ADE SETIAWAN
2015349050
SKRIPSI
ADE SETIAWAN
2015349050
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknologi Pangan
Pada fakultas Teknologi Pangan dan Kesehatan Universitas Sahid Jakarta
(Hisbiscus sabdariffa Linn) dengan Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn.) terhadap
Menyetujui,
Mengetahui,
ii
LEMBAR PERNYATAAN BUKAN PLAGIAT
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi, dalam bentuk salinan cetakan atau
Linn) dengan Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn.) terhadap Mutu Minuman
Seduhan Rosella
Merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diserahkan untuk
pencapaian akademik apa pun melalui perguruan tinggi mana pun. Semua sumber
informasi dan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi, telah dinyatakan
secara jelas dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
iii
Ade Setiawan. 2015349050. The Effect of Formulation Red Rosella Kaliks
(Hibiscus sabdariffa Linn.) with Green Betel Leaf (Piper betle Linn.) on the
Quality of Rosella Drink. Under Supervised by Dr. Rahmawati, ST., M.Si.
ABSTRACT
Keywords: formulation, green betel leaf (pipper bettle L), rosella flower petal
(hibiscus sabdariffa L), steeping rosella drink quality, xanthine oxidase enzyme.
iv
Ade Setiawan. 2015349050. Pengaruh Formulasi Kelopak Bunga Rosella
Merah (Hisbiscus sabdariffa Linn) dengan Daun Sirih Hijau (Piper betle
Linn.) terhadap Mutu Minuman Seduhan Rosella. Di bawah bimbingan Dr.
Rahmawati, ST., M.Si.
RINGKASAN
Asam urat merupakan penyakit yang telah lama dikenal oleh masyarakat
luas. Serangan asam urat umumnya terasa secara tiba-tiba (acute attack) tanpa
disertai dengan gejala sebelumnya dan dengan lokasi utama sendi-sendi jari kaki.
Asam urat ini terbentuk dari hasil degradasi nukleotida yaitu purin (adenosine dan
guanine). Pembentukan asam urat ini dikatalis oleh enzim xantin oksidase yang
secara alami terdapat di dalam tubuh. Xantin oksidase ini mengatalis oksidasi
senyawa hiposantin menjadi xantin, dan xantin menjadi asam urat dalam jalur
untuk degradasi purin. Rasa sakit asam urat ini dapat dicegah dengan obat sintetik
kimiawi, yaitu alopurinol. Pemakaian alopurinol mempunyai efek samping yang
negatif untuk tubuh, yaitu: mual, muntah, nyeri perut, diare, kemerahan pada
kulit, dan sakit kepala. Untuk meminimalisir efek di atas, maka dicari bahan yang
dapat menanggulangi enzim xantin oksidase. Kandungan antioksidan terutama
dari golongan polifenol, yaitu flavonoid dapat menghambat aktivitas enzim xantin
oksidase. Daun sirih hijau dan kelopak bunga rosella merah mengandung senyawa
tersebut. Untuk memudahkan konsumsi kedua bahan tersebut, maka dibuat
minuman seduhan rosella.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) faktor tunggal, yaitu formulasi kelopak bunga rosella merah dan
daun sirih hijau dengan lima taraf 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, dan tiga kali
pengulangan. Teknik analisis yang digunakan adalah sidik ragam atau Analisis
Varian (ANAVA) untuk melihat pengaruh formulasi. Bila ada pengaruh dari
formulasi, maka dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test). Uji
DMRT dilakukan untuk mengetahui perbedaan yang nyata pada setiap taraf. Mutu
minuman seduhan rosella ditentukan melalui Uji fisik berupa uji total padatan
terlarut dan warna. Uji kimia yaitu uji pH, fitokimia (alkaloid, flavonoid, tanin,
saponin, steroid/triterpenoid, dan kuinon), dan daya hambat enzim xantin
v
oksidase. Uji organoleptik berupa uji hedonik dan mutu hedonik terhadap
parameter warna, aroma, dan rasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi minuman seduhan rosella
berpengaruh nyata (α 0,05) terhadap nilai Warna (L*,a*,b*), pH, penghambatan
enzim xantin oksidase, warna (hedonik dan mutu hedonik), aroma (mutu
hedonik), rasa (mutu hedonik). Sedangkan formulasi minuman seduhan rosella
tidak berpengaruh nyata (α 0,05) pada parameter total padatan terlarut, aroma
(hedonik) dan rasa (hedonik). Seluruh formulasi minuman seduhan rosella
mengandung flavonoid, saponin dan triterpenoid. Formulasi minuman seduhan
rosella antara kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 90:10
merupakan formulasi yang memiliki mutu paling baik, karena sesuai SNI dan
dapat diterima oleh konsumen. Formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun
sirih hijau sebesar 90:10 mempunyai nilai warna L* (tingkat kecerahan) sebesar
37,38±0,84, nilai warna a* (warna hijau – warna merah) sebesar 55,78±0,23, nilai
warna b* (warna biru –warna kuning) 36,18±2,13, nilai TPT sebesar 12,35±0,09
⁰Brix nilai pH sebesar 3,40±0,00. Pada uji penghambatan enzim xantin oksidase
didapatkan kondisi optimum untuk pengujian yaitu panjang gelombang
maksimum 283 nm, pH 7,8, suhu inkubasi 30 oC, dan konsentrasi substrat xantin
0,15mM, sehingga didapatkan nilai IC50 sebesar 11,01±0.5. Formulasi kelopak
bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 90:10 berwarna merah (skor
mutu hedonik 3,6) dan disukai panelis (skor hedonik 4,0), aroma minuman
seduhan rosella wangi (skor mutu hedonik 3,7) dan agak disukai panelis (3,0), dan
rasa minuman seduhan rosella agak pahit dan asam (skor mutu hedonik 3,5) dan
agak disukai panelis (3,1).
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
Kelopak Bunga Rosella Merah (Hisbiscus sabdariffa Linn) dengan Daun Sirih
Skripsi ini dibuat sebagai bagian dari tugas akhir untuk menyelesaikan
Kesehatan, Universitas Sahid Jakarta. Skripsi ini tidak lepas dari bantuan yang
diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin diucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Dr. Rahmawati, ST, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah
Sahid yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis. Semoga ilmu
5. Orang tua, kakak, dan adik yang selalu memberikan dukungan dan
semangat.
vii
7. Semua guru dan dosen dari saat penulis TK sampai saat ini penulis
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ ii
ABSTRACT ....................................................................................................... iv
RINGKASAN ..................................................................................................... v
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 32
1. Warna .................................................................................................... 79
2. Aroma ................................................................................................... 85
3. Rasa ....................................................................................................... 90
x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 95
A. Simpulan ...................................................................................................... 95
B. Saran ............................................................................................................ 96
LAMPIRAN ........................................................................................................ 99
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 14. Nilai rata-rata L* (tingkat kecerahan) minuman seduhan rosella ....... 56
Tabel 15. Hasil uji ANAVA tingkat kecerahan (L*) minuman seduhan rosella 57
Tabel 18. Hasil uji ANAVA nilai a* (hijau – merah) minuman seduhan rosella 60
Tabel 19. Hasil uji Duncan nilai a* (hijau – merah) minuman seduhan rosella 61
Tabel 21. Hasil uji ANAVA nilai b* (biru-kuning) minuman seduhan rosella .... 64
Tabel 22. Hasil uji Duncan nilai b* (biru-kuning) minuman seduhan rosella ...... 64
xii
Tabel 23. Nilai rata-rata total padatan terlarut (TPT)
minuman seduhan rosella .................................................................... 66
Tabel 26. Hasil uji ANAVA nilai pH minuman seduhan rosella ........................ 69
Tabel 27. Hasil uji Duncan nilai pH minuman seduhan rosella .......................... 69
Tabel 30. Hasil uji ANAVA aktivitas enzim xantin oksidase (IC50) .................. 77
Tabel 31. Hasil uji Duncan aktivitas enzim xantin oksidase (IC50) ................... 77
Tabel 32. Hasil rata-rata nilai uji hedonik warna minuman seduhan rosella ...... 79
Tabel 33. Hasil uji ANAVA hedonik warna minuman seduhan rosella ............. 80
Tabel 34. Hasil uji Duncan Hedonik warna minuman seduhan rosella .............. 81
Tabel 35. Hasil uji mutu hedonik warna minuman seduhan rosella ................... 83
Tabel 36. Hasil uji ANAVA mutu hedonik warna minuman seduhan rosella .... 83
Tabel 37. Hasil uji Duncan mutu hedonik warna minuman seduhan rosella ...... 84
Tabel 38. Hasil uji hedonik aroma minuman seduhan rosella ............................ 86
Tabel 39. Hasil uji ANAVA hedonik aroma minuman seduhan rosella ............. 87
Tabel 40. Hasil uji mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella ................... 87
Tabel 41. Hasil uji ANAVA mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella.... 88
Tabel 42. Hasil uji Duncan mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella...... 89
Tabel 43. Rata-rata hasil uji hedonik rasa minuman seduhan rosella ................. 90
Tabel 44. Hasil uji ANAVA mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella.... 91
Tabel 45. Rata-rata hasil uji mutu hedonik rasa minuman seduhan rosella ........ 92
Tabel 46. Hasil uji ANAVA mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella.... 93
Tabel 47. Hail uji Duncan mutu hedonik rasa minuman seduhan rosella ........... 93
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 13. Grafik hasil pengujian nilai a* (warna hijau – warna merah) ........ 60
Gambar 15. Grafik hasil pengujian total padatan terlarut (TPT) ........................ 67
xiv
Gambar 19. Grafik optimasi substrat untuk pengujian ....................................... 75
Gambar 21. Grafik uji hedonik warna minuman seduhan rosella ....................... 80
Gambar 22. Grafik uji mutu hedonik warna minuman seduhan rosella ............. 83
Gambar 23. Grafik uji hedonik aroma minuman seduhan rosella ...................... 86
Gambar 24. Grafik uji mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella ............. 88
Gambar 25. Grafik uji hedonik rasa minuman seduhan rosella .......................... 91
Gambar 26. Grafik skala hedonik rasa minuman seduhan rosella ...................... 93
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 10. Hasil uji hedonik mminuman seduhan rosella ............................. 108
xvi
Lampiran 22. Perhitungan uji aktivitas enzim xantin oksidase.......................... 120
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Asam urat merupakan penyakit yang telah lama dikenal oleh masyarat
luas. Serangan asam urat umumnya terasa secara tiba-tiba (acute attack) tanpa
disertai dengan gejala sebelumnya dan dengan lokasi utama sendi ibu jari kaki.
Asam urat bisa juga mengenai tumit, lutut, pergelangan tangan dan kaki, siku dan
jari tangan (Sustrani, 2007). Asam urat ini terbentuk dari hasil degradasi
nukleotida yaitu purin (adenosine dan guanine). Pembentukan asam urat ini
dikatalis oleh enzim xantin oksidase yang secara alami terdapat di dalam tubuh.
Xantin oksidase ini mengatalis oksidasi senyawa hiposantin menjadi xantin, dan
xantin menjadi asam urat dalam jalur untuk degradasi purin. Rasa sakit asam urat
ini dapat dicegah dengan obat sintetik kimiawi, yaitu alopurinol. Menurut Brahm
dan Pendit (2000) alopurinol bekerja dengan cara inhibitor bunuh diri
negatif untuk tubuh, yaitu: mual, muntah, nyeri perut, diare, kemerahan pada
kulit, dan sakit kepala. Selain itu, menurut Kimia Farma (2010) efek samping
daun sirih hijau. Selain mengandung komponen bioaktif yang dapat menghamabat
aktifitas enzim xantin oksidase, rasa pahit yang dimiliki daun sirih masih dapat
diterima oleh masyrakat. Menurut Pradhan et. al., (2013) daun sirih hijau
adalah kelopak bunga rosella (Okereke et al, 2015). Kelopak bunga rosella yang
dipilih adalah kelopak bunga rosella merah, hal tersebut dikarenakan warna merah
yang akan dihasilkan oleh kelopak bunga rosella akan menarik minat masyarakat.
Bagian kelopak bunga rosella telah terbukti dapat menurunkan kadar asam urat
pada tikus (Yulianto, 2009) begitu juga dengan daun sirih hijau (Prasetya, 2009).
Kemudian kelopak bunga rosella memiliki rasa yang asam. Dengan mencampur
tanaman ini diharapkan dapat menghasilkan polifenol yang cukup tinggi untuk
menghambat aktivitas xantin oksidase. Selain itu, adanya daun sirih hijau dapat
mengurangi kadar asam urat di dalam tubuh. Dengan demikian, penelitian ini
B. Pembatasan Masalah
rosella merah dengan daun sirih hijau (90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50) yang
C. Perumusan Masalah
diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan mutu
minuman seduhan rosella dengan formulasi kelopak bunga rosella merah dengan
daun sirih hijau berbeda (90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50) terhadap minuman
seduhan rosella? Bila ada, pada formulasi berapakah yang menghasilkan mutu
fisik (uji total padatan terlarut dan warna), kimia (uji pH, fitokimia [alkaloid,
enzim xantin oksidase), organoleptik (uji hedonik dan mutu hedonik dengan
D. Manfaat Penelitian
merah dengan daun sirih hijau dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat bagi
kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau di Indonesia khususnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
dengan air panas atau dengan pemanasan tidak sampai titik didihnya. Minuman
seduhan rosella adalah kelopak bunga rosella kering yang diseduh dengan air
panas, kemudian didiamkan (Harindraputra, 2009). Menurut Chin et. al., (2006)
minuman seduhan rosella adalah minuman yang dibuat dari beberapa gram
kelopak bunga rosella kering yang di tambahkan air panas kemudian ditunggu
selama 2 sampai 4 menit. Minuman seduhan rosella juga dapat ditambahkan gula
atau bahan lainnya. Hal tersebut sesuai dengan pengertian dari Badan Standarisasi
Nasional (2014) minuman sari buah adalah minuman yang diperoleh dengan
mencampur air minum, sari buah atau campuran sari buah yang tidak
difermentasi, dengan bagian lain dari satu jenis buah atau lebih, dengan atau tanpa
penambahan gula, bahan pangan lainnya, bahan tambahan pangan yang diizinkan.
Oleh karena itu, syarat mutu yang digunakan untuk minuman seduhan rosella
digunakan syarat mutu minuman sari buah dapat dilihat pada Tabel 1.
Minuman seduhan rosella ini mempunyai warna yang khas yaitu warna
merah agak gelap. Pigmen warna merah tersebut merupakan pigmen warna yang
dihasilkan dari ekstrak kelopak bunga rosella. Pigmen atau zat warna merupakan
zat warna yang secara alami terdapat dalam tumbuhan. Zat warna merah yang
6
dan antosianin. Antosianin tergolong pigmen yang disebut flavonoid yang pada
umumnya larut dalam air. Warna pigmen antosianin berwarna merah, biru, violet
(Winarno, 2002).
memiliki polaritas yang sama dengan air sehingga dengan pelarut air kadar
antosianin yang terdapat di dalam kelopak bunga rosella akan lebih maksimum
senyawa flavonoid yang terbagi atas tiga kelompok besar, yaitu: antosianidin,
7
aglikon, dan glukosida. Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 550 jenis
tanaman, antosianin sering hadir bersamaan dengan pigmen alami lainnya seperti
oksidase. Menurut Saputra (2012) teh herbal kelopak bunga rosella (Hibiscus
sabdariffa Linn) kombinasi daun gandarusa (5:5 = total 3 gram) yang dilarutkan
ke dalam 200 mL air panas (80-90 oC) dan didiamkan selama 5 menit memiliki
kandungan fitokimia alkaloid, flavonoid, glikosida, dan saponin dengan nilai IC50
dengan konsentrasi sebesar 4,24 μg/mL aktivitas enzim oksidase dapat dihambat
dengan cara menurunkan laju oksidasi lemak. Senyawa isoflavon (genistein dan
daidzein) pada kacang kedelai bermanfaat dalam mencegah oksidasi partikel lipid
Flavonoid juga terdiri atas beberapa macam, antara lain (a) Antosianin; (b)
Katekin; (c) Isoflavon; (d) Hesperidin; (e) Naringin; (f) Rutin; (g) Kuersetin; (h)
Tanin (Astawan et. Al., 2008). Berikut ini pejelasan singkat mengenai senyawa
tersebut:
maupun teh hijau. Katekin terdiri atas epipcatechin (EC), epicatechin gallat
ada empat bentuk isoflavon pada kedelai, yaitu: (1) aglikon; (2) glikosida; (3)
f) Rutin merupakan komponen yang terdapt pada asparagus, soba, dan keluarga
darah.
tanaman teh, tomat, apel, kakao, anggur, dan bawang. Kuersetin memiliki
h) Tanin adalah komponen yang banyak terdapat pada teh, cranberries, dan buah
delima. Komponen inilah yang telah memberikan rasa pahit pada bahan
pangan tersebut.
9
diekstraksi dengan etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini
dikocok dengan eter. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang dapat berubah
warna bila ditambah basa atau asam sehingga mudah dideteksi. (Harborne, 1987).
(suhu 100 oC) ekstrak air daun kersen berpengaruh terhadap kadar flavonoid total.
Hal tersebut menunjukkan, jika perebusan yang dilakukan semakin lama maka
kadar flavonoid yang akan berkurang juga semakin banyak. Menurut Dwiyanti, et.
al., (2014) aktivitas anti oksidan teh kelopak rosella yang dibuat dengan variasi
lama penyeduhan yang paling baik terjadi pada suhu 60 oC selama 20 menit. Hal
ini diperkuat oleh pernyataan Winarti dan Firdaus (2010) pemanasan pada suhu
60 oC memiliki rata-rata nilai absorbansi tertinggi dan cukup stabil hingga suhu 80
o
C namun terjadi penurunan pada suhu 90 oC – 110 oC.
Pada pembuatan seduhan rosella ini bahan – bahan yang digunakan adalah
rosella,, daun sirih, air, dan gula. Berikut ini dijelaskan mengenai bahan-bahan
a. Rosella
dan sub tropis dikenal dengan nama latin “Hibiscus sabdariffa. Rosella
“Rose mallow’, Indian sorrel’, “Flore de Jamaica” and Jamaica tea. Hibiscus
10
Mali, Burkina Faso, Ghana, Benin, Niger, Congo and France. ‘Wonjo’ di Gambia,
Nigeria (BPOM-RI. 2010). Berikut ini adalah klasifikasi tanaman rosella dan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Bangsa : Malvales
Suku : Malvaceae
Marga : Hibiscus
Jenis : Hibiscus sabdariffa Linn.
berasal dari Nigeria, tetapi tumbuh berkembang di seluruh dunia, terutama daerah
nama daerah gamet walanda (Sunda), kasturi roriha (Ternate) (BPOM-RI. 2010).
11
Warna bunganya, terdapat 3 jenis rosella (Haidar, 2016), yaitu: (1) Rosella merah,
rosella merah memiliki ciri-ciri kelopak bunga berwarna merah menyala, panjang,
batang kuat, tidak mudah patah, dan daunnya menjari. Kelopak bunga kering
berwarna merah dan beraroma kuat; (2) Rosella ungu, rosella ungu memiliki ciri-
ciri kelopak bunga berwarna merah gelap, agak bulat, bulu lebih banyak
dibandingkan rosella merah, daun menjari tebal dan agak membulat, dan batang
gampang patah. Kelopak bunga kering berwarna merah gelap kehitaman dan
beraroma kuat. (3) Rosella putih, rosella putih memiliki ciri-ciri kelopak
bunganya berwarna putih kekuningan dengan kapsul biji hijau segar, daun menjari
bulat, pertumbuhan lambat, dan batangnya kuat. Kelopak bunga kering berwarna
putih kecokelatan.
Pada penelitian ini jenis rosella yang akan dipakai adalah rosella merah,
dibandingkan dengan rosella ungu dan putih. Selain itu rosella merah juga lebih
tanaman ini adalah alohidroksi asam sitrat lakton, asam malat dan asam tartrat.
kampasterol, 5,1% kolesterol, dan 3,2% ergosterol. Karkade (bunga kering tanpa
12
ovari) mengandung 13% campuran asam sitrat dan asam malat, dua antosianin;
digunakan sebagai bahan pembuatan karung goni, daun digunakan untuk kosmetik
dan makanan, sedangkan bijinya untuk peluruh air seni, gangguan pencernaan dan
makanan. Kelopak bunga rosella berkhasiat sebagai obat mual. Bagian tanaman
13
mengurangi nafsu makan, gangguan pernafasan yang disebabkan flu, dan rasa
tidak enak di perut. Rosella digunakan untuk mengatasi bisul dan radang pada
kulit, luka bakar, sariawan, dan infeksi herpes zoster (BPOM-RI. 2010). Menurut
Saputra (2012) kelopak bunga rosella memiliki aktivitas daya hambat xantin
oksidase sebesar 19,51 ppm secara in-vitro. Pada penelitian in-vivo ekstrak air
kelopak bunga rosella terbukti dapat menurunkan kadar asam urat menggunakan
b. Daun Sirih
Daun sirih dari beragai tempat mempunyai nama populer atau nama
beberapa nama – nama sirih dari beberapa tempat: (1) Sanskrit: Nagavallari,
Malaysia: Sirih, Sirih melayu, Sirih cina, Sirih hudang, Sirih carang, Sirih kerakap
(3) English: Betel, Betel pepper, Betel-vine: (4) Tamil: Vetrilai; (6) Telugu:
Nagballi, Tamalpaku; (7) Hindi: Pan; (8) Gujurati: Nagarbael; (9) Marathi:
Nagbael; (9) Bengali: Pan; (10) Arabic: Tambol, Tambool; (11) Semang: Serasa,
Cabe; (12) Jakun: Kerekap, Kenayek; (13) Sakai: Jerak; (14) Javanese: Sirih,
famili Piperecease (sirih – sirihan) dan secara morfologi tanaman ini memiliki 2
macam sulur, yaitu sulur panjat dan sulur cabang (muncul di ketiak daun). Di
14
Indonesia, terdapat 4 macam sirih, yaitu: (1) daun sirih berwarna hijau tua, rasa
pedas merangsang (banyak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur); (2) daun
sirih berwarna kuning (banyak terdapat di Sumatera dan Jawa Barat); (3) sirih
kaki merapti, daun berwarna kuning dengan tulang daun merah; dan (4) sirih
hitam yang ditanam khusus untuk obat. Pada penelitin ini dipilih daun sirih hijau
karena daun sirih hijau adalah daun sirih yang paling dikenal oleh masyarakat luas
dan sudah lama digunakan sebagai tanaman herbal. Berikut ini adalah klasifikasi
tanaman daun sirih hijau dan penampakan tanaman sirih hijau ditunjukkan pada
Gambar 2.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Piperales
Bangsa : Piperaceae
Suku : Piper
Marga : betle
Jenis : Piper betle L.
dilaporkan oleh Pradhan et al (2013). Aroma langu yang sangat spesifik dan tajam
15
disebabkan oleh fenol dan terpen. Kandungan total fenol berbeda-beda tergantung
Tanaman jantan memiliki kandungan fenol lebih tinggi dan 2 kali lebih
daun sirih hijau dipengaruhi oleh kandungan fenolik, yaitu kandugan fenolik yang
lebih tinggi menunjukkan bahwa kualitas daun lebih baik. Belakangan ini banyak
penelitain menunjukkan bahwa daun sirih mengandung pati, diastase, gula, dan
Bagian tengah dari daun sirih hijau mengandung lebih banyak tanin
utama dari fenol yang telah terbukti ditemukan pada daun sirih hijau. Eugenol
16
diidentifikasi sebagai anti jamur dalam minyak. Kemudian pada daun sirih hijau
yang masih segar mengandung lebih banyak enzim diastase minyak esensial dan
gula dibandingkan dengan daun yang sudah layu (Pradhan et al, 2013). Hasil
analisis fitokimia pada daun sirih hijau dengan ekstrak etanol ditunjukkan pada
Tabel 5.
potensi daun sirih hijau, yaitu sebagai obat: (1) Sakit mata; (2) Eksem; (3) Bau
mulut; (4) Kulit gatal; (5) Dapat menghilangkan jerawat; (6) Pendarahan gusi; (7)
Mimisan; (8) Bronkitis; (9) Batuk; (10) Sariawan; (11) Luka; (12) Keputihan; (13)
Sakit jantung; (14) Sifilis; (15) Alrgei/Biduren; (16) Diare; (17) Sakit gigi
(Yuniarti, 2008).
Putri dan Farida (2013) menyatakan bahwa sirih hijau positif mengandung
asam fenolat dan flavonoid. Kandungan asam fenolat dan flavonoid sebesar
1,1700% dan 0,0611% dengan nilai IC50 sebesar 10,74μg/mL pada ekstrak dengan
kadar pelarut etanol 70%. Sedangkan pada ekstrak dengan kadar pelarut etanol
96% menunjukkan kandungan asam fenolat dan flavonoid lebih rendah, yaitu
sebesar 1,1681% dan 0,0504% dengan nilai IC50 sebesar 26.51μg/mL. Menurut
17
Widuri (2011) ekstrak daun sirih hijau mengandung senyawa alkaloid, flavonoid,
tanin, saponin, dan antrakuinon dan berpotensi menghambat enzim xantin okidase
dengan nilai IC50 sebesar 245,30 ppm. Menurut Prasetya (2009) pada
penelitiannya secara in-vivo yang menguji efek penurunan kadar asam urat dalam
menggunakan ekstrak daun sirih (Piper betel L) dengan etanol 70% yang
dicobakan pada tikus putih jantan yang diinduksi dengan kafeina, bahwa dengan
c. Air (H2O)
Air adalah sutu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau, dan warna. Air
Persyaratan Kualitas Air Minum, menyatakan bahwa air minum adalah air yang
melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan langsung dapat diminum. Syarat kualitas air minum Peraturan
Air merupakan molekul yang disusun oleh sebuah atom oksigen yang
Pengecilan volume ini terjadi hanya sampai suhu 4 oC. Ketika air diturunkan
meningkat secara mendadak. Pola perubahan volume air akibat penurunan suhu
teresbut disebut sifat anomali air. Air memiliki sifat fisik sepereti yang terdapat
pada Tabel 7.
d. Gula (Sukrosa)
Gula adalah suatu istilah umum yang sering diartikan sebagai karbohidrat
digunakan untuk menyatakan sukrosa, gula yang diperoleh dari bit ataupun tebu.
Kemudian pada masyarakat umum gula disebut juga sebagai gula pasir. Gula yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sukrosa atau gula pasir yang sering dipakai
pangan sehari-hari dan berwarna putih bersih. Gula berfungsi sebagai bahan
pemanis, dan juga bahan pengawet alami. Gula pasir yang biasa digunakan dalam
20
industri pangan harus memenuhi standar mutu yang dikeluarkan oleh Badan
Standarisasi Nasional (BSN). Standar mutu gula pasir yang telah ditetapkan oleh
Gula atau sukrosa terdiri dari dua molekul monosakarida yaitu glukosa dan
dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Ikatan glikosidik ini terjadi antara dua
dari salah satu atom C nomor 2, 4, dan 6 pada monosakarida yang lain dan
membentuk disakarida dengan melepas 1 molekul air (Roni, 2008). Struktur kimia
menambahkan air panas dan didiamkan beberapa menit agar sarinya terekstrak
menyatakan bahwa proses pembuatan seduhan teh herbal yang akan dibuat terdiri
dari campuran bahan berupa teh hijau, bangle, dan daun ceremai meliputi
penyaringan (filtrasi). Diagram alir proses pembuatan seduhan teh herbal (teh
a. Penyeduhan
Air yang digunakan untuk membuat seduhan adalah sebanyak 100 mL.
panas suhu 90ºC selama 5 menit. Penyeduhan merupakan salah satu proses
dalam suatu bahan atau campuran, baik dengan cara kimia, fisika, ataupun
22
mekanis (Yasni, 2013). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memiliki
metode ekstraksi adalah tujuan ekstraksi, skala ekstraksi, sifat komponen yang
akan diekstrak, sifat pelarut yang akan digunakan, penggunaan ekstrak, serta
Ekstraksi Ekstraksi
Penyaringan (80-90oC, 15 mnt)
(80-90oC, 15 mnt)
Pencampuran dan
Pengadukan
Gambar 4. Diagram alir proses pembuatan seduhan teh herbal (teh hijau, bangle,
dan daun ceremai) (Daroini, 2006)
b. Penyaringan (Filtrasi)
23
Setelah 5 menit air seduhan teh herbal disaring dan diambil filtratnya.
Proses penyaringan dilakukan untuk memisahkan padatan atau ampas dan filtrat
daun stevia yang ditambahkan pada setiap formulasi adalah sebanyak 10 mL.
Penambahan ini bertujuan agar minuman teh herbal ini lebih disukai secara
organoleptik. Cara pembuatan ekstrak daun stevia adalah sebagai berikut serbuk
daun stevia dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:10, dan diekstraksi
bahan tambahan pada teh herbal sedangkan ampasnya dibuang. Daun stevia yang
Ekstrak kayu manis yang ditambahkan adalah sebanyak 7,5 mL. Pembuatan
ekstrak kayu manis sama seperti pembuatan ekstrak daun stevia. Kayu manis
diekstrak pada suhu 90 oC selama 15 menit. Perbandingan kayu manis dan air
untuk membuat ekstrak kayu manis adalah 1:10. Hasil rebusan kayu manis
disaring dan diambil filtratnya. Filtrat kayu manis selanjutnya ditambahkan pada
filtrat teh herbal. Filtrat teh herbal, ekstrak daun stevia dan kayu manis
selanjutnya dicampurkan dan diaduk dan jadilah minuman the herbal (Daroini,
2006)..
24
Minuman teh herbal yang dibuat dari campuran teh hijau, bangle, dan daun
ciremai yang kemudian diseduh degan air panas (80-90 oC) dan didiamkan selama
5 menit. Pada minuman teh herbal ini ditambahakan bahan tambahan berupa
Enzim sendiri berasal dari bahasa yunani, enzymes yang artinya adalah
penyebab suatu perubahan. Perubahan yang disebabkan oleh enzim ini salah
satunya dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kita melihat buah-
buhan yang semulanya masih mentah berubah menjadi matang. Enzim merupakan
katalis protein yang dibentuk di dalam sel tubuh makhluk hidup. Karena berfungsi
sebagai katalis, enzim memiliki fungsi yang relatif dominan dan menyangkut
sifat atau karakter tertentu sehingga dapat bermanfaat bagi tubuh manusia.
Adapun sifat-sifat enzim antara lain sebagai berikut, yaitu (1) salah satu bentuk
protein, artinya memiliki sifat seperti bekerja pada suhu kamar dan dapat
kehilangan aktivitasnya karena pH yang terlalu asam atau basa; (2) mudah rusak,
artinya sebagian besar (sekitar 47,7%) enzim mudah rusak jika berada pada suhu
di atas 50 oC enzim tersebut tidak akan berfungsi lagi meskipun telah kembali
berada pada suhu yang normal; (3) mempercepat reaksi, artinya enzim hanya
bekerja untuk mengubah kecepatan reaksi atau mempercepat suatu reaksi, tapi
tidak ikut dalam reaksi tersebut. Sehingga enzim tidak mengubah produk akhir
yang dibentuk atau memengaruhi keseimbangan reaksi yang sedang terjadi; dan
25
(4) bekerja secara spesifik artinya satu enzim hanya dapat melakukan satu tugas
Xantin oksidase (XO) adalah suatu enzim yang berperan penting dalam
sintesis asam urat, yang sangat aktif bekerja di dalam hati, usus halus, dan ginjal.
2S) pusat dari jenis ferredoxin yang masing-masing terdiri dari 2 subunit
independen. Enzim (XO) memiliki 2 tempat untuk mengikat substrat (Kostic et al,
oksidasi hipoxantin menjadi xantin dan asam urat. Oleh karena itu, penghambatan
xantin oksidase menjadi target untuk menurunkan produksi asam urat. Mekanisme
pembentukan xantin menjadi asam urat yang dikatalis oleh xantin oksidase
ditunjukkan Gambar 5.
dalam pembentukan asam urat. Selama proses pembentukan asam urat oleh
radikal dan hidrogen peroksida. Selama reaksi ini, radikal anion superoksida (O2)
menjadi hidrogen peroksida dan oksigen. Hidrogen Peroksida yang terbentuk pada
reaksi tersebut merupakan senyawa yang berbahaya bagi tubuh. Bila H2O2
tertelan, maka akan terjadi iritasi sampai kerusakan berat pada saluran cerna.
Kereacunan sistemik akan menyebabkan sakit kepala, pusing, muntah, diare, mati
rasa, kejang, edema paru, kehilangan kesadaran sampai syok (Halliwell et al,
2000). Oleh karena itu, penghambatan terbentuknya asam urat juga menghambat
terbentuk senyawa racun H2O2. Reaksi terbentuknya asam urat ditunjukkan pada
Gambar 6.
5. Flavonoid
pada satu atau lebih grup hidroksil fenolik. Gugus hidroksil selalu terdapat pada
27
karbon No.5 dan No.7 pada cincin A. Pada cincin B gugusan hidroksil atau
alkoksil terdapat pada karbon No.3 dan No.4. Gambar struktur flavonoid dapat
3'
2' 4'
8 1
2
1' B 5'
7
A C 3
6'
6
5 4
senyawa ini dapat diekstraksi dengan etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air.
Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila ditambah basa
karena itu menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV dan
spektrum tampak. Gugus C5- dan C-7 hidroksil dan ikatan rangkap antara C-2
dan C-3 mempunyai daya inhibisi yang tinggi pada xantin oksidase. Sedangkan
adanya ikatan rangkap pada flavonoid memungkinkan reaksi adisi (oksidasi oleh
xantin oksidase) (Cos et al., 1998; di dalam Hoorn et al. 2002). Mekanisme
pada Gambar 8.
28
Hoorn et al. (2002) menunjukkan dengan jelas bahwa cincin aromatik A dari
Enroth et al., (2000) di dalam Hoorn et al., (2002) menduga bahwa cincin flavon
xantin oksidase. Hal tersebut menunjukkan bahwa cincin aromatik A dari struktur
Hal ini mengindikasikan bahwa setidaknya satu gugus hidroksil diperlukan, pada
Adanya gugus C-5 hidroksil (cincin aromatik A no. 5) dan gugus C-7 hidroksil
B. Kerangka Berpikir
Asam urat merupakan penyakit yang menyerang sendi ibu jari kaki, tumit,
lutut, pergelangan tangan dan kaki, siku, dan jari tangan. Pembentukan asam urat
dikatalis oleh enzim xantin oksidase. Aktivitas enzim xantin oksidase dapat
negatif. Kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau mempunyai kandungan
aktivitas xantin oksidase. Selain itu, daun sirih hijau memiliki rasa pahit dan
kelopak bunga rosella memiliki rasa yang asam. Untuk memudahkan konsumsi
kedua bahan tersebut, maka dibuat minuman seduhan rosella. Diharapkan adanya
rosella yang memiliki rasa asam dapat mengurangi rasa pahit dari daun sirih hijau.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap formulasi
kelopak bunga rosella dan daun sirih hijau terhadap minuman seduhan rosella.
Pengujian meliputi mutu fisik (uji total padatan terlarut dan warna), kimia
kuinon], dan daya hambat enzim xantin oksidase), dan organoleptik (uji hedonik
dan mutu hedonik dengan parameter [warna, aroma, dan rasa]). Skema kerangka
C. Perumusan Hipotesis
Diduga formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau
berbeda (90:10, 80:20, 70:30, 60:40, 50:50 ) memengaruhi mutu minuman
seduhan rosella.
Asam urat merupakan penyakit yang menyerang sendi ibu jari kaki, tumit,
lutut, pergelangan tangan dan kaki, siku, dan jari tangan.
Pembentukan asam urat dikatalis oleh enzim xantin oksidase
Alopurinol merupakan obat digunakan untuk menghambat aktivitas enzim
xantin oksidase tetapi memiliki banyak efek negatif.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Oktober 2018, jadwal penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1 dan perkiraan
1. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini terdiri atas variabel bebas, variabel terikat, dan
variabel terkontrol.
a. Variabel Bebas
Variabel bebas yang diteliti terdiri dari 1 faktor, yaitu perbandingan dari
formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau. Variable bebas
b. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah mutu seduhan rosella dari
kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau. Mutu minuman seduhan
rosella meliputi mutu fisik (uji warna), kimia (uji total padatan terlarut, pH,
dan daya hambat enzim xantin oksidase), organoleptik (uji hedonik dan mutu
c. Variabel Terkontrol
selama penelitian. Variabel terkontrol pada penelitian ini adalah bahan penunjang
yang digunakan, yaitu air, gula, suhu pemanasan, dan waktu pendiaman.
2. Definisi Operasional
kelopak bunga rosella merah kering dan daun sirih hijau segar dengan
konsentrasi berbeda dan ditambahkan gula pasir serta air, dan dilakukan
b. Kelopak bunga rosella merah adalah kelopak bunga yang diambil dari
c. Daun sirih hijau adalah daun yang diambil dari tanaman sirih hijau (Piper
betle Linn).
34
bunga rosella merah dan daun sirih hijau adalah mutu fisik, kimia, dan
organoleptik.
seduhan rosella dengan alat indera manusia daun formulir uji terhadap
f. Uji fisik adalah pengujian total padatan terlarut (TPT) dengan refraktometer
seduhan rosella.
C. Metode Penelitian
bunga rosella dengan daun sirih hijau yang digunakan. Penelitian ini dilakukan
dalam 2 tahap, yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap penelitian utama.
1. Penelitian Pendahuluan
minuman seduhan rosella yang disukai oleh panelis. Uji yang digunakan pada
penelitian pendahuluan adalah uji hedonik terhadap parameter warna, aroma, dan
bunga rosella dan daun sirih hijau segar dilakukan sortasi. Sebelumnya, kelopak
(50:50), (10:90) dengan berat total campuran, yaitu 20 gram dan dilakukan
penambahan air sebanyak 500 mL. Kemudian dilakukan pemanasan suhu 90 oC,
setelah itu ditambahkan gula sebanyak 60 gram dan didiamkan selama 30 menit.
Kemudian dilakukan penyaringan dengan kain saring (100 mesh). Semua tahap
parameter warna, aroma, dan rasa dari minuman sari rosella ditunjukkan pada
Tabel 9.
oleh 20 orang panelis menunjukkan bahwa minuman seduhan rosella dengan kode
351, 145, dan 321 merupakan formulasi yang dapat diterima oleh panelis, pada
parameter, warna, aroma, dan rasa. Penilaian terhadap kesukaan warna dilakukan
dengan cara mengamati warna dari minuman seduhan rosella yang dihasilkan.
Tingkat kesukaan yang paling tinggi mewakili warna yang paling disukai oleh
36
panelis. Sebanyak 70% dari panelis menyatakan kesukaan (skala 4-5) terhadap
minuman seduhan rosella dengan kode 351. Warna minuman seduhan rosella
dengan kode 145 disukai oleh 55% panelis, sementara kode 321 disukai oleh 10%
panelis. Dapat disimpulkan bahwa minuman seduhan rosella dengan kode 351 dan
145 lebih banyak disukai oleh konsumen pada parameter warna. Hal tersebut
menunjukkan bahwa warna merah dari bunga rosella dapat menarik perhatian dari
panelis.
minuman seduhan rosella yang dihasilkan. Tingkat kesukaan yang paling tinggi
mewakili aroma yang paling disukai oleh panelis. Panelis menyatakan kesukaan
minuman seduhan rosella paling banyak pada kode 351 dengan kesukaan sebesar
45%. Aroma minuman seduhan rosella pada kode 145 adalah 40%, sedangkan
pada kode 321 adalah 30%. Dapat disimpulkan bahwa minuman seduhan rosella
dengan kode 351 dan 145 lebih banyak disukai oleh konsumen pada parameter
aroma. Hal tersebut menunjukkan bahwa aroma dari kelopak bunga rosella lebih
minuman seduhan rosella yang dihasilkan. Tingkat kesukaan yang paling tinggi
mewakili rasa yang paling disukai oleh panelis. Panelis yang menyatakan
kesukaan tertinggi sebesar 30% terhadap rasa dari minuman seduhan rosella
dengan kode 321. Kemudian pada kode 351 dan kode 145 panelis menyatakan
dan 20%. Hal tersebut menunjukkan bahwa rasa yang dihasilkan dari daun sirih
rentang penelitian dengan nilai rata-rata paling disukai oleh panelis yaitu rentang
2. Penelitian Utama
faktor (konsentrasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau) dengan
lima taraf (perbedaan konsentrasi formulasi kelopak bunga rosella merah dan
daun sirih hijau) dan tiga kali ulangan Rancangan percobaan dapat dilihat pada
Tabel 10.
Keterangan:
A1 : Formulasi kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 90 : 10
A2 : Formulasi kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 80 : 20
A3 : Formulasi kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 70 : 30
A4 : Formulasi kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 60 : 40
A5 : Formulasi kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau = 50 : 50
38
Bahan utama berupa kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau
dipilih secara sengaja. Kelopak bunga rosella merah kering didapatkan dari CV
Barokah Mandiri Jaya berlokasi di Jakarta Timur. Kemudian daun sirih hijau di
dapat dari perumahan warga di daerah Pinang - Tangerang. Kelopak bunga rosella
merah yang diambil sebagai bahan penelitian adalah kelopak bunga rosella merah
(komersial) yang sudah dipisahkan dari biji, bunga dan rantingnya dan sudah
dikeringkan. Daun sirih hijau yang dipilih adalah daun berwarna hijau yang segar
dan tidak cacat. Pengambilan sampel dan perlakuan pengujian dilakukan secara
berupa uji hedonik dan mutu hedonik terhadap parameter warna, aroma, dan rasa.
Data fisik berupa uji total padatan terlarut dan warna. Data kimia yaitu uji pH,
dan daya hambat enzim xantin oksidase. Bahan, alat, serta prosedur pembuatan
adalah kelopak bunga rosella merah, daun sirih hijau, air, dan gula. Sedangkan
bahan kimia yang digunakan adalah aquademin bebas CO2, buffer Posfat 0.05M,
39
HCL 1N, NAOH 1M, substrat Xantin (Sigma Aldrich), DMSO, alopurinol (Sigma
Aldrich) enzim xantine oksidase (Sigma Aldrich), buffer pada pH 4 dan 7, HCL
timbangan, baskom, gelas ukur, panci, kain saring, sendok, botol dan kulkas.
pulpen, gelas plastik cup kecil, tisu, AMDK 200 mL dan sendok. Peralatan yang
digunakan pada uji fisik, yaitu refraktometer, gelas piala, spatula, hunterLab
colourflex EZ, dan tisu. Kemudian peralatan yang digunakan pada analisis kimia
labu takar, tabung reaski, rak tabung reaksi, timbangan analitik, pipet mikro,
dari proses pembuatan seduhan teh herbal dibuat terdiri dari campuran bahan
berupa teh hijau, bangle, dan daun ceremai Daroini (2006). Proses pembuatan
Daun sirih
Sortasi
Pengecilan
Sortasi
Pengeringan ukuran
Penyaringan
Minuman seduhan
rosella
Gambar 11. Diagram alir proses pembuatan minuman seduhan rosella (modifikasi
Daroini, 2006)
a. Sortasi
dengan menggunakan kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau.
Kelopak bunga rosella yang dipilih adalah bunga yang sudah berwarna merah.
Kemudian daun sirih hijau dipilih yang masih segar dan berwarna hijau tua.
Setelah tahap sortasi masing-masing bunga rosella dan daun sirih hijau
dimasukkan ke dalam baskom. Kemudian dialiri air dan dicuci yang bertujuan
b. Pengeringan
pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air kelopak bunga rosella merah.
kelopak bunga rosella merah jangan sampai terkena air karena dapat
menyebabkan kebusukan.
c. Pengecilan ukuran
rosella merah dan daun sirih hijau yang telah di sortasi sebelumnya. Pengecilan
sehingga hasil ekstrak yang didapat akan lebih maksimal. Selain pengecilan ukuran
homogen.
d. Pemanasan
Pada proses ekstraksi ini kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau
yang telah dikecilkan ukurannya diekstraksi. Proses ekstraksi kelopak bunga rosella
merah dan daun sirih hijau dilakukan dengan menambahkan air sebanyak 500 mL
dan direbus dengan suhu 60 oC selama 20 menit dengan formulasi kelopak bunga
rosella merah dan daun sirih hijau yang telah ditentukan dengan total berat daun sirih
hijau dan kelopak bunga rosella merah adalah 20 gram. Setelah itu, ditambahkan
e. Penyaringan
bertujuan untuk memisahkan ampas dari ekstrak kelopak bunga rosella merah
dengan daun sirih yang telah dipanaskan hingga suhu 90 oC dan didiamkan selama
30 menit. Alat yang digunakan pada proses penyaringan ini adalah kain saring
dengan ukuran 100 mesh. Setelah proses penyaringan minuman seduhan rosella
bunga rosella merah kering dan daun sirih hijau segar dengan penambahan gula
pasir dan air, dan dilakukan pemanasan sampai suhu 90 oC dan didiamkan selama
F. Teknik Pengujian
Teknik pengujian yang akan dilakukan yaitu uji organoleptik (hedonik dan
mutu hedonik [warna, aroma, dan rasa]), fisik (total padatan terlarut dan warna),
Uji fisik yang dilakukan yaitu; (1) uji total padatan terlarut (TPT) dengan
refraktometer; (2) uji warna dengan hunterlab clouflex EZ. Uji kimia yang
dilakukan yaitu: (1) uji pH yaitu dengan pH meter; (2) uji fitokimia yaitu
seduhan rosella; (3) uji daya hambat aktivitas enzim xantin oksidase yang
organoleptik yang dilakukan yaitu uji hedonik dan mutu hedonik terhadap
1. Uji Fisik
sampai batas karet hitam yang telah ditentukan dengan tinggi ± 1 cm. Sebelum
terlebih dahulu dengan kaca hitam dan kaca putih.. Hasil pengukuran dengan
kolorimeter akan terbaca oleh layar berupa nilai L*, a*, dan b*.
2. Uji Kimia
(1) sampel diaduk sampai homogen, kemudian disaring melalui kain saring; (2)
Dibaca skala pada alat dan dicatat suhu pengukuran; (5) Dihitung atau
ekstrak yang diperoleh. Pengujian fitokimia ini bertujuan untut mengetahui secara
sampel.
(1) Ditambahkan 2 tetes Mayer LP. Hasil positif minuman seduhan rosella
berwarna putih atau kuning yang larut dalam metanol. (2) Ditambahkan 2 tetes
Dua mL larutan uji ditambahkan 0,5 gram serbuk seng kemudian ditambahkan 2
terbentuk buih putih yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10
cm, pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang, menunjukkan
selama 2 jam, dipindahkan 3 tetes filtrat pada kaca arloji, diteteskan pereaksi
(6) Kuinon
46
mengandung kuinon.
reagen larutan buffer fosfat 50 mM pH 7,5 pada suhu 25 oC, larutan substrat
xantin 0,15 mM, dan larutan enzim xantin oksidase. Reaksi enzimatik
nm (SA, 1994).
lima tetes NaOH 1 M hingga larut, setelah itu diencerkan dengan air suling
demineral bebas CO2 sampai dengan 100 mL (konsentrasi 1 mM). Larutan xantin
dengan konsentrasi 0,05 mM; 0,1 mM; 0,15 mM; 0,2 mM dan 0,25 mM.
seksama 10 mg, lalu ditambahkan NaOH 1 N beberapa tetes hingga larut lalu
diencerkan dengan air suling demineral bebas CO2 di dalam labu ukur 100,0 mL,
47
botol timbang dan sendok tanduk, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10
mL dan diencerkan dengan larutan buffer posfat di dalam labu ukur, kemudian
dicukupkan volumenya hingga batas dan diperoleh larutan enzim xantin oksidase
dan suhu 25 oC yang terdapat pada prosedur pengerjaan yang berasal dari Sigma
(Sigma Aldrich, 1994). Larutan buffer posfat 0,05 M pH 7,5 sebanyak 2,9 mL
20, 25, 30, 35 dan 40 C selama 10 menit. Setelah prainkubasi selesai 0,1 mL
menggunakan vortex mixer. Campuran diinkubasi pada suhu 20, 25, 30, 35 dan 40
Larutan buffer fosfat 0,05 M pada pH 7,0; 7,2; 7,5; 7,8 dan 8,0 sebanyak
konsentrasi 0,05; 0,10; 0,15; 0,20 dan 0,2 mM kemudian dilakukan prainkubasi
−
=
12.2 0,1
Keterangan:
vol : Total volume saat pengujian
df : faktor pengenceran
12,2: Koefisien ekstinsi asam urat pada 290 nm (mM)
0,1 : Volume xantin oksidase yang digunakan(unit/mL)
Satu unit xantin oksidase akan mengonversi 1,0 μmol xantin menjadi asam urat
per menit pada pH 7,5 dan suhu 250C (Sigma Aldrich, 1994).
kondisi aerob dan dibuat dengan berbagai konsentrasi 110, 20, 30, 40, 50, 100
50
ppm, diambil larutan uji sebanyak 1 mL dan ditambahkan 2,9 mL buffer fosfat
0,5; dan 1,0 μg/mL ditambahkan 3,0 mL buffer fosfat 0,05 M pH optimum dan 2
diinkubasikan pada suhu optimum selama 30 menit. Setelah masa inkubasi selesai
52
konsentrasi 5, 10, 20, 50 dan 100 μg/mL. Nilai IC50 dihitung menggunakan
Keterangan :
A = Absorbansi larutan uji blanko
B = Absorbansi larutan uji kontrol blanko
C = Absorbansi larutan uji sampel
D = Absorbansi larutan uji kontrol sampel
Setelah diketahui rumus persamaan regresi, nilai IC50 dicari dengan cara
Pengujian organoleptik yang dilakukan adalah berupa uji hedonik dan uji
mutu hedonik terhadap produk minuman seduhan rosella. Parameter yang diuji
a) Uji Hedonik
ini disebut sklau hedonik. Pada Tabel 11 menunjukkan skala atau kesan panelis
dalam pengujian uji hedonik terhadap parameter warna, aroma, dan rasa.
buruk. Kesan tersebut disebu uji mutu hedonik. Kesan mutu hedonik lebih
sepsifik daripada kesan suka atau tidak suka. Artinya kesan tersebut menunjukan
karakteristik spesifik dari produk yang akan di uji. Pada Tabel 12 menunjukkan
skala atau kesan panelis dalam pengujian uji mutu hedonik terhadap parameter
minuman seduhan rosella. Data diolah dalam bentuk nilai rata-rata yang disajikan
dalam bentuk Tabel dan grafik. Analisa inferensial dilakukan untuk menguji
hipotesis penelitian.
Teknis analisis yang digunakan adalah sidik ragam atau analisis varian
bila ada pengaruh dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test). Uji
DMRT dilakukan untuk melihat taraf mana yang menghasilkan perbedaan mutu.
Tabel ANAVA rancangan acak lengkap satu faktor dapat dilihat pada Tabel 13.
Yijk = µ + Ai + ɛijk
Dimana:
Yijk = nilai pengamatan untuk tiap perlakuan
µ = nilai rata-rata
Ai = pengaruh formulasi
ɛijk = nilai galat
1. H0 : Ai = 0 = (i= 1,2)
55
(kelopak bunga rosella dengan daun sirih hijau) yang dibuat dengan perbandingan
2. H1 : Ai ≠ 0
rosella (kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau) yang dibuat dengan
Jika dari hasil uji diperoleh hasil berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan
Uji Duncan dengan taraf 5% untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda. Uji
LSR = SSR x Sy
Keterangan:
LSR = Least Significant Range
SSR = Studentize Significant Range
√ !
=
Sy = Simpangan baku rata-rata jenis tepung bekatul
KTG = Kuadrat tengah galat
R = JumLah ulangan
Nilai SSR (Studentize Significant Range) adalah jarak nyata yang dapat
dilihat pada Tabel statistik. Selanjutnya dilakukan uji beda rata-rata menggunakan
metode matriks dan garis huruf. Apabila nilai selisih rata-rata lebih besar dari nilai
LSR 5% berarti antar taraf perlakuan berbeda nyata, tetapi apabila nilai selisih
rata-rata lebih kecil dari LSR baik pada tingkat 5% berarti antar perlakuan tidak
berbeda nyata.
56
BAB IV
HASIL DAN PEMABAHASAN
Mutu minuman seduhan rosella diuji melalui uji fisik, yaitu uji warna, uji
kimia, yaitu uji total padatan terlarut (TPT), uji pH, fitokimia (alkaloid, flavonoid,
enzim xantin oksidase. Kemudian dilakukan uji organoleptik, yaitu uji hedonik
A. Uji Fisik
1. Uji Warna
50:50 dan terendah 37,38±0,84 pada formulasi sebesar 90:10. Rata-rata nilai
seduhan rosella cenderung meningkat seiring bertambahnya daun sirih hijau pada
formulasi minuman seduhan rosella. Data hasil uji ANAVA dapat dilihat pada
Tabel 15.
50,00
42,03 43,17 43,53
45,00 40,30
40,00 37,38
35,00
30,00
Nilai L*
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
Formulasi kelopak bunga rosela merah dan daun sirih hijau
Tabel 15. Hasil uji ANAVA tingkat kecerahan (L*) minuman seduhan rosella
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 76,106 19,026 40,073 0,000
Galat 10 4,748 0,475
Total 14 80,854
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima
Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 15 diperoleh nilai sig = 0,000
lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,
berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau yang
rosella. Oleh karena itu, dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui
perbedaan dari tiap taraf formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih
hijau terhadap tingkat kecerahan. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 16.
58
Tabel 16. Hasil uji Duncan nilai L* (tingkat kecerahan) minuman seduhan rosella
Kelopak bunga rosella merah :
α = 0,05
daun sirih hijau
90:10 37,38 a
80:20 40,30 b
70:30 42,03 c
60:40 43,17 cd 43,17 cd
50:50 43,53 d
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan perbedaan
yang nyata pada α = 0,05
Hasil uji Duncan menunjukkan formulasi kelopak bunga rosella merah dan
daun sirih hijau sebesar 90:10 dan 80:20 berbeda nyata (α = 0,05) antara satu
Formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 70:30
berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 90:10, 80:20, dan 50:50, tetapi
tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 60:40 terhadap tingkat
kecerahan minuman seduhan rosella. Formulasi kelopak bunga rosella merah dan
daun sirih hijau sebesar 60:40 berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar
90:10 dan 80:20, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar
70:30 dan 50:50 terhadap tingkat kecerahan minuman seduhan rosella. Formulasi
kelopak bunga rosella dan daun sirih hijau sebesar 50:50 berbeda nyata (α = 0,05)
dengan formulasi 90:10, 80:20 dan 70:30, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05)
rosella.
100. Nilai L* mendekati 100 maka produk tersebut akan semakin cerah.
minuman seduhan rosella dipengaruhi oleh zat warna hasil ekstraksi dari daun
sirih hijau dan kelopak bunga rosella merah. Pigmen warna dominan (merah)
Menurut Suzery dkk (2010) kandungan antosianin dalam kelopak bunga rosella
kandungan antosianin di dalam daun sirih hijau adalah 2,265 mg/100 g. Hal
jauh lebih tinggi daripada daun sirih hijau sehingga dengan bertambahnya
yang ditambahkan maka warna merah minuman seduhan rosella juga akan
rosella merah. Menurut Winarti dan Firdaus (2010) Semakin pekat warna yang
dihasilkan, maka kadar antosianin yang terekstrak akan semakin tinggi. Hal ini
sesuai dengan penelitian Ali dkk., (2013) mengenai ekstraksi zat warna dari
50:50 dan terendah 53,44±0,77 pada formulasi sebesar 90:10. Rata-rata nilai a*
minuman seduhan rosella. Data hasil uji ANAVA dapat dilihat pada Tabel 18.
70,00
60,00 55,78 55,34 55,68 54,58 53,44
50,00
Nilai a*
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
Formulasi kelopak bunga rosela merah dan daun sirih hijau
Gambar 13. Grafik hasil pengujian nilai a* (warna hijau – warna merah)
Tabel 18. Hasil uji ANAVA nilai a* (hijau – merah) minuman seduhan rosella
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 11,384 2,846 12,078 0,001
Galat 10 2,356 0,236
Total 14 13,741
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima
61
Tabel 19. Hasil uji Duncan nilai a* (hijau – merah) minuman seduhan rosella
Kelopak bunga rosella merah :
α = 0,05
daun sirih hijau
50:50 53,44 a
60:40 54,58 b
80:20 55,34 bc 55,34 bc
70:30 55,68 c
90:10 55,78 c
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan perbedaan
yang nyata pada α = 0,05
Hasil uji Duncan menunjukkan formulasi kelopak bunga rosella merah dan
daun sirih hijau sebesar 50:50 berbeda nyata (α = 0,05) antara satu dengan yang
rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 60:40 berbeda nyata (α = 0,05) dengan
formulasi sebesar 50:50, 70:30, dan 90:10, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05)
Formulasi kelopak bunga rosella dan daun sirih hijau sebesar 80:20 berbeda nyata
(α = 0,05) dengan formulasi sebesar 50:50, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05)
dengan formulasi sebesar 60:40, 70:30 dan 90:10 terhadap nilai a* minuman
seduhan rosella. Formulasi kelopak bunga rosella dan daun sirih hijau sebesar
70:30 dan 90:10 berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 50:50 dan
60:40, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 80:20
terhadap nilai a* minuman seduhan rosella. Formulasi kelopak bunga rosella dan
daun sirih hijau sebesar 60:40 tidak berbeda nyata dengan formulasi 50:50
1) – (-80) untuk warna hijau dan rentang nilai positif antara 1 – 100 untuk warna
merah. Angka tersebut menunjukkan jika hasil uji yang didapatkan bernilai positif
62
maka warna yang terbaca pada kolorimeter adalah warna merah, dan jika bernilai
negatif warna yang terbaca adalah warna hijau. Nilai a* minuman seduhan rosella
warna merah. Warna merah minuman seduhan rosella berasal dari pigmen warna
yang dimiliki oleh kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau. Kelopak
bunga rosella merah mengandung pigmen warna antosianin. Sedangkan daun sirih
hijau mengandung pigmen warna alami klorofil (klorofil a bewarna hijau kebiruan
dan xantofil berwarna kuning) dan antosianin (Muthoharoh dan Dahlia, 2011).
Tetapi klorofil merupakan senyawa non polar, pada umumnya larut lemak
(Riyono, 2007) begitu juga dengan karotenoid (Andarwulan dan Faradilla, 2012).
Sehingga pigmen warna tersebut tidak dapat terekstrak dengan maksimal dengan
pelarut air. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maghfiroh
pada daun sirih adalah aceton 85 % yang merupakan pelarut non polar. Diduga
positif (merah). Seperti yang telah dijelaskan pada sub-sub bab tingkat kecerahan,
yaitu kadar antosianin pada daun sirih hijau, lebih sedikit dibandingkan dengan
seduhan rosella.
63
90:10 dan terendah 24,04±2,70 pada formulasi sebesar 60:40. Rata-rata nilai b*
cenderung menurun seiring bertambahnya daun sirih hijau pada minuman seduhan
rosella. Kemudian dilakukan analisis data menggunakan uji ANAVA. Data hasil
50,00
45,00
40,00 36,18
35,00 32,72
30,55
26,28
Nilai b*
30,00 24,04
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
Formulasi kelopak bunga rosela merah dan daun sirih hijau
Tabel 21. Hasil uji ANAVA nilai b* (biru-kuning) minuman seduhan rosella
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 285,767 71,442 14,255 0,000
Galat 10 50,117 5,012
Total 14 335,884
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima
Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 21 diperoleh hasil sig = 0,000
lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,
berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau yang
karena itu, dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan dari tiap
taraf formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau terhadap nilai
Tabel 22. Hasil uji Duncan nilai b* (biru-kuning) minuman seduhan rosella
Kelopak bunga rosella merah :
α = 0,05
daun sirih hijau
60:40 24,04 a
50:50 26,28 a
70:30 30,55 b
80:20 32,72 bc 32,72 bc
90:10 36,18 c
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan perbedaan
yang nyata pada α = 0,05
Hasil uji Duncan menunjukkan formulasi kelopak bunga rosella merah dan
daun sirih hijau sebesar 60:40 tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi
sebesar 50:50, tetapi berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 70:30,
80:20 dan 90:10 terhadap nilai b* minuman seduhan rosella. Formulasi kelopak
bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 70:30 tidak berbeda nyata (α =
0,05) dengan formulasi sebesar 60:40, tetapi berbeda nyata (α = 0,05) dengan
65
formulasi sebesar 90:10, 80:20 dan 50:50 terhadap nilai b* minuman seduhan
rosella. Formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 80:20
tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 70:30 dan 90:10 tetapi
berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 60:40 dan 50:50. Formulasi
kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 90:10 tidak berbeda
nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 60:40, tetapi berbeda nyata (α = 0,05)
dengan formulasi sebesar 60:40, 50:50 dan 70:30 terhadap nilai b* (biru kuning)
antara 1 – 70 untuk warna kuning dan rentang nilai negatif (-1) – (-70) untuk
warna biru. Angka tersebut menunjukkan jika hasil uji yang didapatkan bernilai
positif maka warna yang terbaca pada kolorimeter adalah warna kuning, dan jika
bernilai negatif warna yang terbaca adalah warna biru. Berdasarkan pengujian
merah. Hal tersebut berkaitan dengan stabilitas antosianin sebagai pewarna alami
yang terdapat pada kelopak bunga rosella merah dan daun srih hijau. Menurut
Andarwulan dan Faradilla (2012), antosianin di dalam larutan berada dalam lima
bentuk tergantung pada kondisi pH. Kelima bentuk tersebut yaitu kation flavilium,
basa karbinol, kalkon, basa quinonoidal, dan quinonoidal anionik. Pada pH sangat
asam (pH 1-2), bentuk dominan antosianin adalah kation flavilium. Pada bentuk
ini, antosianin berada dalam kondisi paling stabil dan paling berwarna. Ketika pH
senyawa yang tidak berwarna (basa karbinol). Karena kadar antisianin pada
kelopak bunga rosella merah lebih tinggi dibandingkan daun sirih hijau. Sehingga
B. Mutu Kimiawi
formulasi sebesar 20:50. Rata-rata nilai total padatan terlarut disajikan pada Tabel
23.
Tabel 23. Nilai rata-rata total padatan terlarut (TPT) minuman seduhan rosella
Kelopak Bunga Rosella Merah : Daun Sirih Hijau (⁰Brix)
Ulangan
90:10 80:20 70:30 60:40 50:50
1 12,40 12,30 12,10 12,05 11,90
2 12,25 12,30 11,70 12,00 12,00
3 12,40 12,40 12,40 12,10 12,05
Jumlah 37,05 37,00 36,20 36,15 35,95
12,35±0,0 12,33±0,0 12,07±0,3 12,05±0,0 11,98±0,0
Rata-rata
9 6 5 5 8
hijau. Data hasil uji ANAVA dapat dilihat pada Tabel 24.
67
15,00
12,35 12,33 12,07 12,05 11,98
5,00
0,00
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
Formulasi kelopak bunga rosela dan daun sirih hijau
Gambar 15. Grafik hasil pengujian total padatan terlarut (TPT)
Tabel 24. Hasil uji ANAVA total padatan terlarut (TPT) minuman seduhan rosella
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 0,354 0,089 3,108 0,066
Galat 10 0,285 0,029
Total 14 0,639
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima
Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 15 diperoleh hasil sig 0,066
lebih besar dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak,
berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau yang
berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut (TPT) minuman
seduhan rosella. Total padatan terlarut adalah zat padat yang terlarut pada suatu
larutan. Pada minuman seduhan rosella nilai total padatan terlarut di dominasi
oleh konsentrasi gula yang ditambahkan yaitu sebesar 10%. Hal ini sesuai dengan
terlarut yang dominan di samping pigmen, asam organik, vitamin dan protein.
seduhan rosella, didapatkan nilai total padatan terlarut yang cenderung menurun
seiring dengan semakin bertambahnya formulasi daun sirih hijau pada minuman
seduhan rosella. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar senyawa larut air
68
kelopak bunga rosella lebih tinggi di bandingkan dengan kadar senyawa larut air
daun sirih hijau. Hal ini diperkuat oleh Mun’im dkk, (2008) bahwa kadar senyawa
larut air kelopak bunga rosella adalah sebesar 36,95 - 37,45%. Sedangkan kadar
senyawa larut air daun sirih hijau adalah 22,3645% (Rivai dkk., 2014). Oleh
karena itu, peningkatan konsentrasi kelopak bunga rosella merah akan diikuti
dengan peningkatan nilai total padatan terlarut. Hal tersebut menunjukkan bahwa
semakin tinggi penambahan kelopak bunga rosella merah makan semakin tinggi
2. Nilai pH
3,63±0,1, dengan nilai pH tertinggi yaitu formulasi sebesar 50:50 yaitu 3,63 dan
seduhan rosella dapat dilihat pada Tabel 25. Untuk melihat perbandingan antar
cenderung meningkat seiring bertambahnya formulasi daun sirih hijau. Data hasil
14,00
12,00
10,00
Nilai pH
8,00
6,00
3,40 3,44 3,55 3,54 3,63
4,00
2,00
0,00
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
Formulasi kelopak bunga rosela dan daun sirih hijau
Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 26 diperoleh hasil sig. = 0,002
lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,
berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau yang
karena itu, dilanjutkan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan tiap taraf
formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau terhadap nilai pH.
50:50 3.63 b
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan perbedaan
yang nyata pada α = 0,05
Hasil uji Duncan menunjukkan formulasi kelopak bunga rosella merah dan
daun sirih hijau sebesar 90:10 berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar
70:30, 60:40, dan 50:50, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi
bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 80:20 berbeda nyata (α = 0,05)
dengan formulasi sebesar 70:30, 60:40, dan 50:50, tetapi tidak berbeda nyata (α =
0,05) dengan formulasi sebesar 90:10 terhadap nilai pH minuman seduhan rosella.
Formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 70:30
berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 90:10 dan 80:20, tetapi tidak
berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 60:40 dan 50:50 terhadap nilai
pH minuman seduhan rosella. Formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun
sirih hijau sebesar 60:40 berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 90:10
dan 80:20, tetapi tidak berbeda nyata dengan formulasi sebesar 70:30 dan 50:50
merah dan daun sirih hijau sebesar 50:50 berbeda nyata (α = 0,05) dengan
formulasi sebesar 90:10 dan 80:20, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan
formulasi sebesar 70:30 dan 60:40 terhadap nilai pH minuman seduhan rosella..
Firdaus (2010), antosianin merupakan zat warna merah yang stabil pada pH
rendah (asam) dan stabilitasnya akan turun bila pH dinaikkan. Pada pH rendah
warna merah. Blunden et. al., (2005) melaporkan tingginya konsentrasi asam
organik pada ekstrak air kelopak rosella yang didominasi oleh asam sitrat, asam
askorbat, dan asam malat sehingga keasaman rosella mencapai pH 3. Hal ini
bunga rosella merah kaya akan asam, seperti asam askorbat, asam sitrat, dan asam
stearat. Sedangkan menurut Mufrod dkk., (2016) ekstrak daun sirih memiliki
formulasi daun sirih hijau akan meningkatkan nilai pH minuman seduhan rosella.
3. Fitokimia
Hasil uji fitokimia minuman seduhan rosella sebesar 90:10, 80:20, 70:30,
60:40 dan 50:50 dapat dilihat pada Tabel 28. Berdasarkan Tabel tersebut,
minuman seduhan rosella 90:10, 80:20, 70:30. 60:40 dan 50:5) mengandung
Uji Fitokimia ini merupakan uji kualitatif yang pada dasarnya ingin
rosella. Berdasarkan uji fitokimia minuman seduhan rosella yang terdiri dari
kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau masing-masing memiliki
kandungan fitokimia yang berbeda-beda. Menrut Okereke et. al., (2015) kelopak
72
glikosida, dan alkaloid. Menurut Kumari dan Rao (2015) daun sirih hijau
glikosida, glikosida, gula pereduksi dan Phlobatanins. Tetapi berdasarkan hasil uji
uji yang digunakan merupakan uji kualitatif, sehingga tingkat deteksinya kurang
maksimal.
dalam keadaan optimal. Hal ini dilakukan untuk penyesuaian terhadap kondisi
pengujian, baik alat maupun bahan pengujian yang digunakan agar uji daya
menunjukkan bahwa serapan optimum asam urat yang dihasilkan dari reaksi
enzimatik antara substrat xantin dan enzim xantin oksidase adalah pada panjang
gelombang 283 nm. Pada penentuan panjang gelombang ini tidak sesuai dengan
nm, Saputra (2012) adalah 281 nm. Hal ini yang menjadi pertimbangan
alat dapat berbeda-beda. Oleh karena itu, pada penelitian ini panjang gelombang
larutan uji dilakukan pada variasi suhu 20, 25, 30, 35, dan 40 oC. Berdasarkan
hasil uji diperoleh aktivitas enzim tertinggi yaitu 2,80 unit/mL pada suhu 30 oC.
Data hasil pengujian optimasi suhu dapat dilihat pada Gambar 17.
3,0 2,80
aktivitas (unit/mL)
2,5 2,15
2,0
1,43
1,5
1,0 0,69 0,58
0,5
0,0
20 25 30 35 40
Suhu (°C)
Gambar 17. Grafik optimasi suhu pengujian
suhu 30 oC. Hal ini dikarenakan sebagian protein mengalami kerusakan atau ter-
modifikasi struktur sekunder, tersier, dan kuarter dari protein tanpa menyebabkan
pemutusan ikatan peptida dan perubahan sekuen asam amino pada struktur
fisik kimia protein secara irreversibel, seperti hilangnya sifat kelarutan dan
meningkatkan energi kinetik yang mempercepat gerak vibrasi, translasi, dan rotasi
enzim dan substrat, sehingga menambah intensitas tumbukan antara substrat dan
c. Penentuan pH optimum
larutan buffer posfat pada pH 7,0; 7,2; 7,5; 7,8 dan 8,0. Berdasarkan hasil uji
diperoleh aktivitas enzim tertinggi yaitu 2,32 unit/mL pada pH 7,8. Hasil
3,0
2,5 2,32
aktivitas (unit/mL)
dengan cepat dan bahkan bisa kehilangan aktivitas katalitiknya. Hal ini terjadi
karena struktur tiga dimensi enzim mulai berubah, sehingga substrat tidak dapat
berikatan dengan sisi aktif enzim akibatnya proses katalis tidak dapat berlangsung
0,1; 0,15; 0,2; dan 0,25. Berdasarkan hasil uji diperoleh aktivitas enzim tertinggi
yaitu 1,54 unit/mL pada konsentrasi substrat yaitu 0,15mM. Hasil pengujian
optimasi pH dapat dilihat pada Gambar 19. Berdasarkan gambar dapat dilihat
bahwa terjadi variasi aktivitas enzim. Aktivitas enzim terus meningkat hingga
pada konsentrasi 0,2 mM dan 0,25 mM. Hal ini sesuai pernyataan Robinson
(2015), bahwa aktivitas enzim dapat menurun karena produk yang dihasilkan
3,0
2,5
aktivitas (unit/mL)
2,0
1,54
1,33 1,41 1,32
1,5
1,0 0,80
0,5
0,0
0,05 0,1 0,15 0,2 0,25
Konsentrasi substrat (ppm)
Gambar 19. Grafik optimasi substrat untuk pengujian
76
rata nilai tertinggi 28,47 pada taraf perlakuan sebesar 50:50 dan terendah
11,01±0,55 pada taraf perlakuan sebesar 90:10. Rata-rata nilai daya hambat
aktivitas enzim xantin oksidase disajikan pada Tabel 29. Nilai IC50 Untuk melihat
formulasi daun sirih hijau pada formulasi minuman seduhan rosella. Data hasil uji
40,00
35,00
28,47
30,00
24,36
Nilai IC50
25,00
19,02
20,00 16,81
15,00 11,01
10,00
5,00
0,00
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
Formulasi kelopak bunga rosela dan daun sirih hijau
Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 30 diperoleh hasil sig= 0,000
lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,
berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau yang
berbeda berpengaruh nyata terhadap nilai IC50 minuman seduhan rosella. Oleh
karena itu, dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan dari tiap
taraf formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau terhadap nilai
Tabel 30. Hasil uji ANAVA aktivitas enzim xantin oksidase (IC50)
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 548,215 137,054 28,563 0,000
Galat 10 47,984 4,798
Total 14 569,198
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima
Hasil uji Duncan menunjukkan formulasi kelopak bunga rosella merah dan
daun sirih hijau sebesar 90:10, 60:40 dan 50:50 berbeda nyata (α = 0,05) antara
satu dengan yang lainnya terhadap nilai IC50 minuman seduhan rosella. Formulasi
kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 80:20 dan 70:30 tidak
berbeda nyata (α = 0,05), tetapi berbeda nyata dengan sebesar 90:10, 60:40 dan
Tabel 31. Hasil uji Duncan aktivitas enzim xantin oksidase (IC50)
Kelopak Bunga Rosella merah :
Notasi α = 0,05
Daun Sirih Hijau
a
90:10 11,01
80:20 16,81 b
70:30 19,02 b
60:40 24,36 c
50:50 28,47 d
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan perbedaan
yang nyata pada α = 0,05
78
asam urat yang merupakan produk dari reaksi katalis xantin oksidase terhadap
yaitu 283 nm. Larutan uji yang digunakan adalah minuman seduhan rosella
dengan 5 taraf perlakuan yang berbeda. Dari hasil pengujian tersebut, didapat
bahwa semua taraf yang diuji berpotensi dapat menghambat aktivitas enzim
xantin oksidase yang merupakan katalis dalam pembentukan asam urat. Secara
sirih hijau (lihat Gambar 17). Nilai IC50, yaitu konsentrasi yang dapat menghambat
2009). Hal tersebut memiliki arti semakin rendah nilai IC50 maka daya hambatnya
akan semakin baik. Nilai IC50 terendah dan paling mendekati nilai IC50 alopurinol
(0.0843) (lihat Lampiran 16) pada penelitian ini yaitu 11,01±0.55 formulasi
kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 90:10.
menghambat aktivitas xantin oksidase secara kompetitif (Jiao et al., 2006). Begitu
juga menurut Patcher et al., (2006) berpendapat bahwa flavonoid berperan seperti
berkompetisi dengan substrat xantin untuk berkaitan dengan sisi aktif enzim.
Gugus C5- dan C-7 hidroksil dan ikatan rangkap antara C-2 dan C-3 mempunyai
79
daya inhibisi yang tinggi pada xantin oksidase. Gugus C5- dan C-7 hidroksil dan
ikatan rangkap antara C-2 dan C-3 mempunyai daya inhibisi yang tinggi pada
xantin oksidase. (Cos et al., 1998; di dalam Hoorn et al. 2002). Golongan
flavonoid yang dapat menghambat aktivitas enzim xantin oksidase adalah (±)-
C. Mutu Organoleptik
1. Warna
a. Hedonik Warna
yaitu formulasi sebesar 90:10 dan terendah 3,3±0,3 yaitu formulasi sebesar 50:50.
Rata-rata nilai uji hedonik warna minuman seduhan rosella disajikan pada Tabel
32. Untuk melihat perbedaan masing-masing formulasi yang lebih jelas disajikan
Tabel 32. Hasil rata-rata nilai uji hedonik warna minuman seduhan rosella
Kelopak Bunga Rosella merah : Daun Sirih Hijau
Ulangan
90:10 80:20 70:30 60:40 50:50
1 3,9 3,0 3,8 3,6 3,8
2 4,2 3,8 3,9 3,5 3,3
3 4,0 3,5 3,5 3,0 2,9
Jumlah 12,0 10,3 11,1 10,0 10,0
Rata-rata 4,0±0,2 3,4±0,4 3,7±0,2 3,3±0,3 3,3±0,4
Keterangan :
5 = Sangat suka; 4 = Suka; 3 = Agak suka; 2 = Kurang suka; 1 = Tidak suka
80
5,0
4,0
3,7
2,0
1,0
0,0
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
kelopak bunga rosella : daun sirih hijau
Tabel 33. Hasil uji ANAVA hedonik warna minuman seduhan rosella
Sumber DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 20,647 5,162 6,693 0,000
Galat 295 227,500 0,771
Total 299 248,147
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima
Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 33 diperoleh hasil sig = 0,000
lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,
berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau yang
berbeda berpengaruh nyata terhadap warna minuman seduhan rosella. Oleh karena
itu, dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan dari tiap taraf
81
formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau terhadap warna
Tabel 34. Hasil uji Duncan Hedonik warna minuman seduhan rosella
Kelopak bunga rosella merah :
Notasi (α = 0,05)
daun sirih hijau
50:50 3,3 a
60:40 3,3 a
80:20 3,4 ab 3,4 ab
70:30 3,7 bc 3,7 bc
90:10 4,0 ac
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan perbedaan
yang nyata pada α = 0,05
Hasil uji Duncan menunjukkan formulasi kelopak bunga rosella merah dan
daun sirih hijau sebesar 50:50, 60:40, berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi
sebesar 70:30 dan 90:10 tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi
kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 80:20 berbeda nyata (α
= 0,05) dengan formulasi sebesar 90:10 tetapi tidak berbeda nyata dengan
formulasi sebesar 70:30, 60:40, dan 50:50 terhadap parameter warna hedonik
minuman seduhan rosella. Formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih
hijau sebesar 70:30 berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 50:50 dan
60:40 tetapi tidak berbeda nyata dengan formulasi sebesar 80:20 dan 90:10
bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 90:10 berbeda nyata (α = 0,05)
dengan formulasi sebesar 80:20, 60:40 dan 50:50 tetapi tidak berbeda nyata
seduhan rosella.
82
konsumen melihat suatu produk pangan. Warna adalah salah satu faktor yang
bergantung pada beberapa faktor antara lain, cita rasa, warna, tekstur, dan nilai
warna terkadang sangat menentukan. Oleh karena itu, dilakukan uji hedonik
panelis. Minuman seduhan rosella pada formulasi kelopak bunga rosella merah
dan daun sirih hijau sebesar 90:10 merupakan minuman yang paling disukai oleh
rata-rata panelis dengan nilai kesan rata-rata hedonik yaitu 4 (suka). Berdasarkan
dengan formulasi sebesar 90:10 memiliki warna yang paling merah, yaitu sebesar
flavonoid yang pada umumnya larut dalam air. Warna pigmen antosianin
berwarna merah, biru, dan ungu. Hal ini mengindikasikan bahwa warna merah
yang terdapat pada minuman seduhan rosella berasal dari kelopak bunga rosella.
Sehingga semakin banyak penambahan kelopak bunga rosella merah maka warna
antara 3,1±0,6 – 3,8±0,5 dengan rata-rata tertinggi 3,8±0,5 yaitu formulasi sebesar
70:30 dan terendah 3,1±0,6 yaitu formulasi sebesar 80:20. Rata-rata hasil uji mutu
83
hedonik warna minuman seduhan rosella disajikan pada Tabel 35. Perbandingan
Tabel 35. Hasil uji mutu hedonik warna minuman seduhan rosella
Kelopak Bunga Rosella merah : Daun Sirih Hijau (Warna)
Ulangan
90:10 80:20 70:30 60:40 50:50
1 4,0 3,5 4,5 3,6 3,4
2 3,8 3,6 4,0 3,6 3,0
3 3,0 2,4 2,8 3,3 3,4
Jumlah 10,8 9,4 11,3 10,4 9,7
Rata-rata 3,6±0,5 3,1±0,6 3,8±0,6 3,5±0,2 3,2±0,2
Keterangan :
5 = Sangat merah; 4 = merah; 3 = agak merah; 2 = kurang merah;
1 = cokelat kemerahan
dilakukan analisis sidik ragam menggunakan ANAVA yang disajikan pada Tabel
36.
5,0
4,0 3,6 3,8 3,5
3,1 3,2
skala mutu hedonik
3,0
warna
2,0
1,0
0,0
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
Kelopak bunga rosella : daun sirih hijau
Gambar 22. Grafik uji mutu hedonik warna minuman seduhan rosella
Tabel 36. Hasil uji ANAVA mutu hedonik warna minuman seduhan rosella
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 15,5 3,875 3,072 0,017
Galat 295 372,167 1,262
Total 295 387,667
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
84
Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 33 diperoleh hasil sig = 0,017
lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,
berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau yang
berbeda berpengaruh nyata terhadap warna minuman seduhan rosella. Oleh karena
itu, dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan dari tiap taraf
formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau terhadap warna mutu
Tabel 37. Hasil uji Duncan mutu hedonik warna minuman seduhan rosella
Kelopak bunga rosella merah :
Notasi (α = 0,05)
daun sirih hijau
80:20 3,1 a
50:50 3,2 ab 3,2 ab
60:40 3,5 abc 3,5 abc 3,5 abc
bc
90:10 3,6 3,6 bc
70:30 3,8 c
Keterangan :Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan perbedaan yang
nyata pada α = 0,05
Hasil uji Duncan menunjukkan formulasi kelopak bunga rosella merah dan
daun sirih hijau sebesar 80:20 berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar
90:10 dan 70:30, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar
(50:50) dan (60:40) terhadap parameter warna mutu hedonik minuman seduhan
rosella. Formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 50:50
berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar 70:30, tetapi tidak berbeda
bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 60:40 tidak berbeda nyata (α =
0,05) dengan formulasi sebesar 90:10, 80:20, 70:30, dan 50:50 terhadap
85
bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 90:10 berbeda nyata (α = 0,05)
dengan formulasi sebesar 80:20, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan
formulasi sebesar 90:10, 70:30, dan 50:50 terhadap parameter warna mutu
hedonik minuman seduhan rosella. Formulasi kelopak bunga rosella merah dan
daun sirih hijau sebesar 70:30 berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar
90:10 dan 60:40, tetapi tidak berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar
(50:50) dan (80:20) terhadap parameter warna mutu hedonik minuman seduhan
rosella.
profil visual yang dapat menjadi kesan pada penilaian produk makanan. Minuman
seduhan rosella pada formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau
sebesar 70:30 merupakan minuman yang memiliki nilai mutu hedonik warna
memiliki nilai a* sebesar 58±0,19. Warna merah pada minuman seduhan rosella
yang dominan pada minuman seduhan rosella. Sehingga semakin banyak kelopak
bunga rosella yang ditambahkan, maka warna minuman seduhan rosella akan
semakin merah. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa semakin banyak
penambahan kelopak bunga rosella merah maka warna minuman seduhan rosella
2. Aroma
86
a. Hedonik Aroma
Nilai rata-rata uji hedonik warna minuman seduhan rosella berkisar antara
2,6±0,1 - 3,0±0,0 dengan rata-rata tertinggi 3,0±0,0 yaitu formulasi sebesar 90:10
dan terendah 2,6±0,1 yaitu formulasi sebesar 60:40. Nilai rata-rata hasil uji
hedonik aroma minuman seduhan rosella disajikan pada Tabel 38. Perbandingan
analisis sidik ragam menggunakan ANAVA yang disajikan pada Tabel 39.
5,0
skala hedonik aroma
4,0
3,0 2,8 2,8
2,6 2,7
3,0
2,0
1,0
0,0
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
kelopak bunga rosella : daun sirih hijau
0,095lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1
87
ditolak, berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau
yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap aroma minuman seduhan rosella.
Tabel 39. Hasil uji ANAVA hedonik aroma minuman seduhan rosella
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 6,380 1,595 1,995 0,095
Galat 295 235,817 0,799
Total 295 242,197
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima
rosella. Setelah melihat kenampakan produk pangan secara visual maka seseorang
dengan cara mencium aroma minuman seduhan rosella yang dihasilkan. Pengujian
terhadap aroma minuman seduhan rosella. Tingkat kesukaan yang paling tinggi
mewakili aroma yang paling disukai oleh konsumen, yaitu A1 (90:10) dengan
Nilai rata uji mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella berkisar
sebesar 70:30 dan terendah 3,3±0,1 yaitu formulasi sebesar 50:50. Nilai rata-rata
hasil uji mutu hedonik terhadap aroma minuman seduhan rosella dapat dilihat
pada Tabel 40. Perbedaan formulasi lebih jelasnya dilihat pada Gambar 24.
Tabel 40. Hasil uji mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella
Kelopak Bunga Rosella merah : Daun Sirih Hijau (Aroma)
Ulangan
90:10 80:20 70:30 60:40 50:50
88
bunga rosella merah maka penerimaan panelis terhadap aroma minuman seduhan
Tabel 41. Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 42 diperoleh hasil sig =
0,041 lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima, berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau
yang berbeda berpengaruh nyata terhadap mutu aroma minuman seduhan rosella.
Oleh karena itu, dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan dari
tiap taraf formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau terhadap
mutu hedonik aroma. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Tabel. 42.
5,0
skala mutu hedonik aroma
3,7 3,8
4,0 3,6 3,4 3,3
3,0
2,0
1,0
0,0
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
kelopak bunga rosella : daun sirih hijau
Gambar 24. Grafik uji mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella
Tabel 41. Hasil uji ANAVA mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella
89
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 11,087 2,772 2,529 0,041
Galat 295 323,35 1,096
Total 295 334,437
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima
Hasil uji Duncan menunjukkan formulasi kelopak bunga rosella merah dan
daun sirih hijau sebesar 70:30 berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar
berbeda nyata dengan formulasi sebesar 90:10, 80:20 dan 60:40 terhadap
Tabel 42. Hasil uji Duncan mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella
Kelopak bunga rosella merah : Notasi (α = 0,05)
daun sirih hijau
50:50 3,3 a
60:40 3,4 a
80:20 3,6 ab 3,6 ab
90:10 3,7 ab 3,7 ab
70:30 3,8 b
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan perbedaan
yang nyata pada α = 0,05
minuman seduhan rosella yang wangi. Aroma minuman seduhan rosella berasal
dari senyawa yang ada di kelopak bunga rosella dan daun sirih hijau. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Yuliani dkk, (2011) bahwa rosella diduga
memiliki aroma asam yang berasal dari asam sitrat dan asam malat. Sedangkan
aroma sirih mempunyai aroma khas dan tajam yang disebabkan oleh fenol dan
terpen (Pradhan et. al., 2013). Hal ini diperkuat oleh Widiyastuti dkk, (2013) yang
menyatakan bahwa aroma daun sirih hijau berasal dari minyak atsiri (komponen
90
fenol atau essential oil). Menurut Vikash (2012) daun sirih mengandung minyak
atsiri 0,8-1,8 % yang terdiri atas kavikol, kavibetol (betel fenol), alilpirokatekol
pedas pada daun sirih hijau. Berdasarkan Gambar 21, bahwa semakin banyaknya
formulasi kelopak bunga rosella merah akan meningkatkan kesan mutu terhadap
kelopak asam dari kelopak bunga rosella lebih disukai oleh panelis.
3. Rasa
a. Hedonik Rasa
Nilai rata-rata uji hedonik rasa minuman seduhan rosella berkisar antara
2,7±0,4 - 3,1±0,4 dengan rata-rata tertinggi 3,1±0,4 yaitu formulasi sebesar 90:10
dan terendah 2,7±0,4 yaitu formulasi 80:20. Nilai rata-rata hasil uji hedonik rasa
minuman seduhan rosella dapat dilihat pada Tabel 43. Perbedaan masing-masing
Tabel 43. Rata-rata hasil uji hedonik rasa minuman seduhan rosella
Kelopak Bunga Rosella merah : Daun Sirih Hijau (Rasa)
Ulangan
90:10 80:20 70:30 60:40 50:50
1 2,7 2,2 2,6 2,8 2,5
2 3,4 3,0 3,2 2,9 2,8
3 3,2 3,0 3,0 3,0 3,3
Jumlah 9,3 8,1 8,8 8,6 8,6
Rata-rata 3,1±0,4 2,7±0,4 2,9±0,4 2,9±0,4 2,9±0,4
Keterangan :
5 = Sangat suka; 4 = Suka; 3 = Agak suka; 2 = Kurang suka; 1 = Tidak suka
ragam menggunakan ANAVA. Hasil uji ANAVA disajikan pada Tabel 44.
Tabel 44. Hasil uji ANAVA mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 3,853 0,963 0,839 0,501
Galat 295 338,583 1,148
Total 295 342,437
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima
Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 45 diperoleh hasil sig 0,501
lebih besar dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak,
berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau yang
berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap rasa minuman seduhan rosella. Hal
tersebut menunjukkan bahwa formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun
sirih hijau tidak memengaruhi penilaian panelis pada parameter rasa minuman
seduhan rosella. Berdasarkan nilai rata-rata uji hedonik rasa 2,7±0,4 - 3,1±0,4,
hal ini mengindikasikan bahwa dari kelima formulasi kelopak bunga rosella
Nilai rata-rata hasil uji mutu hedonik rasa minuman seduhan rosella
formulasi sebesar 90:10 dan terendah 2,9±0,4 yaitu formulasi sebesar 80:20. Nilai
rata-rata hasil uji mutu hedonik terhadap rasa minuman seduhan rosella dapat
Tabel 45. Rata-rata hasil uji mutu hedonik rasa minuman seduhan rosella
bunga rosella merah yang ditambahkan pada formulasi minuman seduhan rosella,
5,0
skala mutu hedonik rasa
4,0 3,5
2,9 3,0 3,1 3,1
3,0
2,0
1,0
0,0
(90:10) (80:20) (70:30) (60:40) (50:50)
kelopak bunga rosella merah : daun sirih hijau
93
lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,
berarti formulasi kelopak bunga rosella merah dengan daun sirih hijau yang
berbeda berpengaruh nyata terhadap rasa minuman seduhan rosella. Oleh karena
itu, dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan dari tiap taraf
formulasi kelopak bunga rosella merah dan daun sirih hijau terhadap mutu rasa
Tabel 46. Hasil uji ANAVA mutu hedonik aroma minuman seduhan rosella
Sumber
DB JK KT F-hitung Sig.(SPSS)
Keragaman
Perlakuan 4 16,047 4,012 4,656 0,001
Galat 295 254,15 0,862
Total 295 270,197
Keterangan :
Sig < 0,05 maka H0 ditolak
Sig > 0,05 maka H0 diterima
Hasil uji Duncan menunjukkan formulasi kelopak bunga rosella merah dan
daun sirih hijau sebesar 90:10 berbeda nyata (α = 0,05) dengan formulasi sebesar
80:20, 70:30, 60:40 dan 50:50 terhadap parameter mutu hedonik rasa, sedangkan
formulasi sebesar 80:20, 70:30, 60:40 dan 50:50 masing - masing formulasi tidak
berbeda nyata terhadap parameter mutu hedonik rasa minuman seduhan rosella.
Tabel 47. Hail uji Duncan mutu hedonik rasa minuman seduhan rosella
Kelopak bunga rosella merah : Notasi (α = 0,05)
daun sirih hijau
90:10 3,5 b
a
80:20 2,9
70:30 3,0 a
60:40 3,1 a
50:50 3,1 a
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan perbedaan
yang nyata pada α = 0,05
94
Uji mutu hedonik rasa dinilai berdasarkan penilaian panelis terhadap rasa
yang memiliki kriteria rasa asam dan pahit dari minuman seduhan rosella yang
dihasilkan. Rasa merupakan kesan yang dihasilkan dari sebuah produk pangan
dengan indra pencicip manusia (lidah) kesan yang dihasilkan dari setiap indra
tersebut berbeda-beda dari setiap panelis. Hasil uji hedonik terhadap rasa
bertujuan untuk mengetahui tingkat respon dari panelis mengenai rasa terhadap
kesukaan yang paling tinggi mewakili rasa yang paling disukai oleh para panelis
dengan taraf perlakuan (90:10) dengan rata-rata sebesar 3,5 (agak pahit dan
asam). Rasa minuman seduhan rosella berasal dari kelopak bunga rosella dan
daun sirih hijau. Rasa asam kelopak bunga rosella berasal dari komponen asam,
seperti asam malat, asam stearat, asam askorbat, dan asam sitrat (seperti yang
telah dijelaskan pada pembahasan sub bab pH). Kemudian rasa pahit minuman
seduhan rosella berasal dari daun sirih hijau. Menurut Pradhan et. al., (2013) daun
sirih hijau memiliki rasa pahit (komponen ‘bitter’) berkisar 0,7-2,6% tidak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
2. Formulasi minuman seduhan rosella antara kelopak bunga rosella merah dan
daun sirih hijau sebesar 90:10 merupakan formulasi yang memiliki mutu
paling baik, sesuai SNI dan dapat diterima oleh konsumen. Formulasi kelopak
bunga rosella merah dan daun sirih hijau sebesar 90:10 mempunyai nilai
7,8, suhu inkubasi 30 oC, dan konsentrasi substrat xantin 0,15mM, sehingga
merah dan daun sirih hijau sebesar 90:10 berwarna merah (skor mutu hedonik
3,6) dan disukai panelis (skor hedonik 4,0), aroma minuman seduhan rosella
wangi (skor mutu hedonik 3,7) dan agak disukai panelis (3,0), dan rasa
minuman seduhan rosella agak pahit dan asam (skor mutu hedonik 3,5) dan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ali F, Ferawati, R Arqomah. 2013. Ekstraksi zat warna dari kelopak bunga rosella
(study pengaruh konsentrasi asam asetat dan asam sitrat). Jurnal Teknik
Kimia. 19(1): 26-34
AOAC. 1995. Official Methods of Analisys Chemist. Vol. 1A. AOAC Inc,
Whasington.
Badan Standardisasi Nasional . 2014. SNI 3719-2014 Syarat Mutu Minuman Sari
Buah. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 2010. SNI 3140.3:2010. Syarat Mutu Gula Pasir.
Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Blunden G., HB. Ali dan AN. Wabel. 2005. Phytochemical, Pharmacological an
Toxicological Aspect of Ihisbiscus sabdariffa L. Phytoter Res 19:369-375.
Daroini OS. 2006. Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal Dari Campuran Teh
Hijau (Camellia sineresis), Rimpang Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.)
Dan Daun Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels.). [Skripsi]. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Haidar Z. 2016. Si Cantik Rosella Bunga Cantik Kaya Manfaat. 2016. Edumania,
Jakarta.
Jiao, H. Rui, Ge, M. Hui, Shi, H. Da dan RX. Tan. 2006. An Apigenin derived
Xanthine Oxidase Inhibitor from Palhinhea cernua. Joirnal Natural
Products. Vol 69. 1089-1091.
Kumari OS dan NB. Rao. 2015. Phytochemical Analysis of Piper Betel Leaf
Extract. World Journal of Pharmacy and pharmaceutical Sciences. Vol.4;1.
Hal: 609-733.
Pradhan DK, KA Suri, and P Biswasroy. 2013. Golden Heart of the Nature:
Piper betle L. Journal of Pharmacognosy and hytochemistry Vol. 1:6. Hal:
147.
Prasetya Y. 2009. Uji Efek Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L) terhadap
penurunan kadar asam urat darah pada tikus putih jantan yang diinduksi
kafeina . [Skripsi]. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Putri dan Farida. 2013. Total Phenolic, Flavonoids Content And Antioxidant
Activity Of The Ethanolic Extract Of Betel Leaf (Piper betle L.) : The
International Conference in Nanotechnology, Jakarta.
Rivai H., PE. Nanda, H. Fadhilah. 2014. Pembuatan dan Karakterisasi Ekstrak
Kering Daun Sirih Hijau (Piper betle L.). Jurnal Farmasi Higea. Vol
6(2);139
Riyono. 2007. Beberapa Sifat Umum dari Klorfil Fitoplankton. Jurnal Oseana.
Volume XXXII (1); 23-31
Roni MA. 2008. Formulasi Minuman Herbal Instan Antioksidan dari Campuran
Teh Hijau (Camellia sinensis), Pegagan (Centella asiatica), dan Daun
Jeruk Purut (Citrus hystrix). [Skripsi] Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Saputra, KA. 2012. Uji Penghambatan Aktivitas Xantin Oksidase Secara In Vitro
Pada Teh Celup Kombinasi Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm.)
Dan Kaliks Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.). [Skripsi] Univesitas
Indonesia, Depok.
Suzery, M., S. Lestari, dan B. Cahyono. 2010. Penentuan Total Antosianin dari
Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dengan Metode Maserasi
dan Sokhletasi. Jurnal Sains & Matematika Vol.18(1):1-6.
101
Widuri A. 2011. Uji aktivitas penghambatan xantin oksidase ekstrak etanol 80%
dari beberapa tanaman famili combretaceae, lauraceae, lythraceae,
oxalidaceae, piperaceae, plumbaginaceae, dan smilacaceae [Skripsi].
FMIPA, Depok.
Winarti S dan A Firdaus. 2010. Stabilitas Warna Merah Ekstrak Bunga Rosella
ntuk Pewarna Makanan dan Minuman. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol.
11;2. Hal 87-93.
Yuliani, Marwati, dan MWR Fahriansyah. 2011. Studi Variasi Ekstrak Rosela
(Hisbiscus sabdariffa L.) dan Karagenan Terhadap Minuman Jeli Rosela.
Jurnal Teknologi Pertanian Vol 7 (1); 1-8
Yulianto D. 2009. Inhibisi Xantin Oksidase Secara In Vitro Oleh Ekstrak Rosella
(Hibiscus sabdariffa) dan Ciplukan (Physalis angulata). Bogor:
Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
FORMULIR
UJI HEDONIK
Nama panelis :
Umur :
Jenis kelamin :
Tlp/HP :
Tanggal :
Instruksi
1. Ciciplah sampel satu persatu.
2. Pada kolom kode sampel berikan penilaian anda dengan cara memasukan nomor
(lihat keterangan yang ada di bawah Tabel) berdasarkan tingkat kesukaan.
3. Netralkan indera pengecap anda dengan air putih setelah selesai mencicipi satu
sampel.
4. Jangan membandingkan tingkat kesukaan antar sampel.
5. Setelah selesai berikan komentar anda dalam ruang yang telah disediakan.
Kode Sampel
Parameter
351 145 321
Warna
Aroma
Rasa
Keterangan :
- 5 = Sangat Suka
- 4 = Suka
- 3 = Agak Suka
- 2 = Kurang Suka
- 1 = Tidak Suka
Komentar :
Terima kasih
100
FORMULIR
UJI MUTU HEDONIK
Nama panelis :
Umur :
Jenis kelamin :
Tlp/HP :
Tanggal :
Instruksi
Kode Sampel
Parameter Penilaian
235 415 224 313 843
Sangat Merah
Merah
Warna Agak Merah
Kurang Merah
Cokelat Kemerahan
Sangat wangi
Wangi
Aroma Agak wangi
Agak tidak wangi
Sangat tidak wangi
Sedikit pahit dan asam
Agak pahit dan asam
Rasa Pahit dan asam
Amat pahit dan asam
Sangat pahit dan asam
Komentar :
Terima kasih
101
89
Lampiran 4. Komposisi bahan yang digunakan dalam pembuatan minuman seduhan rosella
Perlakuan
Bahan A1 A2 A3 A4 A5
Baku Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot
(%) (%) (%) (%) (%)
(g) (g) (g) (g) (g)
Air 500 86,21 500 86,21 500 86,21 500 86,21 500 86,21
Total 580 100 580 100 580 100 580 100 580 100
102
103
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
Data optimasi pH
ABSORBANSI
pH
blanko kontrol-b b-kb v (mL) aktivitas
0,3437 0,0824
7 0,3435 0,0823 0,2613 7 1,4990
0,3433 0,0821
0,3788 0,0826
7,2 0,3795 0,0826 0,2969 7 1,7032
0,3801 0,0826
0,3909 0,0832
7,5 0,3917 0,0832 0,3086 7 1,7704
0,3925 0,0831
0,4877 0,0842
7,8 0,4887 0,0843 0,4044 7 2,3203
0,4897 0,0844
0,4024 0,0826
8 0,4034 0,0826 0,3208 7 1,8407
0,4044 0,0826