Anda di halaman 1dari 3

Nama : Anggi prihantoro

Prodi : pend. sosiologi


Zona Merah Perpu KPK
Beberapa waktu yang lalu representasi rasa kegelisahan rakyat atas keadaan politik
memuncak. Elit politik serentak menyetujui keputusan revisi UU KPK, revisi UU KPK yang
dinilai melemahkan KPK mendapat penolakkan dari berbagai elemen masyarakat di seluruh
Indonesia. Cita-cita revolusi telah dikhianati, mahasiswa serentak turun ke jalan, aksi
demonstrasi mewarnai berbagai wilayah Indonesia. Catatan kelam mengisi kejadian peristiwa
waktu itu, korban jiwa 5 demonstran : Bagus Putra Mahendra (15), Maulana Suryadi (23) Akbar
Alamsyah (19) Randy (22), dan Yusuf Kardawi (19). Mereka merupakan lima korban meninggal
dunia saat demonstrasi menolak revisi UU KPK dan RKUHP di depan Gedung DPR dan
sejumlah daerah yang berakhir ricuh beberapa waktu lalu. Citra pemerintah mulai dipertanyakan,
setelah terjadi sekian banyak respon dari masyarakat elit politik mulai berpikir ulang,DPR dan
pemerintah sepakat menunda revisi UU No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK). Ingat revisi UU KPK hanya ditunda bukan dibatalkan, seakan menjadi bom
waktu, revisi UU KPK menimbulkan banyak permasalahan baru di dunia perpolotikan Indonesia.
Publik yang masih merasa gelisah menyuarakan agar Presiden Joko Widodo mengeluarkan perpu
KPK untuk menganulir perubahan UU KPK yang dinilai melemahkan.
Pembentukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) diatur dengan jelas
dalam suatu peraturan perundang-undangan, baik di Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945), Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (UU No.12 Tahun 2011), maupun Peraturan
Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Perpres No.87 Tahun 2014),
yang menyebutkan tentang kewenangan Presiden menetapkan Perpu yang didasarkan pada hal
ihwal kegentingan yang memaksa. Sikap Presiden Jokowi yang hingga saat ini belum
menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi
(Perpu KPK) membeuat publik bertanya-tanya, Seakan Presiden tidak mendengarkan suara
penolakan revisi UU KPK dari berbagai elemen masyarakat di seluruh Indonesia.
Perlu diketahui dampak buruk perubahan UU KPK terhadap kerja pemberantasan korupsi.
penindakan kasus korupsi akan lambat dengan keberadaan dewan pengawas. Tindakan
penyitaan, penggeledahan, dan penyadapan mesti melalui izin dewan pengawas. KPK tidak akan
lagi independen. Pasal 3 UU KPK menyebutkan KPK menjadi lembaga negara yang masuk
dalam rumpun eksekutif. Ini mengartikan bahwa status kelembagaan KPK tidak lagi bersifat
independen. Jika memang KPK dilemahkan hal ini tentu akan membuat citra pemerintah di mata
dunia memburuk, rakyat akan menjadi tidak percaya pada pemerintah. Beberapa waktu lalu
Presiden Joko Widodo menyatakan akan mempertimbangkan tentang pengeluaran perpu KPK.
Langkah presiden yang berkeinginan mengeluarkan perpu, namun pada kemudian waktu beliau
menyatakan bahwa DPR belum tentu menyetujui perpu. Beliau menyampaikan bahwa tidak
punya fraksi lagi di DPR, dapat diartikan bahwa sikap Presiden Joko Widodo tampak ragu untuk
keberhasilan terciptanya perpu KPK sebab ada kemungkinan tidak disetujui DPR.

Harus dipertimbangkan lagi, mengingat perpu dapat menjadi jalan keluar dari krisis
kepercayaan agar kredibilitas pemerintahan dapat terpulihkan. Ketika pilihan politik membatasi
ada baiknya Presiden kembali ke suara rakyat, banyak rakyat yang menghendaki agar
dikeluarkannya perpu KPK. Perpu KPK dapat menganulir revisi UU KPK, kewenangan KPK
jangan disisihkan sebab KPK merupakan salah satu pengejawantahan cita-cita bangsa Indonesia
untuk membrantas korupsi. Para elit seharusnya mulai berpikir kembali, merenungkan langkah
yang salah dan menemukan jalan keluar untuk mengatasi kesalahan tersebut, ingat parlemen
pada dasarnya ada untuk menyampaikan keinginan publik dan juga mendengarkan keinginan
publik.
Daftar pustaka
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/3000-peraturan-pemerintah-pengganti-
undang-undang-dari-masa-ke-masa.html diakses pada tanggal 11 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai