Anda di halaman 1dari 8

LO 1

Teknik-tenik pemeriksaan histopatologi


Biopsy
Biopsy is the removal and examination of a part or the whole of a lesion. There are several types
of biopsy technique
- Surgical biopsy (incisional or excisional)
● Biopsi insisional (pengangkatan bagian dari lesi) digunakan untuk menentukan
diagnosis sebelum pengobatan yang dicurigai keganasan. Teknik ini
menggunakan scalpel / punch biopsy
● Biopsi eksisi (pengangkatan seluruh lesi seperti mukokel) digunakan untuk
mengkonfirmasi diagnosis klinis yang dicurigai kanker. Teknik ini menggunakan
scalpel, diathermy, leser cutting
- Frozen sections atau potong beku
merupakan pemeriksaan histopatologi untuk menetapkan diagnosis dengan segera,
melalui teknik pengelolaan jaringan dengan cara membekukan dengan cepat jaringan
segar dan mengeluarkan molekul air (dalam es) dengan proses sublimasi pada ruang
tertutup dengan suhu yang lebih tinggi
- Fine needle aspiration biopsy
pemeriksaan langsung pada benjolan penderita tumor menggunakan jarum kecil
- Thick needle/core biopsy
prosedur di mana jarum melewati kulit untuk mengambil sampel jaringan dari suatu
massa atau benjolan
Cytology
pemeriksaan sitologi (sel) untuk melihat adanya kelainan pada sel tersebut, kelainan ini dapat
berupa peradangan, keganasan/kanker, atau lesi lainnya
- Exfoliative cytology
pemeriksaan sel yang diambil dari permukaan lesi atau kadang-kadang bahan dalam
aspirasi kista

Cawson, R. A., & Odell, E. W. (2017). Cawson's essentials of oral pathology and oral medicine
e-book. Elsevier Health Sciences.
LO 2
Pengambilan sperimen dan penyimpanan

LO 3
Cara pengambilan sampel, indikasi, kekurangan dan kelebihan, jenis. perbedaan eksisi biopsi
insisi needle biopsi (biopsy)

a. Eksisi

Indikasi

- jaringan normal di sekeliling lesi dapat diambil 2-3 mm yang diperlukan pada lesi yang
dicurigai ganas
- lesi dengan diameter kurang dari 1 mm

Cawson, R. A., & Odell, E. W. (2017). Cawson's essentials of oral pathology and oral medicine
e-book. Elsevier Health Sciences.

Cara pengambilan

- memberikan anastesi lokal lalu ambil seluruh lesi


- bagian tengah tidak tersentuh agar gambaran histologinya tidak berubah
- jahit (Jika penjahitan tidak memungkinkanuntuk dilakukan seperti pada gingiva atau
palatum, maka tutup dengan perban bedah)
-
b. Insisi

Indikasi

- lesi yang lebih besar dari 1 atau 2 cm


- Lesi tersebut dicurigai ganas
Cawson, R. A., & Odell, E. W. (2017). Cawson's essentials of oral pathology and oral medicine
e-book. Elsevier Health Sciences.

Cara pengambilan

- Tentukan daerah yang akan dibiopsi


- Rancang garis eksisi dengan memperhatikan segi kosmetik
- Buat insisi bentuk elips dengan skalpel nomor 15
- Angkat tepi kulit normal dengan pengait atau pinset bergerigi halus
- Teruskan insisi sampai diperoleh contoh jaringan. Sebaiknya contoh jaringan ini jangan
sampai tersentuh
- Tutup dengan jahitan sederhana memakai benang yang tidak dapat diserap

c. Fine needle aspiration

Indikasi

lesi yang sulit diakses pada pemeriksaan histopatologi seperti tumor pada kelenjar parotid, nodus
limfa, kista.

Kelebihan

- pemeriksaan yang paling sederhana, mudah, dan cepat,


- dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosis tumor atau massa yang berasal dari kelenjar
getah bening
- dapat dikerjakan pada pasien rawat jalan dengan morbiditas minimal, sehingga tidak
perlu dilakukan perawatan inap.
- dapat membedakan tumor jinak atau ganas

Kekurangan
- keterbatasan yang diantaranya jangkauan sitologi FNAB sangat terbatas,
- luas invasi tumor tidak dapat ditentukan,
- dapat terjadi negatif palsu,
- subtipe kanker tidak selalu dapat diidentifikasi,
- harus ada kerjasama klinis dan patologis,
- dibutuhkan pengalaman dan keahlian yang cukup untuk dapat mendiagnosa dengan tepat
karena terdapat banyak kemiripan morfologi gambaran histologi tumor jinak atau ganas

Norahmawati E, 2013. Fine Needle Aspiration Biopsy Has Important Role andHigh Accuracy as
Preoperative Diagnostic Method for Bone Tumors. Available At :
http://www.jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/viewFile/181/178

Cara mengambilan ada 2 teknik (aspirasi dan nonaspirasi)

Pada teknik aspirasi, langkah yang perlu dilakukan adalah :

■ Siapkan jarum yang sudah terpasang pada spuit 10 cc dan dapat dibantu dengan
penyangga spuit untuk mempermudah aspirasi
■ Fiksasi massa menggunakan 2 jari dari tangan yang tidak dominan
■ Menggunakan tangan yang dominan, tusuk jarum hingga menembus kulit atau mukosa
secara cepat, lanjutkan hingga mencapai target
■ Pada target yang superfisial, jarum di introduksi pada sudut 30-45 derajat. Untuk massa
yang lebih dalam, gunakan sudut yang lebih tegak lurus
■ Setelah ujung jarum berada di dalam massa, lakukan suction dengan menarik kembali
plunger jarum suntik
■ Sambil mempertahankan suction, gerakkan jarum dengan cepat ke depan dan ke
belakang. Jarum dipertahankan di dalam target dan tidak keluar dari kulit.
■ Lepaskan tekanan negatif setelah pengambilan sampel selesai, sebelum menarik jarum
dari massa
■ Tarik jarum dari massa dan persiapkan apusan
■ Setelah ditarik, lepaskan spuit dari jarum. Isi spuit dengan udara dan pasang kembali ke
jarum yang mengandung spesimen
■ Keluarkan spesimen ke slide kaca

Untuk teknik nonaspirasi, berikut langkah yang dapat dilakukan :

- Fikasi massa target antara 2 jari tangan yang tidak dominan


- Pegang jarum menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
- Majukan jarum ke dalam massa target
- Gerakkan jarum ke depan dan ke belakang dalam massa dengan cepat
- Secara bersamaan, gerakkan jarum dengan gerakan memutar searah jarum jam
berlawanan arah jarum jam
- Tarik jarum dari pasien. Pasang jarum suntik berisi udara, dengan plunger sudah ditarik,
ke jarum yang mengandung specimen
- Keluarkan spesimen ke slide kaca

Boone J, Mullin DP. 2016. Biopsy, Fine Needle, Neck Mass. Medscape. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1520111-overview

Jakowski J. General step by step FNA procedure. PathologyOutlines.com website. Accessed


December 11th, 2019.

LO 4

Kelebihan
- metode ini lebih mudah dan cepat untuk diagnosis penunjang dibandingkan histopatologi.
- dapat meningkatkan keakuratan pemeriksaan histopatologi di rongga mulut untuk
lesi-lesi jinak dan menjadi sarana screening untuk menentukan lesi-lesi ganas

Kekurangan

- perubahan morfologis satu sel tidak bisa dibandingkan dengan sel yang disebelahnya
karena pada saat pengambilan sel, jaringan akan terpisah.
- jika sel yang terambil tidak mencukupi, diagnosis harus tetap dikonfirmasi dengan
histopatologisnya. Karena gambaran sel manusia secara umum memiliki kemiripan,
jaringan (asal sel) terkadang tidak diketahui jika data tidak lengkap atau pada metode
washing.

Cara pengambilan

- Pengambilan sediaan dilakukan dengan mengerok atau menyikat mukosa yang akan
diambil sampelnya.
- Spatel kayu dapat digunakan untuk pengambilan sediaan dengan cara scraping.
- Cara scraping dilakukan dengan cara mengerok mukosa oral secara berulangulang dan
dilakukan dalam satu arah sampai terlihat kemerahan di daerah mukosa yang
menandakan lamina propria sudah mulai terekspos.
- Sedangkan dengan metode brushing, penyikatan mukosa dapat dilakukan menggunakan
cytobrush atau sikat gigi yang telah disterilisasi dengan merendamnya dalam cairan
Chlorhexidine 0,2%.
- Teknik penyikatan juga dilakukan secara berulang dan dengan arah yang sama.
- Setelah dilakukan pengambilan sampel, spatel kayu atau sikat diapus pada objek glass
yang sudah bersih dan sudah ditandai terlebih dahulu dengan nomor pasien atau regio
pengambilan sampel di rongga mulut.
- Objek glass yang sudah diapus harus segera dimasukkan ke larutan fiksasi dan tidak
boleh dikeringkan untuk mencegah pembusukan spesimen, perubahan sel, dan
kontaminasi.
- Bahan fiksasi untuk pewrnaan rutin yaitu alkohol 95%.
- Fiksasi juga berguna untuk mengkondisikan struktur sel agar dapat diwarna.
- Fiksasi dilakukan minimal selama 20-30 menit.
- Perendaman di larutan yang dilakukan kurang dari 20 menit akan menyebabkan sampel
mudah lepas dari objek glass.
- Preparat yang sudah difiksasi kemudian dikeluarkan dari alkohol dan dibilas dengan air
bersih kemudian dilakukan pewarnaan dengan metode Papanicolaou, ditutup dengan
entelan dan cover glass, dan langsung dapat dilihat secara mikroskopis

Sabirin, I. P. R. (2015). Sitopatologi Eksfoliatif Mukosa Oral sebagai Pemeriksaan Penunjang di


Kedokteran Gigi. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan: Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya, 2(1), 157-161.

LO hadist

Ayat ini menerangkan bahwa setiap manusia yang diberikan penyakit itu dapat disembuhkan
karena kesehatan merupakan fitrah manusia dan tidak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan
karena Allah telah menunjukkan cara untuk menyembuhkan segala penyakit sesuai dengan
firman Allah dalam ayat – ayat Al Qur’an.
-

Anda mungkin juga menyukai