Depok.

Sustrani. 2007. Asam Urat. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suzery, M., S. Lestari, dan B. Cahyono. 2010. Penentuan Total Antosianin dari
Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dengan Metode Maserasi
dan Sokhletasi. Jurnal Sains & Matematika Vol.18(1):1-6.
101

Umamaheswari M., K. Asokkumar, V. Subhadradevi, AT. Sivashanmugam. 2009.


In Vitro Xantine Oxidase Inhibitort Activity of the Fractions of Erythrina
strcta Roxb. India: Departemen Farmakologi Institut Ilmu Paramedikal Sri
Ramakrishna.

Wahyuningsih S, E Yulinah, Sukrasno, N Karina. 2015. Efek Antihiperurikemia


Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) pada Tikus
Putih Wistar Jantan. Jurnal: Farmasi Sains dan Terapan Bol. 2:1. Hal 4-7.

Widiyastuti Y., S. Haryanti, dan D. Subositi. 2013. Karakterisasi Morfologi dan


Kandungan Minyak Atsiri Beberapa Jenis Sirih (Piper sp.). Badan Litbang
Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI.

Widuri A. 2011. Uji aktivitas penghambatan xantin oksidase ekstrak etanol 80%
dari beberapa tanaman famili combretaceae, lauraceae, lythraceae,
oxalidaceae, piperaceae, plumbaginaceae, dan smilacaceae [Skripsi].
FMIPA, Depok.

Winarno FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia, Jakarta.

Winarno FG. 2018. Teknologi Pangan, Mengankat Citra Pangan Indonesia. PT


Gramedia, Jakarta.

Winarti S dan A Firdaus. 2010. Stabilitas Warna Merah Ekstrak Bunga Rosella
ntuk Pewarna Makanan dan Minuman. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol.
11;2. Hal 87-93.

Yasni S. 2013. Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Produk Ekstarktif


Rempah. IPB Pres, Bogor.

Yuliani, Marwati, dan MWR Fahriansyah. 2011. Studi Variasi Ekstrak Rosela
(Hisbiscus sabdariffa L.) dan Karagenan Terhadap Minuman Jeli Rosela.
Jurnal Teknologi Pertanian Vol 7 (1); 1-8

Yulianto D. 2009. Inhibisi Xantin Oksidase Secara In Vitro Oleh Ekstrak Rosella
(Hibiscus sabdariffa) dan Ciplukan (Physalis angulata). Bogor:
Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor.

Yuniarti T. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Med Press,


Yogyakarta.

Zaelani MR. 2014. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Ekstrak Bunga Rosella


Terhadap Aktivitas Antioksidan Minuman Fungsional Pisang-Rosella
[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor
102
99

LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir uji hedonik minuman seduhan rosella

FORMULIR
UJI HEDONIK

Nama panelis :
Umur :
Jenis kelamin :
Tlp/HP :
Tanggal :

Instruksi
1. Ciciplah sampel satu persatu.
2. Pada kolom kode sampel berikan penilaian anda dengan cara memasukan nomor
(lihat keterangan yang ada di bawah Tabel) berdasarkan tingkat kesukaan.
3. Netralkan indera pengecap anda dengan air putih setelah selesai mencicipi satu
sampel.
4. Jangan membandingkan tingkat kesukaan antar sampel.
5. Setelah selesai berikan komentar anda dalam ruang yang telah disediakan.

Kode Sampel
Parameter
351 145 321
Warna
Aroma
Rasa

Keterangan :
- 5 = Sangat Suka
- 4 = Suka
- 3 = Agak Suka
- 2 = Kurang Suka
- 1 = Tidak Suka

Komentar :

Terima kasih
100

Lampiran 2. Formulir uji mutu hedonik

FORMULIR
UJI MUTU HEDONIK

Nama panelis :
Umur :
Jenis kelamin :
Tlp/HP :
Tanggal :

Instruksi

1. Ciciplah sampel satu persatu.


2. Pada kolom kode sampel berikan penilaian anda dengan cara dengan
memberikan tanda (√) .
3. Netralkan indera pengecap anda dengan air putih setelah selesai mencicipi
satu sampel.
4. Jangan membandingkan tingkat kesukaan antar sampel.
5. Setelah selesai berikan komentar anda dalam ruang yang telah disediakan

Kode Sampel
Parameter Penilaian
235 415 224 313 843
Sangat Merah
Merah
Warna Agak Merah
Kurang Merah
Cokelat Kemerahan
Sangat wangi
Wangi
Aroma Agak wangi
Agak tidak wangi
Sangat tidak wangi
Sedikit pahit dan asam
Agak pahit dan asam
Rasa Pahit dan asam
Amat pahit dan asam
Sangat pahit dan asam
Komentar :

Terima kasih
101

Lampiran 3. Hasil penelitain minuman seduhan rosella

Gambar minuman seduhan rosella (uji pendahuluan)

Gambar minuman seduhan rosella (uji utama)


102

89
Lampiran 4. Komposisi bahan yang digunakan dalam pembuatan minuman seduhan rosella

Perlakuan

Bahan A1 A2 A3 A4 A5
Baku Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot
(%) (%) (%) (%) (%)
(g) (g) (g) (g) (g)

Rosella 18 3,10 16 2,76 14 2,41 12 2,07 10 1,72

Sirih hijau 2 0,34 4 0,69 6 1,03 8 1,38 10 1,72

Gula 60 10,34 60 10,34 60 10,34 60 10,34 60 10,34

Air 500 86,21 500 86,21 500 86,21 500 86,21 500 86,21

Total 580 100 580 100 580 100 580 100 580 100

102
103

Lampiran 5. Hasil uji determinasi / identifikasi rosella


104

Lampiran 6. Hasil uji determinasi / identifikasi daun sirih


105

Lampiran 7. Hasil analisis uji fitokimia (a)


106

Lampiran 8. Hasil analisis uji fitokimia (b)


107

Lampiran 9. Hasil analisis uji fitokimia (c)


108

Lampiran 10. Hasil uji hedonik mminuman seduhan rosella

Warna Aroma Rasa


Nama
351 145 321 351 145 321 351 145 321
Fifi Alifah 4 2 2 4 2 2 4 1 1
Welby Adam 4 2 2 4 2 2 4 1 1
Firdha Nurul Haq 5 4 1 4 4 3 4 3 1
Ilham Akbar 3 5 1 5 4 3 4 5 2
Desi Nurfitri 4 4 3 2 4 2 2 2 3
Firdha Nurwidya P 4 4 2 4 4 3 3 3 3
Insarita Hajariana 4 3 1 4 2 1 2 1 4
Vianita Intan S. 4 3 1 4 2 1 2 1 4
Kurnia T. 3 4 3 3 3 3 3 4 3
Reno Samuel 5 4 2 3 4 5 5 4 3
Azzahra Annisa D 4 4 2 2 3 2 2 2 4
Livia Priantika 4 3 3 3 3 4 3 3 4
Arsya Rizki Falafi 3 3 2 3 3 4 2 3 2
Salviasti Putri 3 4 4 3 3 2 2 2 3
Yessya Leonita 4 4 5 3 4 2 2 2 1
Dinda Lestari 3 4 2 3 3 4 2 1 4
Kharimatul F 4 3 2 4 4 3 3 3 3
Rita Indriyani 4 3 2 2 3 4 1 2 3
Eva Susanti 3 4 2 4 4 4 2 4 5
Nur Andini P 4 3 2 3 2 1 2 3 1
109

Lampiran 11. Hasil uji hedonik warna

Uji Hedonik Warna


Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Panelis
235 415 224 313 843 235 415 224 313 843 235 415 224 313 843
1 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3
2 4 2 4 3 4 4 4 5 3 4 3 3 3 3 4
3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4
4 4 4 5 3 4 4 5 3 5 4 4 4 2 3 3
5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 3 4 3 4
6 4 4 5 3 4 4 2 4 2 1 5 4 4 4 3
7 4 2 3 3 4 5 5 4 5 4 4 2 5 5 2
8 4 2 5 4 2 4 3 3 4 4 4 4 4 3 5
9 5 4 4 5 4 4 4 4 3 5 4 4 5 4 4
10 4 4 2 3 4 4 3 5 2 1 4 4 4 2 1
11 4 3 5 3 3 4 4 5 4 3 3 3 4 3 3
12 4 3 5 3 2 4 4 4 4 2 4 5 4 2 1
13 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 1
14 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3
15 4 3 4 4 4 4 4 5 2 1 4 4 2 3 2
16 4 2 4 3 4 4 4 4 3 5 5 4 3 3 5
17 4 3 2 3 4 5 4 3 2 3 4 3 3 2 3
18 4 4 2 4 4 4 3 4 3 3 4 5 3 2 2
19 4 2 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3
20 4 3 4 3 4 4 3 2 3 2 4 3 2 3 2

109
110

Lampiran 12. Hasil uji hedonik aroma

Uji Hedonik Aroma


Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Panelis
235 415 224 313 843 235 415 224 313 843 235 415 224 313 843
1 3 2 2 3 3 4 3 3 2 2 3 2 4 1 2
2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 4 3 3 2
3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 5 2 2 4
4 3 4 4 3 3 3 2 4 2 2 3 3 2 4 2
5 3 1 2 3 1 4 4 4 3 3 4 2 2 4 2
6 3 3 4 3 3 1 3 3 2 3 3 2 4 2 2
7 2 3 3 3 2 4 3 3 4 3 2 2 2 2 2
8 5 2 4 4 4 2 2 2 3 3 2 4 2 2 2
9 3 1 2 3 1 5 2 4 3 4 4 3 3 2 2
10 2 3 2 2 3 3 4 3 2 4 4 3 3 2 2
11 2 2 4 2 3 4 2 5 2 4 2 4 4 3 4
12 4 5 3 3 3 2 2 1 2 2 3 3 3 1 2
13 1 2 2 1 2 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4
14 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 4 2 2 3
15 4 3 3 4 2 3 4 2 2 4 5 3 2 4 2
16 3 2 3 2 4 3 3 2 1 2 2 2 1 2 3
17 3 3 2 2 4 3 2 3 3 2 2 2 4 2 4
18 4 2 2 3 2 3 2 2 2 2 4 2 4 3 3
19 3 3 3 2 4 3 5 3 4 3 4 2 3 4 4
20 4 3 3 2 2 3 4 2 2 2 3 2 3 2 2

110
111

Lampiran 13. Hasil uji hedonik rasa

Uji Hedonik Rasa


Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Panelis
235 415 224 313 843 235 415 224 313 843 235 415 224 313 843
1 1 2 2 3 2 2 2 3 3 3 5 5 4 4 4
2 4 1 3 3 2 1 3 2 3 2 4 1 3 3 2
3 1 2 2 3 2 5 4 3 1 3 2 2 3 1 1
4 3 3 3 3 3 5 5 2 4 3 2 2 3 3 4
5 1 1 2 3 3 5 5 4 5 5 2 2 3 3 3
6 2 2 2 3 2 4 1 4 3 2 5 3 3 3 2
7 2 2 2 3 3 4 3 3 3 2 2 4 2 2 3
8 4 2 3 1 1 5 4 3 3 3 3 3 3 4 3
9 4 2 2 3 3 4 4 4 3 5 2 2 3 3 2
10 1 2 1 1 1 5 4 5 3 2 4 4 3 5 4
11 3 3 4 3 4 2 2 5 2 3 2 4 3 5 5
12 5 4 4 4 4 2 2 3 1 3 4 2 3 3 3
13 2 2 3 1 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3
14 2 2 2 2 2 5 5 4 3 1 5 4 4 3 4
15 4 4 3 4 3 2 2 3 4 3 3 4 3 3 3
16 3 2 3 3 2 4 2 3 4 3 3 3 2 2 4
17 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 4
18 2 2 3 3 3 2 2 3 1 1 4 3 3 1 3
19 4 2 3 3 2 1 1 2 3 2 3 3 2 3 4
20 2 2 3 3 3 5 2 1 1 4 4 2 3 4 5

111
112

Lampiran 14. Hasil uji mutu hedonik warna

Uji Mutu Hedonik Warna


Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Panelis
235 415 224 313 843 235 415 224 313 843 235 415 224 313 843
1 5 3 5 4 5 4 4 4 4 3 1 2 2 4 3
2 3 3 5 5 5 5 3 5 4 5 3 3 3 2 3
3 5 3 5 4 5 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3
4 4 4 5 3 3 3 5 4 5 4 4 2 3 2 3
5 3 3 3 3 3 5 5 4 4 5 3 3 2 4 5
6 5 2 4 1 3 5 4 3 4 1 1 1 3 4 5
7 4 3 5 4 3 5 5 5 4 4 4 2 2 3 3
8 3 1 5 4 2 5 4 3 5 5 3 3 3 3 3
9 4 4 4 4 4 4 3 5 2 1 4 2 2 5 2
10 4 3 5 4 3 4 4 5 2 1 1 1 2 2 3
11 4 2 5 1 2 3 3 4 3 1 4 3 5 5 2
12 4 2 5 3 1 4 4 5 4 1 3 3 2 1 2
13 4 4 5 4 4 4 3 5 4 1 4 3 2 3 3
14 4 4 5 3 1 3 3 5 3 3 3 4 3 4 5
15 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3
16 3 5 4 4 5 4 2 3 4 5 2 2 2 2 3
17 5 5 4 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4 5
18 5 5 4 4 4 1 1 2 4 3 3 3 4 3 3
19 3 5 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 3 4 5
20 4 4 4 4 3 3 3 3 1 2 3 1 2 4 3

112
113

Lampiran 15. Hasil uji mutu hedonik aroma

Uji Mutu Hedonik Aroma


Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Panelis
235 415 224 313 843 235 415 224 313 843 235 415 224 313 843
1 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 5 4 2 1
2 2 4 3 3 1 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5
3 3 3 3 3 3 1 4 4 2 3 5 5 5 5 5
4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 5 5 4 4 3
5 4 5 4 3 5 4 4 3 3 2 4 3 5 4 1
6 3 2 2 3 3 4 5 1 1 4 5 5 5 4 3
7 3 3 4 2 3 4 3 4 4 4 4 4 5 1 2
8 4 2 2 1 1 4 2 2 3 2 3 5 4 3 3
9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 5 5 5
10 3 4 4 3 3 4 3 2 1 2 5 4 3 4 3
11 4 3 4 4 5 5 5 4 4 3 3 3 4 4 1
12 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4
13 3 3 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 3 4 5
14 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 3 5 4 3
15 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 3 5 4 5 5
16 3 4 5 3 3 4 4 4 4 3 5 5 4 4 4
17 4 3 4 4 3 3 3 3 5 5 3 3 5 5 5
18 4 3 4 3 3 4 3 5 3 3 5 5 5 4 1
19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 5 1 2
20 3 3 3 2 3 1 1 5 5 5 4 3 5 4 3

113
114

Lampiran 16. Uji mutu hedonik rasa

Uji Mutu Hedonik Rasa


Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Panelis
235 415 224 313 843 235 415 224 313 843 235 415 224 313 843
1 3 3 3 2 3 4 3 4 4 3 4 4 4 1 1
2 3 4 3 2 3 3 2 2 2 3 4 3 3 4 3
3 3 2 1 2 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4
4 3 2 2 1 2 4 4 1 3 2 4 3 4 1 3
5 4 2 2 3 4 4 3 3 4 4 4 4 2 4 4
6 4 2 2 2 3 1 2 3 1 3 4 3 4 4 4
7 3 2 3 4 2 4 2 1 2 3 3 3 2 4 4
8 2 1 4 3 1 4 4 3 4 4 4 3 3 1 3
9 3 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4
10 4 1 2 4 1 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4
11 3 3 4 2 1 4 4 4 4 4 4 2 2 1 1
12 4 4 4 3 3 3 2 4 3 4 4 3 4 4 4
13 2 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
14 4 4 4 3 4 3 3 2 3 1 4 4 4 2 3
15 3 2 2 3 3 3 2 2 4 4 4 2 2 4 4
16 4 2 3 4 3 4 2 3 4 4 1 2 3 2 1
17 3 3 3 4 3 3 4 2 3 4 4 4 4 2 3
18 4 2 3 4 4 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3
19 4 2 3 4 4 4 4 4 3 2 4 4 3 1 3
20 4 3 4 4 2 4 3 3 3 1 3 4 2 4 4

114
115

Lampiran 17. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase

Gambar panjang gelombang maksimum

Data optimasi pH
ABSORBANSI
pH
blanko kontrol-b b-kb v (mL) aktivitas
0,3437 0,0824
7 0,3435 0,0823 0,2613 7 1,4990
0,3433 0,0821
0,3788 0,0826
7,2 0,3795 0,0826 0,2969 7 1,7032
0,3801 0,0826
0,3909 0,0832
7,5 0,3917 0,0832 0,3086 7 1,7704
0,3925 0,0831
0,4877 0,0842
7,8 0,4887 0,0843 0,4044 7 2,3203
0,4897 0,0844
0,4024 0,0826
8 0,4034 0,0826 0,3208 7 1,8407
0,4044 0,0826

Data optimasi suhu


ABSORBANSI
Suhu
blanko kontrol-b b-kb v aktivitas
0,3331 0,0840
20 0,3337 0,0840 0,2497 7 1,4324
0,3342 0,0840
0,4528 0,0842
25 0,4586 0,0842 0,3744 7 2,1482
0,4644 0,0842
0,5720 0,0842
30 0,5726 0,0842 0,4884 7 2,8023
0,5732 0,0842
0,2020 0,0821
35 0,2020 0,0822 0,1198 7 0,6874
0,2020 0,0823
0,1841 0,0830
40 0,1846 0,0831 0,1015 7 0,5824
0,1850 0,0831
116

Lampiran 18. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase

Data optimasi substrat


ABSORBANSI
Substrat
blanko kontrol-b b-kb v aktivitas
0,1732 0,0340
0,05 0,1732 0,0343 0,1390 7 0,7973
0,1732 0,0345
0,2889 0,0582
0,1 0,2910 0,0583 0,2327 7 1,3349
0,2930 0,0584
0,3455 0,0768
0,15 0,3456 0,0765 0,2691 7 1,5440
0,3456 0,0761
0,3210 0,0776
0,2 0,3234 0,0777 0,2457 7 1,4098
0,3258 0,0778
0,3112 0,0805
0,25 0,3112 0,0804 0,2308 7 1,3240
0,3111 0,0803

Data standar alopurinol


ABSORBANSI
Alopurinol
U/mL kontrol %
sampel S-KS IC50
sampel inhibisi
0,4434 0,0198
0,0143 0,4435 0,0198 0,4237 29
0,4435 0,0197
0,3821 0,0220
0,0357 0,3821 0,0222 0,3599 39
0,3821 0,0224
0,3002 0,0264
0,0714 0,3001 0,0264 0,2737 54 0,0843
0,2999 0,0264
0,2628 0,0291
0,1429 0,2628 0,0292 0,2336 61
0,2627 0,0293
0,6662 0,0722
Blanko 0,6663 0,0723 0,5940 -
0,6663 0,0723
117

Lampiran 19. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase

Data uji daya hambat minuman seduhan rosela (50:50) ulangan 1


ABSORBANSI
SAMPEL
A51 %
sampel kontrol sampel S-KS IC50
inhibisi
0,5432 0,0532
1,4285 0,5432 0,0533 0,4900 18
0,5432 0,0533
0,5370 0,0610
2,8571 0,5370 0,0611 0,4759 20
0,5369 0,0612
0,5280 0,0698
4,2857 0,5280 0,0698 0,4582 23
0,5280 0,0698
0,5111 0,0788
5,7142 0,5111 0,0789 0,4322 27 23,63
0,5110 0,0789
0,4982 0,0864
7,1428 0,4980 0,0862 0,4118 31
0,4978 0,0860
0,4799 0,0944
14,285 0,4799 0,0943 0,3856 35
0,4799 0,0942
0,6662 0,0722
Blanko 0,6663 0,0723 0,5940 -
0,6663 0,0723

Data uji daya hambat minuman seduhan rosela (50:50) ulangan 2


SAMPEL ABSORBANSI
A52 %
U/mL sampel kontrol sampel S-KS IC50
inhibisi
0,5440 0,0520
1,4428 0,5442 0,0520 0,4922 17
0,5444 0,0520
0,5364 0,0640
2,8857 0,5364 0,0640 0,4724 20
0,5364 0,0640
0,5287 0,0721
4,3285 0,5287 0,0722 0,4566 23
0,5287 0,0722
0,5223 0,0785
5,7714 0,5223 0,0787 0,4437 25 33,21
0,5223 0,0788
0,5190 0,0864
7,2142 0,5190 0,0866 0,4324 27
0,5190 0,0868
0,5080 0,0937
14,285 0,5080 0,0937 0,4143 30
0,5080 0,0937
0,6662 0,0722
Blanko 0,6663 0,0723 0,5940 -
0,6663 0,0723
118

Lampiran 20. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase

Data uji daya hambat minuman seduhan rosela (50:50) ulangan 3


SAMPEL ABSORBANSI
A53 %
U/mL sampel kontrol sampel S-KS IC50
inhibisi
0,5435 0,0528
1,4285 0,5435 0,0528 0,4907 17
0,5434 0,0528
0,5360 0,0600
2,8571 0,5360 0,0601 0,4760 20
0,5360 0,0601
0,5270 0,0670
4,2857 0,5270 0,0670 0,4600 23
0,5270 0,0670
0,5112 0,0747
5,7142 0,5112 0,0747 0,4365 27 28,56
0,5112 0,0747
0,5023 0,0824
7,1428 0,5024 0,0825 0,4199 29
0,5024 0,0825
0,4941 0,0895
14,285 0,4941 0,0896 0,4045 32
0,4941 0,0897
0,6662 0,0722
Blanko 0,6663 0,0723 0,5940 -
0,6663 0,0723

Data uji daya hambat minuman seduhan rosela (60:40) ulangan 1


SAMPEL ABSORBANSI
A41 U/mL sampel kontrol sampel S-KS % inhibisi IC50
0,5218 0,0515
1,4285 0,5218 0,4703 20,8333
0,5217 0,0515 0,0515
0,5108 0,0590
2,8571 0,5109 0,4518 23,9478
0,5109 0,0592 0,0591
0,5002 0,0672
4,2857 0,5002 0,4330 27,1044
0,5002 0,0672 0,0672
0,4934 0,0746
5,7142 0,4934 0,4188 29,5034
0,4933 0,0746 0,0746 24,09
0,4832 0,0825
7,1428 0,4834 0,4009 32,5084
0,4835 0,0824 0,0825
0,4664 0,0900
14,285 0,4664 0,3764 36,6330
0,4664 0,0900 0,0900
0,6662 0,0722
Blanko 0,6663 0,5940
0,6663 0,0723 0,0723 -
119

Lampiran 21. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase

Data uji daya hambat minuman seduhan rosela (60:40) ulangan 2


SAMPEL ABSORBANSI
A42 U/mL sampel kontrol sampel S-KS % inhibisi IC50
0,5206 0,0524
1,4285 0,5207 0,0523 0,4684 21,1532
0,5207 0,0522
0,5212 0,0609
2,8571 0,5213 0,0608 0,4605 22,4832
0,5213 0,0607
0,5101 0,0677
4,2857 0,5101 0,0677 0,4424 25,5303
0,5100 0,0677
0,4940 0,0764
5,7142 0,4942 0,0765 0,4177 29,6801
0,4943 0,0765 24,00
0,4854 0,0844
7,1428 0,4856 0,0844 0,4012 32,4579
0,4858 0,0844
0,4700 0,0920
14,2857 0,4700 0,0920 0,3780 36,3636
0,4700 0,0920
0,6662 0,0722
Blanko 0,6663 0,0723 0,5940
0,6663 0,0723 -

Data uji daya hambat minuman seduhan rosela (60:40) ulangan 3


SAMPEL ABSORBANSI
A43 U/mL sampel kontrol sampel S-KS % inhibisi IC50
0,5225 0,0534
1,4571 0,5225 0,0534 0,4691 21,0354
0,5224 0,0534
0,5104 0,0607
2,9142 0,5104 0,0607 0,4497 24,3013
0,5103 0,0607
0,5002 0,0664
4,3714 0,5002 0,0664 0,4338 26,9697
0,5002 0,0664
0,4934 0,0754
5,8285 0,4934 0,0754 0,4180 29,6380
0,4933 0,0754 24,70
0,4832 0,0873
7,2857 0,4834 0,0873 0,3961 33,3249
0,4835 0,0873
0,4727 0,0940
14,571 0,4727 0,0943 0,3785 36,2879
0,4727 0,0945
0,6662 0,0722
Blanko 0,6663 0,0723 0,5940
0,6663 0,0723 -
120

Lampiran 22. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase

Data uji daya hambat minuman seduhan rosela (70:30) ulangan 1


SAMPEL ABSORBANSI
A31
sampel kontrol sampel S-KS % inhibisi IC50
U/mL
0,4880 0,0492
1,4285 0,4880 0,0492 0,4388 26,1279
0,4880 0,0492
0,4820 0,0537
2,8571 0,4820 0,0537 0,4283 27,8956
0,4820 0,0537
0,4720 0,0511
4,2857 0,4720 0,0511 0,4210 29,1330
0,4720 0,0510
0,4664 0,0651
5,7142 0,4664 0,0652 0,4013 32,4495
0,4664 0,0652 19,17
0,4532 0,0792
7,1428 0,4532 0,0792 0,3740 37,0455
0,4531 0,0792
0,4244 0,0823
14,285 0,4241 0,0824 0,3417 42,4672
0,4238 0,0824
0,6662 0,0722
Blanko 0,6663 0,0723 0,5940
0,6663 0,0723 -

Data uji daya hambat minuman seduhan rosela (70:30) ulangan 2


SAMPEL ABSORBANSI
A32
sampel kontrol sampel S-KS % inhibisi IC50
U/mL
0,4928 0,0493
1,4428 0,4928 0,0493 0,4435 25,3451
0,4927 0,0493
0,4844 0,0527
2,8857 0,4845 0,0527 0,4318 27,3148
0,4845 0,0527
0,4744 0,0520
4,3285 0,4744 0,0521 0,4223 28,9141
0,4743 0,0522
0,4682 0,0669
5,7714 0,4682 0,0669 0,4013 32,4495
0,4681 0,0669 18,73
0,4547 0,0774
7,2142 0,4548 0,0774 0,3774 36,4731
0,4548 0,0774
0,4246 0,0858
14,428 0,4246 0,0858 0,3388 42,9630
0,4246 0,0858
0,6662 0,0722
Blanko 0,6663 0,0723 0,5940
0,6663 0,0723 -
121

Lampiran 23. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase

Data uji daya hambat minuman seduhan rosela (70:30) ulangan 3


SAMPEL ABSORBANSI
A33 %
sampel kontrol sampel S-KS IC50
U/mL inhibisi
0,4894 0,0483
1,4285 0,4894 0,0483 0,4411 25,7407
0,4894 0,0483
0,4800 0,0512
2,8571 0,4800 0,0512 0,4288 27,8114
0,4800 0,0512
0,4760 0,0577
4,2857 0,4760 0,0577 0,4183 29,5791
0,4760 0,0577
0,4680 0,0634
5,7142 0,4681 0,0634 0,4047 31,8771
0,4681 0,0634 19,16
0,4590 0,0765
7,1428 0,4590 0,0765 0,3825 35,6061
0,4590 0,0765
0,4280 0,0882
14,2857 0,4280 0,0882 0,3398 42,7946
0,4280 0,0882
0,6662 0,0722
Blanko 0,6663 0,0723 0,5940
0,6663 0,0723 -

Data uji daya hambat minuman seduhan rosela (80:20) ulangan 1


SAMPEL ABSORBANSI
A21
sampel kontrol sampel S-KS % inhibisi IC50
U/mL
0,4680 0,0572
1,4429 0,4680 0,0572 0,4109 30,8333
0,4680 0,0571
0,4602 0,0662
2,8857 0,4596 0,0663 0,3934 33,7795
0,4590 0,0663
0,4521 0,0853
4,3286 0,4521 0,0854 0,3667 38,2660
0,4520 0,0854
0,4440 0,0857
5,7714 0,4441 0,0858 0,3584 39,6717
0,4442 0,0858 17,23
0,4365 0,0931
7,2143 0,4367 0,0932 0,3435 42,1717
0,4368 0,0932
0,4280 0,1021
14,4286 0,4280 0,1022 0,3259 45,1431
0,4280 0,1022
0,6662 0,0722
Blanko 0,6663 0,0723 0,5940
0,6663 0,0723 -
122

Lampiran 24. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase

Data uji daya hambat minuman seduhan rosela (80:20) ulangan 2


SAMPEL ABSORBANSI
A22 %
sampel kontrol sampel S-KS IC50
U/mL inhibisi
0,4634 0,0555
1,4429 0,4634 0,0555 0,4079 31,3300
0,4634 0,0555
0,4552 0,0647
2,8857 0,4554 0,0648 0,3907 34,2340
0,4556 0,0648
0,4430 0,0785
4,3286 0,4475 0,0785 0,3690 37,8788
0,4520 0,0785
0,4484 0,0845
5,7714 0,4484 0,0845 0,3639 38,7374 16,11
0,4484 0,0845
0,4491 0,0942
7,2143 0,4492 0,0942 0,3550 40,2441
0,4492 0,0942
0,4175 0,1042
14,4286 0,4175 0,1042 0,3133 47,2559
0,4175 0,1042
0,6662 0,0722
Blanko 0,6663 0,0723 0,5940
0,6663 0,0723 -

Data uji daya hambat minuman seduhan rosela (80:20) ulangan 3


SAMPEL ABSORBANSI
A23 %
sampel kontrol sampel S-KS IC50
U/mL inhibisi
0,4668 0,0548
1,4286 0,4668 0,0548 0,4120 30,6397
0,4668 0,0548
0,4588 0,0641
2,8571 0,4588 0,0641 0,3947 33,5522
0,4588 0,0641
0,4532 0,0725
4,2857 0,4532 0,0727 0,3806 35,9343
0,4532 0,0728
0,4459 0,0719
5,7143 0,4459 0,0720 0,3740 37,0455 17,08
0,4459 0,0720
0,4378 0,0899
7,1429 0,4376 0,0899 0,3478 41,4562
0,4374 0,0898
0,4188 0,0954
14,2857 0,4188 0,0954 0,3234 45,5556
0,4188 0,0954
0,6662 0,0722
Blanko 0,6663 0,0723 0,5940
0,6663 0,0723 -
123

Lampiran 25. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase

Data uji daya hambat minuman seduhan rosela (90:10) ulangan 1


SAMPEL ABSORBANSI
A11 U/mL sampel kontrol sampel S-KS % inhibisi IC50
0,4355 0,0512
1,4571 0,4355 0,0512 0,3843 35,3114
0,4354 0,0512
0,4215 0,0520
2,9143 0,4216 0,0520 0,3696 37,7862
0,4216 0,0520
0,4182 0,0570
4,3714 0,4185 0,0570 0,3615 39,1414
0,4188 0,0570
0,3930 0,0641
5,8286 0,3931 0,0642 0,3289 44,6296 10,65
0,3931 0,0642
0,3854 0,0721
7,2857 0,3854 0,0721 0,3133 47,2559
0,3854 0,0721
0,3570 0,0875
14,5714 0,3570 0,0875 0,2695 54,6296
0,3570 0,0875
0,6662 0,0722
Blanko 0,6663 0,0723 0,5940 -
0,6663 0,0723

Data uji daya hambat minuman seduhan rosela (90:10) ulangan 2


SAMPEL ABSORBANSI
A12 U/mL sampel kontrol sampel S-KS % inhibisi IC50
0,4290 0,0484
1,4429 0,4290 0,0485 0,3806 35,9343
0,4290 0,0485
0,4145 0,0535
2,8857 0,4145 0,0535 0,3610 39,2256
0,4145 0,0535
0,4032 0,0612
4,3286 0,4032 0,0612 0,3420 42,4242
0,4032 0,0612
0,3915 0,0678
5,7714 0,3915 0,0678 0,3237 45,5051 10,75
0,3915 0,0678
0,3781 0,0786
7,2143 0,3781 0,0786 0,2995 49,5791
0,3781 0,0786
0,3652 0,0819
14,4286 0,3652 0,0820 0,2833 52,3148
0,3652 0,0820
0,6662 0,0722
Blanko 0,6663 0,0723 0,5940 -
0,6663 0,0723
124

Lampiran 26. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase

Data uji daya hambat minuman seduhan rosela (90:10) ulangan 3


SAMPEL ABSORBANSI
A13 U/mL sampel kontrol sampel S-KS % inhibisi IC50
0,4340 0,0479
1,4429 0,4340 0,0479 0,3861 35,0000
0,4340 0,0479
0,4268 0,0560
2,8857 0,4268 0,0560 0,3708 37,5758
0,4268 0,0560
0,4137 0,0700
4,3286 0,4137 0,0700 0,3437 42,1380
0,4137 0,0700
0,4019 0,0725
5,7714 0,4019 0,0725 0,3294 44,5455 11,64
0,4019 0,0725
0,3949 0,0812
7,2143 0,3950 0,0812 0,3138 47,1801
0,3950 0,0812
0,3800 0,0922
14,4286 0,3800 0,0922 0,2878 51,5488
0,3800 0,0922
0,6662 0,0722
Blanko 0,6663 0,0723 0,5940 -
0,6663 0,0723

Anda mungkin juga menyukai