Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

ANEMIA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan maternitas II
Dosen pengampu
Uun Kurniasih

Disusun oleh :

Tori Rizki (4201.0119.A072)

Prodi PSIK C

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON (STIKes)


S1 KEPERAWATAN

JL.BRIGJEN DHARSONO NO 12 B BYPASS CIREBON


TELP.(0231) 247852 FAX. (0231)221395
LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ANEMIA
A. DEFINISI
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen
oleh darah. Tetapi harus diingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter
tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut,
dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai
pada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan
anemia tersebut. (Sudoyo Aru,dkk 2009)
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang
dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau
kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).
Dapat disimpulkan bahwa anemia adalah penurunan kadar sel darah merah (Hb)
dibawah rentang normal.

B. ETIOLOGI
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut
Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1.      Kurang gizi (malnutrisi)
2.      Kurang zat besi dalam diit
3.      Malabsorpsi
4.      Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5.      Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
C. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
1.      Anemia Defisiensi Zat Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan
dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a.       Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero
glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan
kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia
(Saifuddin, 2002).
b.      Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per
oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa
kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan
ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada
gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada
pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat
sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil
pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
a.       Hb 11 gr% : Tidak anemia
b.      Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c.       Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
d.      Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg.
Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta
serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal.
Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan
ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi.
Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25
mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil
akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih
kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
a.         Gambaran Klinis
Curigai adanya anemia defisiensi zat besi bila terdapat:
1.        Satu atau lebih factor-faktor predisposisi anemia
2.        Kadar Ht < 30%
Konfirmasi diagnosis sebagai anemia defisiensi zat besi bila terdapat:
1.        Morfologi menunjukkan SDM hipokrom mikrositik
2.        Saturasi zat besi serum <15% setelah terapi zat besi pasien dihentikan
selama satu minggu.
b.      Penatalaksaan skrining rutin
1.        Pada kunjungan awal, tanyakan tentang riwayat anemia atau masalah
pembekuan darah sebelumnya.
2.        Minta hitung darah lengkap pada kunjungaan awal.
3.        Diskusikan pentingnya mengonsumsi vitamin prenatal (disertai zat besi).
4.        Periksa ulang Ht pada 28 minggu kehamilan.
c.       Terapi anemia:
1.        Terapi oral ialah dengan pemberian : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero
bisitrat.
2.        Bila Hb <10 g/dl dan Ht <30%, lakukan tindakan berikut:
Berikan konseling gizi.
           Tinjau diet pasien.
           Diskusikan sumber-sumber zat besi dalam diet.
           Berikan kepada pasien selebaran mengenai makanan tinggi zat besi.
           Rujuk ke ahli gizi.
3.        Sarankan suplemen zat besi sebagai tambahan vitamin paranatal. Kebutuhan
zat besi saat kehamilan adalah 60 mg unsure zat besi.
           Tablet zat besi time-release merupaka pilihan terbaik, namun lebih mahal.
Setiap sediaan garam zat besi standar sudah mencukupi kebutuhan zat besi.
           Minum 1-3 tablet per hari dalam dosis yang terbagi.
           Zat besi diabsorbsi lebih baik pada keadaan lambung kosong. Minum 1 jam
sebelum makan atau 2 jam sesudahnya.
           Vitamin C membantu absorbs zat besi. Minum zat besi disertai jus yang
tinggi vitamin C atau tablet vitamin C.
           Antasid dan produk susu dapat mengganggu absorbs zat besi.
           Lebih baik mengkonsumsi zat besi bersama antasid atau makanan daripada
tidak mengkonsumsi sama sekali.
4.        Bila Hb <9 g/dl dan Ht <27% pertimbangkan anemia megaloblastik. Kelola
pasien ini menurut panduan terapi anemia.
5.        Bila kadar Hb <9 g/dl dan Ht ≤27% saat mulai persalinan, pertimbangkan
pemberian cairan IV atau heparin lock saat persalinan.
6.        Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 g
%/bulan. Efek samping pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada
pemberian preparat Na-fero bisitrat dibandingkan dengan ferosulfat.
7.        Kini program nasional mengajukan kombinasi 60 mg besi dan 50µg asam
folat untuk profilaksis anemia.
8.        Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000
mg (20 ml) intravena atau 2 x 10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan
Hb relatif lebih cepat yaitu 2 g%. Pemberian parenteral ini mempunyai
indikasi : intoleransi besi pada gastrointestinal, anemia yang berat, dan
kepatuhan yang buruk. Efek samping utama ialah reaksi alergi, untuk
mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5 cc/im dan bila tak ada reaksi, dapat
diberikan seluruh dosis.
1)      Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali
karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
1.        Asam folik 15 – 30 mg per hari
2.        Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
3.        Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
4.        Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfusi darah.
a.         Gambaran klinis
Gejala
1.        Mual dan muntah
2.        Anoreksia
Morfologi
1.        SDM hipokrom makrositik
2.        Kadar Hb dan Ht rendah serta tidak berespon terhadap terapi zat besi
Riwayat diet menunjukkan asupan rendah sayuran segar, protein hewani, atau
keduanya.
b.        Penatalaksanaan
1.        Suplemen
           Vitamin prenatal yang mengandung asam folat dan zat besi
           Satu sampai dua milligram asam folat per hari untuk memperbaiki defisiens
asam folat.
           Suplemen zat besi, dengan pertimbangan bahwa anemia megaloblastik jarang
terjadi tanpa anemia defisiensi zat besi.
2.        Konseling gizi
           Kaji diet pasien
           Rekomendasikan sumber-sumber asam folat dalam diet
           Rujuk ke ahli gizi
3.        Hitung darah lengkap
           Ulangi hitung darah lengkap dalam 1 bulan.
           Perhatikan adanya peningkatan hitung retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3
minggu, dan sedikit peningkatan pada hitung Hb dan Ht.
2)      Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel
darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan
retikulosi.
3)      Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-
kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi
kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila
disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat
penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi
hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
4)      Anemia: hemolitik didapat (acquired hemolytic anemia)
adalah suatu defek enzimatik yang terkait-kromosom X dan diturunkan, yang
ditandai dengan ketidak mampuan tubuh memproduksi enzim G6PD, yaitu enzim
yang berfungsi sebagai katalis penggunaan glukosa secara aerob oleh SDM.
Anemia ini dapat ditemukan pada keturunan Afrika-Amerika, Asia, dan
Mediterania.
1.        Insidens. 
Dua persen dari semu  wanta keturunan Afrika-Amerika menderita penyakit ini.
2.      Etiologi.
Infeksi dan beberapa obat oksidik pada kondisi defisiensi G6PD akan memicu
hemolisis SDM yang megakibatkan anemia hemolitik ringan sampai berat.
3.      Penatalaksanaan
a.       Skrining: Pasien keturunan Afrika-Amerika yang mengalami anemia atau kerap
mengalami infeksi saluran kemih (ISK) berulang harus menjalani skrining G6PD.
b.      Terapi
         Resepkan 1 mg asam folat setiap hari.
         Berikan daftar obat-obatan yang perlu dihindari.
         Bila pasien hamil, lakukan kultur dan sensitivitas (culture and sensitivity, C&S)
urine bulanan.
         Konsultasikan dengan dokter bila pasien dalam keadaan krisis atau mengalami
anemia berat.
c.       Pengobatan: Pasien harus menghindari obat-obat berikut:
         Aldomet
         Asam askorbat (dosis besar)
         Asam nalidiksik
         Asam para-aminosalisilat
         Aspirin
         Diafenilsulfon
         Fenasetin
         Isoniazid
         Kloramfenikol
         Kuinakrin (atabrine)
         Kuinidin
         Kuinin
         Kuinosid
         Methylene blue
5)      Anemia: Pernisiosa
1.      Defisiensi dan Etologi
a.       Anemia pernisiosa disebabkan kekurangan faktor intrinsik pada asam lambung,
yang diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dari makanan . karena B12 tidak dapat
diabsorbsi, SDM tidak matang dengan normal.
b.      Kasus ini jarang dijumpai pada individu dibawah usia 35 tahun.
2.      Gambaran Klinis
a.       Anemia pernisiosa ditandai dengan SDM makrositik, yang bias juga normokrom
atau hipekrom.
b.      SDM pada anemia sulit dibedakan dengan SDM pada defisiensi asam folat.
c.       Terapi asam folat dapat menyamarkan anemia pernisiosa karena SDM menjadi
normositik, meskipun penyakit ini masih ada.
3.      Diagnosis
a.       Curigai adanya anemia pernisiosa bila setelah terapi asam folat, morfologi SDM
menjadi normal, namun hematokrit tdak meningkat.
b.      Diagnosis ditegakkan bila terjadi perbaikan setelah percobaan terapi dengan 1000
mg vitamin B12 per parenteral selama 3 bulan.
4.      Penatalaksanaan
a.       Kaji diet pasien terhadap produk hewani. Bila asupan dietnya kurang sumber-
sumber vitamin B12 berikan konseling gizi.
b.      Berikan 1 cc (1000 ng) vitamin B12 parenteral per IM setiap bulan.
c.       Tawarkan rujukan ke ahli gizi.
d.      Ulangi hitung sel darah lengkap dalam 1 bulan.
1.      Kondisinya membaik bila:
         Morfologi normal
         Kadar Ht meningkat
2.      Bila tidak ada perubahan, konsultasikan ke dokter.
6)      Anemia: Sel Sabit
1.        Definisi dan Etiologi
a.       Jenis
           Pada sifat (trait) sel sabit, ada satu gen normal dan satu gen Hb-S. gejala tidak
tampak kecuali pada keadaan deprivasi oksigen berat.
           Pada penyakit sel sabit, kedua gen adalah Hb-S. penyakit ini kronik dan
melemahkan. Angka morbiditas dan mortalitas penyakit ini tinggi.
b.      Insidens
           Satu dari 12 keturunan Afrika-Amerika membawa sifat sel sabit.
           Satu dari 500 keturuna Afrika-Amerika menderita penyakit ini.
2.        Penatalaksanaan
a.       Programkan skrining sel sabit pada semua pasien Afrika-Amerika:
           Bila uji negatif, kedua gen normal dan tidak ada masalah.
           Bila uji positif, minta pemeriksaan elektroforesis hemoglobin.
           Bila gen homozigot,pasien dianggap beresiko tinggi dan harus dirujuk ke dokter.
           Bila gen heterozigot, pasien dianggap beresiko rendah dapat dikelola secara
normal selama kehamilan dan persalinan.
b.      Pertimbangkan kultur dan sensitivitas urine bulanan karena peningkatan resiko
ISK selama kehamilan.
c.       Beri konseling kepada pasien:
           Jelaskan kepada pasien mengenai sifat sel sabit yang dibawanya.
           Sarankan pemeriksaan ayah bayi. Bila gen ayah juga heterozigot, ada
kemungkinan bayinya menderita penyakit ini.
           Rujuk pasien untuk konseling genetik bila perlu.

C.    PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang
dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan
akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat
akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah
normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping
proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan
dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ;
kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,
Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya
kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat
menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

B.     PATWAYS
C.    
Kekurangan Nutrisi
Pendarahan Hemolisis (destruksi sel darah merah)
Kegagalan sumsum tulang
Kehilangan sel darah merah

Anemia (HB)

Pertahanan sekunder tidak


adekuat
Resistensi aliran darah
perifer
Penurunan transport O2
Resiko infeksi
Hipoksia
Lemah lesu

Gg fungsi otak
Ketidakefektifan perfusi
Jaringan perifer
Intake nutrisi turun
anoreksia
Ketidak seimbangan nutrisi
Kurang dari kebutuhan
tubuh
Intoleransi aktivitas
 
D.    GAMBARAN KLINIS
a.       Riwayat:
1.      Mentruasi berlebihan
2.      Kehilangan darah kronik
3.      Riwayat keluarga
4.      Diet yang tidak adekuat
5.      Jarak kehamilan yang terlalu dekat
6.      Anemia pada kehamilan sebelumnya
7.      Pika ( nafsu makan terhadap bahan bukan makanan )
b.      Tanda dan Gejala
1.      Keletihan,  malaise, atau mudah megantuk
2.      Pusing atau kelemahan
3.      Sakit kepala
4.      Lesi pada mulut dan lidah
5.      Aneroksia,mual, atau muntah
6.      Kulit pucat
7.      Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat
8.      Dasar kuku pucat
9.      Takikardi

E.     TES LABORATORIUM


Hitung sel darah lengkap dan Apusan darah: untuk tujuan praktis, maka anemia
selama kehamilan dapat didefinisikan sabagai hemoglobin kurang dari pada 10 atau
11 gr/100 ml dan hematokrit kurang dari pada 30% sampai 33% .
Apusan darah tepi memberikan evaluasi morfologo eritrosit, hitung jenis leukosit dan
perkiraan keadekutan trombosit.

F.     PENATALAKSANAAN
a.       Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
1.      Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit,
anemia glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik
herediter lain.
2.      Kaji riwayat keluarga
b.       Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan  awal.
1.      Morfologi
         Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan
matang
         SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat  besi
         SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
2.      Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
3.      Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan
hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi
4.      Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal
dan sehat.
5.      Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar  yang rendah,
namun masih normal.
6.      Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
         Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
         Berikan suplemen zat besi  1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release,
seperti Slow-Fe setiap hari
7.       Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan  Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia
megaloblastik.
         Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
         Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3
kali/hari.
8.      Kadar Hb <9g/dl dengan  Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap
pengobatan  di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
         Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
         Pertimbangkan  untuk melakukan uji laboratorium berikut:
- Hb dan Ht (untuk meyingkirkan  kesalahan laboratorium)
- Kadar kosentrasizat besi serum
- Kapasitas pegikat zat besi
- Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
- Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
- Hitung trombosit
- uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
- Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
- Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien
keturunan Afika-Amerika.
         Konsultasikan dengan dokter
         Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
c.        Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28
minggu kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1.       Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-
Penatalaksanaan B2).
2.      Konsultasikan ke dokter bila:
a.       Terdapat penurunan Ht yang menetap  walaupun sudah mendapat terapi
b.       Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya
(singkirkan kesalahan labotaturium).
c.       Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
d.      Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.

G.     AKIBAT LANJUTAN


Pada ibu hamil yang anemia dapat mengalami:
1.      Keguguran.
2.      Lahir sebelum waktunya
3.      Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
4.      Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan.
5.      Dapat menimbulkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai