Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL

SURVEY TANAH DAN EVALUASI LAHAN

“ Pengembangan Lahan Tanaman Pangan, Perkebunan, Holtikultura, Kehutanan


dan Peternakan Dengan Metode Kesesuaian Lahan Untuk Meningkatkan
Produktivitas Pertanian Petani Lokal Diwilayah Kecamatan Padangguni Kabupaten
Konawe ”

Oleh:

Yuda Fahrozi D1D118100


Muhamad Farid Amdy D1D118003
Nursina D1D117015
Muhammad Nandar T. D1D118040
Musdalifah D1D118046
Arista D1D118093

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
PROPOSAL

SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN

“Pengembangan Lahan Tanaman Pangan, Perkebunan, Holtikultura, Kehutanan


dan Peternakan Dengan Metode Kesesuaian Lahan Untuk Meningkatkan
Produktivitas Pertanian Petani Lokal Diwilayah Kecamatan Padangguni Kabupaten
Konawe “

Oleh :
Yuda Fahrozi D1D118100
Muhamad Farid Amdy D1D118003
Nursina D1D117015
Muhammad Nandar T. D1D118040
Musdalifah D1D118046
Arista D1D118093

Diajukan sebagai Salah Satu untuk Mengikuti Praktikum Survey Tanah dan
Evaluasi Lahan

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama Unit Kegiatan dan Judul : Pengembangan Lahan Tanaman Pangan,


Perkebunan, Holtikultura, Kehutanan dan
Peternakan Dengan Metode Kesesuaian
Lahan Untuk Meningkatkan Produktivitas
Pertanian Petani Lokal .

Unit Kerja : Ilmu Tanah

Nama Program : Survey Tanah dan Evaluasi Lahan

Nama Kegiatan :“Pengembangan Lahan Tanaman Pangan,


Perkebunan, Holtikultura, Kehutanan dan
Peternakan Dengan Metode Kesesuaian
Lahan Untuk Meningkatkan Produktivitas
Pertanian Petani Lokal Diwilayah
Kecamatan Padangguni Kabupaten Konawe

Kendari, Desember 2020

Penyusun Ketua

Muhamad Farid Amdy Yuda Fahrozi


NIM. D1D118003 NIM.D1D118100
Mengetahui,
Koordinator Praktikum

La Ode Rustam S.P., M.Sc


NIDN. 00130088604
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang atas hidayah dan
ridho-Nya penulis mampu menyelesaikan proposal dengan waktu yang telah
ditentukan. Proposal ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat
praktikum mata kuliah Survei Tanah dan Evaluasi Lahan di jurusan ilmu tanah.
Adapun tujuan utama penyusunan proposal ini adalah memberikan kemudahan
kepada mahasiswa guna melakukan usaha-usaha mempertahankan sumberdaya
alam yang ada.
Pada dasarnya kaidah-kaidah Evaluasi Lahan dan sumberdaya alam pada
umumnya adalah sama yaitu bahwa kita harus menjaga dalam penggunaan
sumberdaya alam dan memperlakukannya berdasarkan hukum alam itu sendiri.
Kita tiak boleh boros menggunakan sumberdaya alam, bukan mengeksploitasi
sumberdaya alam yang kita miliki dengan fungsi yang sudah melekat secara
alamiah.
Dalam melaksanakan usaha-usaha di bidang pertanian, mengevaluasi lahan
mutlak harus dikuasi, mengingat banyaknya kerusakan yang terjadi akibat
kesalahan pengolahan tanah. Kerusakan-kerusakan yang terjai harus dapat dicegah,
karena akan diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya.

Kendari, Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................
i
KATA PENGANTAR..................................................................................
ii
DAFTAR ISI.................................................................................................
iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................
I-1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................
I-3
1.3. Tujuan..........................................................................................
I-3
1.4. Kegunaan.....................................................................................
I-4
1.5. Sasaran.........................................................................................
I-4
1.6. Ruang Lingkup............................................................................
I-4
1.7. Output Diharapkan......................................................................
I-5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Tanah dan Lahan............................................................
II-6

2.2. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan...............................................


II-6

BAB III. METODE PRAKTIKUM


3.1. Tempat Dan Waktu Praktikum....................................................
III-10
3.2. Bahan Dan Alat...........................................................................
III-10
3.3. Metode Praktikum.......................................................................
III-10
3.4. Pelaku Pelaksana.........................................................................
III-10
3.5. Kegiatan Praktikum.....................................................................
III-10
BAB V. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup


pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi dan
keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang secara potensial berpengaruh
terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Kebutuhan lahan yang semakin
meningkat, langkanya lahan pertanian yang subur dan potensial, serta adanya
persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian dan non-pertanian,
memerlukan teknologi tepat guna dalam upaya mengoptimalkan penggunaan lahan
secara berkelanjutan. Untuk dapat memanfaatkan sumber daya lahan secara terarah
dan efisien diperlukan tersedianya data dan informasi yang lengkap mengenai
keadaan iklim, tanah dan sifat lingkungan fisik lainnya, serta persyaratan tumbuh
tanaman yang diusahakan, terutama tanaman-tanaman yang mempunyai peluang
pasar dan arti ekonomi cukup baik. Maka dari itu perlu dilakukan suatu evaluasi
lahan.
Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk
tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji.
Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi atau arahan penggunaan lahan
sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang
lahan untuk penggunaan tertentu (Sitorus, 1989).
Evaluasi lahan merupakan membandingkan persyaratan yang diminta oleh
tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan
yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Evaluasi lahan memerlukan sifat-
sifat fisik lingkungan suatu wilayah yang dirinci ke dalam kualitas lahan, dan
setiap kualitas lahan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan.
Produksi pertanian yang optimal, maka penggunaan lahan harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan kesesusaian lahannya.
Kecamatan Padangguni merupakan salah satu kecamatan di kabupaten
konawe yang memiliki seluas kurang lebih 20 km 2. Menurut data yang diperoleh
dari pangkalan udara Woltermongisidi kendari, suhu udara maksimumnya 34°C
dan minimun 15°C atau dengan rata-rata 20°C. Tekanan udara rata-rata 1.010,5
milibar dengan kelembaban udara rata-rata 87,7 persen. Kecepatan angin pada
umumnya berjalan normal, yaitu disekitar 12,75 m/detik Perbatasan di sekitar
kecamatan ini dapat dijelaskan bahwa sebelah utara berbatasan dengan desa
Waworoda Jaya, sebelah timur berbatasan dengan desa Momea, sebelah selatan
dengan Desa Ameroro dan sebelah barat dengan desa Kumapo. Permukaan tanah
pada umumnya bergunung dan berbukit yang diapit dataran rendah yang sangat
potensial untuk pengembangan sektor pertanian.
Dataran rendah di kecamatan Padangguni mendominasi pemanfaatan
lahannya sebagai ladang persawahan. Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa)
merupakan salah satu komoditas yang potensial untuk dikembangkan di wilayah
Kecamatan Padangguni. Masayarakat tani disekitarnya terus memicu peningkatan
produksi padi untuk mengimbangi pertambahan jumlah penduduk dan berkurannya
areal sawah produktif. Namun masalah yang sering muncul di lapangan, panen
dihasilkan tanaman padi tidak stabil pada tiap tahunnya. Kadang produktivitas baik
dan terkadang menurun. Hal ini diduga oleh faktor cuaca dan ketersediaan air
yang tidak mendukung. Bendungan irigasi dan drainase disana cuman
mengandalkan air dari bendungan akan tetapi pada saat musim panas mendatang
mengalami kekurangan air.
Faktor-faktor pembatas kesesuaian lahan lainnya untuk tanaman padi
sawah di Kecamatan Padangguni yakni terkendala pada Kejenuhan Basa/pH tanah,
keberadaan C-Organik, P2O5 dan K2O tanah. Kejenuhan Basa merupakan salah
satu indikator kesuburan kimia tanah. Tanah yang subur adalah tanah dengan
kejenuhan basa tinggi sebab belum terjadi pencucian tanah yang serius.
Sebaliknya, tanah dengan kejenuhan basa rendah menandakan tanah tersebut asam
sehingga menghambat penyerapan unsur hara oleh akar tanaman (Indranada,
1986). C-Organik mengandung semua hara termasuk humus yang sangat
diperlukan. Bahan organik memiliki peranan kimia dalam menyediakan N, P, dan
K untuk tanaman padi. Oleh karena itu evaluasi kesesuaian lahan untuk
pengembangan padi sawah di wilayah Padangguni perlu dilakukan untuk
mendapatkan informasi tentang sebaran wilayah yang sesuai untuk pengambangan
padi sawah.
Pembukaan kawasan lahan hutan menjadi lahan pertanian juga
diaplikasikan pada wilayah Kecamatan Padangguni. Lumayan banyak perkebunan
dijumpai pada dataran tinggi. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu
komoditas perkebunan yang peranannya dinilai cukup penting bagi perekonomian
rumah tangga, sayangnya belum mampu dijadikan aset penghasilan daerah
Kecamatan Padangguni. Karena pertanian disana masih mendominasi tujuh puluh
persen persawahan padai, maka tingkat produktivitas perekebunan kakao masih
tergolong rendah. Dalam merencanakan kesesuaian lahan untuk tanaman kakao
Kecamatan Padangguni agar memberikan hasil optimal maka perlu dilakukan
eveluasi lahannya. Maksud dengan evaluasi lahan ini adalah suatu proses penilaian
sumber daya lahan untuk tujuan menyusun rencana konservasi untuk
pengembangan tanaman kakao, dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara
yang sudah teruji
Berdasarkan berbagai uraian diatas untuk menuju pertanian berkelanjutan
harus diadakan pengembangan Pengembangan Lahan Tanaman Pangan,
Perkebunan, Holtikultura, Kehutanan dan Peternakan dengan metode kesesuaian
lahan untuk meningkatkan produktivitas pertanian petani lokal diwilayah
kecamatan padangguni kabupaten konawe.

1.2. Permasalahan/Rumusan Masalah

Melihat pemaparan penjelasan dari latar belakang permasalahan timbul di


Kecamatan Padangguni dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana data-data wilayah yang dimiliki tentang analisis tingkat dan
sebaran kesesuaian lahan di Kecamatan Padangguni ?
b. Apa saja faktor-faktor pembatas yang patut di evaluasi dari lahan pertanian
di Kecamatan Padangguni ?

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dari konsep pembuatan poroposal ini adalah:


1. Mampu menjelaskan bahwa salah satu untuk meningkatkan produktivitas
pertanian di Kecamatan Padangguni yaitu dengan memperhatikan tingkat
kesesuaian lahannya.
2. Mampu menjelaskan bahwa tiap lahan memiliki kemampuan berbeda-beda
dalam menyediakan kebutuhan suatu tanaman sehingga tidak semua tanaman
dapat ditumbuh diatasnya. Oleh karena itu evaluasi lahan penting dilakukan
agar pemanfaatan lahan untuk pertanian tidak dilakukan secara berlebihan
sesuai dengan tepat penggunaannya.

Tujuan dari konsep pembuatan poroposal ini adalah:


1. Agar dapat mengetahui bahwa salah satu untuk meningkatkan produktivitas
pertanian di Kecamatan Padangguni yaitu dengan memperhatikan tingkat
kesesuaian lahannya.
2. Agar dapat mengetahui bahwa tiap lahan memiliki kemampuan berbeda-beda
dalam menyediakan kebutuhan suatu tanaman sehingga tidak semua tanaman
dapat ditumbuh diatasnya. Oleh karena itu evaluasi lahan penting dilakukan
agar pemanfaatan lahan untuk pertanian tidak dilakukan secara berlebihan
sesuai dengan tepat penggunaannya.

1.4. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dari konsep pembuatan ToR (Term Of Reference)
adalah:
1. Dapat memberikan pengetahuan pada mahasiswa bahwa produktivitas
pertanian salah satu contohnya persawahan padi (Oryza sativa) dengan
perkebunan kakao (Theobroma cacao L.) di Kecamatan Padangguni dapat
meningkat apabila dilakukan suatu tindakan misalnya tindakan evaluasi
kesesuaian lahan.
2. Dapat menjadikan lahan menjadi pertanian berkelanjutan dengan melakukan
beberapa perencanaan misal dengan konsep perencanaan pemetaan.

1.5. Ruang Lingkup/Batasan Kegiatan

Kegiatan perencanaan ini secara administrasi terletak di Desa Kecamatan


Padangguni. Untuk batasan kegiatan lebih mengarah pada konsep evaluasi lahan.
Sedangkan untuk kajian dari teori secara garis besar mengarah pada pertanian
berkelanjutan berdasarkan kesesuaian lahan (produktivitas tanaman dan teknologi).

1.6. Keluaran (Output) yang Diharapkan

Output yang diharapkan dari perencanaan ini yaitu buku pengeluaran


laporan praktikum akhir dapat diterapkan sebagai ilmu dan pengalaman sehingga
bermanfaat bagi berkelanjutan langkah ke depannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Sumberdaya Lahan

Sumberdaya lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia,
seperti untuk pertanian lereng industry, daerah pemukiman, jalan untuk
transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara, jarak kondisi
alamnya untuk tujuan ilmiah. Sitorus (2001) dalam siswanto (2006)
mendefenisikan sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik
terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya
sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Oleh karena itu
sumberdaya lahan dikelompokkan sebagai ekosistem karena adanya hubungan
yang dinamis antara organisme yang ada diatas lahan tersebut dengan
lingkungannya (Mather, 1986 dalam Siswanto 2006).
Potensi sumberdaya lahan cukup beragam karena adanya perbedaan iklim,
bahan induk tanah, dan topografi/relief. Kergaman potensi atau sumberdaya lahan
tersebut mengindikasikan perlunya suatu perencanaan yang tepat, optimal dan
berkelanjutan. Untuk mendukung perencanaan tersebut diperlukan data dan
informasi sumberdaya lahan yang meliputi distribusi atau luas penyebaran, potensi
dan kendala pengembangan serta teknologi dan pengembangan lahannya sesuai
dengan sifat dan karakteristik lahannya (Mubekti, 2010).
Lahan adalah suatu wilayah daratan dengan ciri mencakup semua watak yang
melekat pada atmosfer, tanah, geologi, timbulan, hidrologi dan populasi tumbuhan
dan hewan , baik yang bersifat mantap maupun yang bersifat mendaur, serta
kegiatan manusia diatasnya. Jadi, lahan mempunyai ciri alami dan budaya
(Marwan, dkk, 2011).

2.2. Survey Tanah dan Evaluasi Lahan

Suatu lahan perlu disurvei. Dimana Survei tanah adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang suatu tanah baik yang
didapatkan di lapangan maupun hasil analisis di Laboratorium dimana bertujuan
untuk suatu perencanaan. Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data
kimia, fisik dan biologi dilapangan maupun dilaboratorium dengan tujuan
pendugaan penggunaan lahan umum maupun khusus (Abdullah, 2008). Tujuan
survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan tanah
dengan mengelompokkan tanah-tanah, sama sifatnya kedalam satuan peta tanah
tertentu. Sifat dari satuan peta secara singkat dicantumkan dalam legenda, sedang
uraian lebih detail dicantumkan dalam laporan survei tanah yang selalu menyertai
peta tanah tersebut (Hardjowigeno,2007). Sedangkan evaluasi lahan adalah suatu
proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan
suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan
memberikan informasi dan/atau penggunaan lahan sesuai dengan keperluan.
Dalam mengevaluasi lahan sangat penting untuk memperhatikan karakteristik
dan kualitas lahan serta persyaratan tumbuh tanaman yang akan diusahakan. Faktor
pembatas utama karakteristik lahan yang penting adalah sifat fisik tanah, salinitas,
dan alkalinitas. Karakterisktik lahan yang digunakan pada evaluasi lahan adalah
temperatur udara, kelembaban udara, tekstur tanah, drainase tanah, kedalaman
tanah, kapasitas tukar katian (KTK), pH tanah, c-organik, kejenuhan basa,
kelerengan, bahaya eosi dan bahaya banjir (Ashraf dan Normohammadan, 2011).
Dalam evaluasi lahan penggunaan lahan harus dikaitkan dengan tipe
penggunaan lahan (Land Utilization Type) yaitu jenis-jenis penggunaan lahan yang
diuraikan secara lebih detil karena menyangkut pengelolaan, masukan yang
diperlukan dan keluaran yang diharapkan secara spesifik. Setiap jenis penggunaan
lahan dirinci ke dalam tipe-tipe penggunaan lahan. Tipe penggunaan lahan bukan
merupakan tingkat kategori dari klasifikasi penggunaan lahan, tetapi mengacu
kepada penggunaan lahan tertentu yang tingkatannya dibawah kategori
penggunaan lahan secara umum, karena berkaitan dengan aspek masukan,
teknologi, dan keluarannya.
Evaluasi kesesuaian lahan serta penerapan sistem konservasi tanah dan air
yang tepat tergantung dari karakteristik maupun kualitas lahan seperti kemiringan
lereng, kedalaman efektif tanah, pori air tersedia, tekstur tanah, struktur tanah,
drainase tanah, batu pada permukaan, kemasaman tanah dan kesuburan tanah.
Perbedaan karakteristik dan kualitas lahan menyebabkan perbedaan kesesuaian
lahan untuk suatu penggunaan lahan terutama penggunaan lahan untuk pertanian
(Rayes, 2006).
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestiminasi.
Dari beberapa pustaka menunjukkan bahwa penggunaan karakteristik lahan untuk
keperluan evaluasi lahan bervariasi. Kualitas lahan adalah karakteristik lahan
(biasanya majemuk dan kompleks) yang berpengaruh langsung pada persyaratan
dasar ari penggunaan lahan dan diharapkan dapat mempengaruhi kesesuaian lahan
dengan tidak tergantung pada kualitas lahan yang lain (Sahetapy, 2009). Pada
umumnya kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung
dilapangan, tetapi pada umumnya diterapkan berdasarkan karakteristik suatu lahan.
Tingkat kesesuaian suatu lahan untuk tanaman berpengaruh terhadap
produktivitas tanaman, contohnya pada tanaman pangan dan perkebunan dan untuk
mengetahui seberapa besar tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman pangan dan
perkebunan perlu dilakukan adanya evaluasi kesesuaian lahan. Evaluasi kesesuaian
lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk penggunaan tertentu,
dalam hal ini yaitu untuk pengembangan tanaman pangan dan perkebunan.
Dalam evaluasi kesesuaian lahan terdapat faktor penghambat, faktor
penghambat terdiri atas ketersediaan air, ketersdiaan oksigen, bahaya erosi, serta
kondisi perakaran. Faktor pembatas ketersediaan air dapat diatasi dengan sistem
irigasi dan drainase berdasarkan dengan sistem konservasi tanah dan air.
Dalam menilai kesesuaian lahan ada beberapa cara, antara lain, dengan
perkalian parameter, penjumlahan, atau menggunakan hokum minimum yaitu
mencocokkan (matching) antara kualitas lahan dan karakteristik lahan sebagai
parameter dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan
persyaratan penggunaan atau persyaratan tumbuh tanaman atau komoditas lainnya
yang dievaluasi. Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO
(1976) dapat dibedakan menurut tingkatannya sebagai berikut:

Ordo : Menggambarkan kesesuaian lahan secara umum. Pada tingkat ordo


kesesuaian lahan dibedakan atas lahan tergolong sesuai (S) dan lahan tergolong
tidak sesuai (N).
Kelas : Menggambarkan tingkat kesesuaian lahan dalam ordo. Pada tingkat kelas,
lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan atas lahan sangat sesuai (S1),
cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan tergolong ordo tidak
sesuai (N) tidak dibedakan.
Subkelas: Menggambarkan tingkat kesesuaian lahan dalam kelas. Kelas
kesesuaian lahan dapat dibedakan atas subkelas kesesuaian lahan berdasarkan
kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas terberat. Sebaiknya
jumlah faktor pembatas maksimum dua. Tergantung pengaruh faktor pembatas
dalam subkelas, kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan dapat diperbaiki sesuai
dengan masukan yang diperlukan.
Unit : Menggambarkan tingkat kesesuaian lahan dalam subkelas yang
didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh terhadap pengelolaannya.
Semua unit yang berada dalam satu subkelas mempunyai tingkatan yang sama
dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas yang sama pada tingkatan subkelas
(Ritung, 2011).
Kelas kesesuaian lahan dapat dibedakan atas subkelas kesesuaian lahan
berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas
terberat. Dengan diketahuinya faktor pembatas, maka akan memudahkan
penafsiran secara detail dalam perencanaan penggunaan lahan.

Kelas S1, sangat sesuai : Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti
atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas yang
bersifat minor dan tidak akan mereduksi produktivitas lahan secara nyata.

Kelas S2, cukup sesuai : Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas
ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan
(input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.

Kelas S3, sesuai marginal : Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan
faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan
tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk
mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu
adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.
Tanpa bantuan tersebut petani tidak mampu mengatasinya.

Kelas N, tidak sesuai : Lahan yang tidak sesuai (N) karena mempunyai faktor
pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi (Wahyunto, dkk, 2016).

2.3. Kualitas dan Karakteristik Lahan

Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal-pengenal atau yang bersifat


kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaman yang
berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya
terdiri dari atas satu atau lebih karakteristik lahan (FAO, 1976). Kualitas lahan
merupakan sifat-sifat atau atribut yang kompleks dari suatu lahan. Setiap kualitas
lahan pengaruhnya tidak selalu terbatas pada satu jenis penggunaaan. Kualitas
lahan yang sama bias berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis penggunaan.
Kualitas lahan kadang-kadang diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan
tetapi umumnya ditetapkan dari pengertian karakyeristik lahan (Djaenuddin dkk,
1994).
Karakteristik lahan merupakan sekuat lahan yang dapat diukur atau diduga.
Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi lahan,
biasanya saling berinteraksi satu sama lainnya, oleh karena itu dalam melakukan
interprestasi perlu dikembangkan antara lahan (kualitas lahan) dengan
penggunaannya. Penentuan nilai-nilai karakteristik lahan seperti kedalaman tanah,
tekstur, struktur, KTK, reaksi tanah atau kemasaman (pH), unsur hara dalam tanah
(Rayes, 2006).
Karakteristik lahan mencakup sifat lahan yang dapat diukur dan diduga seperti
curah hujan, kedalaman tanah, kandungan klei dan lereng. Karakteristik lahan
pada system langsung digunakan sebagai dasar untuk membuat kelas kesesuaian
lahan dan memungkinkan timbulnya permasalahan. Sifat-sifat yang kompleks
dalam suatu lahan yang memberi pengaruh langsung pada persyaratan dasar
penggunaan lahan dasar pada suatu lahan dengan tidak bergantung pada kualitas
lahan. Setiap kualitas lahan merupakan kombinasi dari berbagai karakteristik
lahan (Dent and Young, 1976).
Karakteristik lahan (Land charactheristic) merupakan factor-faktor lahan yang
menunjukan atau ditaksir seperti lereng, curah hujan, tekstur tanah, air tersedia
dan sebagainya. Karakteristik lahan secara tidak langsung digunakan dalam
evaluasi lahan sebagai akibat adanya interaksi antara berbagai sifat karakteristik
lahan yang sulit untuk dilakukan serta pengaruhnya terhadap suatu peggunaan
lahan yang dievaluasi (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001). Setiap karakteristik
lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi lahan saling berinteraksi
antara satu sama lainnya. Karakteristik lahan yang dirinci dan diuraikan mencakup
keadaan lingkungan fisik dan tanahnya (Djaenuddin dkk, 1994).
2.4. Syarat Tumbuh Tanaman

Tanaman pertanian dapat tumbuh dan diproduksi dengan baik apabila


persyaratan tumbuhnya terpenuhi yaitu : suhu rata-rata tahunan berkisar antara
20oC – 350 C, bulan kering 1 – 4 bulan, curah hujan 1250-4000 mm, drainase
tanah baik – agak terhambat, tekstur tanah berkisar antara pasir berlempung – liat
berdebu, kedalaman efektif lebih dari 50 cm, KTK tanah rendah – sangat tinggi,
pH tanah 4,5 – 8,5, salinitas kurang dari 4 mmhos/cm, N total P 2O5 tersedia dan
K2O tersedia sangat rendah – sangat tinggi, lereng kurang dari 30 %, stoniness dan
rock out crops kurang dari 15 %, tingkat bahaya erosi dan banjir sangat rendah
sampai sedang (PPTA, 1993).
Lahan adalah suatu wilayah daratan dengan ciri mencakup semua watak yang
melekat pada atmosfer, tanah, geologi, timbulan, hidrologi dan populasi tumbuhan
dan hewan , baik yang bersifat mantap maupun yang bersifat mendaur, serta
kegiatan manusia diatasnya. Jadi, lahan mempunyai ciri alami dan budaya
(Marwan, dkk, 2011).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Lokasi dan Waktu

Praktikum ini akan dilaksanakan di Kecamatan Padangguni Kabupaten


Konawe. Praktikum ini direncanakan berlangsung pada tanggal 18 Desember 2020.
Analisis sampel tanah dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertania
n Universitas Halu Oleo Kendari.

3.2. Macam/sifat Penelitian

3.2.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam praktikum ini menggunakan pendekatan dua tahap berdasar


kan evaluasi secara fisik atau bersifat kualitatif kemudian diikutu dengan tahapan k
edua berdasarkan analisis ekonomi dan sosial. Metode pendekatan yangdigunakan
dalam evaluasi lahan menggunakan pendekatan pembatas adalah suatu cara untuk
menyatakan kodisi lahan atau karakteristik lahan pada tingkat kelas, dimana metod
e ini membagi lahan berdasarkan jumlah dan intensitas pembatas lahan.

3.2.2.Cangkupan/ Besaran sumber data

a. Tahap Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan metode dengan pengumpulan pustaka sebagai data


sekunder untuk memperoleh infomasi yang berhubungan dengan daerah penelitian.
Pada tahap ini dilakukan studi literatur dan pengumpulan data informasi lahan
daerah penelitian.

b. Delineasi Satuan Lahan Homogen

Satuan Lahan Homogen didelineasi berdasarkan kesamaan/kemiripan


penggunaan lahan, lereng, geologi, dan jenis tanah. peta penggunaan lahan didapat
dari peta rupa bumi indonesia skala 1:50.000 tahun 2013, peta kelerengan provisi s
ulawesi tenggara skala 1:250.000, peta geologi diperoleh dari dinas pertambangan
dan energi provinsi sulawasi tenggara skala 1:500.000 tahun 2005, peta jenis tanah
diperoleh dari badan kordinasi survei dan pemetaan nasional skala 1:1500.000 tahu
n 2010. Berdasarkan hasil delinesiasi dengan peta selanjutnya ditentukan titik-titik
pengambilan sampel pengamatan dan pengambilan sampel tanah. Titik-titk sampel
diplotkan pada masing-masing unit lahan yang selanjutnya dilakukan pengecekan
lapang. Pengecekan titik sampel dilakukan secara stratified purposive sampling,
dan sampel tanah ditetapkan secara komposit.

3.2.3. Survei Pendahuluan

Pada survei pendahuluan dilakukan dengan metode penjelajahan keseluruh


daerah penelitian, yang bertujuan untuk mengecek batas-batas satuan lahan
homogen (SLH) dan lokasi pengambilan sampel tanah yang telah dibuat dalam
peta satuan lahan, apakah peta tersebut sudah sesuai dengan kondisi di lapangan
dan bila terjadi kesalahan delineasi batas-batasnya maka dibetulkan kembali.

3.2.4. Persiapan Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning
System), kompas, klinometer , bor tanah, pisau lapang, roll meter , buku munsell
soil-colour char ts, kartu deskripsi dan ring sampel, kamera digital dan alat tulis
menulis serta peralatan laboratorium.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta kerja lapang, kertas
label, lakban, tali rafiah, kantong plastik, dan data iklim wilayah Lembo, serta
bahan-bahan kimia yang diperlukan untuk analisis tanah di laboratorium.

3.2.5. Survei Lapangan dan Pengambilan Sampel

Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui dan melakukan pengamatan


kondisi fisik (karakteristik atau kualitas lahan) pada setiap satuan lahan homogen
(SLH). Karakteristik atau kualitas lahan yang digunakan, menyesuaikan dengan
petunjuk sitem evaluasi kesesuaian lahan oleh Djaenudin, dkk (2000). Bila hasil
pengecekan sampel dilapangan masih dalam satu selang sifat maka sampel tanah
dapat dikompositkan (Hidayat, dkk., 2004).
3.2.6. Analisis Sampel Tanah di Laboratorium
Analisis sampel tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Halu Oleo. Jenis karakteristik tanah yang akan ditetapkan
adalah :
a. Tekstur tanah dengan metode pipet.

b. C-organik dengan metode Walkly dan Black.

c. pH tanah dengan metode elektometik pH meter.

d. N dengan metode Kjeldahl.

e. P dan K dengan metode bray-1.

f. Salinitas dengan metode elektrometik hantaran listrik.

g. Permeabilitas tanah dengan metode konsisten head.

3.2.7. Tabulasi data


Data karakteristik/ kualitas lahan yang diamati di lapangan dan hasil analisis
sampel tanah di Laboratorium ditabulasikan dalam bentuk tabel untuk lebih
memudahkan dalam interpretasinya.

3.3. Metode pengumpulan data

3.3.1. Sumber Data

a. Data Primer

Jenis data yang dikumpulkan yaitu morfologi tanah meliputi : keadaan


lereng, relief, singkapan bantuan, bahaya erosi tanah, tipe penggunaan lahan dan
vegetasi. Karakteristik tanah meliputi : warna tanah menurut munsel colour chart,
struktur tanah, konsistensi, tebal horizon, perakaran, keadaan batuan dan keadaan
drainase tanah.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi atau dinas terkait berdasarkan hasil penc
atatan dan laporan terdahulu yang relefan dengan praktikum. Data sekunder terdiri
dari data iklim mencakup data cura hujan, suhu, dan kelembapan yang di peroleh d
aridari stasiun klimatologi terdekat dengan lokasi praktikum. Data luas lahan jenis
tanaman, produksi, dan produktifitas di peroleh dari BPS kecamatan Lembo Kabup
atan Konawe Utara.

3.3.2. Tehnik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pratikum ini adalam metode survey dengan
sistem bebas melalui pendekatan unit lahan. Survei ini dimaksudkan untuk
memperoleh data dan informasi tentang potensi sumber daya lahan yang
pengamatannya dilakukan secara bebas pada unit sampel area yang ditentukan.
Sedangkan tehnik pengamatan dilapangan digunakan dengan cara pemboran tanah.
Untuk pegambilan sampel tanah utuh menggunakan tehnik dengan cara pengambil
an menggunakan ring sampel.

3.3.3. Prosedur Pengumpulan Data


Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah survey lapangan yang
dilakukan di seluruh areal survei. Pengamatan tanah dilakukan melalui identifikasi
boring setiap unit lahan. Pengamatan dengan boring dilakukan sampai kedalaman
120 cm atau sampai mencapai bahan induk. Untuk pengambilan sampel tanah
dilakukan pada kedalaman 0-60 cm dan digunakan sebagai komposit sebanyak 1
kg untuk keperluan analisis sifat fisik dan kimia tanah. Adapun hal-hal yang
diamati pada deskripsi boring antara lain kedalaman lapisan tanah, tekstur, warna
dan konsistensi.
Pengamatan profil pewakil dilakukan untuk mengetahui kondisi internal
dan external dekripsi profil. Kondisi internal dari profil meliputi warna tanah,
tekstur, struktur, konsistensi, pori tanah, dan lainnya, yang kemudian diambil
sampel tanah untuk keperluan analisis sifat fisik dan kimia tanah sebanyak 1 kg.
selain pengambilan tanah komposit juga dilakukan pengambilan contoh tanah utuh
pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm dengan mengguakan ring sampel untuk
menghitung permeabilitas tanah. Selain pengamatan kondisi internal juga
dilakukan pengamatan kondisi external seperti penggunaan lahan, bentuk wilayah,
lereng, drainase, vegetasi dan keadaan batuan seperti yang tertera dilampiran 2.
Dari hasil penelitian dilapangan dan laboratorium tersebut digunakan sebagai
bahan acuan dalam mengevaluasi kesesuaian lahan tanaman yang hasilnya
disajikan dalam bentuk peta.

3.4. Metode Pengelolahan dan Analisis Data


3.4.1. Metode Pengelolaan Data

Pendugaan parameter-parameter dalam evaluasi lahan dikemukakan


karakteristik tanah/lahan dan cara memprediksi karakteristik tanah/lahan secara
praktis di lapangan maupun kriteria pengelompokannya.

Temperatur

Di tempat-tempat yang tidak tersedia data temperatur karena keterbatasan


stasiun pencatat, temperatur udara dapat diduga dari ketinggian tempat (elevasi)
dari permukaan laut. Pendugaan menggunakan rumus Braak (1928 dalam Mohr et
al., 1972). Rumus Braak tersebut adalah sebagai berikut:
26,3°C - (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6°C)

Drainase

Tanah kelas drainase tanah dibedakan atas 7 kelas, yaitu:

1. Cepat (excessively drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi


sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian tidak
cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan
adalah warna tanah homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium
serta warna gley (reduksi).
2. Agak cepat (somewhat excessively drained), tanah mempunyai konduktivitas
hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian hanya cocok
untuk sebagian tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan
adalah warna tanah homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium
serta warna gley (reduksi).

3. Baik (well drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya
menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah dekat permukaan. Tanah
demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di
lapangan adalah warna tanah homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau
mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 100 cm.

4. Agak baik (moderately well drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik


sedang sampai agak rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat
ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang
dapat diketahui di lapangan adalah warna tanah homogen tanpa bercak atau
karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥
50 cm.

5. Agak terhambat (somewhat poorly drained), tanah mempunyai konduktivitas


hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah,
tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah
dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan
adalah Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian 18 warna
tanah homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna
gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 25 cm.

6. Terhambat (poorly drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah


dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu
yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi
sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di
lapangan adalah warna tanah gley (reduksi) dan bercak atau karatan besi
dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.

7. Sangat terhambat (very poorly drained), tanah dengan konduktivitas hidrolik


sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara
permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan.
Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya.
Ciri yang dapat diketahui di lapangan adalah tanah mempunyai warna gley
(reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan.

Tekstur

Tekstur merupakan perbandingan relatif dari butir-butir pasir, debu dan liat.
Gambar 1. menyajikan penentuan tekstur berdasarkan perbandingan butir-butir
pasir, debu dan liat menggunakan segitiga tekstur. Tekstur juga dapat ditentukan di
lapangan seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Penentuan tekstur di lapangan

No Kelas tekstur Sifat tanah


1 Pasir (S) Sangat kasar sekali, tidak membentuk bola dan
gulungan, serta tidak melekat.
2. Pasir Sangat kasar, membentuk bola yang mudah sekali
berlempung hancur, serta agak melekat.
3 (LS)
Lempung Agak kasar, membentuk bola agak kuat tapi mudah
berpasir hancur, serta agak melekat.
(SL)
4. Lempung (L) Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh,
dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, dan
5. Lempung melekat.membentuk bola teguh, dapat sedikit
Licin,
berdebu digulung dengan permukaan mengkilat, serta agak
6. (SiL)
Debu (Si) melekat.
Rasa licin sekali, membentuk bola teguh, dapat
sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, serta
agak melekat.
7. Lempung berliat Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh (lembab),
(CL) membentuk gulungan tapi mudah hancur, serta agak
8. Lempung melekat.
Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak teguh
liat (lembab), membentuk gulungan tetapi mudah hancur,
berpasir
9. Lempung serta melekat.
Rasa licin jelas, membentuk bola teguh, gulungan
liat berdebu mengkilat, melekat.
(SiCL)
10 Liat berpasir Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan
. (SC) kering sukar dipilin, mudah digulung, serta melekat.
11 Liat berdebu Rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan kering
. (SiC) sukar dipilin, mudah digulung, serta melekat.
12 Liat (C) Rasa berat, membentuk bola sempurna, bila kering
. sangat keras, basah sangat melekat.

Pengelompokan kelas tekstur yang digunakan dalam Juknis adalah:


Halus (h) : Liat berpasir, liat, liat berdebu
Agak halus (ah) : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat
berdebu
Sedang (s) : Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung debu
Agak kasar (ak) : Lempung berpasir
Kasar (k) : Pasir, pasir berlempung
Sangat halus (sh) : Liat (tipe mineral liat 2:1)

Bahan kasar

Bahan kasar merupakan bahan modifier tekstur yang ditentukan oleh


persentase kerikil (0,2-7,5 cm), kerakal (7,5-25 cm) atau batuan (> 25 cm) pada
setiap lapisan tanah. Persentase bahan kasar dibedakan atas:
Sedikit : < 15%
Sedang : 15 - 35%
Banyak : 35 - 60%
Sangat banyak : > 60%

Kedalaman tanah

Kedalaman tanah dibedakan atas:


Sangat dangkal : < 20 cm
Dangkal : 20 - 50 cm
Sedang : > 50 - 75 cm
Dalam : > 75 cm

Ketebalan gambut

Ketebalan gambut dibedakan atas:


Tipis : < 50 cm
Sedang : 50 - 100 cm
Agak tebal : > 100 - 200 cm
Tebal : > 200 - 300 cm
Sangat tebal : > 300 cm

Penilaian kesesuaian lahan untuk parameter ketebalan gambut, selain


mengacupada kebutuhan tanaman juga didasarkan pada Keppres No 32 1990
tentang Pengelolaan Kawasan Lindung (Pasal 10) bahwa ketebalan gambut untuk
pertanian dibatasi hingga 300 cm.

Alkalinitas

Alkalinitas menggambarkan jumlah basa yang terkandung dalam air.


Ditetapkanberdasarkan exchangeable sodium percentage atau ESP (%), yaitu:

ESP = Na dapat tukar x 100


KTK tanah
Nilai ESP sebesar 15% sebanding dengan nilai sodium adsorption ratio atau
SAR sebesar 13. SAR dapat ditentukan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Na+
SAR= Ca++ + Mg++
2

Bahaya erosi

Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan keadaan lapangan, yaitu


dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur
(reel erosion), dan erosi parit (gully erosion).Pendekatan lain untuk memprediksi
tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah dengan
memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan
tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A
biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung bahan organik
yang cukup banyak. Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 2.Matrik penentuan tingkat bahaya erosi

Jumlah tanah permukaan


Tingkat Bahaya Erosi
yang hilang (cm/tahun)
Sangat ringan (SR) < 0,15
Ringan (R) 0,15 - 0,9
Sedang (S) 0,9 - 1,8
Berat (B) 1,8 - 4,8
Sangat berat (SB) > 4,8
Batas Lereng Budidaya

Batas atas lereng untuk budidaya pertanian selain mempertimbangkan


keberlanjutan usaha pertanian dan resiko terhadap lingkungan, penetapan batas
ataslereng untuk budidaya pertanian sebesar 40% mengacu pada Keppres No 32
1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung (Pasal 8).

Ketersediaan hara

Hara yang dinilai ketersediaanya adalah N, P, dan K. Ketiga unsur hara


tersebut merupakan hara makro dan paling banyak diambil oleh tanaman. Penilaian
hara

3.5. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman panga
n, kehutanan, perkebunan, dan hortikultura adalah metode matching atau
pencocokan. Evaluasi kesesuaian lahan dengan metode matching dilakukan dengan
mencocokkan antara karakteristik lahan dengan parameter/kriteria untuk tanaman
padi, kakao, mangga, cabai, cengkeh, dan Jati akan dijabarkan dalam tabel kriteria
berikut :

Tanaman Padi (Oryza sativa)

Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan


karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rata-rata (°C) 24 - 29 22 - 24 18 - 22 < 18
29 - 32 32 - 35 > 35
Ketersediaan air (wa) -
Kelembaban (%) 33 - 90 30 - 33 < 30 -
> 90
Media perakaran (rc)
Drainase agak terhambat, sangat Cepat
terhambat, baik terhambat,
sedang agak cepat
Tekstur halus, agak sedang agak kasar Kasar
halus
Bahan kasar (%) <3 3 - 15 15 - 35 > 35
Kedalaman tanah (cm) > 50 40 - 50 25- 40 < 25
Gambut:
Ketebalan (cm) < 50 50 - 100 100 - 150 > 150
Kematangan Saprik saprik, hemik hemik Fibrik
Retensi hara (nr)
KTK tanah (cmol) > 16 5 - 16 <5 -
Kejenuhan basa (%) >50 35 - 50 < 35 -
pH H2O 5,5 - 7,0 4,5 - 5,5 < 4,5 -
7,0 - 8,0 > 8,0
C-organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8 -
Hara tersedia (nr)
N total (%) sedang rendah sangat rendah -
P2O5 (mg/100 g) tinggi sedang rendah-sangat -
rendah
K2O (mg/100 g) sedang rendah sangat rendah -
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) <2 2-4 4-6 >6
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) < 20 20 - 30 30 - 40 > 40
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 - 100 40 - 75 < 40
Bahaya longsor (eh)
Lereng (%) 3 - 5 sangat 5-8
<3 >8
Bahaya longsor ringan ringan
- sedang –
berat
Bahaya banjir/genangan
pada masa tanam (fh) 25 - 50 50 - 75
- Tinggi (cm) 25 >75
tanpa <7 7 - 14 >14
- Lama (hari)
Penyiapan lahan (lp)
<5 5 - 15 15 - 40 > 40
Batuan di permukaan (%)
<5 5 - 15 15 - 25 > 25
Singkapan batuan (%)

Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)

Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan


karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) 25 - 28 20 - 25 32 - 35 < 20
28 - 32 > 35
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) 1.500 - 2.500 2.500 - 3.000 1.250 - 1.500 < 1.250
3.000 - 4.000 > 4.000
Lamanya masa kering (bulan) 1-2 2-3 3-4 >4
Kelembaban (%) 40 - 65 65 - 75 75 - 85 > 85
35 - 40 30 - 35 < 30
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase baik, sedang agak terhambat, sangat
terhambat agak cepat terhambat,
cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur halus, agak sedang agak kasar, kasar
halus sangat halus
Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 100 75 - 100 50 - 75 < 50
Gambut:
Ketebalan (cm) < 100 100 - 200 200 - 300 > 300
Kematangan saprik Saprik, hemik hemik fibrik
Retensi hara (nr)
KTK tanah (cmol) > 16 5 - 16 <5 -
Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20
pH H2O 6,0 - 7,0 5,5 - 6,0 < 5,5
7,0 - 7,6 > 7,6
C-organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8
Hara Tersedia (na)
N total (%) Sedang Rendah Sangat -
rendah
P2O5 (mg/100 g) Sedang Rendah Sangat -
rendah
K2O (mg/100 g) Tinggi Sedang -
Rendah-
sangat rendah
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) < 1,1 1,1 - 1,8 1,8-2,2 > 2,2
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) - - - -
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 125 100 - 125 60 - 100 < 60
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) < 8 sangat 8 - 15 > 30 sangat
15 - 30
Bahaya erosi ringan Ringan - berat
berat
sedang
Bahaya banjir/genangan pada masa
tanam (fh)
- Tinggi (cm) - -
25 > 25
- Lama (hari) - -
<7 >7
Penyiapan lahan (lp) Batuan
di permukaan (%) <5 5 - 15
15 - 40 > 40
Singkapan batuan (%) <5 5 - 15
15 - 25 > 25

Tanaman Mangga (Mangifera indica)

Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan


karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) 22 - 28 28 - 34 34 - 40 > 40
18 - 22 15 - 18 < 15
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) 1.250 - 1.750 1.750 - 2.000 2.000 - 2.500 > 2.500
1.000 - 1.250 750 - 1.000 < 750
Kelembaban (%) > 42 baik, 36 - 42 30 - 36 < 30
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase sedang agak terhambat terhambat, sangat
agak cepat terhambat,
cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur agak halus, sedang agak kasar kasar
halus
Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 100 75 - 100 50 - 75 < 50
Gambut:
Ketebalan (cm) < 50 50 - 100 100 - 200 >200
Kematangan saprik saprik, hemik hemik fibrik
Retensi hara (nr)
KTK tanah (cmol) > 16 5 - 16 <5
Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20
pH H2O 5,5 - 7,8 5,0 - 5,5 < 5,0
7,8 - 8,0 > 8,0
C-organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8
Hara Tersedia (na)
N total (%) Sedang Rendah Sangat -
rendah
P2O5 (mg/100 g) Sedang Rendah Sangat -
rendah
K2O (mg/100 g) Sedang Rendah Sangat -
rendah
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) <4 4-6 6-8
Sodisitas (xn) >8
Alkalinitas/ESP (%) 15 - 20 20 - 25
< 15 >5
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm)
> 125 100 - 125 60 - 100 < 60
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi < 8 sangat 8 - 15 ringan - 15 - 30 > 30 sangat
ringan sedang berat berat
Bahaya banjir/genangan pada masa
tanam (fh)
- Tinggi (cm) - - - 25
- Lama (hari) - - - <7
Penyiapan lahan (lp) Batuan
di permukaan (%) <5 5 - 15 15 - 40 > 40
Singkapan batuan (%) <5 5 - 15 15 - 25 > 25

Tanaman Cengkeh (Eugenia aromatica L.)

Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan


karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) harian 25 - 28 28 - 32 32 - 35 > 35
20 - 25 < 20
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) 1.500 - 2.500 2.500 - 3.000 1.250 - 1.500 < 1.250
3.000 - 4.000 > 4.000
Kelembaban udara (%) ≤ 70 > 70
Lama masa kering (bulan) 1-2 2-3 3-4 >4
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase baik, sedang agak terhambat, sangat
terhambat agak cepat terhambat,
cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur halus, agak sedang agak kasar kasar
halus
Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 100 75 - 100 50 - 75 < 50
Gambut:
Ketebalan (cm) - - - -
Kematangan - - - -
Retensi hara (nr) KTK
5 - 16
tanah (cmol) > 16 <5
35 - 50
Kejenuhan basa (%) > 50 < 35
4,0 - 5,0
pH H2O 5,0 - 7,0 < 4,0
7,0 - 8,0 > 8,0
> 0,8 ≤ 0,8
C-organik (%)
Hara Tersedia (na) Rendah
N total (%) Sedang Sangat -
Sedang rendah
P2O5 (mg/100 g) Tinggi Rendah- -
Rendah sangat rendah
K2O (mg/100 g) Sedang Sangat rendah -

Toksisitas (xc) 8 - 10
<5 5-8 > 10
Salinitas (dS/m)
Sodisitas (xn) 10 - 15 15 - 20
Alkalinitas/ESP (%) < 10 > 20
Bahaya sulfidik (xs) 100 - 125 60 - 100
Kedalaman sulfidik (cm) > 125 < 60
Bahaya erosi (eh) 8 - 15 15 - 40
Lereng (%) < 8 sangat berat > 40 sangat
Ringan - berat
Bahaya erosi ringan
sedang
Bahaya banjir/genangan pada masa
tanam (fh) - 25
- Tinggi (cm) - <7 > 25
-
- Lama (hari) - >7
Penyiapan lahan (lp) Batuan
di permukaan (%) <5 15 - 40
5 - 15
Singkapan batuan (%) <5 15 - 25 > 40
5 - 15
> 25

Tanaman Jati (Tectona grandis)

Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan


karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rata-rata (°C) 25 - 30 30 - 35 30 - 35 > 35
21 - 25 21 - 25 < 21
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) 1500 - 2000 2000 - 2250 2250 - 2500 > 2500
1250 - 1500 1000 - 1250 < 1000
Bulan kering <5 - - >5
LGP
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Baik Agak cepat, Cepat, agak Terhambat,
sedang terhambat sangat
terhambat,
sangat cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur sedang, agak Agak kasar, kasar, sangat -
halusi, halus sangat halus halus
Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 150 100 - 150 75 - 100 < 75
Gambut:
Ketebalan (cm) - - - -
Kematangan - - - -
Retensi hara (nr) KTK
tanah (cmol) 5 - 16 <5
> 16
Kejenuhan basa (%)
pH H2O 7,0 - 7,5 7,5 - 8,0 > 8,0
5,5 - 7,0
5,0 - 5,5 4,5 - 5,0 < 4,5
C-organik (%) ≤ 0,4
> 0,4
Hara Tersedia (na) Rendah Sangat rendah
Sedang
N total (%) Rendah Sangat rendah
P2O5 (mg/100 g) Sedang
Sedang Rendah Sangat rendah
K2O (mg/100 g)
Toksisitas (xc) 4-6
<4 6-8 >8
Salinitas (dS/m)
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 175 125 - 175 75 - 125 < 75
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) < 8 sangat 8 - 15 15 - 40 > 40 sangat
Bahaya erosi ringan Ringan - berat berat
sedang
Bahaya banjir/genangan pada masa
tanam (fh)
- Tinggi (cm) - 25 25-50 >50
- Lama (hari) - <7 7-14 >14
Penyiapan lahan (lp) Batuan
di permukaan (%) <3 3 - 15 15 - 40 > 40
Singkapan batuan (%) <2 2 - 10 10 - 25 > 25
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T,S. 2008. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Swadaya. Jakarta.
Ashraf S, Normohammadan B. 2011. Qualitative evaluation of land suitability for
wheat in Northeast-Iran using FAO methods. Indian Journal of Science and
Technology, 4(6):703- 707.
Dent, D. Dan A. Young, 1981. Soil Survey and Land Evaluation School and
Enviroment Science. University of East Angela. Norwich. London.
Djaenudin D, Marwan, Subagio H, Hidayat A. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi
Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Bogor.
Hardjowigeno, S dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tatan Guna Lahan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Hardjowigeno, S., dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan


Tata Guna Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Mubekti. 2010. Evaluasi Lahan untuk Zonasi Komoditas Unggulan Pertanian


Kasus Kawasan Rawa Pasang Surut Kabupaten Batola. Jurnal Teknik
Lingkungan, 11 (3) : 331-339.

PPTA, 1993. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat Kerjasama Dengan Proyek Pembangunan Penelitian Pertanian
Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian .
Bogor.

Rayes, M.L. 2006. Metode Invertarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi.
Yogyakarta.

Ritung S, K. Nugroho, A. Mulyani dan E. Suryana, 2011. Evaluasi Lahan


untuk Komoditas Pertanian

Sahetapy, R. 2005. Evaluasi Lahan untuk Penetapan Tipe Pertanian Konservasi.


Jurnal Budidaya Pertanian, Vol.5. No 1, Juli 2009, Halaman 2-19.

Wahyunto, Hikmatullah, E. Suryani, C. Tafakresnanto, S. Ritung, A. Mulyani,


Sukarman, K. Nugroho, Y. Sulaeman, Y. Apriyana, Suciantini, A.
Pramudia, Suparto, R.E. Subandiono, T. Sutriadi, D. Nursyamsi. 2016.
Petunjuk Teknis Pedoman Penilaian Kesesuaian Lahan untuk Komoditas
Pertanian Strategis Tingkat Semi Detail Skala 1:50.000. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. 37 hal.
LAMPIRAN

1. Peta Lokasi Praktikum

Peta 1. Peta Jenis Unit Lahan Kecamatan Padangguni

Peta 2. Peta Jenis Penutup Lahan Kecamatan Padangguni


Peta 3. Peta Jenis Kemiringan Lereng Kecamatan Padangguni

Peta 4. Peta Jenis Tanah Kecamatan Padangguni


Peta 5. Peta Geologi Kecamatan Padangguni

Peta 6. Peta Administrasi Kecamatan Padangguni


2. Tabel Karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan untuk
komoditas pertanian

Karakteristik
No. Uraian
Lahan
1. Temperatur rata-rata : suhu udara rata-rata tahunan (°C)
Tahunan
2. Curah hujan : jumlah curah hujan tahunan atau curah hujan pada masa
pertumbuhan (mm)
3. Kelembaban udara : merupakan tingkat kebasahan udara atau jumlah uap air
yang di udara (%).
4. Drainase : merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah
terhadap aerasi udara dalam tanah
5. Tekstur : perbandingan butir-butir pasir (0,05 - 2,0 mm), debu
(0,002 - 0,05 mm) dan liat (< 0,002 mm)
6. Bahan kasar : bahan yang berukuran > 2 mm (%)
7. Kedalaman efektif : kedalaman lapisan tanah yang dapat dimanfaatkan untuk
perkembangan perakaran tanaman (cm)
8. Kematangan gambut : tingkat kandungan serat, dimana semakin tinggi kandungan
serat, maka semakin rendah tingkat kematangan gambut.
Tingkat kematangan gambut dibedakan atas: saprik
(matang), setengah matang (hemik), dan belum matang
(fibrik)
9. Ketebalan gambut : tebal lapisan gambut (cm)
10. KTK tanah : kemampuan tanah mempertukarkan kation (me/100 g
tanah)
11. Kejenuhan Basa (KB) : jumlah basa-basa terekstrak NH4OAc pada setiap 100 g
contoh tanah
+
12. pH tanah : merupakan [H ] di dalam larutan tanah, semakin tinggi
+
[H ], maka nilai pH semakin masam, sebaliknya semakin
+
rendah [H ], maka pH semakin basis
13. C organic : kandungan karbon organik di dalam tanah (%)
14. Total N : total kandungan N dalam tanah (%)
15. P2O5 : kandungan P2O5 terekstrak HCl 25% dalam tanah (mg/100
g tanah)
16. K2 O : kandungan K2O terekstrak HCl 25% dalam tanah (mg/100 g
tanah)
17. Salinitas : besarnya kandungan garam mudah larut dalam tanah
yang dicerminkan oleh daya hantar listrik
(mmhos/cm)
18. Alkalinitas : besarnya kandungan sodium (Na) dapat tukar (%)
Tabel 1. Lanjutan

Karakteristik
No. Uraian
Lahan
19. Kedalaman sulfidik : kedalaman bahan sulfidik diukur dari permukaan
tanah sampai batas atas lapisan sulfidik (cm)
20. Lereng : kemiringan lahan (%)
21. Batuan di : volume batuan yang dijumpai di permukaan tanah
permukaan (%)
22. Singkapan batuan : volume batuan yang muncul ke permukaan tanah
(%)
23. Bahaya longsor merupakan pergerakan masa batuan atau tanah
24. Bahaya erosi : jumlah tanah hilang dari suatu lahan, diprediksi
menggunakan rumus USLE (ton/ha/tahun)
25 Genangan : menyatakan tinggi dan lama genangan (cm/bulan)

2. Tabel Kualitas lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan untuk


komoditas pertanian

No Kualitas lahan Uraian


1. Temperatur (tc) : ditentukan oleh temperatur rata-rata tahunan
2. Ketersediaan air (wa) : ditentukan oleh curah hujan (tahunan dan curah hujan pada
masa pertumbuhan), kelembaban udara dan zona
agroklimat
3. Ketersediaan oksigen : Ditentukan oleh drainase
(oa)
4. Media perakaran (rc) : ditentukan oleh drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman
efektif, kematangan serta ketebalan gambut
5. Retensi hara (nr) : ditentukan oleh KTK tanah, KB, pH dan C organik
6. Hara tersedia (na) ditentukan oleh total N, P2O5 dan K2O
7. Toksisitas (xc) : ditentukan oleh salinitas
8. Sodisitas (xn) : ditentukan oleh alkalinitas
9. Bahaya sulfidik (xs) : Ditentukan oleh kedalaman sulfidik
10. Tingkat bahaya erosi : ditentukan oleh bahaya erosi dan kedalaman tanah
(eh)
11. Bahaya banjir/ : ditentukan oleh tinggi dan lama genangan
genangan (fh)
12. Penyiapan lahan (lp) : Ditentukan oleh batuan di permukaan dan singkapan batuan
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan yang digunakan pada dasarnya mengacu
pada Framework of Land Evaluation (FAO, 1976) dengan menggunakan 4 kategori,
yaitu ordo, kelas, subkelas dan unit. Dalam pemetaan tanah tingkat semi detil,
klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan sampai tingkat subkelas.
Ordo : Menggambarkan kesesuaian lahan secara umum. Pada tingkat ordo
kesesuaian lahan dibedakan atas lahan tergolong sesuai (S) dan
lahan tergolong tidak sesuai (N).
Kelas : Menggambarkan tingkat kesesuaian lahan dalam ordo. Pada tingkat
kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan atas lahan
sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3).
Sedangkan lahan tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan.
Kelas sangat sesuai (S1) : Lahan tidak mempunyai faktor
pembatas yang berarti atau nyata
terhadap penggunaan berkelanjutan,
atau hanya mempunyai faktor
pembatas yang bersifat minor dan
tidak mereduksi produktivitas lahan
secara nyata.

Kelas cukup sesuai (S2) : Lahan mempunyai faktor pembatas


yang mempengaruhi produktivitasnya,
memerlukan tambahan masukan
(input). Pembatas tersebut umumnya
masih dapat diatasi oleh petani.
Kelas sesuai marginal (S3) : Lahan mempunyai faktor pembatas
berat yang mempengaruhi
produktivitasnya, memerlukan
tambahan masukan yang lebih banyak
dari lahan tergolong S2. Untuk
mengatasi faktor pembatas pada S3
diperlukan modal tinggi, sehingga perlu
bantuan atau intervensi pemerintah
atau pihak swasta karena petani tidak
mampu mengatasinya.
Kelas tidak sesuai (N) Lahan yang tidak sesuai (N) karena
mempunyai faktor pembatas yang
sangat berat dan/atau sulit diatasi.
Subkelas : Menggambarkan tingkat kesesuaian lahan dalam kelas. Kelas
kesesuaian lahan dapat dibedakan atas subkelas kesesuaian lahan
berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor
pembatas terberat. Sebaiknya jumlah faktor pembatas maksimum
dua. Tergantung pengaruh faktor pembatas dalam subkelas, kelas
kesesuaian lahan yang dihasilkan dapat diperbaiki sesuai dengan
masukan yang diperlukan.
Unit : Menggambarkan tingkat kesesuaian lahan dalam subkelas yang
didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh terhadap
pengelolaannya. Semua unit yang berada dalam satu subkelas
mempunyai tingkatan yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis
pembatas yang sama pada tingkatan subkelas. Unit yang satu
berbeda dari unit yang lainnya dalam sifat-sifat atau aspek tambahan
dari pengelolaan yang diperlukan dan merupakan pembedaan dari
faktor pembatasnya. Dengan diketahuinya pembatas tingkat unit,
maka akan memudahkan penafsiran secara detil dalam perencanaan
usahatani. Contoh, Kelas S3r1 dan S3r2, keduanya mempunyai kelas
dan subkelas yang sama dengan faktor penghambat yang sama, yaitu
kedalaman efektif, namun unit berbeda. Unit 1 mempunyai
kedalaman efektif sedang (50 - 75 cm), dan Unit 2 mempunyai
kedalaman efektif dangkal (< 50 cm). Dalam praktek evaluasi lahan,
kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang digunakan.

4. PROSEDUR EVALUASI LAHAN


Evaluasi lahan umumnya merupakan kegiatan lanjutan dari survei dan pemetaan
tanah atau sumberdaya lahan lainnya yang dilakukan melalui pendekatan interpretasi
data tanah serta fisik lingkungan untuk tujuan penggunaan tertentu. Sejalan dengan
tingkat pemetaan tanah, evaluasi lahan juga dapat dibedakan berdasarkan
ketersediaan data yang dihasilkan pada skala pemetaannya.
3.1. Pendekatan
Dalam evaluasi lahan terdapat 2 macam pendekatan mulai dari tahap konsultasi
awal (initial consultation) sampai klasifikasi kesesuaian lahan. Kedua pendekatan
tersebut adalah: 1) pendekatan dua tahapan ( two stage approach), dan 2) pendekatan
paralel (parallel approach) (FAO, 1976).
Pendekatan dua tahapan
Pendekatan dua tahap terdiri atas: tahap pertama adalah evaluasi lahan secara
fisik, dan tahap kedua evaluasi lahan secara ekonomi. Pendekatan ini biasanya
digunakan dalam inventarisasi sumberdaya lahan, baik untuk tujuan perencanaan
makro maupun untuk studi pengujian potensi produksi (FAO, 1976).

Evaluasi lahan secara fisik (tahap pertama) dilakukan terhadap jenis penggunaan
lahan yang telah diseleksi sejak awal kegiatan survei, seperti untuk tegalan ( arable
land) atau sawah dan perkebunan. Hasil kegiatan ini disajikan dalam bentuk laporan
dan peta yang kemudian dijadikan subjek pada tahap kedua (evaluasi lahan secara
ekonomi) untuk segera ditindaklanjuti dengan analisis aspek ekonomi dan sosialnya.
Pendekatan paralel
Dalam pendekatan paralel ini, kegiatan evaluasi lahan terhadap fisik dan ekonomi
dilakukan bersamaan (paralel), atau dengan kata lain analisis ekonomi dan sosial dari
jenis penggunaan lahan dilakukan secara serempak, bersamaan dengan pengujian
faktor-faktor fisik. Pendekatan ini umumnya menguntungkan untuk suatu acuan yang
spesifik dalam kaitannya dengan proyek pengembangan lahan pada tingkat semi detil
dan detil. Melalui pendekatan paralel ini diharapkan dapat memberi hasil yang lebih
pasti dalam waktu yang singkat.
3.2. Penyiapan Data
Untuk melakukan evaluasi lahan, baik menggunakan pendekatan dua tahapan
maupun pendekatan paralel perlu didahului dengan konsultasi awal. Konsultasi awal ini
berguna dalam menentukan tujuan dari evaluasi lahan yang akan dilakukan, data yang
diperlukan dan asumsi-asumsinya yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian.
Evaluasi lahan yang akan dilakukan tergantung pada tujuan yang harus didukung oleh
ketersediaan data dan informasi sumberdaya lahan. Diagram alir kegiatan dalam
evaluasi lahan disajikan pada Gambar 1.

Anda mungkin juga menyukai