Anda di halaman 1dari 5

Nama : Masya Nadyasmara Kamal Sudarman

Kelas : XII AKL 2


No. Absen : 20
Mapel : Administrasi Pajak
Hari/Tanggal : Jumat/12 November 2021

Menghitung Tarif PPh Badan Mulai Tahun Pajak 2020

Kewajiban WP Badan
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan,
dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut.

Pph Badan (Mekanisme perhitungan khusus Pph Final)


Dibawah 4,8 M (0,5% x Peredaran Bruto)

Pph Badan (Mekanisme Perhitungan Umum PPh Pasal 17)


Dibawah 4,8 M ((50% x tarif) x PhKP)
4,8 M s.d. 50 M (Proporsi Pasal 31E UU PPh)
Diatas 50 M (Tarif x PhKP)

Tarif Pajak Pph Badan


2019 kebawah = 25%
2020 dan 2021 = 22%
2022 = 20%

Contoh kasus 1 :
PT Jaya Makmur bergerak di bidang penjualan material bangunan dan memilih untuk
menggunakan tarif Pph Final untuk menghitung pajaknya . Berdasarkan data laporan keuangan yang
dimilikinya , pada Desember 2019 PT Jaya Makmur memperoleh peredaran bruto 300.000.000.
Berapa Pph terutang Desember 2019?
Pph terutang Desember:
= 0,5% x 300.000.000
= 1.500.000

Contoh kasus 2 :
Jaya Makmur bergerak di bidang material bangunan dan memilih untuk melakukan pembukuan
dalam usahanya. Berdasarkan data laporan keuangan yang dimilikinya, pada tahun pajak 2020, PT
Jaya Makmur memperoleh peredaran bruto 4.500.000.000 dengan PKP 500.000.000. Berapa Pph
terutang tahun pajak 2020?
Pph terutang tahun pajak 2020 :
= (50% x 22%) x 500.000.000
= 55.000.000
Contoh kasus 3 :
PT Jaya Makmur bergerak di bidang material bangunan dan memilih untuk melakukan
pembukuan dalam usahanya. Berdasarkan data laporan keuangan yang dimilikinya, pada tahun
pajak 2021 memperoleh peredaran bruto sebesar 40.000.000.000 dengan PKP 4.000.000.000.
Berapa Pph terutang tahun pajak 2021?
PhKP 2021 = 4.000.000.000
PhKP mendapat fasilitas = (4.800.000.000 : 40.000.000.000) x 4.000.000.000
= 480.000.000
PhKP non fasilitas = 4.000.000.000 - 480.000.000
= 3.520.000.000

Pph terutang fasilitas = (50% x 22%) x 480.000.000= 52.800.000


Pph terutang non fasilitas = 22% x 3.520.000.000 = 774.400.000
Jumlah Pph terutang tahun 2021 = 827.200.000

Contoh kasus 4 :
PT Jaya Makmurbergerak di bidang penjualan material bangunan dan memilih melakukan
pembukuan dalam usahanya . Berdasarkan data laporan keuangan yang dimiliknya, pada tahun
2021 memperoleh peredaran bruto 60.000.0000.000 dengan PKP 6.000.000.000. Berapa Pph
terutang tahun 2022?
Pph terutang tahun pajak 2022
= 20% x 6.000.000.000
= 1.200.000.000

Tarif PPh Badan :


A. Pasal 17 ayat 1
25% x Penghasilan Kena Pajak

Pasal 31E ayat 1 (khusus Badan UMKM)


1. Bila peredaran bruto < 4,8 M maka tarifnya (50% x 25% x PKP)
2. Bila peredaran bruto 4,8 M - 50 M maka :
Menghitung PKP yang mendapat fasilitas pengurangan tarif ( 4,8 M : peredaran bruto ) x PKP
Menghitung pajak yang tidak mendapat fasilitas (PKP - PKP yang mendapat fasilitas)
Maka Pph terutang :
PKP yang mendapat fasilitas x 50% x 25% + (PKP yang tidak mendapat fasilitas x 25%)

PP No. 46 tahun 2018 (Pph final untuk UKM < 4,8 M) 1% dari peredaran bruto, kemudian diubah
sesuai PP No 23 tahun 2018 menjadi 0,5% dari bruto.

Contoh :
Dari hasil laporan keuangan PT ABC tahun 2018 diketahui peredaran bruto 65.000.000.000 dan
memperoleh laba setelah fiskal 35.000.000.000 , maka tarif Pph Badan yang harus dibayarkan oleh
PT ABC adalah :
Peredaran bruto > 50 M, maka :
Pph Bada terutang = PKP X 25%
= 35.000.000.000 x 25%
= 16.250.000.000
Pph pasal 17 ayat 1
Perhitungan Pph Terutang
Pph terutang dihitung dengan menggunakan tarif Pph pasal 17 terhadap penghasilan kena pajak.
Sebelum dikalikan dengan tarif Pph, jumlah PKP terlebih dahulu dibulatkan ke bawah dalam ribuan
rupiah penuh.
PKP WP BADAN : Penghasilan Netto
PKP WP Pribadi : Penghasilan Netto - PTKP

PPh terutang (ditambah dengan pengembalian PPh pasal 24 yang telah dikreditkan)
= PKP (dibulatkan dalam ribuan rupiah penuh) x tarif Pph
PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP) Pasal 16 ayat (1), (2), (3) dan (4)
PKP bagi wajib pajak dalam negeri = penghasilan dikurangi dengan biaya yang diperkenankan.
kompensasi kerugian
PKP bagi wajib pajak yg dihitung dgn norma = dihitung dengan norma penghitungan dari peredaran
bruto
PKP bagi wp but = penghasilan dikurangi dgn biaya yg diperkenankan, kompensasi kerugian

CONTOH PENERAPAN PASAL 31E UU PPH


Contoh 1.
Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2014 sebesar Rp4.500.000.000 dengan Penghasilan Kena
Pajak sebesar Rp500.000.000,00
PPh terutang
= 50% x 25% x Rp 500.000.000
= Rp 62.500.000

Contoh 2
Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2014 sebesar Rp40.000.000.000 dengan Penghasilan Kena
Pajak sebesar Rp4.000.000.000.
Yang mendapat fasilitas 4,8M/40M x Rp 4M = Rp 480juta. Sisanya Rp 3,52M (4M-480juta) dikenai
tarif normal. Sehingga PPh terutang =
50% x 25% x Rp 480 juta = Rp 60.000.000
25% x Rp 3,52M = Rp 880.000.000
Rp 60.000.000 + Rp 880.000.000 = Rp 940.000.000

Contoh 3
Peredaran bruto PT. Abadi dalam tahun pajak 2015 sebesar Rp 20.000.000.000 dengan PKP sebesar
Rp 1.000.000.000
PPh Terutang :
PKP Mendapat Fasilitas
=4.800.000.000/20.000.000.000 x 1.000.000.000=240.000.000
PKP Tidak Mendapat Fasilitas
= 1.000.000.000-240.000.000=760.000.000
PPh Terutang:
▪ Mendapat Fasilitas
= 50% x 25% x 240.000.000-30.000.000
• Tidak Mendapat Fasilitas = 25% x 760.000.000= 190.000.000
Jadi Total PPh Terutang = Rp 220.000.000
Cara menghitung PPh Badan menurut Pasal 16 UU PPh adalah :
Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif Pajak

Sejarah Tarif PPh Badan


Menurut Undang-Undang nya PPh Badan sudah 5x melakukan perubahan
1. UU No. 7 Tahun 1983
 5% - PKP s.d. Rp 10.000.000
 25% - PKP Rp 10.000.000 s.d. Rp 50.000.000
 35% - PKP di atas Rp 50.000.000
2. UU No. 10 Tahun 1994
 10% - PKP s.d. Rp 25.000.000
 15% - PKP Rp 25.000.000 s.d. Rp 50.000.000
 30% - PKP di atas Rp 50.000.000
3. UU No. 17 Tahun 2000
 10% - PKP s.d. Rp 50.000.000
 15% - PKP Rp 50.000.000 s.d. Rp 100.000.000
 30% - PKP di atas Rp 100.000.000
4. UU No. 36 Tahun 2008
 28% - Tahun 2009
 25% - Tahun 2010-2019
5. Perppu 1 Tahun 2020 – UU No. 2 Tahun 2020
 22% - Tahun 2020-2021
 20% - Mulai Tahun 2022

Tarif Lainnya
Bagi WPDN berbentuk PT dengan jumlah keseluruhan saham yang disetor dan
diperdagangkan di BEI paling sedikit 40% dan memenuhi persyaratan tertentu.
 22% - 3% (19%) = Tahun Pajak 2020 dan 2021
 20% - 3% (17%) = Mulai Tahun Pajak 2022

WP badan DN dengan peredaran bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000 mendapat


fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat
(2a) yang dikenakan atas penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto sampai
dengan Rp 4.800.000.000 (Pasal 31E UU PPh)
A. Skema Tarif PPh Badan Tahun Pajak 2020 dan 2021
Jenis Penghasilan WP Badan Dibagi menjadi dua:
1. Dikenai PPh Final/Bersifat Final
2. Tidak dikenai PPh Final/Bersifat Final

Maka perhitungan WP badan tidak dikenai PPh Final/Bersifat final adalah:


a) Omset s.d. Rp 50.000.000.000
 Peredaran Bruto s.d. Rp 4.800.000.000 maka
PKP x 50% x 22% (Tahun 2020)
PKP x 50% x 20% (Tahun 2022)
 Peredaran Bruto di atas Rp 4.800.000.000
Sebagian dikenai tarif 50% x tarif dan sebagian lagi dikenai tarif penuh
b) Omset di atas Rp 50.000.000.000
PKP x 22% (Tahun 2020)
PKP x 20% (Tahun 2022)

Contoh Kasus
1. WP dikenai PPh Final/Bersifat Final
PT Wijaya Berkarya merupakan pelaksana konstruksi dengan spesialisasi Gudang di
Pelabuhan/Bandara. Pada tahun 2020 memiiki omset Rp 56.000.000.000 yang
semuanya berasal dari jasa konstruksi dan telah dikenai PPh Final sesuai ketentuan
yang berlaku.

2. WP dikenai PPh tarif umum peredaran bruto di bawah Rp 4.800.000.000


PT JKL merupakan manufaktur cat tembok yang memiliki pabrik di Cikarang. Pada
tahun 2019 omsetnya mencapai Rp 5.000.000.000. Pada tahun 2020, memuliki
peredaran usaha Rp 4.000.000.000 dengan penghasilan kena pajak (PKP) sebesar RP
1.000.000.000
Maka : PPh Terutang = Rp 1.000.000.000 x 50% x 22% = Rp 110.000.000

3. WP dikenai PPh tarif umum peredaran bruto diatas Rp 4,8 M s.d. Rp 50 M


PT MNO merupakan manufaktur pupuk yang memiliki pabrik di Karawang. Pada
tahun 2019 omsetnya mencapai Rp 32.000.000.000. Pada tahun 2020, memiliki
peredaran usaha Rp 30.000.000.000 dengan penghasilan kena pajak (PKP) sebesar
Rp 12.000.000.000
Maka :
a) Mendapat fasilitas 50%
Rp 4,8 M / Rp 30 M x Rp 12 M = Rp 1.920.000.000
b) Tidak mendapat fasilitas
Rp 12 M – Rp 1.920.000.000 = Rp 10.080.000.000
PPh Terutang = (Rp 1.920.000.000 x 50% x 22%) + (Rp 10.080.000.000 x Rp 22%)
= Rp 2.428.800.000

4. WP dikenai PPh tarif umum peredaran bruto di atas Rp 50.000.000.000


PT PQR merupakan manufaktur tekstil yang memiliki pabrik di Karawang. Pada tahun
2020 memiliki peredaran usaha Rp 68.000.000.000 dengan penghasilan kena pajak
(PKP) sebesar Rp 24.000.000.000
Maka : PPh Terutang = (Rp 24.000.000.000 x 22%)
= Rp 5.280.000.000

Anda mungkin juga menyukai