Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH PANCASILA

Disusun Oleh :

 Fika Fitriyani

Politeknik Karya Husada


Prodi D3 Keperawatan
2021
Gbhn yang diterapkan pada masa orde baru telah dihapus pada tahun 2000.Sejak itu,
pemerintahan menggunakan rencana pembangunan jangka panjang (rpjp) sebagai dasar
pembangunan. lalu, bahasa teknisnya dibuat dalam rencana pembangunan jangka menengah
nasional (rpjmn) rpjp berlaku selama 25 tahun dan rpjmn berlaku lima tahun.
Sejumlah kalangan khawatir usulan menghidupkan kembali Gbhn bisa mengembalikan indonesia
ke era orde baru dan merusak sistem presidensial.
Sebagai informasi, dalam RPJMN periode 2004 - 2009 pemerintah memiliki visi
mewujudkan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang aman, bersatu, rukun dan
damai.Lalu, periode 2009 - 2014 pemerintah mengusung visi terwujudnya Indonesia yang
sejahtera, demokratis dan berkeadilan.Sementara periode 2014 - 2019, pemerintah
mencanangkan visi terwujudnya Indonesia yang beradulat, mandiri dan berkepribadian
berlandaskan gotong royong.
Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi), Lucius Karus menilai akan
banyak produk perundang-undangan yang akan berubah jika GBHN diberlakukan. Sebab, sejak
2000, peraturan perundang-undangan mengacu pada RPJP dan RPJMN."Hampir pasti
turunannya itu atau UU itu memang harus disesuaikan lagi akan ada kerjaan susulan yang saya
kira tidak ringan bagi DPR dan pemerintah ke depannya," kata Lucius kepada BBC Indonesia.
Lucius menambahkan, rencana amandeman akan membuka jalan bagi MPR untuk menjadi
lembaga terkuat di negeri ini. Saat tidak mengikuti GBHN, MPR bisa memecat presiden setiap
saat.
Dengan pertimbangan politik mereka, bisa memberhentikan presiden di tengah
jalan, Pasal-pasal dalam UUD 1945 sudah empat kali diubah. Perubahan berlaku pada
penambahan, pengurangan hingga penyempurnaan pasal-pasal.Semangatnya, empat kali
amandemen yang berlangsung 1999-2002 perubahan pada pasal-pasal UUD 45 telah
memberikan ruang demokrasi bagi masyarakat serta mengantisipasi keberadaan pemerintahan
yang otoriter.
Pertama : berlangsung pada 14-21 Oktober 1999. Perubahan yang cukup berarti dalam
perubahan amandemen perdana ini adalah mengubah masa jabatan presiden dan wakil
presiden.Semula presiden dan wakilnya tidak dibatasi periode masa jabatannya (berlaku selama
era Soeharto). Lalu, melalui amandemen ini periode jabatan presiden dan wakilnya diubah
menjadi hanya berlaku dua periode.
Kedua : 7-8 Agustus 2000. Poin-poin perubahan UUD 1945 dalam periode ini menjadi
cikal bakal adanya otonomi daerah serta keistimewaan bagi daerah-daerah tertentu.Selain itu,
dalam amandemen ke-II juga dicantumkan pasal-pasal baru yang mengatur tentang hak-hak
warga negara Indonesia, di antaranya hak kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat (Pasal 28E ayat 3).
Ketiga : 1-9 November 2001, Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dicabut (Pasal
3). Selain itu, hal yang diatur dalam perubahan dalam periode ini adalah presiden dan wakilnya
tidak lagi diangkat oleh MPR, tapi langsung dipilih oleh rakyat.
Keempat : 1-11 Agustus 2002. Pada perubahan UUD 1945 terakhir ini, diatur mengenai
komposisi MPR tidak lagi diisi dari perwakilan daerah dan golongan-golongan. Selain itu dari
segi pendidikan, amandemen ini mengamanatkan kepada negara untuk memberikan hak
pendidikan dasar kepada warga negara.

Pihak yang menginginkan GBHN hidup kembali lebih spesifik berlogika, bahwa bahwa
RPJPN maupun RPJMN sangatlah bersifat Presiden Centris karena yang menyiapkan dokumen
perencanaan tersebut adalah Presiden dan para pembantunya, sehingga diniscayakan belum
mengakomodasi kepentingan makro bangsa. RPJPN maupun RPJMN masih diposisika noleh
pihak yang menginginkan hidupnya kembali GBHN sebagai “ kitabsektoral” yang
membahasakan kepentingan eksklusif atau sekelompok orang, sehingga kepentingan
fundamental rakyat tidak dibahasakannya secara egaliter. Selain itu, kelompok pro
menghidupkan GBHN menilai, bahwa RPJPN dan RPJMN juga tidak mengikat dan nengatur
lembagalembaga Negara lainnya diluar Presiden seperti DPR, DPD, MA, MK, BPK, KY dan
lainnya.

Pihak yang tidak sepakat dengan gagasan menghidupkan kembali GBHN berasumsi,
bahwa kewenangan MPR telah dieliminasi dari konstitusi, sehingga tidak selayaknya dihidupkan
kembali. Kalu sudah dieliminasi dari konstitusi berti layak disebutnya sebagai BHN berposisi
sebagai haluan bernegara yang “cacat”.
A. MPR SEBELUM PERUBAHAN UUD 1945

• Lembaga Tertinggi Negara

• Lembaga Yang Menjalankan Seluruh Kedaulatan Rakyat Indonesia

• Mengangkat Presiden Dan Wakil Presiden

• Menetapkan Garis-Garis Besar Dari Pada Haluan Negara (Gbhn)

B. PERUBAHAN UUD 1945

• Untuk Menguatkan Sistem Pemerintahan Presidensial Bagi Negara Republik


Indonesia

C. MPR SETELAH PERUBAHAN UUD 1945

• Lembaga Tinggi Negara Yang Sejajar Dengan Lembaga-Lembaga Negara


Lainnya

• Tidak Lagi Menjalankan Seluruh Kedaulatan Rakyat Indonesia

• Tidak Lagi Memiliki Kewenangan Mengangkat Presiden Dan Wakil Presiden

• Tidak Lagi Berwenang Menetapkan Garis-Garis Besar Dari Pada Haluan Negara
(Gbhn)

SPPN

• Diatur Dalam Uu 25 / 2004

• Disusun Secara Terpadu Oleh Kementrian/Lembaga Dan Pemerintah Daerah


• Dituangkan Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Rpjpn),
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Rpjmn), Dan Rencana
Pembangunan Tahunan

D. PERBEDAAN SPPN DAN GBHN

SPPN :

 Disusun Oleh Pemerintah Dan Pemerintah Daerah

 Presiden Tidak Bertanggung Jawab Ke Mpr

GBHN :

 Ditetapkan Oleh Mpr

 Presiden Bertanggung Jawab Ke Mpr

GBHN adalah :
 Perangkat guna menuntun penyelenggaraan pemerintah negara dalam upaya
mewujudkan tujuan negara yang tertuang dalam alinea keempat preambule uud 1945.
 Kewenangan pembentukan GBHN dilekati kepada MPR yang awalnya merupakan
lembaga jelmaan kedaulatan rakyat.

 MPR membuatnya GBHN secara berkala (5 tahun sekali)

 GBHN sebagai haluan presiden (dalam hal ini lembaga eksekutif)


E. Penjelasan Pasal 3 UUD 1945

“Oleh karena MPR memegang kedaulatan negara, maka kekuasaannya tidak terbatas,
mengingat dinamika masyarakat, sekali dalam 5 tahun Majelis memperhatikan segala
yang terjadi dan segala aliran-aliran pada waktu itu dan menentukan haluan-haluan apa
yang hendaknya dipakai untuk dikemudian hari.”

Selanjutnya, DPR memastikan apakah Presiden dalam menyelenggarakan negara tetap


berada dalam haluan-haluan yang telah ditetapkan oleh MPR

F. SEJARAH GBHN

 1945 - 1949

 1956 - 1966

 1966 -1998

 1998 SEKARANG

G. PERIODE 1945 - 1949

 Masa Mempertahankan Kemerdekaan

 Maklumat Wakil Presiden No. X

 Maklumat Pemerintah Ri 1 November 1945

 Belum Dihasilkan Gbhn

Periode 1959 – 1966


• Masa Orde Lama / Demokrasi Terpimpin

• Dekrit Presiden 5 Juli 1959

• Penetapan Presiden Nomor 2 Tahun 1959

• Mpr(S) Mengadakan Sidangnya Yang Pertama Padal Tanggal 10 November 1960 Di


Bandung

• Ketetapan Mpr(S) No. I/Mprs/1960 Yang Menetapkan Manifesto Politik Republik


Indonesia

• Ketetapan Mpr(S) No. Ii/Mprs/1960 Tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan


Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama 1961-1969

Pada Tahun 1965, Mpr Kembali Bersidang Dan Mengambil Keputusan-Keputusan


Menetapkan Beberapa Pidato Presiden

• “Berdikari” (Berdiri Di Atas Kaki Sendiri)

• “Banting Stir”

• “The Era Of Confrontation”

• “The Fifth Freedom Is Our Weapon”

• “Tavip” (Tahun Vivere Pericoloso)

• “Gesuri” (Genta Suara Revolusi)

Periode 1959 – 1966

• Gbhn Diartikan Sebagai Garis-Garis Besar Haluan Politik

• Dipisahkan Dengan Garis-Garis Besar Haluan Pembangunan


• Materinya Terdiri Dari Pidato-Pidato Presiden

Periode 1966 – 1998

• Masa Orde Baru

• Perencanaan Pembangunan Mengalami Kemajuan Sangat Pesat

• Gbhn Mengarahkan Pembangunan Pada Upaya Meningkatkan Kemakmuran Rakyat


Yang Makin Merata

• Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas)

Periode 1988 – Sekarang

• Reformasi

• Perubahan Uud 1945

• Calon Presiden Dan Calon Wakil Presiden Memiliki Program Yang Ditawarkan
Langsung Kepada Rakyat

• Program-Program Perencanaan Pembangunan Harus Dilakukan Berdasarkan Uu Nomor


25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

H. lasan Muncul Wacana Gbhn

 Kelemahan Dari Sistem Presindensiil

 Rpjmn Sebagai Substitusi Gbhn Disinyalir Kurang Mengakomodasi Tujuan


Pembangunan Indonesia

 Presiden Dan Wakil Presiden Yang Dipilih Melalui Pemilihan Umum Yang Dilakukan
Lima Tahun Sekali Membawa Visi Dan Misi Atau Politik Tersendiri
 Setiap Pergantian Presiden Dan Wakil Presiden, Pembangunan Indonesia Diawali
Dengan Platform Yang Berbeda

 Pembangunan Indonesia Seperti Jalan Di Tempat

Anda mungkin juga menyukai