Penelitian Pak Ibnu Dan Ayu Wulandari
Penelitian Pak Ibnu Dan Ayu Wulandari
BAB I
PENDAHULUAN
perekonomian Indonesia. Hampir semua bagian dari tanaman kelapa baik dari
batang, daun dan buah mempunyai nilai ekonomi sosial yang cukup tinggi. Jika
dinilai dari aspek ekonomi, kelapa memiliki nilai ekonomi yang cukup
tempurung dan buah kelapa. Batang kelapa yang sudah tua dapat dijadikan bahan
bangunan, seperti bahan bangunan rumah dan jembatan darurat. Kayu dari batang
kelapa juga dapat dimanfaatkan untuk kerangka perahu dan kayu bakar maupun
mebel dengan tekstur yang menarik. Daun kelapa yang masih muda sering
digunakan untu hiasan dalam berbagai acara adat dan keagamaan, sedangkan
daun yang sudah tua dapat digunakan sebagai atap rumah, barang anyaman, sapu
berlimpah dan terdiri dari tiga polimer yaitu selulosa (35% - 50%), hemiselulosa
(20% - 35%) dan lignin (10% - 25%). Komponen ini merupakan sumber utama
dalam menghasilkan gula dari hasil fermentasi, bahan kimia, dan bahan
bakar cair. Bahan lignoselulosa bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya
tangkai kayu, jerami padi, daun, rumput dan sebagainya. Proses degradasi,
2
delignifikasi untuk melepas selulosa dan hemiselulosa dari ikatan kompleks lignin
Lignin adalah polimer yang kompleks dengan berat molekul tinggi dan
tersusun atas unit-unit fenil propan. Meskipun tersusun atas karbon, hidrogen dan
oksida, tetapi lignin bukanlah suatu karbohidrat. Lignin terdapat di antara sel-sel
dan didalam dinding sel. Di antara dinding sel lignin berfungsi sebagai pengikat
dari serat selulosa dapat disebut juga dengan delignifikasi atau pulping
Asam format merupakan salah satu pelarut organik yang sering digunakan
sebagai larutan pemasak dalam pembuatan pulp. Keunggulan utama asam format
dibanding pelarut organik lain sebagai larutan pemasak adalah proses pembuatan
pulp dapat dilakukan pada suhu dan tekanan lebih rendah dan selektifitas tinggi
Penelitian yang dilakukan oleh Jayanti (2019) yaitu Pembuatan pulp dari
etanol sebagai larutan reaksi (5%, 10% dan 15%) pada level microwave 300 dan
400 W dan variasi waktu reaksi (30, 60, dan 90) menit. Digunakannya larutan
etanol sebagai larutan reaksi karena sangat ramah dengan lingkungan, harga yang
terjangkau dan dapat menjaga selulosa yang terdegradasi pada suatu cairan dan
padatan tertentu. Kondisi optimum yang didapat pada proses pembuatan pulp
adalah konsentrasi etanol 5%, dengan level microwafe 300 W, dan waktu
konsentrasi katalis asam klorida 0,2% dan variasi waktu reaksi (0, 15, 30, 45, 60,
75, 90, 105, 120, 135, 150, 165 dan 180) menit dengan perbandingan nisbah
padatan dan larutan 10:1. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa batang
jagung dapat dijadikan pulp dengan proses organosolv dan menghasilkan yield
dengan campuran antara asam format dan hydrogen peroxide sebagai pelarut
4
dkk (2013) ekstraksi selulosa dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dilakukan
dengan menggunakan campuran dari 20% asam format dan 10% hydrogen
dipanaskan dengan air pada suhu 85°C selama 2 jam kemudian dilakukan
dan Nazir., dkk (2013), didapatkan beberapa kelemahan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Puspitasari., dkk (2015) jika disandingkan dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Nazir., dkk (2013) yaitu dalam peningkatan yield pulp.
yield lignin seiring meningkatnya waktu reaksi dan konsentrasi asam formiat.
menurun karena semakin banyak lignin yang berhasil disisihkan dan larut dalam
pelarut.
mendapatkan hasil yang terbaik dan optimal dalam proses mendapatkan pulp
dengan yield lignin yang rendah, untuk itu maka metode penelitian yang
5
pembuatan pulp dengan pelarut organik yaitu dengan menggunakan asam format.
konsentrasi hidrogen peroksida (5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30%)
delignifikasi adalah 10% dengan harapan hasil yield lignin yang didapatkan
hidrogen peroksida dalam tahapan bleaching terhadap penurunan kadar lignin dari
sabut kelapa.
sebagai sumber bahan baku energi alternative dalam bahan baku pembuatan pulp.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pulp
Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat. Pulp dapat
dibuat dari bahan kayu, non kayu dan kertas bekas. Pulp adalah bahan berupa
serat berwarna putih yang diperoleh melalui proses penyisihan lignin dari
kertas dan dapat juga dikonversi menjadi senyawa turunan selulosa termasuk
selulosa asetat.
2.2 Kelapa
yang paling dikenal dan banyak tersebar di daerah tropis. Pohon kelapa
merupakan jenis tanaman berumah satu dengan batang tanaman tumbuh lurus ke
atas dan tidak bercabang. Tinggi pohon kelapa dapat mencapai 10-14 meter lebih,
daunnya berpelepah dengan panjang dapat mencapai 3-4 meter lebih dengan sirip-
dengan batang tanaman yang lurus dan tinggi. Menurut Cook, et al,
kata coco pertama kali digunakan oleh Vasco da Gama, atau dapat juga
palmae yang paling dikenal dan banyak tersebar di daerah tropis. Daunnya
panjang dapat mencapai sekitar 3-4 meter lebih dengan sirip-sirip lidi yang
- Ordo : Palmales
- Famili : Palmae
- Genus : Cocos
daerah tropis dengan suhu sekitar 27 oC dan dapat dijumpai baik di dataran rendah
maupun dataran tinggi. Pohon kelapa ini dapat tumbuh dan berbuah dengan baik
di daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 - 450 m dari permukaan laut. Pada
dataran tinggi dengan ketinggian antara 450 - 1000 m dari permukaan laut,
8
walaupun pohon ini dapat tumbuh, waktu berbuahnya lebih lambat, produksinya
tempurung kelapa. Ketebalan sabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas
mengandung serat-serat halus yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat tali,
karung, pulp, karpet, sikat, keset, isolator panas dan suara, filter, bahan pengisi
jok kursi/mobil dan papan hardboard. Satu butir buah kelapa menghasilkan 0,4 kg
sabut yang mengandung 30% serat. Komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas
selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, dan potasium
(Rindengan, et al., 1995). India dan Sri Lanka adalah produsen terbesar produk-
produk dari sabut dengan volume ekspor tahun 2000 masing-masing 55.352 ton
dan 127.296 ton dan masing-masing terdiri atas 6 dan 7 macam produk. Pada saat
yang sama, Indonesia hanya mengekspor satu jenis produk (berupa serat mentah)
9
dengan volume 102 ton. Angka ini menurun tajam dibandingkan ekspor tertinggi
pada tahun 1996 yang mencapai 866 ton (Ditjenbun, 2002; BPS, 2002).
Sabut kelapa jika diurai akan menghasilkan serat sabut (cocofibre) dan
serbuk sabut (cococoir). Namun produk inti dari sabut adalah serat sabut. Dari
manfatnya sangat luar biasa. Menurut Choir Institute, kelebihan serat sabut kelapa
antara lain anti ngengat, tahan terhadap jamur dan membusuk, memberikan
insulasi yang sangat baik terhadap suhu dan suara, tidak mudah terbakar, flame-
retardant, tidak terkena oleh kelembaban dan kelembaban, alot dan tahan lama,
resilient, mata kembali ke bentuk konstan bahkan setelah digunakan, totally statis,
mudah dibersihkan serta mampu menampung air 3x dari beratnya. Sabut 15 kali
lebih lama daripada kapas untuk rusak dan 7 kali lebih lama dari rami untuk rusak
Sabut kelapa dapat diolah menjadi beragam produk jadi dan setengah jadi
yang memiliki nilai jual tinggi. Produk tersebut antara lain: tali sabut, keset, serat
10
Hasil uji komposisi serat sabut kelapa berdasarkan SNI yang dilakukan
Sarana Riset dan Standarisasi dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut:
Selulosa 27,02
Hemiselulosa 56,82
Lignin 36,9
2.2.3.1 Lignin
tinggi. Lignin terdapat diantara sel – sel dan di dalam dinding sel. Dimana fungsi
lignin yang terletak diantara sel adalah sebagai perekat untuk mengikat/ perekat
antar sel, sehingga tidak dikehendaki. Sementara dalam dinding sel lignin sangat
erat hubungannya dengan selulosa dan berfungsi untuk memberi ketegaran pada
sel. Lignin dapat diisolasi dari tanaman sebagai sisa yang tak larut setelah
dihidrolisis dan diekstraksi ataupun diubah menjadi turunan yang larut. Adanya
kimia dalam pemasakan dan pemutihan (Wibisono, 2002) dalam Putera 2012.
Lignin ini merupakan polimer tiga dimensi yang terdiri dari unit
fenil propana melalui ikatan eter (C-O-C) dan ikatan karbon (C-C). Bila
lignin berdifusi dengan larutan alkali maka akan terjadi pelepasan gugus metoksil
yang membuat lignin larut dalam alkali. Reaksi dengan senyawa tertentu banyak
dimanfaatkan dalam proses pembuatan pulp dimana lignin yang terbentuk dapat
pemutihan. Lignin dapat mengurangi daya pengembangan serat serta ikatan antar
serat.
tinggi dan asam. Pada reaksi dengan temperatur tinggi mengakibatkan lignin
terpecah menjadi partikel yang lebih kecil dan terlepas dari selulosa (Taherzadeh,
2007). Pada suasana asam, lignin cenderung melakukan kondensasi, yakni fraksi
lignin yang sudah terlepas dari selulosa dan larut pada larutan pemasak. Dimana
peristiwa ini cenderung menyebabkan bobot molekul lignin bertambah, dan lignin
proses pemasakan yang berlangsung pada suasana asam dapat pula menurunkan
lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Selulosa tak akan rusak saat proses
pelarutan lignin jika konsentrasi larutan pemasak yang digunakan rendah dan
degradasi selulosa lebih tinggi, dimana pada suhu ini lignin telah habis
terlarut (Casey, 1980). Adapun struktur dasar lignin ditunjukkan pada Gambar
2.3 berikut.
2.3 Delignifikasi
b. Proses semi kimia, yaitu proses pembuatan pulp yang melalui proses
kombinasi antara proses mekanis dan proses kimia. Mula – mula bahan baku
cara mekanik;
c. Proses kimia, yaitu bahan baku berserat ditambah dengan bahan kimia.
1. Proses Organosolv
Bahan kimia yang digunakan adalah asam organik seperti asam format
(CH2O2), asam asetat (CH3COOH), glikol, phenol, aseton, serta ammonia dan
amine.
Bahan kimia yang digunakan adalah natrium sulfat (Na2SO4), soda api
(NaOH), dan soda abu (Na2CO3). Bahan dasar yang digunakan adalah kayu lunak
3. Proses Sulfit
Bahan kimia yang digunakan adalah asam sulfit (H2SO3), asam sulfat (H2SO4),
dan magnesium bisulfit (Mg(HSO3)2). Bahan dasar yang digunakan bisa kayu
lunak, maupun kayu keras. Proses ini sangat baik untuk membuat kertas
berkualitas tinggi;
4. Proses nitrat
Bahan kimia yang digunakan adalah asam nitrat (HNO3) dan soda api (NaOH);
5. Proses soda
Bahan kimia yang digunakan soda api (NaOH). Bahan dasar yang biasa
digunakan untuk proses ini adalah jerami, ampas tebu, dan rerumputan serta bahan
non kayu lainnya. Pulp yang dihasilkan cukup baik untuk membuat kertas buku,
majalah dan lain lainnya. Untuk proses pembuatan pulp dari bahan non kayu
(a)
15
(b)
Gambar 2.4 (a) Skema dari Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin (b) Skema
2.4 Organosolv
salah satu proses alternatif dalam pembuatan pulp. Prinsip proses orgonosolv
tertentu (Muurinen 2000). Selain itu, proses organosolv juga memiliki beberapa
dalam pembuatan pulp adalah alkohol, asam organik, amina, keton, ester dan
Asam format merupakan salah satu pelarut organik yang sering digunakan
sebagai larutan pemasak dalam pembuatan pulp. Keunggulan utama asam formiat
dibanding pelarut organik lain sebagai pelarut organik adalah proses pembuatan
16
pulp dapat dilakukan pada suhu dan tekanan lebih rendah dan selektifitas tinggi
biomassa dan menghasilkan pulp dengan kualitas yang baik (Kham et al. 2005).
orgnosolv lainnya, pada proses pembuatan pulp menggunakan asam format terjadi
tersebut akan mempengaruhi yield dan kemurnian pulp. (Zulfansyah., dkk 2010)
Asam format atau asam metanoat yang juga dikenal sebagai asam semut
merupakan bagian dari senyawa asam karboksilat. Asam format ini pertama kali
diperoleh oleh ahli kimia pada abad pertengahan melalui proses penyulingan
Sifat dari asam format ini adalah mudah terbakar, tidak berwarna, berbau
tajam/menusuk dan mempunyai sifat korosif yang cukup tinggi. Asam format ini
mudah larut dalam air dan beberapa pelarut organik, tetapi sedikit larut dalam
benzene, karbon tetraklorida dan toluene, serta tidak larut dalam karbon alifatik.
Asam format mempunyai bobot molekul 46,03 g/mol dan merupakan asam paling
kuat dari deretan gugus asam karboksilat serta berfungsi sebagai reduktor. Asam
17
format dalam keadaan murninya mempunyai titik leleh 8 oC, titik didih 101oC
(Fesenden, 1995)
larutan pemasak (media fraksionasi) untuk berbagai biomassa bukan kayu seperti
dilakukan dengan proses tanpa atau menggunakan katalis, pada suhu dan
asam format, maka semakin banyak lignin yang terhidrolisis. Lignin mempunyai
sifat mengikat selulosa, sehingga semakin banyak lignin yang terhidrolisis maka
semakin banyak pula selulosa yang terlepas dari ikatan lignin. Oleh karena itu
diperoleh tingkat kecerahan warna yang tinggi dan stabil (Greschik, 2008). Proses
pemutihan serat harus menggunakan bahan kimia yang reaktif untuk melarutkan
kandungan lignin yang ada didalam serat agar diperoleh derajat kecerahan yang
tinggi (Tutus, 2004). Namun demikian, harus dijaga agar pengunaan bahan kimia
1. Konsentrasi
2. Waktu Reaksi
reaksi yang terlalu lama akan merusak rantai selulosa dan hemisellulosa
3. Suhu
(Daam, 2002).
4. pH
Warna pada pulp yang belum diputihkan pada umumnya disebabkan oleh
lignin yang tersisa. Penghilangan lignin dapat lebih banyak pada proses
delignifikasi, tetapi akan mengurangi hasil cukup banyak dan merusak serat
sehingga menghasilkan kualitas pulp yang rendah. Oleh karena itu, harus
dasar pada proses pemutihan antara lain bahan kimia, temperatur, dan pH.
Zat – zat pemutih menurut sifatnya dibagi menjadi dua yaitu, zat pemutih
yang bersifat oksidator dan yang bersifat reduktor. Zat pemutih oksidator
lignin. Zat pemutih reduktor berfungsi mendegradasi lignin secara hidrolisa dan
pemutihan sebelumnya.
20
pemutihan serat – serat selulosa dan beberapa diantaranya dapat pula dipakai
lain-lain. Zat – zat pengelantang yang bersifat reduktor hanya dapat dipakai untuk
memutihkan serat kapas, rayon, wol dan sutera. Hidrogen peroksida ini memiliki
suhu optimum yaitu 80 - 85⁰C. Bila suhu pada saat proses kurang dari 80⁰C maka
proses akan berjalan lambat, sedangkan kalau lebih dari 85⁰C hasil proses tidak
sempurna.
pemutih pulp yang ramah lingkungan. Di samping itu, hidrogen peroksida juga
ketahanan yang tinggi serta penurunan kekuatan serat sangat kecil. Achmadi
(1990) menyatakan bahwa suasana asam pada lignin cenderung sangat stabil, pada
kondisi basa mudah terurai. Peruraian hidrogen peroksida juga dipercepat oleh
naiknya suhu. Zat reaktif dalam sistem pemutihan dengan hidrogen peroksida
dalam suasana basa adalah perhydroxyl anion (HOO-) (Dence and Reeve,
21
1996). Anion ini terbentuk dari penambahan alkali terhadap hidrogen peroksida
Ion HOO- ini yang mempunyai peran aktif di dalam proses pemutihan,
dekomposisi H2O2 mengikuti persamaan reaksi (2) (Duke, Haas 1961). Pada
reaksi (1), sedang reaksi dekomposisi yang disebabkan dari pengaruh katalis
ion-ion logam transisi harus dicegah, karena tidak memberikan dampak yang
efektif pada proses pemutihan (Brelid, 1998). Ion HOO- merupakan oksidator
kuat yang berperan pada proses bleaching karena zat warna alam yang merupakan
22
yang lebih sederhana atau menjadi senyawa yang memiliki ikatan tunggal,
distabilkan dengan asam. Peroksida murni merupakan cairan yang bereaksi agak
H2O2 → H2O + On
perlahan-lahan.
adanya ion hidrogen (H+) yang menyebabkan ikatan lignin lepas dari
lignoselulosa dan menghasilkan fraksi lignin. Fraksi lignin ini yang kemudian
larut dalam pelarut, menyebabkan lignin mudah dipisahkan dari bahan baku
(Villaverde, ligero, & de Vega, 2010) dalam Fatmayati, dan Deli, 2017. Katalis
hidrogen (H+) dalam media pemasak, dan mempercepat reaksi penyisihan lignin
(Sarkanen, 1990) dalam Zulfansyah, dkk, 2010. tahapan bleaching juga bertujuan
untuk menghilangkan sisa lignin dan karbohidrat yang tidak terpisah sempurna
suhu 80-85⁰C. Apabila suhu pengerjaannya kurang dari 85⁰C maka proses
akan berjalan lambat. Diatas suhu tersebut proses akan berjalan cepat.
menaikkan suhu hingga 85⁰C secara konstan selama ± 1 jam, maka serat
pemanasan maka warna asli pada serat dapat terurai dan bahan
menjadi lebih putih dan rata. Hasil derajat putih yang dihasilkan juga
dengan air hingga seencer mungkin. Pada dasarnya diukur dari jumlahnya sedikit
dan tidak mengubah kondisi air, seperti warna, bau, rasa dan suhu. Faktor pH juga
penting, agar menyesuaian pH air buangan dengan pH air netral yaitu 7. Namun
pengukuran pH.
masih tersisa di dalam pulp setelah pemasakan. Pengujian kappa number yang
kebutuhan bahan kimia yang akan digunakan untuk proses selanjutnya yaitu
pulp. Setelah waktu tertentu, jumlah permanganate yang bereaksi dengan pulp
sebagai jumlah milliliter KMnO 4 0,1N yang dikonsumsi oleh 10 gram pulp
inframerah oleh molekul suatu materi. Absorbsi inframerah oleh suatu materi
dapat terjadi jika dipenuhi dua syarat, yakni kesesuaian antara frekuensi radiasi
teknik analitik yang sangat baik dalam proses identifikasi struktur molekul suatu
metoda pelet KBr. Gambar 2.9 menunjukkan skema peralatan dari FTIR.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2019 hingga Januari 2020.
Politeknik Negeri Samarinda. Sampel bahan baku, yaitu sabut kelapa yang
30%
- Rendemen Pulp
- Yield
➢ Termometer
➢ Indikator Universal
➢ Hot Plate
➢ Bulb
➢ Neraca Analitik
➢ Kaca Arloji
➢ Gegep
➢ Desikator
➢ Water bath
➢ Oven
➢ Botol Sampel
➢ Batang pengaduk
➢ Pipet Tetes
➢ Buret
➢ Statif
➢ Blender
➢ Magnetik Stirrer
3.3.2 Bahan
• Sabut kelapa
• Aquades
• Inndikator Amilum
• Etanol 99%
Sabut Kelapa
Pencacahan
Asam Format+
Hidrogen Proses Pemasakan 1
peroksida (Delignifikasi),
o
85 C selama 2 jam
Suspensi
Padatan Cairan
Penyaringan
Serat selulosa
Akuades Penyaringan
Rendemen Pulp
selama 3 hari.
mesh.
leher dua dan menambahkan dalam campuran asam format (65% v/v)
diambil dan di cuci dengan larutan asam format 10% 20-50 ml dan
variasi konsentrasi (5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 35%) (v/v) pH 11
bening.
secara duplo.
dalam gelas kimia dan dimasukkan kedalam labu ukur 100ml dan
𝒎𝒈 𝑲𝟐𝑪𝒓𝟐𝑶𝟕
Normalitas Na2S2O3 = (3.3)
𝒇𝒑 𝒙 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑵𝒂𝟐𝑺𝟐𝑶𝟑 𝒙 𝑩𝑬
(𝒃−𝒂) 𝑵
𝒑= …. (3.4)
𝟎,𝟏
𝒑𝒙𝒇
𝑲= …. (3.5)
𝒘
dengan etanol 99% selama 8 jam. Kemudian dicuci dengan air panas.
34
2. Sampel dipindahkan ke gelas piala 100 ml, tambahkan asam sulfat 72%
selama 2 jam.
saring yang telah diketahui beratnya, endapan lignin dicuci dengan air
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
peroksida dalam tahapan bleaching terhadap penurunan kadar lignin dari sabut
kelapa sebagai bahan baku dalam pembuatan pulp. Setelah melakukan penelitian
pada serat sabut kelapa, diantaranya yaitu bilangan kappa dan kadar lignin.
Komponen ini sangat dibutuhkan dalam pembuatan pulp adapun variasi yang
digunakan pada penelitian ini yaitu variasi konsentrasi hidrogen peroksida sebagai
bleaching atau pemutih. Langkah awal yang dilakukan adalah sabut kelapa
dipisahkan dari cangkang kelapa kemudian dicuci dan dikeringkan lalu digunting
memiliki ukuran partikel 20 mesh. Sabut kelapa yang telah dipreparasi tersebut
merupakan bahan baku dalam pembuatan pulp yang kemudian akan dilakukan
menggunakan campuran larutan hidrogen peroksida (H2O2) (5%, 10%, 15%, 20%,
25% dan 30%) dan NaOH 10% pada pH 11 dengan temperatur 60°C selama 90
menit. Kemudian dioven dihitung berat konstannya kurang lebih 2 jam. Analisa
yang digunakan yaitu Analisa yield lignin (SNI 0494-2008 Metode bilangan
kappa dan SNI 0492-2008 metode klason), dan Analisa FTIR. Data hasil analisa
lignin variasi konsentrasi hidrogen peroksida dapat dilihat pada table 4.1 berikut.
36
Tabel 4.1 Data Hasil Analisa Lignin Variasi Konsentrasi Hidrogen Peroksida
Konsentrasi Hidrogen Rendemen Pulp Yield Lignin
Peroksida (%) (%) (%)
5 21,28 10,12
10 26,37 10,00
15 30,98 9,95
20 32,38 9,87
25 29,48 9,71
30 23,94 9,58
konsentrasi hidrogen peroksida. Nilai rendemen yang diharapkan pada pulp hasil
nilai rendemen, maka proses pulp akan semakin efektif. Rendemen dapat
digunakan untuk memprediksi jumlah pulp yang dihasilkan oleh bahan baku yang
gambar 4.1.
37
33
32
31
rendemen Pulp (%) 30
29
28
27
26
25
24
23
22
21
20
5 10 15 20 25 30
konsentrasi Hidrogen Peroksida (%)
rendemen pulp sebesar 21,28% sampai 32,38% hal ini disebabkan karena semakin
banyak lignin yang terhidrolisis maka semakin banyak pula selulosa yang terlepas
dari ikatan lignin. Oleh karena itu selulosa dan rendemen pulp akan meningkat
(Paskawati, 2010). Warna pulp yang belum diputihkan pada umumnya disebabkan
oleh lignin yang tersisa. Penghilangan lignin dapat lebih banyak pada proses
delignifikasi, tetapi akan mengurangi hasil cukup banyak dan merusak serat
dari perlakuan dengan konsentrasi hidrogen peroksida sebesar 20% dan semakin
komponen kimia yang ada pada pulp seperti komponen penyusun pulp yaitu
38
10.15
10.1
10.05
10
kadar Lignin (%)
9.95
9.9
9.85
9.8
9.75
9.7
9.65
9.6
9.55
5 10 15 20 25 30
Konsentrasi Hidrogen Peroksida (%)
pada konsentrasi hidrogen peroksida 30% yaitu sebesar 9,58%. Selama proses
(H+) yang menyebabkan ikatan lignin lepas dari lignoselulosa dan menghasilkan
fraksi lignin. Fraksi lignin ini yang kemudian larut dalam pelarut, menyebabkan
lignin mudah dipisahkan dari bahan baku (Villaverdo, 2010). Katalis hidrogen
1990) dalam Zulfansyah, dkk, 2010. Sifat hidrogen peroksida yang selektif dalam
meleaching lignin dari dalam bahan, sehingga terjadi penyisihan lignin yang
cukup banyak pada proses delignifikasi. Tahapan bleaching juga bertujuan untuk
menghilangkan sisa lignin yang tidak terpisah sempurna dalam pulp (Widia,
2014). Achmadi (1990) menyatakan bahwa suasana asam pada lignin cenderung
sangat stabil, pada kondisi basa mudah terurai. Peristiwa ini menyebabkan bobot
molekul lignin bertambah, dan dalam keadaan asam lignin yang terkondensasi ini
mengendap. Lignin yang mengendap ini akhirnya larut dalam air pada proses
pencucian pulp. Dalam air hidrogen peroksida akan terurai menjadi H+ dan HOO-
dimana HOO- berperan untuk mendegradasi lignin. Zat reaktif dalam sistem
anion (HOO-) (Dence and Reeve, 1996). Semakin basa larutan maka jumlah
gugus anion HOO- yang terbentuk tiap waktu semakin banyak sehingga pada saat
proses degradasi lignin akan semakin cepat. Ion HOO- merupakan oksidator kuat
yang berperan pada proses bleaching karena zat warna alam yang merupakan
yang lebih sederhana atau menjadi senyawa yang memiliki ikatan tunggal,
sehingga dihasilkan pulp yang lebih cerah (jayanudin, 2010). Kemudian Ion HOO-
hidrogen peroksida akan memutuskan ikatan Cα-Cβ mulekul lignin dan mampu
dan terurai menghasilkan alkohol sehingga lignin yang ada didalam semakin
berkurang. Untuk kualitas bahan baku pembuatan pulp Kandungan lignin disini
diharapkan sekecil mungkin, karna lignin dapat merusak kualitas pulp dan pulp
3675.56
2134.92
95
1507.60
90
2850.92
1645.95
85
1201.50
1369.40
80
2917.13
897.02
75
1264.27
1159.21
3334.61
1424.87
70
%T
65
1315.68
1102.64
60
661.17
55
50
45
40
memberikan informasi hasil ekstraksi dari bahan baku serat sabut kelapa dengan
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa hasil uji FTIR menunjukkan
serat sabut kelapa masih menyisakan sebagian kadar lignin yang ditunjukkan
dengan masih terdapatnya peak gugus aromatik C=C pada rentang 1200-1300 cm-
1
. Serapan C-H aromatik lignin masih terlihat pada bilangan gelombang 1504 cm-
menyisakan lignin.
42
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
rendemen pulp yang tinggi dan yield lignin yang rendah agar kualitas