Anda di halaman 1dari 21

I.

Tujuan

Membuat sediaan Tablet Paracetamol 500 mg yang baik, benar dan


berkhasiat menggunakan teknik granulasi basah.

II. Dasar Teori


A. Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempacetak,


dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, keduaa permukaannya rata
atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau
tanpa zat tambahan. (Farmakope Indonesia Edisi ke-3)

Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak


berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung
satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. (Moh. Anief)

Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat dan bahan


pembantu. Bahan tambahan yang digunakan dalam mendesain formulasi
tablet dapat dikelompokan berdasarkan fungsionalitas eksipien sebagai
berikut :

1. Pengisi/pengencer (diluents)
Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert,
secara signifikan dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati,
sifat fisika dan kimia dari tablet jadi (akhir)
2. Pengikat (binders dan adhesive)
Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet
untuk meningkatkan sifat kohesi serbuk melalui pengikatan (yang
diperlukan) dalam pembentukan granul yang pada pengempaan
membentuk masa kohesif atau pemampatan sebagai suatu tablet.
Lokasi pengikat di dalam granul dapat mempengaruhi sifat granul
yang dihasilkan.
3. Penghancur (disintegrants)
Tujuan penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet
sesaat setelah ditelan pasien. Agen penghancur dapat
ditambahkan sebelum dilakukan granulasi atau selama tahap
lubrikasi/pelinciran sebelum dikempa atau pada kedua tahap
proses.
4. Pelincir (lubricant)
Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang
meningkat pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam
selama pengempaan dan penolakan/pengeluaran tablet dari
cetakan. Pelincir dapat pula menunjukan sifat sebagai antilengket
(anti adherant) atau pelicin (glidan)
Stickland mendeskripsikan:
 Pelincir menurunkan friksi di antara granul dan dinding
cetakan kempa selama proses pengempaan dan penolakan
tablet dari lumpang.
 Antiadheran mencegah terjadinya pelengketan pada alu
cetak dan selanjutnya ada dinding cetakan.
 Pelicin meningkatkan karakteristik aliran dari granul.
5. Antiadheran
Antiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukan
tendensi mudah tersusun/terkumpul.
6. Pelicin (glidan)
Glidan dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke
dalam lobang lumpang. Glidan dapat meminimalkan
ketidakmerataan yang sering ditemukan/ditunjukan formula kempa
langsung. Glidan meminimalkan kecenderungan granul memisah
akibat adanya vibrasi secara berlebihan.
Hipotesis mekanisme kerja glidan menurut beberapa penelitian :
1) Dispersi muatan elektrostatik pada permukaan granul.
2) Distribusi glidan dalam granul.
3) Adsorpsi preferensial gas pada glidan versus granul.
4) Meminimalisasi forsa v.d. Waals melalui pemisahan granul.
Penurunan fraksi di antara partikel dan kekerasan permukaan
karena glidan teradhesi pada permukaan granul.

B. Bentuk dan Penggolongan Tablet

Berdasarkan cara pemberian atau fungsinya, sistem penyampaian


obat dan bentuk serta metode pembuatannya, tablet dapat digolongkan
sebagai berikut:

1. Tablet Oral untuk Dimakan


 Tablet Kempa (Compressed Tablets/CT)
 Tablet Kempa Lapis Ganda (Multiple Compressed
Tablet/MCT)
 Tablet Berlapis
 Tablet kempa yang bersalut
 Tablet dengan reaksi berulang-ulang
 Tablet salut gula dan tablet salut coklat
 Tablet salut lapisan tipis
 Tablet Kunyah
2. Tablet yang Digunakan dalam Rongga Mulut
 Tablet Buccal
 Tablet Sublingual
 Troche atau Lozenges
3. Tablet yang Diberikan dengan Rute Lain
 Tablet Implantasi
 Tablet Vaginal
4. Tablet yang Digunakan Untuk Membuat Larutan
 Tablet Effervescent
 Tablet Hipodermik
 Tablet Triturat (tablet yang diremukan)
C. Kriteria Tablet

Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :


1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi
persyaratan
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik
5. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi
persyaratan
6. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
7. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
8. Bebas dari kerusakan fisik
9. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
10. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu
tertentu
11. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

D. Metode Pembuatan Tablet

Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu
granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan
metode pembuatan sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan
karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan
terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan
lain sebagainya. Secara skematis proses pembuatan tablet dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.

1. Granulasi Basah

Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif


dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan
menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga
terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya
digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.
Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat
aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode
granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan
pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu
pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.

Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk


dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik
ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang
mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran
serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke
dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan
yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana
jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan
ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan
meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling
penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah
ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi
yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah
diperoleh massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada
ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating
granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas
permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih
cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan
tergantung pada alat penghancur yang digunakan dan ukuran
tablet yang akan dibuat. Keuntungan metode granulasi basah :
 Terbentuknya granul  memperbaiki sifat alir dan
kompresibilitas, proses kompaksasi lebih mudah karena
pecahnya granul membentuk permukaan baru yang lebih aktif
 Obat-obat dosis tinggi yg mempunyai sifat alir dan
kompresibilitas jelek maka dengan proses granulasi basah
hanya perlu sedikit bahan pengikat
 Untuk bahan dengan dosis rendah dengan pewarna, maka
distribusi lebih baik dan menjamin keseragaman isi zat aktif
 Granulasi basah mencegah segregasi komponen-komponen
campuran yang sudah homogen
 Memperbaiki dissolusi obat yang bersifat hidrofob.

Kekurangan metode granulasi basah:


 Proses lebih panjang dibanding dgn 2 metode lainnya
sehingga secara ekonomis lebih mahal
 Peralatan yang digunakan lebih banyak sehingga secara
otomatis lebih banyak pula personnel yang diperlukan
 Tidak bisa digunakan untuk obat-obat yang sensitif thd
kelembaban dan pemanasan
 Pada tablet berwarna dapat terjadi peristiwa migrasi dan
ketidak homogenan sehingga tablet berbintik-bintik
 Incompabilitas antar komponen di dalam formulasi akan
diperbesar, terutama untuk obat-obat campuran (multivitamin,
dll)

2. Granulasi Kering

Granulasi kering adalah metode yang dilakukan dengan cara


membuat granul secara mekanis tanpa bantuan pengikat basah
atau pelarut pengikat. Metode ini digunakan untuk zat aktif yang
tidak tahan panas dan lembab, serta tidak tahan air atau pelarut
yang digunakan.Keuntungan pembuatan tablet dengan metode
granulasi kering adalah :

a. Memerlukan tahap proses yang lebih sedikit sehingga mengurangi


kebutuhan akan proses validasi.
b. Waktu hancur lebih cepat karena tidak diperlukannya larutan
pengikat.
c. Tidak memerlukan pengeringan sehingga tidak terlalu lama
pengerjaannya.
d. Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang peka terhadap
panas dan lembab.
Kerugian pembuatan tablet dengan metode granulasi kering
adalah :
a. Perlu mesin khusus untuk pembuat slug.
b. Tidak dapat mendistribusikan warna dengan homogen.
c. Tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak larut.
d. Kemungkinan terjadinya kontaminasi silang lebih cepat.
e. Keseragaman kandungan lebih sulit dicapai.

E. Keuntungan dan Kerugian Tablet


1. Keuntungan Tablet
a. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih
b. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis
c. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang
kecil sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan,
pengangkutan, dan penyimpanan
d. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat
dicegah/diperkecil.
2. Kerugian Tablet
a. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam
keadaan tidak sadar/pingsan);
b. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
 Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat,
karena sifat amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis;
 Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut,
dosisnya cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi
melalui saluran cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan
sulit untuk diformulasi (harus diformulasi sedemikian rupa);
 Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak
disenangi, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen,
atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi
sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih
baik daripada tablet
F. Masalah dalam Pembuatan Tablet

1. Capping

Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah, yang


disebabkan terlalu banyak tekanan saat pencetakan, adanya udara yang
terperangkap saat granulasi, granulasi terlalu kering, terlalu banyak fines,
pemasangan punch dan dies yang tidak pas. (Wade,1994).

2. Lamination

Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi


segera setelah kompressi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya
adalah udara yang terjerat dalam granul yang tidak dapat keluar selama
kompressi atau overlubrikasi dengan stearat. (Wade,1994).
3. Sticking

Keadaan dimana granul menempel pada dinding die sehingga


punch bawah tidak bebas bergerak. Penyebabnya adalah punch kurang
bersih, tablet dikompressi pada kelembapan tinggi. (Wade,1994).

4. Picking

Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada


permukaan punch. Penyebabnya adalah pengeringan granul belum
cukup, jumlah glidan kurang bahan yang dikompresi berminyak/lengket.
(Wade,1994).

5. Filming

Adanya kelembapan yang tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan


bahan dengan titik lebur rendah seperti lemak/wax. Bisa juga karena
punch kehilangan pelicin. Hal ini dapat diatasi dengan mengencerkan
bahan yang bertitik leleh rendah dengan bahan yang titik lelehnya tinggi
sehingga mengurangi penempelan. (Wade,1994).

6. Chipping dan Cracking

Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian


atas karena tekanan yang berlebih. (Wade,1994).

7. Binding

Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.


(Wade,1994).

8. Molting

Distribusi zat warna yang tidak homogen. Penyebabnya adalah


migrasi zat warna yang tidak seragam (atas kering duluan yang bawah
masih basah).
III. Formula
A. Formula Acuan
1. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation Vol. 1 Ed. 2 Hal.
184

2. Research in Pharmaceutical Biotechnology


3. Generic Drug Formulation

B. Formula Modifikasi
R/
Bobot per Tablet = 500mg
Paracetamol 250 mg

Dibuat = 120 Tablet PVP 2,82%

Corn Starch 6,93%


Bobot seluruh Tablet = 60g
Asam Stearat 1,25%

Talc 1%

Lactosum q.s.

C. Alasan Pemilihan Bahan


1. PVP 2,82%
Diambil dari formula acuan yaitu Handbook of Pharmaceutical
Manufacturing Formulation
2. Corn Starch 6,93%
Diambil dari formula acuan yaitu Handbook of Pharmaceutical
Manufacturing Formulation
3. Asam Stearat 1,25%
Diambil dari formula acuan yaitu Handbook of Pharmaceutical
Manufacturing Formulation

4. Talc 1%
Diambil dari formula acuan yaitu Handbook of Pharmaceutical
Manufacturing Formulation yang di totalkan dari massa talcum
dan Mg Stearat sehingga didapatkan 1%, juga mengacu pada
Handbook of Pharmaceutical Excipients
5. Lactosum q.s
Sebagai Pengisi yang bobotnya ditentukan oleh bobot seluruh
bahan dikurang dengan bobot zat aktif dan bobot zat
tambahan.

D. Monografi
1 Paracetamol
 Rumus molekul : C8H9NO2
 Berat molekul : 151,16

 Rumusbangun :

 Pemerian : serbuk hablur putih; tidak berbau;


rasa sedikit pahit
 Kelarutan : larut dalam air mendidih dan dalam
natrium hidroksida 1 N; mudah larut dalam etanol
 Kadar : 78,6 %
 Kompresibilitas : rendah
 Flowlabilitas : rendah
 Inkompatibilitas : paracetamol tidak terdekomposisi dengan
kebanyakan bahan, tetapi dengan adanya p-aminofenol
dalam paracetamol akan bereaksi dengan serbuk besi pada
kadar rendah, menyebabkan warna merah muda
 Fungsi : analgetik dan antipiretik\
1) Farmakologi
Paracetamol atau acetaminophen adalah obat yang
mempunyai efek mengurangi nyeri (analgesik) dan
menurunkan demam (anitpiretik). Parasetamol mengurangi
rasa nyeri dengan cara menghambat impuls/rangsang nyeri
di perifer. Parasetamol menurunkan demam dengan cara
menghambat pusat pengatur panas tubuh di hipotalamus.
Paracetamol sering digunkan untuk mengobat berbagai
penyakit seperti sakit kepala, nyeri otot, radang sendi, sakit
gigi, flu dan demam. Parasetamol mempunyai efek
mengurangi nyeri pada radang sendi (arthritis) tapi tidak
mempunyai efek mengobat penyebab peradangan dan
pembengkakan sendi.
2) Efek samping
Reaksi alergi terhdap derivat pada aminofenol jarang terjadi.
Manifestasinya berupa eritema atau uritkaria dan gejala
yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa,
penggunaan semua jenis analgesik dalam jumlah besar
secara menahun terutama dalam kombinasi dapat
berpotensi menyebabkan nefropatik analgesik.
2. Povidone (PVP)

 Rumus Molekul : (C6H9NO)n

 Pemerian : Serbuk halus; putih hingga putih-krem; tidak


berbau atau hampir tidak berbau; sangat higroskopis

 Fungsi :

Pembawa untuk obat 10-25%

Zat pendispersi Sampai 5%

Tetes mata 2-10%

Zat pensuspensi Sampai dengan 5%

Pengikat, pengisi atau peng-


0.5-5%
coating tablet
 Kelarutan : Sangat larut dalam asam, kloroform, etanol
(95%), keton, metanol, dan air; praktis tidak larut dalam eter,
hidrokarbon, dan minyak mineral.

 Stabilitas : Warna povidon berubah gelap dengan


pemanasan pada suhu 105 °C, dan terjadi penurunan
kelarutan dalam air. Stabil pada pemanasan 110-130 oC
yang sebentar, sterilisasi dengan uap tidak mengubah
karakteristik povidon. Larutan povidon mudah terkontaminasi
oleh jamur olah karena itu perlu ditambahkan pengawet.
Povidon dapat disimpan dalam kondisi biasa-biasa saja
tanpa mengalamai degradasi atau dekomposisi. Harus
disimpan dalam wadah kedap udara pada tempat yang sejuk
dan kering.

Inkompatibilitas :dapat membentuk molecular adducts


dalam larutan dengan sulfatiazol, natrium salisilat, asam
salisilat, fenobarbital, tanin dab bahan lain. Efek dari
beberapa pengawet seperti thimerosal dapat berubah
(merugikan) ketika terbentuk kompleks dengan povidon
3. CORN STARCH (Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
Formulation : Compressed Solid Product: 685)
 Pemerian : serbuk halus kadang-kadang
berupa gumpalan kecil, warna putih tidak berbau, tidak
berasa
 Kelarutan : praktis tidak larut etanol dan air
dingin
 Kadar : 5-10% tetapi dalam formula
digunakan 5%
 Inkompatibilitas : zat teroksidasi kuat
 Stabilitas : tempat kering dan sejuk
 Kompresibilitas : sediaan yang mengandung banyak
amilum menyebabkan tablet mudah pecah
 Sifat alir : Cukup
 Fungsi : penghancur
4. Asam Stearat
 Pemerian : zat padat keras mengkilat
menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat,
atrip lemak lilin.
 Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut
dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform
P dan dalam 3 bagian eter P.
 Fungsi : pelincir
5. Laktosa

 Rumus Molekul : C12H22O11.H2O

 Berat Molekul : 36,30

 Pemerian : Serbuk atau partikel kristalin ; putih sampai


agak putih ; tidak berbau ; rasa manis

 Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air dan larut dalam 1


bagian air mendidih sukar larut dalam etanol 95% P praktis
tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P

 Kadar Penggunaan 19,6 % (Research in Pharmaceutical


Biotechnology Vol.2(3)

 Kestabilan : Stabil pada penyimpanan dengan kelembapan


±80% di tempat yang sejuk dan kering .

 Inkompabilitas : Asam amino , amfetamin , Lisinopril ,


senyawa yang sangat basa

 Sifat Alir : Baik

 Fungsi : Pengisi pada tablet

6. Talcum

 Rumus Molekul : Mg3SI4O10(OH2)

 Berat Molekul : 61,83


 Pemerian : Serbuk hablur , sangat halus licin , mudah
melekat pada kulit , bebas dari butiran , warna putih atau
putih kelabu

 Kelarutan : Tidak larut hamper dalam semua pelarut

 Fungsi ; Pelincir

 Kadar : 1-10%

 Inkompabilitas : Campuran Ammonium NH4OH

 Stabilitas : Tempat sejuk dan kering

IV. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Alat cetak tablet single punch
2. Alat uji friabilitas
3. Alat uji laju alir
4. Alat uji waktu hancur
5. Hardness tester
6. Jangka sorong
7. Timbangan gram dan miligram
B. Bahan
1. Paracetamol (Acetaminophen)
2. Asam Stearat
3. Corn Starch
4. Talcum
5. PVP
6. Lactosum
7. Alkohol

V. Prosedur Kerja
A. Perhitungan Bahan
Dibuat 120 tablet
Bobot per Tablet = 500mg
Bobot seluruh Tablet = 500mg X 120 tablet = 60000mg = 60gram
1. Paracetamol = 250mg X 120 tablet = 30000mg = 30gram
2. Asam Stearat = 1,25% X 60000mg = 750mg
3. Talcum = 1% X 60000mg = 600mg
4. PVP = 2,82% X 60000mg = 1692mg
5. Corn Starch = 6,93% X 60000mg = 4158mg
6. Lactosum = 60000mg –
(30000mg+750mg+600mg+1692mg+4158mg)
= 60000mg – 37200mg
= 22800mg = 22,8gram
7. Alkohol = q.s

B. Penimbangan Bahan
1. Paracetamol = 30000mg = 30gram
2. Asam Stearat = 750mg
3. Talcum = 600mg
4. PVP = 1692mg ≈ 1700mg
5. Corn Starch = 4158mg ≈ 4150mg
6. Lactosum = 22800mg = 22,8gram
7. Alkohol = q.s
C. Prosedur Kerja
Metode granulasi basah
1. Menimbang dan mencampur bahan
a. Timbang semua bahan yang diperlukan
b. Campurkan parasetamol, laktosa dan corn starch di dalam mortar
lalu gerus sampai massa homogen (massa 1)
c. Campurkan PVP kedalam massa 1, gerus hingga homogen
d. Tambahkan alcohol sedikit demi sedikit sampai massa bisa dikepal
2. Pembuatan granul
a. Setelah massa kenyal dan dapat dikepal, massa siap untuk
digranul
3. Pengayakan massa granul
a. Tekan massa granul melalui ayakan no 6 atau 8
b. Setelah semua berubah menjadi granul, tebar diatas selembar
kertas yang lebar

4. Pengeringan granul
Keringkan granul pada lemari oven dengan suhu sekitar 60 oc
5. Pengayakan kering
Setelah dikeringkan granul diayak dengan ayakan yang
mempunyai lubang yang lebih kecil yaitu 12-20
6. Pencampuran lubrikan atau pelincir
a. Timbang talcum dan asam stearat, gerus homogen
b. Campurkan dengan massa granul kering dengan menggunakan
alat pencampur atau dengan cara pengocokkan dalam botol
bermulut lebar .
7. Pencetakkan Tablet
a. Masukkan granul ke dalam ruang cetakkan melalui corong
(hopper) .
b. Gerakan mesin cetakkan dengan tangan atau menggunakan listrik
.
c. Diturunkan cetakan bagian bawah maka akan terisi granul yang
berada pada hopper .
d. Cetakan ditarik dengan menggeser kelebihan granul dan diratakan
.
8. Cetakan dengan mengempa bahan dalam cetakan membentuk
tablet .

Bagan Pembuatan

VI. Evaluasi Tablet


A. Evaluasi Granul
Granul adalah partikel-partikel yang berukuran kecil. Umumnya
granul dibuat dengan melembabkan serbuk / campuran serbuk dan
digiling. Lalu melewatkannya pada celah ayakan, dengan ukuran
lubang ayakan sesuai dengan granul yang diinginkan. Evaluasi fisik
granul dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Granulometri
Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul
( penyebaranukuran-ukuran granul).
Caranya :
 Timbang 100 gram granul
 Letakkan granul pada pengayak paling atas
 Getarkan mesin 5-30 menit, tergantung dari ketahanan granul pada
getaran
 Timbang granul yang tertahan pada tiap-tiap pengayak
 Hitung persentase granul pada tiap-tiap pengayak

2. Bobot Jenis
 Bobot jenis sejati
Bobot jenis sejati diukur dengan piknometer gas Beckman.
 Bobot jenis nyata
Kedalam gelas takar masukkan 100 gram granul.Baca volume.

Bobot jenis nyata = Bobot/Volume

 Bobot jenis nyata setelah pemampatan


Kedalam gelas takar masukkan 100 gram granul.Mampatkan
500 kali dengan alat volumeter.Lihat volume setelah pemampatan.

BJ nyata setelah pemampatan =

Bobot
Volumesetela h pemampatan 500 kali

3. Kadar Pemampatan
% T = V0 – V500
V0

Ket :
% T = Kadar pemampatan
V0 = Volume sebelum pemampatan
V500= Volume setelah pemampatan 500 kali
% T < 20 atau V < 20 ml granul memiliki aliran yang baik.Kadar
pemampatan dan berat jenis dapat untuk menilai aliran.

4. Kompresibilitas
% K = Dapt – Davc x 100 %
Davc
Ket :
Dapt : Berat jenis nyata setelah pemampatan 500 x
Davc : Berat jenis nyata sebelum pemampatan
Jika % K :
5 – 10 % : Aliran sangat baik
11 – 20 % : Aliran cukup baik
21– 25 % : Aliran cukup
> 26 % : Aliran buruk

5. Aliran
 Metode corong
Mengukur kecepatan aliran 100 gram granul menggunakan
corong kaca dengan dimensi sesuai. Dengan 2 cara yaitu, cara
bebas dan cara tidak bebas ( paksa ) digetarkan.
Biasanya jika 100 gram granul mengalir dalam 10 detik maka
lairan baik.
 Metode sudut istirahat
Masukkan 100 gram granul (tutup bagian bawah
corong).Tampung granul diatas kertas grafik.
Hitung x (sudut yang dibentuk tumpukan granul dengan kertas).
Jika x :
25 – 30 derajat : Sangat mudah mengalir
30 – 40 derajat : Mudah mengalir
40 – 45 derajat : Mengalir
> 45 derajat : Kurang mengalir

6. Kandungan Lembab
Kandungan lembab diukur dengan pemanasan ( gravimetric )
menggunakan alat seperti Moisture Balance.
W1
% KB =
x 100
W
Wa
% KL =
x 100
W1
Wa = W – W1
Ket :
% KB = Kandungan bobot
% KL = Kandungan lembab
W = Bobot mula-mula

W1 = Bobot setelah pengeringan

B. Evaluasi Tablet

1. Keseragaman Ukuran
Diameter tablet berkisar 1 1/3 sampai 3 kali tebal tablet.
2. Keseragaman Bobot
Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika
ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang
dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom
A dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-rata lebih dari harga dalam kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10
tablet dan tidak 1 tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari
bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B :

Penyimpanganbobot rata-rata dalam %


Bobot rata-rata
A B

25 mg ataukurang 15 % 30 %

26 mg – 150 mg 10 % 20 %

151 mg – 300 mg 7,5 % 15 %

> 300 mg 5% 10 %

3. Kekerasan Tablet
Kekerasan minimum 4 kg.Diukur dengan alat hardness tester.
4. Kerenyahan Tablet
Maksimum 1 % dengan menggunakan alat friabilator.
5. Waktu Hancur Tablet
Masukkan tablet ke dalam keranjang alat, turun naikkan keranjang
secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada
bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali fragmen dari zat
penyalut. Bila tidak dinyatakan waktu untuk menghancurkan kelima
tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet biasa dan 60 menit untuk
tablet bersalut gula atau selaput.

Jika tidak memenuhi syarat, pengujian diulang dengan menggunakan tablet satu
per sat, kemudian diulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram tertentu,
dan tablet harus memenuhi syarat di atas.
Lampiran

Brosur :
Tamol tablet

Indikasi:
Mengatasi nyeri ringan pada sakit
keapala,sakit gigi,sakit waktu haid,dan sakit
pada otot.Menururnkan demam setelah
imunisasi.

KontraIndikasi:
Hipersensitivitas pada paracetamol, dan
gangguan fungsi hati.

Komposisi:
mengandung:
Paracetamol 250mg/tablet
Zat tambahan q.s

Farmakologi:.
Parasetamol mengurangi rasa nyeri dengan
cara menghambat impuls/rangsang nyeri di
perifer. Parasetamol menurunkan demam
dengan cara menghambat pusat pengatur
panas tubuh di hipotalamus.

EfekSamping:
Dosis besar dapat menyebabkan kerusakan
fugsi hati.

Dosis:
Anak 1-5 tahun: 1/4 – ½ tablet ,3-4kali sehari
Anak 6-12 tahun: ½ - 1tablet tiap ,3-4 kali
sehari
Anak 13 tahun- dewasa: 1 – 2 tablet,3-4 kali
sehari

Penyimpanan:
Hindari terkena sinar matahari langsung

No Reg : DBL 9601202732A1


No Batch : 05161001

Diproduksi oleh :
PT. YOMED
Palembang-Indonesia
Kotak :

Etiker :
Daftar Pustaka

Depkes RI (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia: Jakarta.

Depkes RI (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia: Jakarta.

Drs. Kasim Fauzi, M.Kes., Apt., dkk (2014). Informasi Spesialite Obat
Indonesia Volume 49.

Depkes RI (1978). Formularium Nasional edisi II. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia: Jakarta

Anief, Moh (2007). Farmasetika. Gadjah Mada University: Yogyakarta.

Anief, Moh (2010). Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University:


Yogyakarta.

Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation Volume 1 Second


Edition

Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition

Buhler Volker. Generic Drug Formulation. Second Edition. 1998.

https://www.academia.edu/8264910/PEMBUATAN_TABLET_PARASETAM
OL_DENGAN_METODE_GRANULASI_BASAH (diakses pada 17 April 2016)

http://dokumen.tips/documents/pembuatan-tablet-parasetamol-dengan-
metode-granulasi-basah.html (diakses pada 17 April 2016)

https://www.scribd.com/doc/88335433/Pembuatan-Tablet-Parasetamol-
Dengan-Metode-Granulasi-Basah (diakses pada 17 April 2016)

Anda mungkin juga menyukai