Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL

KONSERVARSI TANAH DAN AIR

“ Pengembangan Lahan Tanaman Pangan, Perkebunan, Holtikultura, Kehutanan


dan Peternakan Dengan Metode Konservasi Tanah dan Air Untuk Meningkatkan
Produktivitas Pertanian Petani Lokal Diwilayah Kecamatan Padangguni
Kabupaten Konawe ”

Oleh:

Yuda Fahrozi D1D118100


Muhamad Farid Amdy D1D118003
Nursina D1D117015
Muhammad Nandar T. D1D118040
Musdalifah D1D118046
Arista D1D118093

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
PROPOSAL

KONSERVARSI TANAH DAN AIR

“Pengembangan Lahan Tanaman Pangan, Perkebunan, Holtikultura, Kehutanan


dan Peternakan Dengan Metode Konservarsi Tanah dan Air Untuk Meningkatkan
Produktivitas Pertanian Petani Lokal Diwilayah Kecamatan Padangguni
Kabupaten Konawe “

Oleh :
Yuda Fahrozi D1D118100
Muhamad Farid Amdy D1D118003
Nursina D1D117015
Muhammad Nandar T. D1D118040
Musdalifah D1D118046
Arista D1D118093

Diajukan sebagai Salah Satu untuk Mengikuti Praktikum Konservarsi Tanah


dan Air

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama Unit Kegiatan dan Judul : Pengembangan Lahan Tanaman Pangan,


Perkebunan, Holtikultura, Kehutanan dan
Peternakan Dengan Metode Konservarsi
Tanah dan Air Untuk Meningkatkan
Produktivitas Pertanian Petani Lokal .

Unit Kerja : Ilmu Tanah

Nama Program : Konservarsi Tanah dan Air

Nama Kegiatan :“Pengembangan Lahan Tanaman Pangan,


Perkebunan, Holtikultura, Kehutanan dan
Peternakan Dengan Metode Konservarsi
Tanah dan Air Untuk Meningkatkan
Produktivitas Pertanian Petani Lokal
Diwilayah Kecamatan Padangguni
Kabupaten Konawe “

Kendari, Desember 2020

Penyusun Ketua

Musdalifah Yuda Fahrozi


NIM. D1D118046 NIM.D1D118100
Mengetahui,
Koordinator Praktikum

La Ode Rustam S.P., M.Sc


NIDN. 00130088604
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang atas hidayah dan
ridho-Nya penulis mampu menyelesaikan Proposal dengan waktu yang telah
ditentukan. Proposal ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat
praktikum mata kuliah Konservarsi Tanah dan Air di jurusan ilmu tanah. Adapun
tujuan utama penyusunan proposal ini adalah memberikan kemudahan kepada
mahasiswa guna melakukan usaha-usaha mempertahankan sumberdaya alam yang
ada.
Pada dasarnya kaidah-kaidah konservarsi dan sumberdaya alam pada
umumnya adalah sama yaitu bahwa kita harus menjaga dalam penggunaan
sumberdaya alam dan memperlakukannya berdasarkan hukum alam itu sendiri.
Kita tiak boleh boros menggunakan sumberdaya alam, bukan mengeksploitasi
sumberdaya alam yang kita miliki dengan fungsi yang sudah melekat secara
alamiah.
Dalam melaksanakan usaha-usaha di bidang pertanian, konservarsi tanah
dan air mutlak harus diterapkan, mengingat banyaknya kerusakan yang terjadi
akibat kesalahan pengolahan tanah. Kerusakan-kerusakan yang terjai harus dapat
dicegah, karena akan diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya.

Kendari, Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................
i
KATA PENGANTAR..................................................................................
ii
DAFTAR ISI.................................................................................................
iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................
I-1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................
I-3
1.3. Tujuan..........................................................................................
I-3
1.4. Kegunaan.....................................................................................
I-3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Teori............................................................................
II-5

2.2. Kerangka Berpikir.......................................................................


II-8

BAB III. METODE PRAKTIKUM


3.1. Tempat Dan Waktu Praktikum....................................................
III-9
3.2. Bahan Dan Alat...........................................................................
III-9
3.3. Metode Praktikum.......................................................................
III-9
3.4. Kegiatan Praktikum.....................................................................
III-10

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kelas lereng.......................................................................................... 11

Tabel 2. Klasifikasi kelas kepekaan erosi (KE).................................................. 11

Tabel 3. Tingkat bahaya erosi berdasarkan tebal solum tanah........................... 12

Tabel 4. Klasifikasi tingkat bahaya erosi........................................................... 12


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Praktikum................................................................... 15

Lampiran 2. Prosedur Tahapan Waktu Pelaksana Kegiatan Praktikum............ 15


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah adalah kumpulan benda alam dipermukaan bumi terbentu dari


mineral-mineral dan bahan-bahan organic, mengandung benda-benda hidup
dengan gejala-gejala serta dapat mendukung kehidupan tumbuhan-tumbuhan di
lapangan. selanjutnya disebutan bahwa devenisi tanah. ini berarti tanah yang yang
diklasifikasikan bukkanlah hanya bagian tanah yang memiliki horizon-horizon
atau solumtanahnnyasaja,tetapi juga bagian tanah dibawah solum asalkan gejala-
gejala kehidupan masih ditemukan.
Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang
tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi
kerusakan tanah. Dalam arti yang sempit konservasi tanah diartikan sebagai upaya
untuk mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak
akibat erosi. Sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah menentukan kemampuan
tanah untuk suatu penggunaan dan perlakuan yang diperlukan agar tanah tidak
rusak dan dapat digunakan secara berkelanjutan.
Kecamatan Padangguni merupakan salah satu kecamatan di kabupaten
konawe yang memiliki seluas kurang lebih 20 km2. Menurut data yang diperoleh
dari pangkalan udara Woltermongisidi kendari, suhu udara maksimumnya 34°C
dan minimun 15°C atau dengan rata-rata 20°C. Tekanan udara rata-rata 1.010,5
milibar dengan kelembaban udara rata-rata 87,7 persen. Kecepatan angin pada
umumnya berjalan normal, yaitu disekitar 12,75 m/detik Perbatasan di sekitar
kecamatan ini dapat dijelaskan bahwa sebelah utara berbatasan dengan desa
Waworoda Jaya, sebelah timur berbatasan dengan desa Momea, sebelah selatan
dengan Desa Ameroro dan sebelah barat dengan desa Kumapo. Permukaan tanah
pada umumnya bergunung dan berbukit yang diapit dataran rendah yang sangat
potensial untuk pengembangan sektor pertanian.
Dataran rendah di kecamatan Padangguni mendominasi pemanfaatan
lahannya sebagai ladang persawahan. Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa)
merupakan salah satu komoditas yang potensial untuk dikembangkan di wilayah
Kecamatan Padangguni. Masayarakat tani disekitarnya terus memicu peningkatan
produksi padi untuk mengimbangi pertambahan jumlah penduduk dan
berkurannya areal sawah produktif. Namun masalah yang sering muncul di
lapangan, panen dihasilkan tanaman padi tidak stabil pada tiap tahunnya. Kadang
produktivitas baik dan terkadang menurun. Hal ini diduga oleh faktor cuaca dan
ketersediaan air yang tidak mendukung. Bendungan irigasi dan drainase disana
cuman mengandalkan air dari bendungan akan tetapi pada saat musim panas
mendatang mengalami kekurangan air.
Pembukaan kawasan lahan hutan menjadi lahan pertanian juga
diaplikasikan pada wilayah Kecamatan Padangguni. Lumayan banyak perkebunan
dijumpai pada dataran tinggi. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu
komoditas perkebunan yang peranannya dinilai cukup penting bagi perekonomian
rumah tangga, sayangnya belum mampu dijadikan aset penghasilan daerah
Kecamatan Padangguni. Karena pertanian disana masih mendominasi tujuh puluh
persen persawahan padai, maka tingkat produktivitas perekebunan kakao masih
tergolong rendah.
Berdasarkan metode kesesuaian lahan perkebunan dataran tinggi
dinyatakan tidak sesuai karena faktor pembatas utama yang merusak adalah
tingkat bahaya erosinya. Namun bila permasalahan tersebut dijawab
menggunakan metode konservarsi, perkebunan cocok untuk dikembangkan
tanaman seperti kakao. Konservasi adalah perlindungan, perbaikan dan pemakaian
sumber daya alam menurut prinsip-prinsip yang akan menjamin keuntungan sosial
atau ekonomi yang tertinggi secara lestari. Untuk menanggulangi lahan-lahan
yang terdegradasi di lakukan sebuah upaya konservasi tanah dan air untuk
menciptakan kondisi tanah yang sehat dan ketersedian air tanah yang cukup untuk
kebutuhan tumbuh tanaman sehingga meningkatkan produktivitas tanaman itu
sendiri.
Sistem pertanaman kakao seharusnya mempunyai tanaman pelindung
sehingga tegakkan vegetasi berstrata. Dengan demikian energi hujan dapat ditahan
oleh strata tajukan tanaman, kemudian dapat mengurangi kerusakan lahan yang
disebabkan oleh erosi tanah. Tanah-tanah yang mengalami erosi akan mengalami
tingkat kesuburan hara yang rendah, oleh karena banyaknya unsur hara yang
terbawa bersama erosi tanah. oleh karena itu penerapan metode konservarsi sangat
dibutuhkan dalam menjawab permasalahan ini.
Berdasarkan berbagai uraian diatas untuk menuju pertanian berkelanjutan
harus diadakan pengembangan Pengembangan Lahan Tanaman Pangan,
Perkebunan, Holtikultura, Kehutanan dan Peternakan dengan metode konservarsi
tanah dan air untuk meningkatkan produktivitas pertanian petani lokal diwilayah
kecamatan padangguni kabupaten konawe.

1.2. Permasalahan/Rumusan Masalah

Melihat pemaparan penjelasan dari latar belakang permasalahan timbul di


Kecamatan Padangguni dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Apakah erosi menjadi faktor utama dalam peermasalahan pertanian lahan
di Kecamatan Padangguni ?
b. Metode konservarsi apa saja yang harus diaplikasi untuk lahan pertanian di
Kecamatan Padangguni ?

1.3. Tujuan

Tujuan dari konsep pembuatan poroposal ini adalah:


1. Untuk Mampu menjelaskan bahwa salah satu untuk meningkatkan
produktivitas pertanian di Kecamatan Padangguni yaitu dengan
mengaplikasikan metode konservarsi tanah dan air.
2. Untuk Mampu menjelaskan bahwa produktivitas tanaman di Kecamatan
Padangguni bisa ditingkatkan dengan pertanian organik dengan menerapakan
konsep konservasi tanah dan air.

1.4. Kegunaan

Kegunaan dari konsep pembuatan poroposal ini adalah:


1. Agar dapat mengetahui bahwa salah satu untuk meningkatkan produktivitas
pertanian di Kecamatan Padangguni yaitu dengan mengaplikasikan metode
konservarsi tanah dan air.
2. Agar dapat mengetahui bahwa produktivitas tanaman di Kecamatan
Padangguni bisa ditingkatkan dengan pertanian organik dengan menerapakan
konsep konservasi tanah dan air.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Teori


2.1.1. Konsep Tanah dan Lahan

Tanah merupakan sumber daya alam yang dapat dijadikan sebagai lokasi
pertanian, pada dasarnya tanah mempunyai 2 fungsi utama, yaitu sebagai sumber
hara bagi tanaman dan sebagai tempat berjangkarnya akar tanaman. Sifat tanah
dapat berubah tergantung pengelolaannya serta akibat dari erosi. Erosi tanah
terjadi akibat rusaknya agregat-agregat tanah menjadi fraksi yang halus yang
disebabkan oleh daya tekanan air hujan dan fraksi-fraksi tersebut dipindahkan
oleh air aliran permukaan umumnya pemindahan tanah ini dari lereng bagian atas
ke lereng bagian bawah (Kasmawa, et all, 2016).

Lahan adalah suatu wilayah daratan dengan ciri mencakup semua watak yang
melekat pada atmosfer, tanah, geologi, timbulan, hidrologi dan populasi tumbuhan
dan hewan , baik yang bersifat mantap maupun yang bersifat mendaur, serta
kegiatan manusia diatasnya. Jadi, lahan mempunyai ciri alami dan budaya
(Marwan, dkk, 2011).

2.1.2. Konservasi Tanah dan Air


Konservasi tanah dan air merupakan upaya untuk melakukan fungsi lahan
untuk berproduksi secara lestari. Konservasi tanah dan air diharapkan dapat
mengurangi dampak negative yang ditimbulkan sehingga masyarakat dapat
terhindar dari dampak dari erosi yang memerlukan dana yang cukup besar dalam
penanganan dampak erosi tersebut. Untuk mengetahui usaha konservasi tanah dan
air sebagian alternatif upaya mencegah erosi sehingga dapat menunjang lahan
untuk berproduksi tinggi dan mengungkap dampak potensial kegiatan konservasi
tanah dan air terhadap perbaikan dan pelestarian tanah dan air serta tanaman yang
tumbuh diatasnya (Beliana, 2012). Beberapa macam erosi yang dikenal dalam
kamus konservasi tanah dan air yaitu erosi geologi, erosi normal, dan erosi
dipercepat (Arsyad, 2010).

Degradasi tanah berarti penurunan kualitas tanah, dalam arti menghilangnya


satu atau lebih fungsi tanah. faktor penyebab degradasi tanah antara lain area
berlereng curam, tanah yang mudah rusak, curah hujan intensif, perubahan
populasi, marjinalisasi penduduk, kemiskinan penduduk, masalah kepemilikan
lahan, dan pengembangan pertanian yang tidak tepat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui teknik konservasi tanah dan air yang dilakukan pada lahan
terdegredasi. Penelitian dilakukan dengan observasi lahan pertanian Kampus II
UIN SGD Bandung. Hasil observasi menunjukkan pemberian bahan organik pada
lahan penanaman, rotasi tanaman, dan pemanfaatan daerah aliran sungai (DAS)
dilakukan petani agar menjaga kestabilan tanah lahan kering (Alibasyah, 2013).

1. Pengertian Erosi dan Bentuk-Bentuk Erosi

Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-


bagian tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media
alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat
terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan ditempat lain. Pengikisan dan
pengangkutan tanah tersebut terjadi oleh media alami, yaitu air dan angina
(Arsyad, 2010).

Erosi tanah adalah proses dua fase yang terdiri dari detasemen partikel
tanah, individu dari masa tanah dan pengangkutannya oleh agen erosif seperti air
mengalir dan angin. Ketika energi yang mencukupi tidak lagi tersedia untuk
mengangkut partikel fase ketiga, deposisi akan terjadi (Morgan, 2005).

Menurut bentuknya erosi dibedakan dalam erosi lembar, erosi alur, erosi
parit, erosi tebing, sungai, longsor, dan erosi internal. Erosi yang terjadi pada
tanggul atau tepi saluran irigasi atau drainase dapat berupa salah satu dari bentuk
tersebut.

2. Faktor yang Mempengaruhi Erosi

Curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi seperti telah kita pelajari
bahwa kedua faktor tersebut mempunyai daya penghancuran yang tinggi terhadap
agregat tanah dan berubahlah agregat tanah tersebut menjadi partike-partikel yang
mudah terhanyutkan, kadang-kadang kecepatan angin dari arah meniupnya dapat
pula memindahkan pertikel tanah. Temperatur optimum di daerah yang beriklim
tropis ini sangat berkemampuan mempercepat terjadinya pelapukkan bahan
organik yang ada pada tanahnya menjadi humus yang dimineralisasi menjadi
mineral-mineral (Kartasapoetra, 2010).

Pengaruh iklim terhadap erosi dapat bersifat langsung atau tidak langsung.
Pengaruh langsung adalah melalui tenaga kinetis air hujan, terutama intensitas dan
diameter butiran air hujan. Pada hujan yang insentif dan berlangsung dalam waktu
pendek, erosi yang terjadi biasanya lebih besar daripada hujan dengan intensitas
lebih kecil dengan waktu berlangsung hujan lebih lama. Pengaruh iklim tidak
langsung ditentukan pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetasi dengan kondisi
iklim yang sesuai (fluktuasi suhu kecil dengan curah hujan merata), vegetasi dapat
tumbuh secara optimal. Sebaliknya, pada daerah dengan perubhan iklim besar,
misanya didaerah kering pertmubhan vegetasi terhambat oleh tidak memadainya
ntesitas hujan. Tetapi, sekali hujan turun, intensitas hujan tersebut umumnya
sangat tinggi (Asdak, 2007).

Besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal
tertentu. Oleh karena itu, besarnya curah hujan dapat dinyatakan dalam m³ per
satuan luas, atau secara umum dinyatakan dalam tinggi kolom air (mm). Besarnya
curah hujan dapat dimaksudkan untuk satu kali atau untuk masa tertentu seperti
per hari, per bulan, per musim, atau per tahun (Arsyad,2010). Erosi terjadi karena
curah hujan yang tinggi; Infiltrasi kecil; Kurangnya Vegetasi; Runoff; Kerusakan
yang diakibatkan oleh manusia.

3. Erosi yang diperbolehkan

Erosi yang diperbolehkan (Edp) adalah jumlah tanah hilang yang


diperbolehkan pertahun agar produktivitas lahan tidak berkurang sehingga tanah
tetap produktif secara lestari. Erosi diperbolehkan harus mempertimbangkan:
Ketebalan lapisan atas, Sifat fisik tanah, Pencegahan terjadinya erosi (gully),
Penurunan kandungan bahan organik dan Kehilangan zat hara tanaman
(Hardjowigeno, 2010).

2.2. Kerangka Berpikir

Kecamatan Padangguni merupakan salah satu kecamatan di kabupaten


konawe yang memiliki seluas kurang lebih 20 km 2. Tanaman Padi Sawah (Oryza
sativa) merupakan salah satu komoditas yang potensial untuk dikembangkan di
wilayah Kecamatan Padangguni. Namun masalah yang sering muncul di
lapangan, panen dihasilkan tanaman padi tidak stabil pada tiap tahunnya. Kadang
produktivitas baik dan terkadang menurun. Hal ini diduga oleh faktor cuaca dan
ketersediaan air yang tidak mendukung. Kemudian Pembukaan kawasan lahan
hutan menjadi lahan pertanian juga diaplikasikan pada wilayah Kecamatan
Padangguni. Lumayan banyak perkebunan dijumpai pada dataran tinggi.
Berdasarkan metode kesesuaian lahan perkebunan dataran tinggi dinyatakan tidak
sesuai karena faktor pembatas utama yang merusak adalah tingkat bahaya
erosinya.
Pengembangan potensi Tanaman Pangan, Perkebunan, Holtikultura,
Kehutanan dan Peternakan di Kecamatan Padangguni dilakukan berbagai
pendekatan dan konsep perencanaan. Untuk menjawab permasalahan di lapangan
tadi maka peningkatan produktivitas tanaman dapat disusun dengan konsep
seperti pemetaan dan tinndakan konservarsi tanah dan air (perubahan dari
keterbatasan dan pengelolaan vegetatif).
III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Lokasi dan Waktu Praktikum


Kegiatan praktikum dilaksanakan di Kecamatan Padangguni Kabupaten
Konawe. Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2020. Dan data
yang diperoleh dari praktikum ini dianalisis di Laboratorium Pedologi Fakultas
Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalh peta unit lahan hasil
overlay peta tanah, peta geologi, peta pengguanaan lahan, peta kemiringan lereng
skala dan peta administrasi saka, larutan H2O2 dan Hcl, larutan nitrogen, fosfor
dan kalium, air serta sampel tanah dari lokasi praktikum.

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adah bor tanah, parang, pH
lakmus, Stopwatch, mistar, ring sampel, pisau lapang, kompas, altimeter, buku
munsell soil colour chart, kartu deskripsi, meteran kain, meteran rol, buku
pedoman, cangkul, kantong plastic , plastic sampel, kertas label, karung, alat tulis
menulis, klinometer, avenza maps, GPS, kamera dan peralatan analisis
laboratorium seperti spatula, tabung reaksi.
3.3. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam praktikum ini meliputi tahapan :


1. Menentukan batas-batas daerah praktikum
2. Digitasi peta (peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, peta jenis
tanah, peta geologi, dan peta administrasi)
3. Mengambil sampel tanah dengan metode transek sebagai pendugaan awal
jenis tanah didaerah penelitian yang kemudian digunakan untuk menentukan
pedon pewakil sebgai cara untuk memastikan jenis tanah yang ada didaerah
penelitian sebagai dasar pembuatan Satuan Peta Tanah (SPT)
4. Overlay peta yaitu peta jenis tanah, penggunaan lahan, dan peta kemiringan
lereng, peta geologi untuk mendapatkan Satuan Peta Lahan (SPL) lereng
dikecamatan Abuki Kabupaten Konawe
5. Survey lapangan dengan cara pengambilan sampel tanah (boring) pada
masing-masing SPL serta pengamatan lapang untuk mendapatkan
karakteristik lahan : kedalaman tanah, kemiringan lereng, dan vegetasi; data
sekunder yang dibutuhkan : data iklim
6. Analisis laboratorium untuk menentukan tekstur tanah dengan metode
pemipetan, struktur tanah, kadar bahan organic dengan metode oksidasi
basah Walkey & Black, permeabilitas dengan metode permeameter
7. Analisis data lapang untuk penghitungan prediksi erosi dan Tingkat Bahaya
Erosi (TBL) dengan menggunakan rumus USLE
8. Alternatif tindakan konservasi.

3.4. Variabel Penelitian

Data yang dibutuhkan meliputi :


1. Data curah hujan bulanan selama 10 tahun
2. Tekstur Tanah
3. Bahan Organik
4. Struktur tanah
5. Permeabilitas tanah
6. Kemiringan lereng
7. Tutupan lahan
8. Tindakan Konservasi yang dilakukan
9. Kedalaman tanah

3.5. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dengan melakukan overlay semua parameter


yang digunakan seperti peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta curah hujan
dan peta penggunaan lahan, untuk memperoleh peta satuan lahan daerah
praktikum. Prediksi erosi permukaan (A) pada suatu lahan yaitu dengan
menggunakan persamaan USLE (Universal Soil Loss Uquation) dalam Fahliza,
2013 yaitu:

E = R.K.LS.C.P ......................................(1)

Dimana :

E = Kehilangan tanah (ton/ha/tahun)

R = Indeks erotivitas curah hujan,

K = Faktor erodibilitas tanah

LS = Panjang dan kemiringan lereng

C = Faktor manajemen tutupan lahan, dan

P = Faktor praktek dukungan/pengendalian erosi

a. Faktor Erosivitas Hujan (R)

Indeks erosivitas hujan diprediksi menggunakan formulasi Lenvain (1989)


dalam Auliyani dkk, 2017 yaitu:

EI = 2,21 X R1,36……………….(2)

Dimana :

EI = erosivitas hujan rata-rata tahunan (KJ/ha)


c = harkat permeabilitas tanah

R = curah hujan rata-rata bulanan (cm)

b. Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Erodibiltas tanah atau ketahanan tanah dapat ditentukan dengan aturan


rumus perhhitungan nilai K yang dihitung dengan persamaan (Weischmeier, et
all,1971 dalam Fahliza, 2013).

K = 2,7 x 𝑀1.14 (10−4) (12 - a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3).............(3)

100

Dimana:

K = Faktor erodibilitas tanah

M = ukuran partikel (% pasir sangat halus + % debu x (100-% liat)

a = kadungan bahan organik (% C x 1,72)

b = harkat strukrut tanah

Persamaan berikut digunakan untuk jenis tanah dilokasi penelitian yang


belum diketahui nilai erodibilitas tanahnya.

Tabel 4. Nilai M Dari Kelas Tekstur Tanah Yang Di Gunakan Untuk Rumus K

Kelas tekstur (USDA) Nilai M

Lempung pasiran 1215


Lempung ringan 1685
Geluh lempung pasiran 2160
Lempung debuan 2510
Geluh lempung 2830
Pasir 3035
Pasir geluhan 3245
Geluh lempung debuan 3770
Geluh pasiran 4005
Geluh 4390
Geluh debuan 6330
Debu 8245
Sumber : Anonim, 1998

Tabel 5. Kode Struktur Tanah

Kelas struktur tanah (ukuran diameter) Kode


Granuler sangat halus (< 1 mm) 1

Granuler halus (1-2 mm) 2

Granuler sedang sampai kasar (2-10 mm) 3


Blok, blocky, plat, massif 4

Sumber : Arsyad, 2000

Tabel 6. Pengharkatan Bahan Organik

Bahan Organik (%) Harkat


< 3.5 sangat rendah
3.5 – 7 Rendah
7 – 17 Sedang
17 – 35 Tinggi
> 35 Sangat tinggi
Sumber : Sumaryo (1982) cit.,Anonim (2005)

Tabel 7. Kelas Permeabilitas Tanah

Kelas permeabilitas tanah Kecepatan (cm/jam)


Sangat lambat < 0.5
Lambat 0.5-2.0
Agak lambat 2.0-6.3
Sedang 6.3-12.7
Agak cepat 12.7-25.4
Cepat > 25.4
Sumber : Arsyad, 2000

Tabel 8. Klasifikasi nilai K

Kelas Nilai K Harkat


1 0.00-0.10 Sangat rendah
2 0.11-0.20 Rendah
3 0.21-0.32 Sedang
4 0.33-0.40 Agak tinggi
5 0.41-0.55 Tinggi
6 0.56-0.64 Sangat tinggi
Sumber : Arsyad, 2000

Tabel 9. Nilai factor K Berdasarkan Jenis Tanah

NO Tipe Tanah Nilai


factor K

1 Tanah eutropik organic 0,301

2 Tanah hidro morphic alluvial 0,156

3 Tanah abu-abu alluvial 0,259

4 Tanah alluvial coklat keabu-abuan 0,315

5 Alluvial abu-abu dan alluvial coklat keabu-abuan 0,193

6 Kompleks tanah alluvial abu-abudan tanahhumicabu- 0,205


abu

7 Kompleks tanah alluvial abu-abu dan tanah humic 0,202


rendah abu-abu
8 Komplek tanah hydromorfic abu-abu dan planosol 0,301
coklat keabu-abuan

9 Planosol coklat keabu-abuan 0,251

10 Komplek tanah litosol dan tanah mediteran merah 0,215

11 Regosol abu-abu 0,304

12 Komplek regosol abu-abu dan litosol 0,172

13 Regosol coklat 0,346

14 Regosolcoklatkekunig-kuningan 0,331

15 Regosolabu-abukekuning-kuningan 0,301

16 Komplekregosoldan litosol 0,302

17 Andosol coklat 0,278

18 Andosol coklat kekuning-kunigan 0,223

19 Komplek andosol coklat dan regosol coklat 0,271

20 Komplek rensinas, litosol dan tanah hutan coklat 0,157

21 Grumosol abu-abu 0,176

22 Grumosol abu-abuhitam 0,187

23 Komplek grumosol, regosol dan tanah mediteran 0,201

24 Komplek tanah mediteran coklat dan litosol 0,323

25 Komplek tanah menditeran dan grumosol 0,275

26 Komplek tanah menditeran coklat kemerahan dan 0,188


litosol

27 Latosol coklat 0,175

28 Latosol coklat kemerahan 0,121

29 Latosol coklat hitam kemerahan 0,058

30 Latosol coklat kekuningan 0,082

31 Latosol merah 0,075

32 Latosol merah kekuningan 0,054


33 Kompleks latosol coklat dan regosol abu-abu 0,186

34 Kompleks latosol coklat dan kekuningan 0,091

35 Kompleks latosol coklat kemerahan dan latosol coklat 0,067

36 Kompleks latosol merah,latosol coklat kemerehan dan 0,062


litosol

37 Kompleks latosol merah dan latosol coklat kemerahan 0,061

38 Kompleks latosol merah kekuningan, latosol coklat 0,064


kemerahan dan latosol

39 Komplek latosol coklat kemerahan dan litosol 0,075

40 Kompleks latosol merah kekuningan, latosol coklat 0,116


podsolik merah kekuningan dan litosol

41 Tanah podsolik kuning 0,167

42 Tanah podsolik merah kekunigan 0,166

43 Tanah podsolik merah 0,158

44 Komplek podsilik kuning dan tanah hydromorphic abu- 0,249


abu

45 Komplek tanah podsolik kuning dan regosol 0,158

46 Komplek tanah podsolik kuning, podsolik merah 0,175


kekunigan dan regosol

47 Komplek lateritic merah kekuningan dan tanah podsolik 0,175


merah kekuningan

Sumber:Ismaniar, (2012), Hendrawan,(2004)

c. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng

Faktor panjang dan kemiringan lereng terdiri dari dua bagian, yakni factor
panjang (L) dan faktor kemiringan lereng (S) yang ditentukan nilainya dengan
menggunakan persamaan Schawab (1981) dalam Sufiani (2005):
L = (𝑙 /22,1)𝑚………............…..(4)

Dimana:

L = Panjang lereng (m)

l = Pengukuran lereng dilapang

m= Angka eksponen yang dipengaruhi oleh interaksi antara panjang dan


kemiringan lereng dan dapat juga dipengaruhi oleh karakteristik tanah, tipe
vegetasi.

Perhitungan nilai kemiringan lereng (S) adalah:

S = (0,43 + 0,30𝑠 + 0,04𝑠²)/6,61….….(5)

Dimana :

S = Kemiringan lereng (%)

S = Kemiringan lereng actual %

d. Faktor pengelolaan tanaman dan Pengolahan Lahan

Teknik konservasi faktor penutupan vegetasi dan pengolahan lahan


menggambarkan dampak kegiatan pertanian dan pengolahan lahan terhadap
tingkat erosi. Besaran nilai C dan P ditentukan berdasarkan keanekaragaman
bentuk penguunaan lahan dilapangan (berdasarkan peta tata guna lahan dan
orientasi lapangan). Nilainya di tentukan berdasarkan hasil peneltian sebelumnya
atau modifikasinya. Nilai C dan P untuk tata guna lahan tertentu dapat dilihat pada
Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Nilai Pengelolaan Tanaman

No. Jenis Pertanaman Nilai C

1. Sawah beririgasi 0,01


2. Sawah tadah hujan 0,05
3. Ubi kayu 0,8
4. Kacang tanah 0,2
5. Padi 0,5
6. Tebu 0,2
7. Pisang 0,6
8. Akar wangi (sereh wangi) 0,4
9. Kopi dengan tanaman penutup tanah 0,2
10. Cabe, Jahe, dan lain-lain (rempah-rempah) 0,9
11. Kebun campuran :

Kerapatan tinggi 0,1

Ubi kayu-Kacang Panjang 0,2

12. Kerapatan sedang


Perladangan berpindah-pindah (Shifting 0,3
0,4

13. Perkebunan (Penutup tanah buruk)

Karet 0,8

Teh 0,5

14. Kelapa sawit


Hutan: 0,5

Penuh dengan serasah 0,001

15 Belukar/rumput 0,3
16. Jati + Mahoni 0,04
17. Jagung 0,7

Tabel 2. Teknik Konservasi

No. Jenis Teknik Konservasi Tanah Nilai P


Teras bangku : 0,04 0,15
- Standar disain dan bangunan baik 0,35
- Standar disain dan bangunan sedang
1. - Standar disain dan bangunan rendah

2. Teras tradisional 0,04

Penanaman/pengolahan menururt kontur


pada lereng:
- 0–8% 0,50
- 9 – 20 % 0,75
3.
- Lebih dari 20 % 0,90
Penanaman rumput (Brachia) dalam strip;

- Standar disain dan keadaan pertumbuhan baik 0,04

4. - Standar disain dan keadaan pertumbuhan tidak


baik
5. Penanaman Crotaliria dalam rotasi 0,60
Penggunaan Mulsa 0,30
- ( jerami 6 ton/ha/th)
- (jerami 3 ton/ha/th) 0,500,
6. - (jerami ton/ha/th)
80
Penanaman penutup tanah rendah pada

- Kerapatan tinggi 0,10


7. - Kerapatan sedang
8. Tanpa tindakan konservasi 1,00

e. Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Tingkat Bahaya Erosi ditentukan dengan membandingankan antara nilai


ke dalaman solum tanah terhadap nilai erosi permukaan yang terjadi yang dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Kelas Tingkat Bahaya Erosi

Solum Kelas Erosi


Tanah
I II III IV V
(cm)
Erosi (ton/ha/tahun)

<15 15-60 60- 180- >480


180 480

Dalam SR R S B SB
(>90)
0 I II III IV

Sedang R S B SB SB
(60-90)
I II III IV IV

Dangkal S B SB SB SB
(30-60)
II III IV IV IV

Sangat B SB SB SB SB
Dangkal
III IV IV IV IV
(<30)

Keterangan :

SR (Sangat Ringan), R (Ringan), S (Sedang), B (Berat), dan SB (Sangat Berat).


f. Arahan Konservasi Lahan

Arahan konservasi lahan ditentukan dengan membandingkan antara


jumlah erosi yang terjadi terhadap erosi yang masih diperbolehkan kemudian
ditentukan jenis pertanaman dan arahan konservasi yang sesuai untuk
mengurangi jumlah erosi yang terjadi. Erosi yang diperbolekan (edp) ditentukan
dengan menggunakan persamaan Hardjowigeno, 2015:

Edp = (DE x Nilai FKT)/MPT) x Bv x 10.....(6)

Dimana :

Edp = Erosi yang diperbolehkan (ton/ha/tahun)

DE =Kedalaman efektif tanah (cm)

FKT = Faktor Kedalaman

MPT = Masa pakai tanah (tahun)

Bv = Berat Volum Tanah (gr)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: IPB Press.

Asdak. 2007. Konservasi Tanah dan Air. UPT Produksi Media Informasi
Lembaga Sumberdaya, IPB. Bogor.

Djaenudin D, Marwan, Subagio H, Hidayat A. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi


Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Bogor.
Hardjowigeno, 2010. Ilmu Tanah. Akademik Persindo. Jakarta.
Kartasapoetra. 2010. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Kasmawati, Uswah hasanah dan Abdul rahman. 2016. Prediksi Erosi Pada
Beberapa Penggunaan Lahan Di Desa Labuan Toposo Kecamatan Labuan
Kabupaten Donggala. Jurnal Agrotekbis, 4 (6) : 659 – 666.

Morgan. 2005. Soil Erosion and Konservation. Ofxord: Blackwell Publishing.


Rusdi., Alibasyah, M.R., Karim, A. 2013. Degradasi Lahan Akibat Erosi Pada
Areal Pertanian Di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar.
J. Manajemen Sumber Daya Lahan. 2 (3). 240-249.
LAMPIRAN

1. Peta Lokasi Praktikum


Peta 1. Peta Jenis Unit Lahan Kecamatan Padangguni
Peta 2. Peta Jenis Penutup Lahan Kecamatan Padangguni
Peta 3. Peta Jenis Kemiringan Lereng Kecamatan Padangguni
Peta 4. Peta Jenis Tanah Kecamatan Padangguni
Peta 5. Peta Geologi Kecamatan Padangguni
Peta 6. Peta Administrasi Kecamatan Padangguni

Anda mungkin juga menyukai