Anda di halaman 1dari 4

LO no 2

1. Kista Radikular (Kista Periapikal)

Kista radikular adalah kista yang terjadi pada akar gigi nonvital. kista yang paling sering

terjadi di daerah mulut. seringkali tidak menunjukkan adanya gejala kecuali terjadi infeksi

sekunder

2. Kista dentigerus atau kista folikular

merupakan lesi yang sering terjadi pada daerah maksila dan mandibula dengan persentase

20-24% dari seluruh kista pada rahang setelah kista radikuler. Kista dentigerus merupakan

lesi patologis berupa rongga, dilapisi oleh epitel yang mengelilingi mahkota gigi dari

cemento enamel junction (CEJ) dan berisi cairan pada gigi yang belum erupsi

3. Tumor Odontogenik Keratocystic (Keratokista Odontogenik)

merupakan tumor jinak odontogenik yang memiliki sifat rekurensi yang sangat mudah.

Awalnya jenis tumor ini tergolong ke dalam kista odontogenik, akan tetapi pada tahun 2014

berubah menjadi tumor jinak karena sifatnya yang ekspansif, destruktif dan memiliki

kecenderungan high recurrence

4. Kalsifikasi Kista Odontogenik (Kista Gorlin)

Kista odontogenik yang mengalami kalsifikasi biasanya merupakan lesi kistik non-agresif

yang dilapisi oleh epitel odontogenik yang menyerupai ameloblastoma, tetapi dengan

keratinisasi ghost cell yang khas.

5. Kista Odontogenik Kelenjar (Kista Sialo-Odontogenik)

Secara klinis, kista odontogenik kelenjar umumnya mengenai orang dewasa paruh baya tanpa

predileksi jenis kelamin.

6. Kista bifurkasi bukal

Kista bifurkasi bukal dikenal sebagai kista odontogenik inflamasi pada populasi anak.150,151

Secara klinis, kista biasanya bermanifestasi sebagai pembengkakan bukal pada furkasi molar
pertama atau kedua mandibula. Kista juga dapat muncul secara bilateral.150,151 Gigi yang

terkena sangat vital, tetapi mungkin memiliki poket periodontal yang dalam

1. Kista Kanal Nasopalatina

Kista kanalis nasopalatina (duktus) berasal dari sisa-sisa jaringan duktus oronasal vestigial

berlapis epitel. Kista terletak di dalam kanalis nasopalatina dan tampak sebagai radiolusensi

unilokular di antara akar gigi insisivus sentralis rahang atas yang vital.

2. Kista nasoalveolar (nasolabial)

Kista nasoalveolar adalah kista jaringan lunak dengan patogenesis yang tidak pasti tanpa

keterlibatan tulang alveolar. Secara klinis, kista muncul sebagai pembengkakan pada lipatan

mucolabial. Lapisan kista bervariasi dari epitel skuamosa hingga pernapasan (kolumnar

bersilia semu). Perawatannya adalah eksisi bedah, dan kekambuhan jarang terjadi.

LO 3

LO 4

Diagnosis banding kista dentigerous meliputi odontogenik keratosis, ameloblastoma, dan

tumor odontogenik. Selain itu Transformasi ameloblastik dari dentigerous cyst juga bisa

menjadi diagnosis banding. Tumor odontogenik adenomatoid bisa menjadi pertimbangan

apabila ada radiolusensi perikoronal anterior, dan fibroma ameloblastik apabila ada lesi yang

terjadi di rahang posterior pasien usia muda

LO 5

Kista dentigerous terbentuk di sekitar mahkota gigi yang tidak erupsi atau impaksi, yang

mungkin merupakan bagian dari gigi regular atau gigi supernumerary. Kista dentigerous
muncul dari epitel folikel gigi dan tetap melekat pada leher gigi, menutupi mahkota di dalam

kista. Lapisan epitel bervariasi dari kuboid hingga skuamosa dan dari sangat tipis hingga

hiperplastik.

Secara radiologis, kista dentigerus tampak sebagai

1. lesi radiolusen unilokuler yang berhubungan dengan mahkota gigi yang tidak erupsi,

2. mempunyai tepi sklerotik yang berbatas tegas, meluas melapisi bagian kortek.

3. kista dentigerus melekat pada cemento-enamel junction.

Secara umum,

1. kista dentigerus yang tidak disertai inflamasi disusun oleh lapisan yang tipis, regular,

epitel squamus berlapis tidak berkeratin,

2. dinding kista dibentuk oleh folikel gigi dan

3. melekat pada cemento-enamel junction.

4. Jaringan konektif kapsul kista bebas dari sel-sel inflamatori.

Mulyaningsih, E. F. KISTA MULTIPEL RAHANG (Laporan kasus) Endang Fitrih

Mulyaningsih, Bakti Surarso Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah

Kepala dan Leher. JURNAL THTKL Vol.5, No.2, Mei - Agustus 2012, hlm. 90 - 100

Hadist

Sekiranya arahanku tidak memberatkan umat mukmin,niscaya aku akan memerintahkan

mereka untuk bersiwak/menggosok gigi setiap kali mereka akan mendirikan shalat (HR

Bukhari dan Muslim).

Siwak berfungsi untuk mengikis dan membersihkan bagian dalam mulut. Dengan

menggunakan siwak sisa-sisa makanan yang ada pada sela-sela gigi, dapat dibersihkan

sehingga dapat menjaga kondisi dalam mulut, karena jika tidak dibersihkan akan menjadikan

lingkungan dalam mulut sebagai tempat pertumbuhan bakteri yang akan meningkatkan
aktivitas pembusukan yang dilakukan oleh berjuta-juta bakteri yang dapat menyebabkan gigi

berlubang, gusi berdarah dan munculnya kista.

Anda mungkin juga menyukai