Kewajiban WP Badan
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan,
dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut.
Contoh kasus 1 :
PT Jaya Makmur bergerak di bidang penjualan material bangunan dan memilih untuk
menggunakan tarif Pph Final untuk menghitung pajaknya . Berdasarkan data laporan keuangan yang
dimilikinya , pada Desember 2019 PT Jaya Makmur memperoleh peredaran bruto 300.000.000.
Berapa Pph terutang Desember 2019?
Pph terutang Desember:
= 0,5% x 300.000.000
= 1.500.000
Contoh kasus 2 :
Jaya Makmur bergerak di bidang material bangunan dan memilih untuk melakukan pembukuan
dalam usahanya. Berdasarkan data laporan keuangan yang dimilikinya, pada tahun pajak 2020, PT
Jaya Makmur memperoleh peredaran bruto 4.500.000.000 dengan PKP 500.000.000. Berapa Pph
terutang tahun pajak 2020?
Pph terutang tahun pajak 2020 :
= (50% x 22%) x 500.000.000
= 55.000.000
Contoh kasus 3 :
PT Jaya Makmur bergerak di bidang material bangunan dan memilih untuk melakukan
pembukuan dalam usahanya. Berdasarkan data laporan keuangan yang dimilikinya, pada tahun
pajak 2021 memperoleh peredaran bruto sebesar 40.000.000.000 dengan PKP 4.000.000.000.
Berapa Pph terutang tahun pajak 2021?
PhKP 2021 = 4.000.000.000
PhKP mendapat fasilitas = (4.800.000.000 : 40.000.000.000) x 4.000.000.000
= 480.000.000
PhKP non fasilitas = 4.000.000.000 - 480.000.000
= 3.520.000.000
Contoh kasus 4 :
PT Jaya Makmurbergerak di bidang penjualan material bangunan dan memilih melakukan
pembukuan dalam usahanya . Berdasarkan data laporan keuangan yang dimiliknya, pada tahun
2021 memperoleh peredaran bruto 60.000.0000.000 dengan PKP 6.000.000.000. Berapa Pph
terutang tahun 2022?
Pph terutang tahun pajak 2022
= 20% x 6.000.000.000
= 1.200.000.000
PP No. 46 tahun 2018 (Pph final untuk UKM < 4,8 M) 1% dari peredaran bruto, kemudian diubah
sesuai PP No 23 tahun 2018 menjadi 0,5% dari bruto.
Contoh :
Dari hasil laporan keuangan PT ABC tahun 2018 diketahui peredaran bruto 65.000.000.000 dan
memperoleh laba setelah fiskal 35.000.000.000 , maka tarif Pph Badan yang harus dibayarkan oleh
PT ABC adalah :
Peredaran bruto > 50 M, maka :
Pph Bada terutang = PKP X 25%
= 35.000.000.000 x 25%
= 16.250.000.000
Pph pasal 17 ayat 1
Perhitungan Pph Terutang
Pph terutang dihitung dengan menggunakan tarif Pph pasal 17 terhadap penghasilan kena pajak.
Sebelum dikalikan dengan tarif Pph, jumlah PKP terlebih dahulu dibulatkan ke bawah dalam ribuan
rupiah penuh.
PKP WP BADAN : Penghasilan Netto
PKP WP Pribadi : Penghasilan Netto - PTKP
PPh terutang (ditambah dengan pengembalian PPh pasal 24 yang telah dikreditkan)
= PKP (dibulatkan dalam ribuan rupiah penuh) x tarif Pph
PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP) Pasal 16 ayat (1), (2), (3) dan (4)
PKP bagi wajib pajak dalam negeri = penghasilan dikurangi dengan biaya yang diperkenankan.
kompensasi kerugian
PKP bagi wajib pajak yg dihitung dgn norma = dihitung dengan norma penghitungan dari peredaran
bruto
PKP bagi wp but = penghasilan dikurangi dgn biaya yg diperkenankan, kompensasi kerugian
Contoh 2
Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2014 sebesar Rp40.000.000.000 dengan Penghasilan Kena
Pajak sebesar Rp4.000.000.000.
Yang mendapat fasilitas 4,8M/40M x Rp 4M = Rp 480juta. Sisanya Rp 3,52M (4M-480juta) dikenai
tarif normal. Sehingga PPh terutang =
50% x 25% x Rp 480 juta = Rp 60.000.000
25% x Rp 3,52M = Rp 880.000.000
Rp 60.000.000 + Rp 880.000.000 = Rp 940.000.000
Contoh 3
Peredaran bruto PT. Abadi dalam tahun pajak 2015 sebesar Rp 20.000.000.000 dengan PKP sebesar
Rp 1.000.000.000
PPh Terutang :
PKP Mendapat Fasilitas
=4.800.000.000/20.000.000.000 x 1.000.000.000=240.000.000
PKP Tidak Mendapat Fasilitas
= 1.000.000.000-240.000.000=760.000.000
PPh Terutang:
▪ Mendapat Fasilitas
= 50% x 25% x 240.000.000-30.000.000
• Tidak Mendapat Fasilitas = 25% x 760.000.000= 190.000.000
Jadi Total PPh Terutang = Rp 220.000.000
Cara menghitung PPh Badan menurut Pasal 16 UU PPh adalah :
Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif Pajak
Tarif Lainnya
Bagi WPDN berbentuk PT dengan jumlah keseluruhan saham yang disetor dan
diperdagangkan di BEI paling sedikit 40% dan memenuhi persyaratan tertentu.
22% - 3% (19%) = Tahun Pajak 2020 dan 2021
20% - 3% (17%) = Mulai Tahun Pajak 2022
Contoh Kasus
1. WP dikenai PPh Final/Bersifat Final
PT Wijaya Berkarya merupakan pelaksana konstruksi dengan spesialisasi Gudang di
Pelabuhan/Bandara. Pada tahun 2020 memiiki omset Rp 56.000.000.000 yang
semuanya berasal dari jasa konstruksi dan telah dikenai PPh Final sesuai ketentuan
yang berlaku.