Anda di halaman 1dari 4

Bahaya Pakaian Seksi Dari Pelecehan Hingga Koreksi Saham

Aisyah Karim (Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban)

Aceh hari ini digemparkan dengan perilaku sekelompok perempuan yang tidak berhijab dengan pakaian
seksi ala bikers bersepeda keliling Kota Banda Aceh. Penampilan mereka mengundang perdebatan,
banyak yang berasumsi mereka pendatang non muslim. Anehnya di video lainnya saat mereka
mengucap maaf karena khilaf berjamaah tersebut, stylenya berganti busana muslimah dan semua
bekerudung. Penampilan para bikers berpakaian seksi ini sempat membuat senewen Walikota Banda
Aceh. Pihaknya juga sudah menginstruksikan Satpol PP dan Wilayatul Hisbah (WH) untuk memanggil
mereka untuk dilakukan pembinaan.

Ngomong-ngomong soal pakaian seksi, tempo hari netizen se-Indonesia juga dihebohkan dengan kasus
viral yang menimpa pelanggan perempuan pada 1/7/2020 di kedai kopi Starbucks. Videonya masih
ramai diperdebatkan di laman-laman media sosial. Seorang pelanggan perempuan menjadi sasaran intip
bagian sensitifnya oleh karyawan Starbucks melalui CCTV. Hal ini karena pelanggan yang bersangkutan
berpakaian terbuka hingga memungkinkan bagian tubuh sensitifnya menjadi sorotan CCTV.

Peristiwa ini tidak hanya menyebabkan kedua karyawan dipecat dan digelandang oleh polisi namun
mampu mengoreksi harga saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) terkoreksi di tengah ramainya
pemberitaan salah satu unit usahanya, Starbucks. Koreksi harga saham Mitra Adiperkasa tercatat drop
1,31 % (cnbcindonesia.com 3/7/2020).

Tidak hanya sampai disitu, opini netizen pun kemudian terbelah antara menyalahkan si pelanggan seksi
karena memberi peluang bagi pelecehan yang menimpanya dan sumpah serapah untuk karyawan
Starbucks. Dan sebagaimana fenomena yang sering terjadi, para penggiat feminis berlomba memenuhi
opininya di laman-laman media sosial.

Opini yang digulirkan bersandar pada hasil Survey Pelecehan Seksual di Ruang Publik yang dilaksanakan
secara nasional terhadap perempuan pada tahun 2018 lalu. Dari analisis data survei yang dilakukan oleh
lebih dari 62.000 orang, koalisi menemukan fakta bahwa pelecehan bisa terjadi pada siapa saja.
Menurut hasil survei, mayoritas korban pelecehan tidak mengenakan baju terbuka saat mengalami
pelecehan melainkan memakai celana/rok panjang (18%), hijab (17%) dan baju lengan panjang (16%).

Pelecehan juga menimpa mereka yang mengenakan cadar, menurut feminis hal ini membuktikan
bahwa pakaian korban sama sekali tidak berkorelasi terhadap peluang menjadi target pelecehan.
Dengan kata lain, sebenarnya yang harus dikontrol adalah perilaku bukan pakaian korban. Sedangkan
sumber pelecehan seksual adalah otak laki-laki yang piktor (pikiran kotor).

Pendapat ini tentu sangat prematur dan dangkal. Jika tidak didalami maka berpeluang untuk
meninggalkan kesan bahwa perempuan yang menutup aurat tidak jauh berbeda dengan mereka yang
berpakaian seksi, toh sama saja, sama-sama berpeluang untuk dilecehkan.

Sementara menutup aurat dengan tidak menutup aurat persoalannya telah jelas dalam Islam. Bahwa ini
merupakan kewajiban bukan pilihan, hal ini karena Islam memandang perempuan adalah aurat yang
wajib dijaga. Ini adalah bagian dari keindahan Islam. Rasulullah SAW bersabda, “Perempuan itu aurat,
jika ia keluar dari rumahnya maka setan mengikutinya. Dan tidaklah ia lebih dekat kepada Allah (Ketika
shalat) melainkan di dalam rumahnya.” (HR at-Tirmidzi).
Masalah menutup aurat adalah perkara surga dan neraka, soal kemuliaan dan laknat. Jilbab dan khimar
adalah identitas Muslimah, dengan memakainya yang beriman telah menempatkan identitas lainnya
yang sekaligus membedakan secara tegas antara perempuan beriman dengan perempuan lainnya.

Hanya saja saat ini busana Muslimah telah diliputi oleh tren fashion dan lifestyle. Mereka yang menutup
aurat tidak hanya semata-mata berniat demi meraih ridha Allah semata. Prinsipnya alangkah baiknya
jika bukan hanya ridha Allah yang diperoleh namun juga ridha manusia. Akhirnya berpakaian Muslimah
trendy dan stylish jadi pilihan. Jangankan laki-laki sesama perempuan saja pangling memandangnya.

Muslimah berkerudung dengan aneka gaya, dilapisi make up wajah yang mengikuti tren kekinian,
pakaian ketat membungkus tubuh bahkan transparan. Jadilah mereka Muslimah-muslimah yang
berpakaian namun sejatinya telanjang. Kecantikan dan keindahannya dihidangkan di hadapan publik
dan dipamerkan di media sosial. Tak terkecuali mereka yang bercadar. Hingga mereka pun kemudian
ikut menjadi korban pelecehan dan objek kejahatan seksual lainnya.

Beda halnya dengan hijab yang benar-benar tertutup rapat sederhana. Tak nampak lekukan tubuh, tidak
tembus pandang. Jilbab yang sungguh digunakan sesuai fungsinya. Untuk melindungi dan menjaga
pemakainya agar terhindar dari tatapan lelaki asing. Tanpa mengundang perhatian siapa pun. Sehingga
dengan adanya ikhtiar membentengi diri dengan berjilbab yang sejalan dengan syariat, Allah pun turut
menjaga dan melindungi pemakainya.

Menjadi jelas bahwa pelecehan yang menimpa Muslimah berhijab mengindikasikan ada yang salah
dengan penggunaan hijabnya. Barangkali ada yang belum benar baik niat maupun tatacaranya. Apakah
telah selaras dengan pengaturan Allah di dalam An-Nur:31, “Katakanlah kepada perempuan beriman:
“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecauali yang (biasa) Nampak dari padanya.”

Dan apakah telah benar sesuai petunjuk Al-Ahzab: 59, “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu,
anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya
keseluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak di ganggu.”

Kapitalisme Induk Kejahatan Seksual

Kapitalisme memandang perempuan sebagai komoditas. Perempuan menempatkan tubuhnya sebagai


aset pribadinya, dia bebas mengekspresikan diri karena berlindung pada doktrin suci hak asasi manusia.
Karena pola relasi sosial Barat bersandar pada asas sekuler liberal maka relasi antar jenis kelamin
dilangsungkan dalam rangka saling menarik perhatian diantara keduanya. Disini, berpakaian seksi adalah
salah satu bentuk karya perempuan untuk dirinya dan lingkungannya.

Menjadi lumrah kemudian jika angka kejahatan seksual tertinggi di dunia berasal dari negara-negara
kampiun kapitalisme. Dari 10 negara dengan angka kejahatan seksual tertinggi di dunia AS menempati
posisi pertama, disusul Afrika Selatan dan negara-negara maju di Eropa seperti Inggris, Jerman bahkan
negara dengan resapan kesetaraan gender terbaik dunia yaitu Swedia.

Bahkan di Perancis, perkosaan bukan dianggap sebuah kejahatan hingga tahun 1980. Mungkin,
slogan liberte (kebebasan) bagi negara itu, berlaku bagi kebebasan penduduknya mengambil
keperawanan orang lain. Kejahatan seksual juga marak di India. Negara-negara yang tidak menganjurkan
hijab di negaranya bahkan melarang penggunaan busana Muslimah. Negara-negara dengan slogan `my
body my authority’.

Sebuah cerita mengenaskan disampaikan oleh Ahmad Deedat—seorang ahli Kristologi dan Islam—pada
salah satu ceramahnya. Ia mengatakan, bahwa di Perancis ada perempuan yang diperkosa siang hari
secara beramai-ramai di jalanan namun orang-orang cuma menonton dan hanya berkata, “mungkin
mereka sedang bersenang-senang.” Dapatkah dibayangkan, betapa mengerikannya peristiwa ini? Ketika
perempuan tak lagi mendapat pembelaan dan perlindungan atas keseuciannya. Bahkan, terjadi di
negara yang berslogan egalite (persamaan), tapi nyatanya rasa aman tak terpenuhi bagi warganya.

Jadi apakah berpakaian seksi berkorelasi positif dengan kejahatan seksual? tentu saja. Islam telah
memberikan penjelasan yang sangat sempurna mengenai fenomena ini 14 abad yang lalu. Secara fitrah
laki-laki diciptakan untuk tertarik pada perempuan.

Allah menentukan bahwa tidak ada yang lebih menarik di dunia bagi laki-laki 'normal' selain perempuan.
Perhatikan ayat berikut ini. "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: perempuan-perempuan, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-
lah tempat kembali yang baik (surga)". (Ali Imran: 14).

Nah, tidak heran kasus kejahatan seksual terus berulang dan menjamur jika tren pakaian seksi terus
dipertahankan. Termasuk tren berjilbab yang stylish seksi ala jilboob dan sejenisnya. Wajar kiranya para
lelaki terusik, tentu gairah mereka akan berkecamuk. Lalu, bagi mereka yang lemah imannya, bisa
terjerumus menuruti syahwat. Padahal, Allah dengan tegas memerintahkan kepada laki-laki beriman
agar menjaga pandangan dan kemaluannya.

Dampak langsung dari makin berkaratnya kapitalisme di dunia tercermin dari semakin rusaknya
peradaban manusia. Jika beberapa tahun sebelumnya perempuan akan berpikir ulang untuk tampil
seksi, karena pandangan sosial buruk terhadap pilihan tersebut. Sebuah survei yang dilakukan Inggris
dirilis pada tahun 2010 mengungkapkan cara berpakaian ternyata berpengaruh pada kesuksesan karir,
dimana perempuan yang berpenampilan seksi di kantor tak sukses dalam berkarir. Ia dianggap
berintelegensi rendah dan menempatkan dirinya sebagai objek seksual.

Namun di tahun 2017, sebuah studi yang dilakukan Doktor Alfredo Gaitan dari Universitas Bedfordshire,
Inggris menyebutkan bahwa perempuan berpakaian seksi justru membuat mereka nampak lebih jujur
dan cerdas. Di Indonesia logika ini dijadikan argumentasi oleh feminis untuk menggaungkan kebebasan
berekspresi terhadap perempuan hingga kini. Logikanya semakin terbuka pakaian perempuan semakin
maju standar kehidupannya. Inilah periode peradaban keterlanjangan yang akan mengembalikan
standar fashion manusia bersanding dengan hewan.

Di AS sendiri pada tahun yang sama, terungkap informasi yang cukup menyedihkan. Majalah gaya hidup
Redbook, di dalam artikel bertajuk Sex on The Job, merilis hasil survey yang dilakukan terhadap pembaca
perempuan mengenai isu pelecehan seksual di kantor. Ternyata 80% karyawan perempuan mengalami
pelecehan seksual di kantor. Oleh karenanya menjadi terang benderang kini bahwa kejahatan seksual
termasuk yang viral saat ini yang menimpa pelanggan seksi di kedai kopi Starbucks adalah dampak dari
penggerusan ide-ide kebebasan yang massif diperjuangkan feminis. Inilah lingkaran setan ide feminisme.
Lalu bagaimana mengatasinya? Tentu saja kembali kepada aturan Allah, terapkan hukum pergaulan
Islam yang pengaturannya komprehensif. Sistem pergaulan Islam menjamin lahirnya tatanan masyarakat
yang berperadaban tinggi dan mulia, tidak percaya? Silahkan membuktikannya, terdapat ribuan literatur
yang berbicara tentang keunggulannya. Masalahnya, anda mau melihatnya dengan objektif dan jujur
ataukah mendengki dan mengedepankan prasangka?

Anda mungkin juga menyukai