KELURAHAN JATIBENING
KECAMATAN PONDOK GEDE
KOTA BEKASI
PADA TANGGAL 19 JANUARI-26 APRIL 2019
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Anggota :
1. Anisa Yolanda
2. Desi Suasa
3. Deviliana F.S
4. Ella Maria
5. Hesti
6. Neng Agistina
MENGETAHUI,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan HOME
CAREASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DI RT 002/RW 007 KELURAHAN
JATIBENING, KECAMATAN PONDOK GEDE, KOTA BEKASI.
Laporan ini sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban kelompok telah
melaksanakan HOME CAREyang berlangsung dimulai padatanggal19 JANUARI-
26 April 2019.
ii
11. Bapak RT 002/RW 007 serta para kader dan tokoh masyarakat RT
002/RW 007 Kelurahan Jatibening, Kecamatan Pondok Gede, Kota
Bekasi.
12. Masyarakat RT 002/RW 007 yang telah membantu dan kerjasamanya
sehingga terlaksananya HOME CARE ini.
13. Teman-teman (tim komunitas selaku tim berbagi suka dan duka di
lapangan) yang telah memberikan motivasi dan selalu menyisihkan
waktu disela kesibukan dalam penulisan tugas kelompok.
Kami menyadari keterbatasan dan kemampuan kami, untuk itu kritik serta
saran dari semua pihak yang membangun semangat kami harapkan. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya STIKes Abdi Nusantara
Jakarta.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
BAB I.................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB 2................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................6
2.1.1. Pengertian........................................................................................6
2.6 Masalah................................................................................................10
2.7 Perencanaan........................................................................................16
2.8 Pelaksanaan.........................................................................................17
2.9 Evaluasi................................................................................................17
iv
2.11.1 Langkah-langkah pemeriksaan IVA................................................26
BAB 3................................................................................................................. 29
TINJAUAN SITUASI...........................................................................................29
........................................................................................................................ 29
3.3.1 Kependudukan..................................................................................35
BAB 4................................................................................................................. 40
PEMBAHASAN...................................................................................................40
BAB V................................................................................................................. 44
PENUTUP..........................................................................................................44
5.1. Kesimpulan...........................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................vi
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Gambar 1.1 Angka kematian ibu di Indonesia Tahun 1991-2015
(Kemenkes RI, 2015).
2
Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada
tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan
AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dibanding
SDKI tahun 20002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup seperti yang
terlihat pada gambar 1.2.Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)
2015 menunjukkan AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang
artinya sudah mencapai target MDG 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran
hidup. Begitu pula dengan Angka Kematian Balita (AKABA) hasil SUPAS
2015 sebesar 26,29 per 1.000 kelahiran hidup, juga sudah memenuhi
target MDG 2015 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup.
Gambar 1.2 Tren angka kematian neonatal, bayi, dan balita Tahun
1991-2015 (Kemenkes RI, 2015).
3
HOME CAREKelompok 2 STIKes Abdi Nusantara Jakarta
dilaksanakannya di Kelurahan Jatibening, Pondok Gede, Kota Bekasi mulai
dari tanggal 26 Januarisampai dengan 26 April 2019. HOME CARE ini
bertujuan untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan di bangku
perkuliahan khususnya untuk asuhan kebidanan komunitas, untuk dapat
memecahkan masalah yang ada di komunitas dengan sasaran pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Berdasarkan hasil survey
yang telah dilaksanakan didapatkan berbagai masalah yang ada pada
komunitas dan secara bersama-sama dengan masyarakat memecahkan
masalah yang ada dengan harapan pemecahan masalah tersebut tidak
hanya berlangsung pada saat HOME CARE saja namun dapat terus
dilakukan oleh masyarakat.
Pengalaman belajar lapangan ini dilaksanakan dengan penekanan
pada asuhan kebidanan komunitas, dengan sasaran pada individu,
keluarga dan kelompok dalam konteks Pelayanan Kesehatan Umum/
Dasar (PHC). Kegiatan pembelajaran ini bersifat studi komprehensif yang
di rancang dalam bentuk HOME CARE dan pengembangan dari mata
kuliah asuhan kebidanan komunitas dimana pelayanan kesehatan yang
diberikan bersifat komprehensif, yang meliputi aspek promotif, preventif,
dan kuratif.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa bersama dengan masyarakat mampu :
a. Melakukan pengumpulan data
b. Mengidentifikasi masalah kebidanan dan kebutuhan
c. Mengidentifikasi masalah kebidanan potensial
d. Menentukan prioritas masalah
e. Membuat perancanaan
4
f. Melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan
g. Melakukan evaluasi tindakan.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai informasi tambahan untuk diadakan HOME
CAREdalam meningkatkan upaya kesehatan berbasis masyarakat dan
memberikan pelayanan kesehatan promotif preventif.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi bagi masyarakat RT 0002, Kelurahan
Jatibening, Pondok Gede, Kota Bekasi tentang pengetahuan
kesehatan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan keluarga
dan masyarakat yang optimal.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
a. Kebidanan
Kebidanan mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan
kegiatan pelayanan yang dilakukannya untuk menyelamatkan
ibu dan bayi yang dilahirkan.
b. Komunitas
Komunitas adalah sekelompok orang yang berada disuatu
tempat/lokasi tertentu. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa kebidanan komunitas adalah asuhan yang diberikan
oleh bidan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
yang berada disuatu lokasi tertentu dan dilaksanakan secara
mandiri dan kolaborasi.
6
perlu berupaya agar sikap dan perilaku komunitas dapat berubah
sesuai dengan kaidah kesehatan.
4. Sebagai Pelaksana
Bidan sebagai pelaksana memberikan pelayanan komunitas
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyrakat.
a. Anak
Pelayanan yang ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan
anak dari mulai dalam kandungan, masa bayi, masa balita, masa pra
sekolah dan masa sekolah.
b. Ibu
7
Pemantauan kesehatan ibu dari masa pra hamil, hamil, persalinan,
pasca persalinan dan masa diluar kehamilan (internal).
c. Keluarga
Diarahkan untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan
kontrasepsi, pemeliharaan anak dan ibu sesudah persalinan, perbaikan
gizi, pemberian imunisasi serta pelayanan kesehatan kelompok usia
lanjut.
d. Masyarakat
Ditujukan kepada kelompok masyarakat seperti kelompok remaja,
calon ibu, dan kelompok wanita. Kegiatan yang dilibatkan dalam hal ini
ialah penyuluhan kesehatan oleh sebab itu bidan harus mengetahui
data di wilayah kerjanya seperti : kehidupan beragama, status
kesehatan serta masalah kesehatan ibu dan anak balita.
e. Lingkungan
Bidan dalam memberikan pelayanan kepada ibu dan anak di
komunitas perlu memperhatikan faktor lingkungan yang mencakup:
a. Lingungan fisik, meliputi : perumahan sehat, kondisi geografis
b. Lingkungan sosial, meliputi : adat istiadat, kebiasaan, kepercayan,
dan sosial ekonomi
8
1. Data Subjektif
Data Subjektif adalah data yang di peroleh dari hasil
wawancara atau anamnesa pada masyarakat atau komuniti.
Data ini mencakup semua keluahan-keluhan masyarakat atau
komuniti terhadap masalah kesehatan yang dialaminya.
2. Data Objektif
Data objektif adalah data atau fakta diperoleh dari hasil
pemeriksaan, observasi, penelaahan catatan keluarga,
masyarakat dan lingkungan. Kegiatan bidan dalam
mengumpulkan data objektif ini ialah pengumpulan data atau
catatan tentang keadaan kesehatan desa melalui wawancara,
survey kunjungan rumah dan dokumentasi keluarga di
Kelurahan Jatibening, Kota Bekasi.
3. Data Kelurahan Jatibening
Mencakup wilayah RW 007, RT0002. Penduduk, status
kesehatan, keadaan lingkungan sosial ekonomi dan
pendidikan.
4. Data Keluarga
Informasi tentang kesehatan keluarga dapat diperoleh dari
hasil survey desa. Untuk pengumpulan data objektif kesehatan
keluarga dibuat lembar pengisian yang berisikan berbagai hal
yang memerlukan observasi dan pemeriksaan yang dilakukan
oleh bidan terhadap keluarga, yang mencakup :
a. Pemeriksaan fisik anggota keluarga
b. Pemeriksaan lingkungan keluarga (rumah, perkarangan,
pembuangan sampah dan kotoran)
5. Data Penunjang
Data penunjang adalah data atau fakta yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan hasil laboratorium, Ultrasonografi (USG), dll.
Langkah pertama ini merupakan kemampuan intelektual dalam
mengidentifikasi dan analisis masalah.
9
pengumpulan data dengan keadaan seharusnya dimiliki oleh
keluarga.
2.6 Masalah
Dari data yang dikumpulkan di dapatkan masalah dilihat dari jumlah
dan jenis penyakit serta masalah kesehatan lain yang ada di masyarakat.
1. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu
kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga
berpengaruh positif pada terwujudnya status kesehatan yang
optimal pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut
antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran
10
manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah,
pembuangan air kotor (limbah) dan rumah hewan ternak
(kandang).
Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk
memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup
manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya
kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup
didalamnya. Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita
meninjau dari kondisi fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi
sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit.
Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita.
Terjadinya penumpukkan sampah yang tidak dapat dikelola
dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi
penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab
semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang
berperan. Sebagai makhluk sosial kita membutuhkan bantuan
orang lain, sehinggga interaksi individu satu dengan yang
lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial
yang buruk dapat menimbulkan masalah kejiwaan.
2. Perilaku
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur
pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan.
Repons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan,
persepsi, dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang
nyata atau praktis). Sedangkan stimulus atau rangsangan
disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni : sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan.
Perilaku kesehatan merupakan perilaku seseorang
terhadap sakit dan penyakit, yaitu cara merespon, baik secara
pasif maupun aktif. Pasif berkaitan dengan pengetahuan, cara
bersikap, gambaran penyakit serta rasa sakit yanga ada pada
11
dirinya dan diluar dirinya. Aktif berarti tindakan yang dilakukan
sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku
terhadap sakit dan penyakit akan berkaitan dengan
pencegahan penyakit, yakni:
a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan (Health Promotion Behaviour).
Misalnya makan makanan yang bergizi, olahraga, dsb.
b. Perilaku pencegahan penyakit (Health Prevention
Behaviour), adalah respons untuk melakukan pencegahan
penyakit, misalnya: tidur memakai kelambu untuk
mencegah penyakit gigitan nyamuk malaria, imunisasi dsb.
Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit
kepada orang lain.
c. Perlaku sehubungan dengan pencarian pengobatan
(Health Seeking Behaviour), yaitu perilaku untuk
melakukan atau mencari pengobatan, misalnya berusaha
mengobati sendiri penyakitnya atau mencari pengobatan
ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas,
mantri, dokter praktik dsb) maupun ke fasilitas kesehatan
tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya).
d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (Health
Rehabilitation Behaviour), yaitu perilaku yang berhubungan
dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah
sembuh dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet,
mematuhi anjuran dokter dalam rangka pemulihan
kesehatannya. Perilaku terhadap sistem pelayanan
kesehatan, yakni respons seseorang terhadap sistem
pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan
modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut
respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan,
petugas kesehatan dan obat-obatannya yang terwujud
dalam pengetahuan, presepsi, sikap, dan penggunaaan
fasilitas, petugas dan obat-obatan.
Perilaku terhadap makanan (Nutrition Behaviour), yaitu
seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi
12
kehidupan. Perlaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap,
dan praktik kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang
terkandung di dalamnya (zat gizi), pengolahab makanan dan
sebagainya, sehubungan kebutuhan tubuh kita.
Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (Environmentl
Health Behaviour), yaitu respons seseorang terhadap
lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup
perilaku ini luas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri.
Perilaku ini mencakup :
1. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk di
dalamny komponen, manfaat dan penggunaan air bersih
untuk kepentingan kesehatan.
2. Perlaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang
menyangkut segi-segi hygiene pemeliharaan teknik dan
penggunaannya.
3. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat
maupun limbah cair. Termasuk didalamnya sistem
pembuangan sampah dan air limbah serta dampak
pembuatan limbah yang tidak baik.
4. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang
meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.
5. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang
nyamuk (vektor) dan sebaginya.
3. Pelayanan kesehatan
Sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang mencakup
pelayanan kedokteran (medical service) dan pelayanan
kesehatan masyarakat (Public Health Service). Secara umum
pelayanan kesehatan masyarakat merupakan sub-sistem
pelayanan kesehatan, yang tujuannya adalah pelayanan
preventif (pencegahan), dan promotif (peningkatan kesehatan)
dengan sasaran masyarakat. Meskipun demikian, tidak
berarti bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak
melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif
(pemulihan). Oleh karena ruang lingkup pelayanan kesehatan
masyarakat menyangkut kepentingan rakyat banyak, maka
13
peran pemerintah dalam pelayanan kesehatan masyrakat
mempunyai porsi yang besar. Namun demikian karena
keterbatasan sumber daya pemerintah, maka potensi
masyarakat perlu digali atau diikutsertakan dalam upaya
pelayanan kesehatan masyarakat tersebut. Pemerintah dalam
hal ini Departemen Kesehatan mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab dalam menggali dan membina potensi
masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat ini.
Menggalang potensi masyarakat disini mencakup 3 dimensi,
yakni :
a. Potensi masyarakat dalam arti komunitas misalnya
masyarakat RT 0002kelurahan dan sebagainya melakukan
penggalangan dana sehat, iuran untuk pengadaan PMT
(Pembinaan Makanan Tambahan) untuk anak balita, kader
kesehatan, yang sifatnya adalah bentuk-bentuk partisipasi
penggalian potensi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan masyarakat.
b. Menggalang potensi masyarakat melalui organisasi
masyarakat, misalnya penyelenggaraan pelayanan-
pelayanan kesehatan masyarakat oleh LSM–LSM pada
hakikatnya juga merupakan bentuk partisipasi masyarakat
dalam sistem pelayanan kesmas.
c. Menggalang potensi masyarakat melalui perusahaan,
supaya perusahaan swasta ikut membantu meringankan
beban penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat
(Puskesmas, Balkesmas, dll) dan sebagai bentuk
partisispasi masyarakat dalam sistem pelayanan
kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan masyarakat,
baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
swasta perlu memperhatikan beberapa ketentuan, antara
lain :
1. Penanggung jawab suatu sistem pelayanan
kesehatan masyarakat harus ada penanggung jawab
baik oleh pemerintah maupun swasta. Namun
demikian, pemerintah (dalam hal ini Departemen
14
Kesehatan) merupakan tanggung jawab yang paling
tinggi. Artinya pengawasan, standar
2. Pelayanan dan sebagainya bagi pelayanan kesehatan
masyarakat baik pemerintah (puskesmas), maupun
swasta (balkesmas) adalah dibawah kordinasi
departemen kesehatan.
3. Standar pelayanan sistem pelayanan kesehatan
masyarakat, baik pemerintah maupun swasta harus
berdasarkan pada suatu standar tertentu. Di Indonesia
standar ini telah ditetapkan oleh departemen
kesehatan, dengan adanya ‘buku pedoman
puskesmas’.
4. Hubungan kerja sistem pelayanan kesehatan
masyarakat harus mempunyai pembagian kerja yang
jelas antara bagian satu dengan yang lain. Artinya
fasilitas kesehatan tersebut harus mempunyai struktur
organisasi yang jelas yang menggambarkan
hubungan kerja baik horizontal maupun vertikal.
5. Pengorganisasian potensi masyarakat : ciri khas dari
sistem pelayanan kesehatan masyarakat adalah
keikutsertaan masyarakat atau pengorganisasian
masyarakat. Upaya ini penting karena adanya
keterbatasan sumber-sumber daya dari penyelengara
pelayanan kesehatan masyarakat, masyarakat
membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan
pelayan kesehatan lainnya untuk membantu dalam
mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan.
Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang
memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan
kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan
juga mesti ditingkatkan. Puskesmas sebagai garda
terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat
sangat besar perannya. Sebab di puskesmaslah akan
ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi dan
perawatan primer.
15
4. Genetik
Faktor keturunan merupakan faktor yang telah ada dalam
diri manusia dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan
penyakit keturunan, diabetes militus, asma bronchial, dsb.
Seperti apa keturunan generasi muda yang diinginkan?
Pertanyaan itu menjadi kunci dalam mengetahui harapan yang
akan datang. Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas
generasi mudanya. Oleh sebab itu kita harus meningkatkan
kualitas generasi muda kita agar mampu berkompetisi dan
memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.Bila
masalah yang ditemui lebih dari satu akan ditanggulangi.
2.7 Perencanaan
Berdasarkan diagnosa yang telah ditegaskan bidan menyusun rencana
asuhan kebidanan. Rencana asuhan kebidanan tersebut mencakup
diagnosa dan tindakan untuk menetapkan tindakan kebidanan yang akan
dilakukan dalam mengatasi masalah (diagnosa kebidanan). Bidan dituntut
memiliki kemampuan berpikir analitik dan rasional.
Rencana tindakan kebidanan, rencan intervensi dapat dibuat bersama
masyarakat atau komuniti berdasarkan urutan prioritas masalah.
Perencanaan yang baik setidaknya memuat 6 unsur pertanyaan, yaitu :
16
a. Asuhan apa yang dilakukan?
b. Apa sebabnya asuhan tersebut harus diberikan?
c. Dimanakah asuhan itu harus diberikan?
d. Kapan asuhan itu harus dilaksanakan?
e. Siapakah yang akan mengerjakan asuhan tersebut?
f. Bagaimanakah caranya melaksanakan asuhan tersebut?
2.8 Pelaksanaan
Langkah pelaksanaan dalam manejemen kebidanan dilaksanakan
oleh bidan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Pada langkah ini
bidan dituntut melakukan tindakan secara mandiri. Tetapi didalam
pelaksanaan penyelesaian kasus pada masyarakat atau komuniti sewaktu-
waktu bidan juga harus melaksanakan kegiatan kolaborasi dan tenaga
kesehatan lainnya. Pelaksanaan asuhan kebidanan selalu diupayakan
dalam waktu sesingkat dan seefektif mungkin, hemat dan berkualitas.
2.9 Evaluasi
Langkah akhir dari manajemen kebidanan adalah evaluasi hal ini untuk
mengetahui ketetapan dan kesempurnaan dari tujuan dan pelaksanaan
yang telah ditetapkan. Dalam perencanaan, evaluasi sangat berperan
terutama menetapkan tindakan kebidanan untuk mengatasi masalah pada
masyarakat atau komuniti. Akhirnya dalam pelaksanaan evaluasi
memegang peranan penting. Bidan harus mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan kepada masyarakat atau
komuniti.
17
maupun tidak disengaja. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa tidak
sedikit orang yang tidak bertanggungjawab atas kondisi ini.
Kehamilan yang tidak diinginkan ini dapat dialami, baik oleh
pasangan sudah menikah maupun belum menikah (PKBI, 1998).
Kehamilan tidak diinginkan juga didefinisikan sebagai kehamilan yang
terjadi pada saat tidak menginginkan anak sama sekali atau kehamilan
yang diinginkan tetapi tidak pada saat itu (mistmed pregnancy),
sedangkan kehamilan digambarkan sebagai kehamilan yang diinginkan
jika kehamilan tersebut terjadi pada waktu yang tepat atau setelah
berkeinginan untuk hamil.
Menurut Barret (2012), seseorang mungkin menginginkan
kehamilannya tetapi tidak menginginkan saat ini atau bukan dengan
pasangan yang sekarang, dimana hal itu diartikan sebagai kehamilan
tidak diinginkan. Selain itu, tidak Universitas Sumatera Utara 14
diinginkannya suatu kehamilan biasanya hanya muncul pada saat
kehamilan tersebut terjadi, yang dikaitkan dengan perasaan tidak
senang.
B. Alasan Kehamilan Menjadi Tidak Diinginkan
Beberapa penelitian pernah dilakukan terhadap kejadian
kehamilan tidak diinginkan dari 41% kehamilan yang terjadi merupakan
kehamilan yang tidak diinginkan. Kejadian kehamilan yang tidak
diinginkan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur, memiliki
pengetahuan yang kurang mengenai KB, buta huruf, menikah pertama
kali pada umur kurang dari 16 tahun, tidak bekerja dan hidup di
pedesaan.
Santelli et al yang melakukan penelitian di Amerika Serikat tahun
1994 menemukan bahwa 49% wanita yang mengalami kehamilan tidak
diinginkan berakhir dengan tindakan aborsi. Kejadian kehamilan tidak
diinginkan sebagian besar terjadi pada kelompok wanita dengan umur
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun, tidak menikah, hidup pada
garis kemiskinan, dan pada kulit hitam.
Shaheen et al di Mesir dalam Syafitri (2012), mengatakan
kehamilan tidak diinginkan paling banyak terjadi pada kelompok wanita
yang Universitas Sumatera Utara 17 memiliki riwayat abortus
sebelumnya, pernah atau sedang menggunakan alat kontrasepsi,
18
memiliki pengetahuan kurang mengenai siklus ovulasi dan berumur
kurang dari 18 tahun atau lebih dari 25 tahun pada saat pertama kali
hamil.
C. Penyebab Kehamilan Yang Tidak Dinginkan
Kehamilan tidak diinginkan bisa terjadi karena ada yang
mendasari penyebabnya. Menurut Kusmiran (2011), terdapat faktor
yang menyebabkan terjadinya kehamilan tidak diinginkan diantaranya
adalah:
1. Kegagalan Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi dengan kejadian kehamilan tidak
diinginkan mempunyai kaitan yang cukup signifikan di Indonesia.
Hal ini sejalan dengan penelitian di India yang melaporkan bahwa
ada pasangan yang menggunakan kontrasepsi kemungkinan
terjadinya kehamilan tidak diinginkan lebih tinggi dibandingkan pada
pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi. Kegagalan
kontrasepsi adalah kasus terjadinya kehamilan pada akseptor aktif
yang pada saat tersebut menggunakan metode kontrasepsi.
Kegagalan kontrasepsi itu sendiri atau karena ketidak patuhan dan
ketidaksempurnaan akseptor dalam memakai kontrasepsi.
Dikarenakan tingginya angka kegagalan ini, maka perlu
diketahui alasan utama kegagalan kontrasepsi yang menjadi salah
satu faktor risiko terjadinya kehamilan tidak diinginkan. Berikut
merupakan alasan mengenai kegagalan kontrasepsi yang sering
terjadi:
a) Tidak mengikuti petunjuk penggunaan kontrasepsi secara benar.
Jika menngunakan pil, konsumsi diwaktu yang sama setiap hari
dan pastikan mengikuti petunjuk yang ada. Jika menggunakan
kondom, pastikan menggunakan secara tepat dan kondom yang
digunakan dalam kondisi yang baik sebelum digunakan. Jika
menggunakan diafragma atau cervical cap, pastikan terpasang
dengan baik. Sedangkan wanita yang menggunakan IUD
sebaiknya mengikuti petunjuk petugas kesehatan.
b) Penggunaan kontrasepsi yang tidak konsisten Kontrasepsi
harus digunakan secara teratur dan sesuai dengan petunjuk
untuk mencapai keefektivitasan yang maksimum. Jika
19
menggunakan kontrasepsi oral dan lupa meminum pil meskipun
hanya satu kali, risiko mengalami kehamilan akan meningkat.
Metode penghalang kontrasepsi seperti kondom, cervical cap,
dan diafragma harus digunakan secara teratur agar efektif.
Wanita yang memakai KB alami harus menggunakannya secara
tepat dan konsisten unrtuk mencegah kehamilan yang efektif.
Satu tindakan yang tidak terlindungi dalam berhubungan seks
dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan. 3. Kondom bocor
saat berhubungan seks Diperkirakan 2-5% kondom yang bocor
atau saat digunakan. Hal ini lebih sering dikarenakan
penyalahgunaan; selain itu robekan kecil dapat terjadi karena
kuku maupun perhiasan. Kondom yang dipakai kadaluwarsa,
salah penyimpanan, kerusakan selama atau setelah pembuatan
secara besarbesaran oleh pabrik.
c) Menggunakan antibiotik atau obat-obatan lain atau jamu
bersamaan dengan pil kontrasepsi. Antibiotik yang ditemukan
memiliki sifat yang berkebalikan dengan keefektivitasan Pil
kombinasi kontrasepsi dengan cara kerja menurunkan
konsentrasi steroid hormone plasma. Wanita yang
menggunakan pil kombinasi kontrasepsi sebaiknya
menggunakan metode alternatif kontrasepsi selama beberapa
bulan mereka menggunakan antibiotik.
d) Mempercayai bahwa pada periode ketidaksuburan tidak bisa
hamil atau tidak merasa berisiko karena hanya melakukan
hubungan seks satu kali tanpa menggunakan jenis kontrasepsi
apapun. Kehamilan normal terjadi pada pertengahan siklus,
bagaimanapun banyak wanita yang mengalami kehamilan di
saat periode ketidaksuburannya.
20
dilarang oleh anggota keluarga atau perhatian tentang efek buruk
yang dirasakan mengganggu kesehatan (WHO, 2013). Kendala
ekonomi merupakan kendala tersering menjadi alasan seseorang
tidak menggunakan KB. Tingkat ekonomi berpengaruh terhadap
pencarian pelayanan kesehatan, dimana keluarga dengan tingkat
ekonomi kurang memiliki keterbatasan dalam pemilihan alat
kontrasepsi, karena penghasilan yang didapat keluarga hanya
cukup untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari hari.
21
Kebanyakan penelitian menemukan bahwa infeksi human
papillomavirus (HPV) bertanggung jawab untuk semua kasus kanker
leher rahim. Perawatan termasuk operasi pada stadium awal,
dan kemoterapi dan/atau radioterapi pada stadium akhir penyakit.
Human papilloma virus (HPV) merupakan penyebab utama pada 70%
kasus kanker serviks di dunia. Perjalanan dari infeksi HPV hingga
menjadi kanker serviks memakan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar
10 hingga 20 tahun. Namun proses penginfeksian ini sering tidak
disadari oleh para penderita, karena proses HPV kemudian menjadi pra-
kanker sebagian besar berlangsung tanpa gejala. Karena itu, Vaksinasi
Kanker Serviks sangat dianjurkan.
C. Penyebab
Human Papilloma Virus (HPV) merupakan virus penyebab utama
dari kanker serviks, khususnya virus HPV tipe 16 dan 18 . Virus ini
sangat mudah berpindah dan menyebar, tidak hanya melalui cairan,
tetapi juga dapat berpindah melalui sentuhan kulit. Selain itu,
22
penggunaan toilet umum yang sudah terkena virus HPV dapat
menjangkit seseorang yang menggunakannya jika tidak
membersihkannya dengan baik. (Bidanku, 2015).
Faktor lain yang menjadi penyebab kanker serviks menurut Tim
KankerServiks pada Panduan Lengkap Menghadapi Bahaya Kanker
Serviks sebagai berikut :
Kurangnya tes Pap Smear secara teratur. Kanker leher rahim lebih
sering terjadi pada wanita yang tidak menjalani tes Pap Smear
secara teratur. Dengan melakukan tes ini dapat membantu dokter
menemukan sel abnormal pada serviks.
Seringnya merokok dapat meningkatkan kemungkinan resiko
kanker leher rahim untuk wanita yang terinfeksi virus HPV.
Melemahnya sistem kekebalan tubuh karena sejarah kehidupan
seksual. Wanita yang memiliki banyak pasangan seksual memiliki
risiko tinggi terkena kanker serviks. Selain itu, seorang wanita yang
telah berhubungan seks dengan pria yang memiliki banyak
pasangan seksual juga memiliki risiko tinggi untuk mengalami
kanker serviks. Dalam kedua kasus di atas, risiko menderita kanker
leher rahim lebih tinggi karena wanita memiliki risiko yang lebih
tinggi terinfeksi HPV.
Menggunakan pil KB untuk waktu yang lama atau memiliki banyak
anak. Penelitian menunjukkan bahwa melahirkan banyak anak (5
atau lebih) meningkatkan resiko kanker leher rahim pada wanita
dengan infeksi HPV.
Wanita yang yang terkena obat dietilstilbestrol (DES) sebelum
kelahiran dapat meningkatkan risiko kanker serviks.
Faktor kemiskinan dan kebersihan juga dapat meningkatkan resiko
untuk mengalami kanker serviks.
D. Pencegahan
Cara berikut bisa membantu mencegah kanker serviks:
1. Berhenti merokok
2. Menjaga kebersihan diri dengan saksama. Mempraktikkan
hubungan seksual yang aman. Menggunakan kondom secara
23
konsisten bisa membantu mengurangi kemungkinan infeksi HPV
atau penyakit hubungan seksual menular lainnya
3. Pemeriksaan kanker serviks secara berkala (dikenal juga sebagai
"tes Pap") bisa mengurangi kemungkinan kanker serviks hingga
90%. Pemeriksaan kesehatan harus dilakukan satu kali setiap tahun
dan setelah mendapat dua hasil pemeriksaan yang normal secara
berturut-turut, pemeriksaan bisa dilakukan satu kali setiap tiga tahun
setelahnya.
4. Vaksinasi kanker serviks
E. Deteksi dini
Deteksi dini merupakan langkah awal untuk mengetahui
perkembangan sel pada tubuh sejak awal. Deteksi dini untuk kanker
serviks dapat dilakukan dengan berbagai metode. Adapun metode yang
dapat digunakan untuk deteksi dini menurut Tim Kanker-Serviks sebagai
berikut:
24
Jika hasil tes Pap Smear atau IVA tidak normal, maka
dianjurkan melakukan tes lain untuk membuat diagnosis. Tes lain
yang dapat dilakukan antara lain:
Kolposkopi
Dalam tes ini, dokter menggunakan sebuah alat yang
disebut kolposkopi untuk memeriksa leher rahim. Kolposkopi
menggabungkan suatu cahaya yang terang dengan lensa
pembesar untuk membuat jaringan rahim mudah dilihat. Alat ini
tidak dimasukkan ke dalam vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan
di tempat praktek dokter atau klinik.
Biopsi
Metode biospi dilakukan dengan pengangkatan jaringan
untuk mencari selsel sebelum bersifat kanker atau sel-sel kanker.
Lalu seorang ahli patologi memeriksa jaringan di bawah mikroskop
untuk memeriksa adanya sel-sel abnormal.
Punch Biopsi
Metode ini dilakukan dengan mengambil sampel kecil dari
jaringan leher rahim dengan alat berongga.
Loop Electrical Excision Procedure (LEEP)
Metode ini menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris
sepotong, bulat tipis dari jaringan serviks.
Endoservikal Kuret
Dalam tes ini, dokter menggunakan kuret (alat kecil
berbentuk sendok) untuk mengikis contoh kecil jaringan dari leher
rahim. Beberapa dokter mungkin menggunakan kuas tipis lembut,
bukan kuret.
Conization Proses ini,
dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk
kerucut. Sebuah conization, atau biopsi kerucut, memungkinkan
ahli patologi melihat ada tidaknya sel-sel abnormal dalam jaringan
di bawah permukaan leher rahim.
Standar pengobatan kanker serviks meliputi terapi:
operasi pengangkatan, radioterapi, dan kemoterapi. Pengobatan
kanker serviks tahap pra kanker stadium 1A adalah dengan:
histerektomi (operasi pengangkatan rahim). Bila pasien masih
25
ingin memiliki anak, metode LEEP atau cone biopsy dapat
menjadi pilihan. Pengobatan kanker serviks stadium IB dan IIA
tergantung ukuran tumornya. Bila ukuran tumor tidak melebih
4 cm, disarankan radikal histerektomi ataupun radioterapi
dengan/tanpa kemo. Bila ukuran tumor lebih dari 4 cm, pasien
disarankan menjalani radioterapi dan kemoterapi berbasis
cisplatin, histerektomi, ataupun kemo berbasis cisplatin dilanjutkan
dengan histerektomi.Selain pengobatan medis, pasien juga dapat
melakukan terapi komplementer dengan herbal kanker.
F. Pengobatan
Standar pengobatan kanker serviks meliputi terapi:
operasi pengangkatan, radioterapi, dan kemoterapi. Pengobatan
kanker serviks tahap pra kanker stadium 1A adalah dengan:
histerektomi (operasi pengangkatan rahim). Bila pasien masih
ingin memiliki anak, metode LEEP atau cone biopsy dapat
menjadi pilihan. Pengobatan kanker serviks stadium IB dan IIA
tergantung ukuran tumornya. Bila ukuran tumor tidak melebih
4 cm, disarankan radikal histerektomi ataupun radioterapi
dengan/tanpa kemo. Bila ukuran tumor lebih dari 4 cm, pasien
disarankan menjalani radioterapi dan kemoterapi berbasis
cisplatin, histerektomi, ataupun kemo berbasis cisplatin dilanjutkan
dengan histerektomi.Selain pengobatan medis, pasien juga dapat
melakukan terapi komplementer dengan herbal kanker.
26
Teknik Iva
1) Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan
mengenai prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan
sangat penting dalam pemeriksaan ini.
2) Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul
ditekuk dan kaki melebar).
3) Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan
bantuan pencahayaan yang cukup.
4) Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan
dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk
melihat leher rahim.
5) Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah
untuk menyerapnya.
6) Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5%
diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit,
reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat.
7) Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan,
kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi
menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein,
sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah warna
menjadi putih.
8) Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih padadaerah transformasi
bearti hasilnya negative.
Secara umum hasil pemeriksaan IVA adalah sebagai berikut :
1. IVA Negatif : Serviks normal.
2. IVA Radang : Pada pemeriksaan serviks di dapatkan adanya
peradangan pada serviks (servicitis) atau adanya temuan jinak
misalnya polip pada serviks.
3. IVA Positif : Dimana pada hasil pemeriksaan di dapatkan adanya
kelainan yaitu menunjukkan adanya lesi berwarna putih pada
serviks dan ini merupakan kelainan yang menunjukkan adanya
lesi prekanker.
4. IVA Kanker Serviks : Dimana kelainan menunjukkan adanya
kelainan sel akibat adanya kanker serviks.
27
2.3. langkah-langkah pemeriksaan IVA
28
BAB 3
TINJAUAN SITUASI
29
3.2 Profil RT 002/RW 007
RT 002/RW 007 Kelurahan Jatibening secara administrative
termasuk dalam kotamadya Bekasi, dengan batas wilayah sebelah Barat
Jl. Raya Kincan, sebelah Timur RT 002/RW 007, sebelah Utara Komplek
Depkes II, sebelah selatan Jl.RT 002/RW 007. Lalu lintas perhubungan
dengan wilayah lain tergolong mudah karena letaknya yang strategis
dengan transportasi yang mudah di jangkau dalam waktu 24 jam..
Tabel 3.1
Kelembagaan RT 002/RW 007
1. RT 1 Orang
2. RW 1 Orang
3. Keagamaan 1 Orang
4. Olahraga 1 Orang
5. Humas 1 Orang
Tabel 3.2
STRUKTUR ORGANISASI KEMASYARAKATAN RW 007
KECAMATAN
Bpk. MARDANI
KELURAHAN
Bpk. MIYANA
RW 007
Bpk. SUSWOYO
30
Nama lengkap Tn.Suryomulyono Nama Ny.Har yati
keluarga Responden
No Rumah - Istri
RT 02
RW 07
Kelurahan Jatibening
Kecamatan Pondok gede
B. Kependudukan
Daftar nama anggota keluarga yang tinggal, berdasarkan
lamanya tinggal (selama satu tahun)
Apakah ada anggota keluarga yang pindah dalam satu tahun ini ?
= Ya/Tidak
Apakah ada anggota keluarga baru dalam satutahun ini ?
= Ya/Tidak
31
Tabel 3.3
Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 3.4
Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ( 17 Tahun Keatas )
No. MATA PENCAHARIAN JUMLAH %
1. Wiraswasta 2 2.00%
2. KaryawanSwasta 0 0.00%
3. Pensiunan 0 0.00%
4. PengusahaIndustri 0 0,00%
5. PekerjaBuruhKasar 0 0.00%
6. PNS ( ABRI/Sipil) 0 0.00%
7. Pedagang 0 0.00%
8. Lain – lain 0 0.00%
D. Wanita Usia Subur
- Usia : 45 tahun
- Usia saat menikah : 23 tahun
- Menstruasi
a. Umur mulai menstruasi : 13 tahun
b. Keluhan saat menstruasi : tidak ada
- Pengetahuan Kespro : Cukup
- Pengertahuan IVA : Cukup
32
- Pemeriksaan Papsmear/IVA : Sudah
- Pengetahuan perawatan payudara Baik
E. Keluarga Berencana ( KB )
a. Apakah PUS sudah ikut KB : Tidak
b. Jenis alat kontrasepsi yang digunakan : Kalender
c. Kondom Lama menggunakan alat kontrasepsi : 3 tahun
d. Kembangkan informasi lain :
1. Alasan tidak berKB : Ibu merasa sudah tua
2. Keluhan setelah ikut KB : tidak ada keluhan
3. Pengetahuan tentang manfaat KB : Baik
a) Sebutkan macam-macam alat kontrasepsi yang ibu ketahui ?
IUD, Implan, suntik, pil, kondom
b) Apa yang ibu ketahui tentang manfaat KB : ntuk
menjarangkan kehamilan
4. Peran keluarga terhadap KB : Mendukung
33
Keterangan :
*) Kunci penilaian (observasi) perilaku 1 adalah kebiasaan keluarga
mengkonsumsi buah 2 kali seminggu
**) Kunci penilaian (Observasi) perilaku 2 adalah balita > 3 kali ditimbang
pada 6 bulan terakhir dan ibu hamil minimal 4 kali pemeriksaan. Apabila
keluarga tidak terdapat balita atau ibu hamil tanyakan pengetahuannya
***)Bila dalam keluarga tidak ada ibu menyusui tanyakan pengetahuannya
atau sikap terhadap ASI eksklusif
3.3.1 Kependudukan
34
Dari hasil pendataan, kami mendapatkan 1 masalah kesehatan
yang perlu mendapatkan perhatian dari tenaga kesehatan dan
masyarakat yaitu :
1. Resiko Kehamilan yang tidak diinginkan (tidak ber-KB)
2. Resiko kanker serviks (belum pernah periksa IVA)
3. Keluarga belum menerapkan PHBS
35
LAPORAN PELAKSANAAN INTERVENSI HOME CARE KELOMPOK 2 TAHUN 2019
37
n mengenai kesehatan keputusan sendiri
Jatibenin kesehatan reproduksi dan akan system
g reproduksi dan program reproduksinya
program pengendalian
pengendalian kelahiran dengan
kelahiran dengan alat kontrasepsi.
alat kontrasepsi. -Meningkatkan
-Meningkatkan pengetahuan
pengetahuan pasangan usia subur
pasangan usia di RT 002/RW
subur di RT 007/RW 007
002/RW 007/RW Jatibening dalam
007, jatibening memilih alat
dalam memilih kontrasepsi yang
alat kontrasepsi tepat
yang tepat. -Meningkatkan
-Meningkatkan kesadaran pasangan
kesadaran usia subur di RT
pasangan usia 002/RW 007/RW
subur di RT 007 Jatibening untuk
002/RW 007/RW menggunakan alat
007 jatibening kontrasepsi
untuk
menggunakan
alat kontrasepsi.
38
39
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Masalah Prioritas
Program studi DIII Kebidanan Stikes Abdi Nusantara Jakarta
Semester V dari kelompok 2 berjumlah 6 mahasiswi yang melaksanakan
HOME CARE2 Kepala Keluarga di wilayah RT 002/RW 007/RW
007kelurahan Jatibening, Kecamatan Pondok Gede selama 2 bulan (19
JANUARI- 26 April 2019),sebelum kami diterjunkan di RT 002/RW 007/RW
007 Jatibening, kami mendapatkan pembekalan terlebih dahulu di Stikes
Abdi Nusantara oleh dosen pembimbing.Pembekalan ditunjukan agar
semua mahasiswi mengetahui bagaimana cara mengelola kebidanan
komunitas HOME CARE secara nyata.
Setelah mendapatkan pembekalan, kami diserahterimakan dari
pendidikan ke RT 002/RW 007/RW 007 kemudian kami melakukan
pengumpulan data dari 2 Kepala Keluarga di RT 002/RW 007pada tanggal
26 Januari2019.Masing-masing kelompok beranggotakan 6 mahasiswi,
pada waktu kami melakukan pendataan kami dibantu oleh kader.Pada saat
pendataan tersebut kami berhasil mendata sebanyak sesuai yang
ditargetkan oleh pendidikan yaitu 2 KK, adapun masalah yang di temukan
adalah sebagai berikut :
A. Resiko Terjadinya Kehamilan
Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program
pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan
ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat
dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi
nasional.Karena Keluarga Berencana adalah suatu program pemerintah
yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah
penduduk, maka dari itu program KB ini diharapkan menerima Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada
pertumbuhan yang seimbang.Kehamilan yang tidak diinginkan sebagian
besar terjadi pada pasangan yang sudah menikah,hal itu dapat terjadi
karena ketidaktahuan atau minimnya pengetauan tentang perilaku
seksual yang dapat menyebabkan kehamilan ,tidak mengutamakan alat
kontrasepsi terutama untuk perempuan yang sudah menikah ,kegagalan
alat kontrasepsi dan persoalan ekonomi.
40
Berdasarkan hasil pendataan di RT 002/RW 007 didapatkan
masalah 1 PUS tidak berKB, dengan alasan beum sempat untuk berKB.
Sehingga yang menjadi sasaran kami untuk dilakukan pemasangan alat
kontrasepsi adalah 1 PUS. Mengatasi masalah diatas maka upaya yang
dilakukan adalah melaksanakan pemasangan alat kontrasepsi pada
tanggal 2 Februari 2019 di Puskesmas Kelurahan Jatibening. Adapun
kegiatan diawali dengan konseling pada ibu agar ibu mau berKB dengan
menggunakan Alat Bantu Pengambil Keputusan BerKB pada 1 Pus yang
tidak BerKB. Selanjutnya dilakukan Pemasangan alat kontrasepsi sesuai
pilihan PUS, dengan hasil Ibu menggunakan AKDR sebagai alat
kontrasepsinya.
41
kelurahan Jatibening untuk tidak berhenti memberikan penyuluhan dan
melakukan tindakan persuasif dalam rangka melakukan kegiatan safari
KB sehingga PUS di RT 002/RW 007 dengan sadar diri mau melakukan
KB.
B. Resiko CA Cervix
Ca Cervix adalah keganasan yang bermula pada sel-sel servix
(leher rahim) dimulai pada lapisan servix dan terjadinya dengan
perlahan.Apabila tidak segera terdeteksi maka infeksi virus HPV
menyebabkan terbentuknya sel-sel prakanker servix dalam jangka
panjang.Cara pencegahan kanker servix dapat dilakuka dengan
“IVA/PAPSMEAR” sangat efektif karena pemeriksaan ini mudah
dikerjakan ,cepat dan tidak sakit.
Dari data yang sudah didapat dari keluarga Home Care di RT
002/RW 007terdapat 1 orang PUS yang berpengetahuan IVA kurang,hal
ini dapat mempertinggi resiko terpapar Ca Cervix. Tingginya resiko CA
cervix disebabkan karena PUS tidak mendeteksi dini keganasan Ca
Cervix dengan cara melakukan pemeriksaan IVA secara rutin.
42
IVA negatif
43
C.
44
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pada kegiatan HOME CAREkelompok 2 telah melakukan
pengumpulan data sesuai dengan harapan dan telah dianalisis, di dapatkan
3prioritas masalah yang dapat diidentifikasi oleh anggota kelompok 2.
44
3. Diharapkan masyarakat ikut berperan dalam mendukung program
Keluarga Berencana.
4. Diharapkan orang tua lebih memantau dan memeriksakan status
gizi balita.
45
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/43896/3/Gilang_YA_G2A009181_Bab2KTI.pdf
Hospital Authority 2017. Cancer Serviks/Indonesian (jurnal). All right
reserved.
https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/Diseases/Cancer/C
ervical%20Cancer/Cancer-Cervical-Cancer-Indonesian.pdf?ext=.pdf
Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI). 2017. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pramudya, AE, Saptawati B.2012. Prevalensi Anak Berisiko Wasting dan Faktor-
Faktor yang Berhubungan: Studi Cross Sectional pada Anak Usia 3-9
Tahun di Pesantren Tapak Sunan Tahun 2011 (studi kasus). Depok:
Universitas Jakarta.
Priyana, Agus. 2008. Faktor Risiko Kejadian Influenza A(Studi Kasus Di Wilayah
Kerja Puskesmas Mojosongo Kabupaten Boyolali) (skripsi). Semarang:
Universitas Diponegoro Semarang
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/5849/SITI
%20ZULAEKAH%20BAB%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y
Pusdiklatnakes (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan). 2014.
L
A
vi
M
P
I
R
A
N
vii
LAMPIRAN FOTO
viii