Anda di halaman 1dari 5

The Market for "Lemons": Quality Uncertainty and the Market

Mechanism
George A. Akerlof
The Quarterly Journal of Economics, Vol. 84, No. 3. (Aug., 1970),
pp. 488-500.

Disusun Oleh:
Ika Setiawaty
A062172016

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Pasar untuk "Lemon": Ketidakpastian Kualitas dan Mekanisme Pasar
George A. Akerlof
The Quarterly Journal of Economics, Vol. 84, No. 3. (Aug., 1970), pp. 488-500.

Pengantar
Ada banyak pasar di mana pembeli menggunakan beberapa statistik pasar untuk menilai
kualitas pembelian yang prospektif. Dalam hal ini ada insentif bagi penjual untuk memasarkan
barang berkualitas buruk, karena pengembalian untuk kualitas yang baik bertambah terutama
untuk seluruh kelompok yang dipengaruhi statistik daripada kepada penjual individu.

Content
Pasar Mobil
Pada artikelnya tentang The Market for Lemon, Akerlof membahas kejadian pasar
lemon dengan membuat perumpamaan melalui pasar mobil bekas. Kenyataan yang terjadi,
banyak mobil-mobil bekas dijual murah di pasaran meskipun mobil tersebut belum lama
dipakai. Hal ini tentu menimbulkan kecurigaan pada pembeli mobil bekas tentang kualitas
mobil yang akan dibeli. Terlebih dengan adanya asumsi bahwa harga yang rendah
menunjukkan kualitas yang rendah pula. Dengan posisi pasar seperti ini, Akerlof kemudian
menyimpulkan bahwa ada dua jenis mobil bekas yang dijual di pasaran, yaitu mobil
dengan kualitas baik dan juga mobil lemon, atau mobil dengan kualitas buruk. Namun
keberadaan pasar yang sedemikian rupa hanya dapat diketahui dengan baik oleh penjual,
sedangkan pembeli hanya mengetahui sebatas pada harga saja. Keadaan inilah yang disebut
Akerlof sebagai informasi asimetri, yaitu adanya kesenjangan antara informasi yang dimiliki
oleh penjual dan yang diberikan kepada pembeli. Penjual mengetahui banyak hal tentang
keadaan mobil yang sebenarnya serta memiliki hak penuh tentang informasi tersebut, yang
mungkin saja disembunyikan dari pembeli. Pembeli yang waspada pada akhirnya akan
menawar harga mobil bekas ke harga yang lebih murah karena melihat kemungkinan barang
yang dibeli adalah barang lemon. Ditambah dengan keadaan pasar yang tidak menempatkan
barang lemon dan kualitas baik secara terpisah. Pasar mobil bekas yang sedemikian rupa tentu
membuat pembeli tidak dapat mengetahui dengan baik kondisi dan kualitas mesin, pembeli
hanya sebatas mengetahui tampilan luarnya saja. Hal tersebut membuat pilihan pembeli jatuh
pada uncertainly selection, yaitu keadaan dimana pembeli melakukan pilihan dengan hasil
yang mungkin saja tidak sesuai dengan harapan.
Di sisi lain, keadaan seperti ini tentu memberikan kerugian bagi penjual mobil bekas
dengan kualitas mobil yang masih bagus. Efek ini akan dirasakan ketika banyak pembeli yang
menawar dengan harga murah karena menganggap mobil yang dijual memiliki kemungkinan
sebagai barang lemon, meskipun pada kenyataannya tidak. Pembeli mobil bekas tentu
memperhitungkan resiko yang mungkin saja terjadi jika ia memutuskan untuk membeli dengan
harga yang lebih mahal. Demikian pula dengan penjual, ia tidak ingin menjual mobil
bekas kualitas baik dengan harga murah karena menghindari dugaan pembeli bahwa mobil
tersebut adalah lemon. Dalam skala besar, keadaan seperti ini juga akan mempengaruhi
mekanisme pasar, yaitu antara supply dan demand. Permintaan terhadap mobil bekas akan
menuntut harga yang murah, baik itu lemon ataupun tidak, karena pembeli tidak mengetahui
kualitas tersebut. Sedangkan penjual mobil bekas dengan kualitas baik tentu akan menolak
untuk memberikan harga yang murah.
Asuransi
fakta yang terjadi bahwa orang di atas 65 tahun mengalami kesulitan besar dalam membeli
asuransi kesehatan. Pertanyaan akan muncul yaitu mengapa harga tidak naik untuk
menyesuaikan dengan risiko?
Jawaban Arkelof adalah bahwa ketika tingkat harga naik orang-orang yang yakin diri
mereka akan menjadi membutuhkan asuransi. Hasilnya adalah bahwa kondisi medis rata-rata
pelamar asuransi memburuk sebagai tingkat harga meningkat. Ini sangat sesuai dengan kasus
mobil bekas, di mana kualitas rata-rata yang disediakan jatuh dengan penurunan tingkat harga
yang sesuai.
Berdasarkan survei sampel nasional yang dilakukan pada tahun 1956 terhadap 2.809
keluarga dengan 8.898 orang, menyimpulkan bahwa perusahaan asuransi sangat berhati-hati
dalam memberikan jaminan medis untuk orang yang lebih tua.
Asuransi berpotensi mengandung prinsip "adverse selection" yang diperkuat dengan
penjelasan Wharton School:
“Ada potensi adverse selection dalam kenyataan bahwa pemegang kebijakan asuransi
jangka panjang yang sehat dapat memutuskan untuk mengakhiri cakupan mereka ketika
mereka datang lebih tua dan premi meningkat. Tindakan ini dapat membuat perusahaan
asuransi dengan proporsi risiko di bawah rata-rata yang tidak semestinya dan klaim mungkin
lebih tinggi daripada yang diantisipasi. Seleksi terbalik "muncul (atau sedikit mungkin) kapan
pun individu atau kelompok yang diasuransikan memiliki kebebasan untuk membeli atau tidak
membeli, untuk memilih jumlah atau rencana asuransi, dan untuk bertahan atau berhenti
sebagai pemegang polis."
A. Pekerja Minoritas
Pengusaha dapat menolak mempekerjakan anggota atau kelompok minoritas untuk jenis
pekerjaan tertentu. Keputusan ini mungkin tidak mencerminkan rasionalitas atau profitisasi
keuntungan. Hal ini berdasarkan pada latar belakang sosial pelamar, kualitas sekolah, dan
kemampuan kerja umum.
Sekolah dengan kualitas yang baik dapat memberikan indikator kualitas yang lebih baik
daripada karakter-karakter individu yang kualitas sekolahnya lebih rendah. Seperti T. W.
Schultz menulis, "Lembaga pendidikan menemukan dan membina bakat potensial.
Kemampuan anak-anak dan siswa yang matang tidak akan pernah diketahui sampai ditemukan
dan dikembangkan." Lebih lanjut, pekerja yang tidak terlatih mungkin memiliki bakat alami
yang berharga, tetapi talenta ini harus disertifikasi oleh "perusahaan pendidikan" sebelum
perusahaan mampu menggunakannya. Pendirian sertifikasi harus kredibel, namun
ketidakrelibilitas sekolah-sekolah kumuh menurunkan kemungkinan ekonomi siswa mereka.
Sehingga bagi pemberi kerja dapat membuat keputusan yang rasional untuk tidak
mempekerjakan anggota kelompok ini dalam posisi yang bertanggung jawab karena sulit
membedakan mereka dengan kualifikasi pekerjaan yang baik dari mereka yang memiliki
kualifikasi buruk.

B. Biaya Ketidakjujuran
Masalah pembeli, tentu saja, adalah mengidentifikasi kualitas. Kehadiran orang-orang
di pasar yang bersedia menawarkan barang-barang yang lebih rendah cenderung mendorong
pasar keluar dari keberadaan semestinya. Kemungkinan inilah yang merepresentasikan biaya
utama ketidakjujuran karena transaksi yang tidak jujur cenderung mendorong transaksi yang
jujur keluar dari pasar. Mungkin ada pembeli yang potensial dari produk-produk berkualitas
baik dan mungkin ada penjual kecil dari produk-produk tersebut dalam kisaran harga yang
sesuai. Namun, kehadiran orang-orang yang ingin menggadaikan barang-barang dengan
ketidakjujuran sebagai barang-barang yang bagus sehingga cenderung mengusir bisnis yang
sah. Oleh karena itu, biaya ketidakjujuran bukan hanya karena jumlah pembeli yang ditipu,
biaya juga harus mencakup kerugian yang timbul karena menggerakkan bisnis yang sah dari
keberadaannya.
Banyak institusi muncul untuk melawan efek ketidakpastian kualitas. Salah satu
institusi yang jelas adalah jaminan atau jaminan atau garansi. Sebagian besar barang tahan lama
membawa jaminan untuk memastikan pembeli mendapatkan beberapa kualitas normal yang
diharapkan. Salah satu hasil alami dari model kami adalah bahwa risiko ditanggung oleh
penjual bukan oleh pembeli.
Penjual yang memiliki kualitas yang bagus tentu akan berani untuk memberikan
jaminan atau jaminan atau garansi kepada pembelinya. Dan sebaliknya, penjual dengan kualitas
buruk atau lemon akan merasa rugi jika harus memberi jaminan atau garansi. Di sisi lain,
jaminan atau garansi juga dapat membantu pembeli untuk memutuskan pilihannya. Adanya
jaminan atau garansi akan membuat pembeli semakin yakin bahwa barang yang akan dibeli
tidaklah barang lemon, kalaupun lemon dia memiliki jaminan atau garansi sehingga
mengurangi kerugian pada pembeli. Yang penting digarisbawahi adalah, keberadaan jaminan
atau garansi di sini digunakan untuk menciptakan kepercayaan kepada pembeli atas barang
yang akan dibeli. Sehingga, pembeli juga akan bersedia membeli dengan harga lebih mahal
untuk barang atau mobil yang dilengkapi dengan jaminan atau garansi

C. Pasar Kredit di Negara Tertinggal


Pasar kredit di negara-negara terbelakang sering sangat mencerminkan operasi Prinsip
Lemon. Di India, sebagian besar perusahaan industri dikendalikan oleh agen-agen pengelola.
Ketika sebuah usaha baru dipromosikan para pendukung akan mendekati agen pengelola yang
mapan. Sehingga di lingkungan ini, investor luar kemungkinan akan terkelabui dari
kepemilikan mereka, baik perusahaan membangun reputasi untuk (transaksi 'jujur'), yang
memberi mereka sewa monopoli sejauh layanan mereka terbatas dalam pasokan.
Contoh kedua cara kerja Prinsip Lemon mengacu pada tingkat yang terlalu tinggi yang
dikenakan oleh pemberi pinjaman lokal kepada kliennya. Di India, tingkat bunga yang tinggi
ini telah menjadi faktor utama dalam ketidakberpihakan. Melawan ketidakberpihakan yang
berkembang ini, yaitu dengan cara mendirikan bank untuk bersaing dengan rentenir setempat.
Sementara bank-bank besar di kota-kota pusat memiliki suku bunga utama sebesar 6, 8, dan 10
persen, pemberi pinjaman lokal biaya 15, 25, dan bahkan 50 persen. Jawaban atas paradoks
yang tampak ini adalah bahwa kredit hanya diberikan dimana pemberi hibah memiliki (1)
sarana yang mudah untuk menegakkan kontraknya atau (2) pengetahuan pribadi tentang
karakter peminjam.

Anda mungkin juga menyukai