Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Penggunaan Busi Iridium dan Nikel Terhadap Emisi Gas

Buang CO dan HC Pada Mesin 4-langkah


Yuniarto Agus Winoko[1], Walan Yudhi Rismandara[2]
[1,2]
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Malang, Jl. Sukarno Hatta 09 Malang 65144, Jawa
Timur, Indonesia
e-mail : dhimazyuni@gmail.com
[2]
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Malang, Jl. Sukarno Hatta 09 Malang 65144, Jawa
Timur, Indonesia
e-mail : walanyrd@gmail.com

ABSTRACT
Gasoline motors are included in internal combustion motors, which produce
power due to chemical reactions between the fuel air and the lighter in the
combustion chamber. When the ratio between air and fuel is not suitable, it
results in imperfect combustion, resulting in a flue gas that is toxic. The aim is to
compare the changes in CO and HC exhaust emissions when using iridium spark
plugs against nickel spark plugs at vehicle speeds of 40 kms / hour to 120 kms /
hour. Compares how much CO and HC emissions when using one and two spark
plugs. The testing method uses full open throttle. Then the data is analyzed using
an experimental design with the DOE factorial method. From the research that
has been done, the data on the use of one and two nickel spark plugs containing
CO and HC is better on two nickel spark plugs at CO 0.92% at a speed of 110
kms / hour, HC 63 ppm at 100 kms / hour. While the use of one and two iridium
spark plugs CO emissions and HC two iridium spark plugs CO emissions of
0.80% at kms / hour, HC 53 ppm at 100 kms / hour.
Keywords: CO and HC Gas Emission, Gasoline Engine, Sparkplug Iridium and
Nickel

ABSTRAK
Motor bensin termasuk dalam motor pembakaran dalam daya dihasilkan akibat
reaksi kimia antara udara bahan bakar dan pemantik di ruang bakar. Saat
perbandingan udara dan bahan bakarnya tidak sesuai mengakibatkan terjadi
pembakaran tidak sempurna, sehingga menghasilkan gas buang yang bersifat
sebagai toksin. Tujuan mengkomparasikan besar perubahan emisi gas buang CO
dan HC saat menggunakan busi iridium terhadap busi nikel saat kecepatan
kendaraan 40 km/jam sampai dengan 120 km/jam. Mengkomparasikan berapa
besar emisi CO dan HC saat menggunakan satu dan dua busi. Metode pengujian
menggunakan P-max. selanjutnya data dianalisa menggunakan desain
eksperimental. Hasil menunjukkan bahwa untuk busi nikel satu dan dua
kandungan CO dan HC lebih baik pada dua busi nikel sebesar CO 0,92% pada
kecepatan 110 km/jam, HC 63 ppm pada 100 km/jam. Penggunaan satu dan dua
busi iridium emisi CO dan HC dua busi iridium emisi CO sebesar 0,80% pada
km/jam, HC 53 ppm pada 100 km/jam.
Kata kunci : Busi Iridium dan Nikel, Emisi Gas Buang CO dan HC, Motor
Bensin.

1
PENDAHULUAN tehadap dua busi satu koil, menghasilkan
Motor bensin merupakan salah satu torsi 7,21 Nm, konsumsi bahan bakar
jenis proses pembakaran dalam dimana 0,105 kg/Hp.h. Aminiudin. A., 2017
campuran udara dan bahan bakar penelitian tentang pengaruh dual spark
terbakar didalam ruang bakar dengan ignition terhadap performa mesin dan
adanya percikan bunga api busi. Proses emisi gas buang pada 4-stroke gasoline
pembakaran normal tidak menghasilkan engine single cylinder. Pada penelitian
emisi gas buang dimana campuran udara ini dapat diketahui bahwa penerapan 2
dan bahan bakar terbakar akibat adanya busi dan memajukan ignition timing
percikan bunga api busi dan campuran menghasilkan daya 8.6 HP pada putaran
udara dan bahan bakar dengan suhu yang 6000 rpm dengan ignition timing 18°,
terlalu tinggi mencapai titik nyalanya torsi 21.12 Nm pada putaran 2000 rpm
mengakibatkan terjadinya penyalaan dengan ignition timing 18°, Pengurangan
sendiri tanpa adanya percikan bunga api emisi gas buang CO dan HC yang baik.
menghasilkan emisi gas buang yang Nurdianto, Indrawan., 2015.
disebabkan campuran bahan bakar tidak Menyimpulkan penggunan busi NGK
terbakar secara tidak normal sehingga C7HSA menunjukan torsi maksimal
emisi gas buang tinggi.(Winoko, Agus, sebesar 0,86 kgf.m, daya maksimal
Y. 2017) sebesar 8,11 PS, konsumsi bahan bakar
Pembakaran tidak sempurna pada sebesar 11,20%, sedangkan emisi gas
mesin bensin menghasilkan emisi gas buang CO sebesar 11,17%, CO2 sebesar
buang yang tinggi, sehingga perlu -4,33%, HC sebesar -12,88% dan O2
direduksi. salah satu alternatif untuk sebesar 24,85%.
memperbaikinya dengan mengubah Sistem Pengapian
sistem pengapiannya, sebab sistem Sistem pengapian berfungsi untuk
pengapian dapat memperbaiki proses menghasilkan percikan bunga api pada
pembakaran. busi dengan waktu yang tepat agar dapat
Dalam memperbaiki sistem membakar campuran udara dan bahan
pengapian pengunaan dua busi dalam bakar di dalam silinder. (Nugraha, B. S.
satu silinder mampu mengurangi emisi 2005)
gas buang yang dihasilkan motor bensin
Setelah campuran udara dan bahan
satu silinder, serta untuk
bakar dibakar oleh percikan bunga api
memamksimalkan percikan bunga api di
perlu waktu tertentu agar api merambat
gunakan busi berbahan elektroda iridium.
dalam ruang bakar, sehingga terjadi
Tinjauan Pustaka keterlambatan antara awal pembakaran
Peneliti Terdahulu dengan pencapaian tekanan pembakaran
Kustiawan Feri., 2016 dalam maksimum. Untuk mendapatkan output
penelitian tentang variasi busi terhadap maksimum pada engine dibutuhkan
kinerja mesin bensin empat langkah. tekanan pembakaran mencapai titik
Menyimoulkan saat penggunaan busi tertinggi (sekitar 10° setelah TMA),
iridium menghasilkan torsi 8,75 Nm maka periode perambatan api harus
5069 rpm, daya 8,1 Hp pada 7692 dan diperhitungkan pada saat menentukan
7892 rpm dengan konsumsi bahan bakar ignition timing atau saat pengapian.
0,078 Kg/h.Hp. Santoso Dedy., 2016 Setelah mendapatkan waktu perambatan
dalam penelitian tentang variasi jumlah api berdasarkan ignition timing, maka
koil dengan dua busi terhadap kinerja campuran udara dan bahan bakar harus
Yamaha Jupiter z 110 cc. menyimpulkan sudah dibakar sebelum TMA. Pada awal
bahwa perbandingan 2 busi 2 koil terjadinya pembakaran campuran udara

2
dan bahan bakar disebut dengan saat koil pengapian, maka timbul tegangan
pengapian (ignition timing). (Jama, induksi pada kedua kumparan yaitu pada
Jalius. 2008). kumparan primer dan kumparan
Adapun beberapa jenis sistem sekunder. Akibat dari induksi pada
pengapian sebagai berikut: kumparan sehingga menyebabkan
1. Sistem pengapian mekanik (platina). loncatan bunga api pada busi sehingga
2. Sistem pengapian konvensional terjadi pembakaran pertama dalam ruang
magnet. bakar. Saat kunci kontak pada posisi
3. Sistem pengapian konvensional baterai OFF maka arus dari positif baterai tidak
(AC dan DC). mengalir pada kumparan penguat arus,
4. Sistem pengapian elektronik CDI-AC sehingga CDI tidak aktif dan tidak terjadi
dan CDI-DC. pengapian dalam ruang bakar.
Penelitian ini menggunakan sistem Komponen sistem pengapian
pengapian elektronik CDI-DC, berikut elektronik CDI-DC terdiri dari:
ini gambar rangkaian sistem pengapian (Nugraha, B. S. 2005)
elektronik CDI-DC: a. Baterai
b. Fuse
c. Kunci Kontak (Ignition switch)
d. CDI (Capacitor Discharge Ignition)
e. Magnet (Generator magnit)
f. Pullser (Pick up coil)
g. Koil Pengapian
h. Busi
Elektroda busi terbuat dari berbagai
jenis bahan agar dapat bekerja sesuai
dengan kondisi, kualitas dan masa
pemakaian busi. Busi di desain untuk
tahan dalam berbagai temperatur dan
kondisi pemakain. Bahan elektroda busi
Gambar 1. Rangkaian sistem harus sesuai dengan kriteria seperti tahan
pengapian elektronik CDI-DC. panas pada suhu pembakaran, tahan
korosi dari sisa pembakaran dan tidak
Prinsip kerja skema pengapian CDI-DC larut dalam asam. (Kosasih, Poniman. D.
standar yaitu saat kunci kontak pada 2018)
posisi ON maka arus mengalir dari Adapun beberapa macan bahan
positif baterai menuju ke kumparan elektroda busi antara lain:
penguat arus dalam CDI-DC yang 1. Busi berbahan elektroda nikel
meningkatkan tegangan baterai dari Jenis busi bawaan motor dari
12volt DC menjadi 220 Volt AC. pabrikan termasuk busi dengan ujung
Selanjutnya arus disearahkan melalui elektroda terbuat dari nikel. Jarak
diode dan kemudian dialirkan ke tempuh pemakaian sampai 20 ribu km
kondensor untuk disimpan sementara. pada kondisi pembakaran normal.
Akibat dari putaran mesin, maka pulse Diameter elektroda berukuran 2,5 mm.
generator menghasilkan arus yang (Irawan, Dani. 2017)
kemudian mengaktifkan SCR, sehingga 2. Busi berbahan elektroda platinum
memicu kapasitor untuk mengalirkan Ujung elektroda dan masa dilapisi
arus ke kumparan primer koil pengapian. dengan platinum berfungsi untuk
Pada saat terjadi pemutusan arus memperpanjang masa pemakaian busi
yang mengalir pada kumparan primer

3
dan mengurangi keausan elektroda.
Diameter elektroda tengah berukuran
Emisi Gas Buang
0.6mm dan celah elektroda busi
Emisi gas buang adalah sisa dari
platinum 1.1 mm, lebar bidang segi
proses pembakaran campuran udara dan
enamnya (dudukan logam) berukuran
bahan bakar yang dikeluarkan melewati
16 mm. (Leiwakabessy, Yanny. A.
saluran buang kendaraan. Suatu proses
2016)
pembakaran menghasilkan sisa
3. Busi berbahan elektroda iridium pembakaran berupa air (H2O),
Ujung elektroda terbuat dari nikel karbonmonoksida (CO), hidrokarbon
serta elektroda tengah dari campuran (HC), karbon dioksida (CO2), nitrogen
iridium dan rhodium warna platinum oksida (NOX), reaksi pembakaran tidak
buram. Diameter elektroda tengah sempurna akan menghasilkan toksin serta
berukuran 0,7 mm. Jarak tempuh gas lainya berupa gas rumah kaca.
pemakaiana busi sekitar 50 ribu sampai (Hakim, Lukman. A. 2009)
70 ribu km. (Pasaribu, S.2017) Karbon Monoksida merupakan hasil
Proses Pembakaran dari pembakaran yang tidak sempurna
Proses pembakaran di dalam silinder dan pada dasarnya sebagian adalah bahan
mesin kendaraan berbahan bakar bensin bakar yang terbakar. Jika campuran
dipengaruhi ileh beberapa hal yaitu udara dan bahan bakar tidak memiliki
karakteristik bahan bakar, jumlah oksigen yang cukup pada saat
oksigen di udara sekitar, kandungan gas pembakaran, akan menyebabkan
lain di udara sekitar, suhu di dalam pembakaran tidak sempurna. Proses
silinder, tekanan di dalam silinder, pembakaran berlangsung dalam kondisi
pemantik api, luas permukaan yang lingkungan yang kekurangan oksigen,
bereaksi dll. (Irawan, Bambang. 2017) adanya oksigen yang cukup untuk
Pembakaran sempurna merupakan memenuhi proses oksidasi atom karbon
proses pembakaran berlangsung ketika menjadi karbon dioksida. Ketika atom
percikan bunga api membakar campuran carbon berikatan dengan satu atom
udara bahan bakar dan tidak oksigen, maka terbentuklah karbon
menghasilkan gas buang dalam bentuk monoksida (CO). (Ghurri, Ainul, 2016)
toksin. Hidrokarbon (HC) merupakan gas
Reaksi kimia pembakaran sempurna dihasilkan dari proses pembakaran tidak
di tulis dalam persamaan: (Winoko, sempurna. Penyebab terbentuknya emisi
Agus. Y. 2017) HC yaitu bahan bakar yang tidak
C8 H18 + 12,5(O2 + 3,76 N2) 8CO2 terbakar di dalam ruang bakar. Salah satu
+ 9H2O + 12,5(3,76 N2) + Energi faktor dalam pembentukan emisi HC
Pembakaran tidak sempurna adalah timing pengapian yang terlalu
merupakan pembakaran berlangsung mundur menyebabkan terbakarnya bahan
ketika campuran bahan bakar terbakar bakar tidak sempurna. Rasio udara
sebelum sampai pada waktu yang terhadap bahan bakar juga
dikehendaki yang tidak disebabkan oleh mempengaruhi kandungan hidrokarbon,
loncatan bunga api busi sehingga kandunngan HC tinggi dapat disebabkan
dihasilkan gas buang CO, CO2, H2O, O2, campuran udara dan bahan bakar kaya
N2 dan HC. Reaksi kimia pembakaran sehingga percikan bunga api tidak dapat
tidak sempurna di tulis dalam persamaan membakar campuran udara dan bahan
C8 H18 + (O2 + 3,76 N2) bakar dengan sempurna. (Nurdianto, I,
CO+CO2+HC+O2+NOx+3,76N2+Energi 2015)

4
Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimental. Teknik pengumpulan data
yaitu menentukan variable control,
variable bebas dan variable terikat. Pada
penelitian ini Variable control adalah
kecepatan kendaraan pada 40, 50, 60, 70,
80, 90, 100, 110, 120 km/jam. Variable
bebas pada penelitian ini adalah jumlah
dan jenis busi dalam satu silinder.
Variable terikat pada penelitian ini
adalah emisi gas buang karbondioksida
(CO ) dan hidrokarbon (HC).
Perancangan Alat.
Gambar 3. Skema kelistrikan
modifikasi dua busi.
Prinsip kerja skema kelistrikan
modifikasi dua busi yaitu saat kunci
kontak pada posisi ON maka arus
mengalir dari positif baterai menuju ke
kumparan penguat arus dalam CDI-1 dan
CDI-2 yang meningkatkan tegangan
baterai dari 12volt DC menjadi 220 Volt
AC. Selanjutnya arus disearahkan
melalui diode dan kemudian dialirkan ke
kondensor untuk disimpan sementara.
Gambar 2. Skema modifikasi lubang Akibat dari putaran mesin, maka pulse
busi pada kepala silinder. generator satu dan dua menghasilkan
Metode dalam pengunaan dua busi arus yang kemudian mengaktifkan SCR,
dengan memodifikasi pengapian dua sehingga memicu kapasitor untuk
busi dan jumlah lubang busi dalam mengalirkan arus ke kumparan primer
satu silinder. Pada kepala silinder koil pengapian.
dimodifikasi dengan menambahkan Pada saat terjadi pemutusan arus
satu busi dan melubangi kepala yang mengalir pada kumparan primer
silinder di sebelah kanan pada busi koil pengapian, maka timbul tegangan
standar. induksi pada kedua kumparan yaitu pada
kumparan primer dan kumparan
sekunder. Akibat dari induksi pada
kumparan sehingga menyebabkan
loncatan bunga api pada busi sehingga
terjadi pembakaran pertama dalam ruang
bakar. Saat kunci kontak pada posisi
OFF maka arus dari positif baterai tidak
mengalir pada kumparan penguat arus,
sehingga CDI tidak aktif dan tidak terjadi
pengapian dalam ruang bakar.

5
lebih rendah dibandingkan dengan satu
busi nikel dan iridium.
Pengambilan Data PERBANDINGAN CO (%) BUSI 1 DAN BUSI 2 STD
Data penelitian didapat dengan DENGAN BUSI 1 DAN BUSI 2 IRIDIUM TERHADAP
KECEPATAN (km/jam)
menggunakan dyno test yang terhubung 1.60

dengan dengan poros motor 1.50 STD 1

menggunakan selang serat baja. Metode 1.40 STD 2

IRI 1
uji kinerja mesin P-max. Data yang 1.30

IRI 2

CO (%)
1.20
didapatkan dalam penelitian adalah
1.10
kecepatan kendaraan, Emisi gas buang
1.00
(CO dan HC). (Setyono, Gatot. 2014)
0.90

0.80

0.70
40 50 60 70 80 90 100 110 120
KECEPATAN (km/jam)

Gambar 5. Grafik Perbandingan


Kecepatan Terhadap CO mengunakan
busi 1 std, 2 busi std dan busi 1 iridium,
2 busi iridium
Berdasarkan karakteristik yang
Gambar 4. Skema pengujian dimiliki nikel yaitu memiliki titik lebur
(Sumber: Setyono, Gatot. 2014) sebesar 1.400℃ dan mampu
menghantarkan tegangan sebesar 10.000
Keterangan: – 12.000volt semakin tinggi daya hantar
1. Tangki Bahan bakar 11. Valve maka semakin bagus percikan bunga api,
2. Gelas ukur 12. Pompa air maka dapat menghasilkan yang
3. Filter bahan bakar 13. Water tank sempurna sehingga kadar CO turun. Pada
4. Karburator 14. Gas kecepatan rendah kadar CO yang
analyzer dihasilkan oleh 1 busi standar
5. Mesin bensin 15. Blower menghasilkan kadar emisi CO yang
6. Chasis dyno cenderung tinggi karena pada kecepatan
7. Flexible coupling rendah kebutuhan bahan bakar lebih
8. Tachometer banyak namun udara masih sedikit
9. Water brake dynamometer sehingga kadar CO yang dihasilkan pada
10. Stopbrezzer kecepatan rendah cenderung tinggi
Hasil Dan Pembahasan karena busi yang terbuat dari bahan nikel
Berdasarkan dari gambar 4 tidak dapat menghantarkan tegangan
menunjukkan perbandingan emisi gas dengan sempurna sehingga percikan
buang CO saat menggunakan satu busi bunga api yang dihasilkan oleh busi
terhadap dua busi berbahan elektroda berbahan nikel kurang baik dalam
nikel dan iridium. Dimana pada membakar campuran yang kaya. Pada
kecepatan 40 hingga 50 km/jam CO yang kecepatan menengah hingga kecepatan
dihasilkan oleh dua busi nikel dan tinggi campuran udara dan bahan bakar
iridium lebih rendah bila dibandingkan cenderung mendekati sempurna sehingga
dengan satu busi nikel dan iridium. pembakaran menjadi lebih sempurna dan
Namun pada kecepatan 50 hingga 120 kadar CO semakin menurun.
km/jam CO yang dihasilkan oleh dua Pada pengaplikasian 2 busi standar
busi nikel dan iridium memiliki CO yang penurunan kadar CO disebabkan oleh

6
pembakaran kedua menggunakan busi ke bakar yang tidak terbakar. Berdasarkan
2 sehingga tidak terdapat sisa bahan kecepatan kendaraan, maka semakin
bakar yang tidak terbakar. Pada tinggi kecepatan yang dihasilkan maka
kecepatan rendah kadar CO yang kadar CO akan semakin rendah
dihasilkan tinggi disebabkan pada dikarenakan AFR yang dihasilkan pada
kecepatan rendah membutuhkan bahan kecepatan tinggi memiliki nilai
bakar yang lebih banyak. Berdasarkan perbandingan yang tinggi sehingga
kecepatan kendaraan, maka semakin campuran udara dan bahan bakar
tinggi kecepatan yang dihasilkan maka menjadi miskin. Campuran udara dan
kadar CO akan semakin rendah bahan bakar yang miskin dapat
dikarenakan AFR yang dihasilkan pada menyebabkan campuran yang cenderung
kecepatan tinggi memiliki nilai homogen sehingga dapat menurunkan
perbandingan yang tinggi sehingga kadar CO yang dihasilkan dari proses
campuran udara dan bahan bakar pembakaran yang sempurna.
menjadi miskin. Campuran udara dan Maka dapat disimpulkan bahwa
bahan bakar yang miskin dapat kadar emisi CO pada penggunaan 1 busi
menyebabkan campuran yang cenderung iridium dapat menurunkan kadar emisi
homogen sehingga dapat menurunkan CO. Hal ini disebabkan karena busi
kadar CO yang dihasilkan dari proses iridium memiliki sifat tahan panas, dapat
pembakaran yang sempurna. mengalirkan tegangan sebesar 5.000 –
Berdasarkan karakteristik yang 18.000volt dan tahan terhadap korosi.
dimiliki iridium yaitu memiliki titik lebur Namun pada busi dengan elektrotrada
sebesar 2.400℃ dan mampu nikel memiliki kadar CO yang lebih
menghantarkan tegangan sebesar 5.000 – tinggi jika dibandingkan dengan busi
18.000volt semakin tinggi daya hantar iridium. Hal tersebut disebabkan karena
maka semakin bagus percikan bunga api, busi nikel memiliki titik lebur 1.400℃,
maka dapat menghasilkan yang dapat mengalirkan tegangan sebesar
sempurna sehingga kadar CO dapat 10.000 – 12.000volt dan tidak tahan
menurun. Pada kecepatan rendah kadar korosi. Sehingga hal tersebut
CO yang dihasilkan tinggi disebabkan menyebabkan pembakaran yang terjadi
pada kecepatan rendah membutuhkan menjadi tidak sempurna.
bahan bakar yang lebih banyak. Pada penggunaan 2 busi standar kadar
Berdasarkan kecepatan kendaraan, emisi CO yang dihasilkan lebih baik
semakin tinggi kecepatan yang dibandingkan 1 busi dikarenakan
dihasilkan maka kadar CO akan semakin penggunaan 2 busi pembakaran lebih
rendah dikarenakan AFR yang dihasilkan sempurna dengan penambahan
pada kecepatan tinggi memiliki nilai pembakaran ke 2 menggunakan busi ke
perbandingan yang tinggi sehingga 2. Penggunaan 2 busi iridium dapat
campuran udara dan bahan bakar menurunkan kadar emisi CO disebabkan
menjadi miskin. Campuran udara dan busi iridium mempunyai percikan bunga
bahan bakar yang miskin dapat api yang lebih fokus dan memiliki
menyebabkan campuran yang cenderung percikan yang lebih besar. Sehingga
homogen sehingga dapat menurunkan proses pembakaran yang terjadi menjadi
kadar CO yang dihasilkan dari proses lebih sempurna dan kadar CO yang
pembakaran yang sempurna. dihasilkan lebih kecil.
Pada pengaplikasian 2 busi iridium
penurunan kadar CO disebabkan oleh
pembakaran kedua menggunakan busi ke
2 sehingga tidak terdapat sisa bahan

7
PERBANDINGAN HC (ppm) BUSI 1 DAN BUSI 2 STD
kenaikan HC yang disebabkan tingginya
DENGAN BUSI 1 DAN BUSI 2 IRIDIUM TERHADAP putaran mesin sehingga overlapping
KECEPATAN (km/jam)
240 terjadi sangat cepat dan campuran udara
STD 1 STD 2 dan bahan bakar tidak terbakar dengan
190 sempurna sehingga campuran udara dan
IRI 1 IRI 2
bahan bakar lewat dengan cepat pada
HC (ppm)

140
ruang bakar dikarenakan kedua katup
90 yang sama-sama terbuka.
Pada pengaplikasian 2 busi standar
40 penurunan kadar HC disebabkan oleh
40 50 60 70 80 90 100 110 120
KECEPATAN (km/jam) pembakaran kedua menggunakan busi ke
2 sehingga tidak terdapat sisa bahan
Gambar 6. Grafik Perbandingan bakar yang tidak terbakar. Pada
Kecepatan Terhadap HC mengunakan kecepatan rendah kadar HC yang
busi 1 std, 2 busi std dan busi 1 iridium, dihasilkan tinggi disebabkan karena pada
2 busi iridium kecepatan rendah bahan bakar yang
Berdasarkan grafik 5. Berdasarkan dibutuhkan lebih banyak tetapi suplai
karakteristik yang dimiliki nikel yaitu udara rendah sehingga campuran bahan
memiliki titik lebur sebesar 1.400℃ dan bakar tidak tercampur secara homogen
mampu menghantarkan tegangan sebesar dan menyebabkan percikan busi tidak
10.000 – 12.000volt semakin tinggi daya dapat membakar campuran udara dan
hantar maka semakin bagus percikan bahan bakar dengan sempurna.
bunga api, maka dapat menghasilkan Pada kecepatan tinggi kadar emisi
yang sempurna sehingga kadar HC turun. HC yang dihasilkan akan semakin rendah
Pada kecepatan rendah kadar HC yang dikarenakan semakin tinggi kecepatan
dihasilkan oleh 1 busi standar maka campuran udara dan bahan bakar
menghasilkan kadar emisi HC yang mendekati sempurna yang menyebabkan
cenderung tinggi karena pada kecepatan pembakaran lebih sempurna. Akan tetapi
rendah kebutuhan bahan bakar lebih pada kecepatan maksimal terjadi
banyak tetapi suplai udara masih sedikit kenaikan HC yang disebabkan tingginya
sehingga campuran bahan bakar menjadi putaran mesin sehingga overlapping
kaya serta tidak tercampur secara terjadi sangat cepat dan campuran udara
homogen. Kondisi tersebut menyebabkan dan bahan bakar tidak terbakar dengan
percikan busi tidak dapat membakar sempurna sehingga campuran udara dan
campuran udara dan bahan bakar dengan bahan bakar lewat dengan cepat pada
sempurna dikarenakan busi berbahan ruang bakar dikarenakan kedua katup
nikel tidak dapat menghantarkan yang sama-sama terbuka.
tegangan dengan sempurna sehingga Berdasarkan karakteristik yang
percikan bunga api yang dihasilkan oleh dimiliki iridium yaitu memiliki titik lebur
busi berbahan nikel kurang baik dalam sebesar 2.400℃ dan mampu
membakar campuran yang kaya. menghantarkan tegangan sebesar 5.000 –
Pada kecepatan tinggi kadar emisi 18.000volt semakin tinggi daya hantar
HC yang dihasilkan akan semakin rendah maka semakin bagus percikan bunga api,
dikarenakan semakin tinggi kecepatan maka dapat menghasilkan yang
maka campuran udara dan bahan bakar sempurna sehingga kadar HC menurun.
mendekati sempurna yang menyebabkan Pada kecepatan rendah kadar HC yang
pembakaran lebih sempurna. Akan tetapi dihasilkan tinggi disebabkan karena pada
pada kecepatan maksimal terjadi kecepatan rendah bahan bakar yang
dibutuhkan lebih banyak tetapi suplai

8
udara rendah sehingga campuran bahan Maka dapat disimpulkan bahwa
bakar tidak tercampur secara homogen kadar emisi HC pada penggunaan 1 busi
dan menyebabkan percikan busi tidak iridium dapat menurunkan kadar emisi
dapat membakar campuran udara dan HC. Hal ini disebabkan karena busi
bahan bakar dengan sempurna. iridium memiliki sifat tahan panas, dapat
Pada kecepatan tinggi kadar emisi mengalirkan tegangan sebesar 5.000 –
HC yang dihasilkan akan semakin rendah 18.000volt dan tahan terhadap korosi.
dikarenakan semakin tinggi kecepatan Namun pada busi dengan elektrotrada
maka campuran udara dan bahan bakar nikel memiliki kadar HC yang lebih
mendekati sempurna yang menyebabkan tinggi jika dibandingkan dengan busi
pembakaran lebih sempurna. Akan tetapi iridium. Hal tersebut disebabkan karena
pada kecepatan maksimal terjadi busi nikel memiliki titik lebur 1.400℃,
kenaikan HC yang disebabkan tingginya dapat mengalirkan tegangan sebesar
putaran mesin sehingga overlapping 10.000 – 12.000volt dan tidak tahan
terjadi sangat cepat dan campuran udara korosi. Sehingga hal tersebut
dan bahan bakar tidak terbakar dengan menyebabkan pembakaran yang terjadi
sempurna sehingga campuran udara dan menjadi tidak sempurna.
bahan bakar lewat dengan cepat pada Pada penggunaan 2 busi standar
ruang bakar dikarenakan kedua katup kadar emisi HC yang dihasilkan lebih
yang sama-sama terbuka. baik dibandingkan 1 busi dikarenakan
Pada pengaplikasian 2 busi iridium penggunaan 2 busi pembakaran lebih
penurunan kadar HC disebabkan oleh sempurna dengan penambahan
pembakaran kedua menggunakan busi ke pembakaran ke 2 menggunakan busi ke
2 sehingga tidak terdapat sisa bahan 2. Penggunaan 2 busi iridium dapat
bakar yang tidak terbakar. Pada menurunkan kadar emisi HC disebabkan
kecepatan rendah kadar HC yang busi iridium mempunyai percikan bunga
dihasilkan tinggi disebabkan karena pada api yang lebih fokus dan memiliki
kecepatan rendah bahan bakar yang percikan yang lebih besar. Sehingga
dibutuhkan lebih banyak tetapi suplai proses pembakaran yang terjadi menjadi
udara rendah sehingga campuran bahan lebih sempurna dan kadar HC yang
bakar tidak tercampur secara homogen dihasilkan lebih kecil. Pada kecepata
dan menyebabkan percikan busi tidak tinggi campuran udara dan bahan bakar
dapat membakar campuran udara dan tidak tercampur secara homogen
bahan bakar dengan sempurna. disebabkan putaran mesin yang sangat
Pada kecepatan tinggi kadar emisi tinggi sehingga udara dan bahan bakar
HC yang dihasilkan akan semakin rendah tidak dapat berreaksi dengan baik
dikarenakan semakin tinggi kecepatan menyebabkan kadar HC pada kecepatan
maka campuran udara dan bahan bakar tinggi mengalami peningkatan.
mendekati sempurna yang menyebabkan
KESIMPULAN
pembakaran lebih sempurna. Akan tetapi
Berdasarkan dari hasil penelitian
pada kecepatan maksimal terjadi
yang telah dilakukan dapat disimpulkan
kenaikan HC yang disebabkan tingginya
sebagai berikut:
putaran mesin sehingga overlapping
Berdasarkan penelitian yang telah
terjadi sangat cepat dan campuran udara
dilakukan terdapat pengaruh pada emisi
dan bahan bakar tidak terbakar dengan
gas buang CO sebesar 0,80% yang di
sempurna sehingga campuran udara dan
pengaruhi jumlah dan jenis busi serta
bahan bakar lewat dengan cepat pada
kecepatan.
ruang bakar dikarenakan kedua katup
yang sama-sama terbuka.

9
Berdasarkan penelitian yang telah Teknik Mesin. MESA Jurnal
dilakukan terdapat pengaruh pada emisi Fakultas Teknik Universitas
gas buang HC sebesar 53 ppm yang yang Subang.
di pengaruhi jumlah dan jenis busi serta Kustiawan Feri. 2016. Analisa variasi
kecepatan.
busi terhadap performa motor
DAFTAR PUSTAKA bensin 4 langkah. Jurusan Teknik
Aminudin, Achmad. 2017. Pengaruh Mesin, Universitas Muhamadiyah
Dual Spark Ignition Terhadap Surakarta.
Performa Mesin Dan Emisi Gas Leiwakabessy, Yanny. A. 2016. Kaji
Buang Pada 4 Stroke One Teoritik Pengaruh Variasi
Cylinder. Madiun: Politeknik Penggunaan Tipe Busi Terhadap
Negeri Madiun. Kinerja Motor Jupiter MX 135cc.
Ghurri, Ainul. 2016. Pedoman Fakultas Teknik Universitas
Prektikum Emisi Gas Buang. Pattimura Ambon.
Denpasar: Labolatorium Nugraha, Beni.S. 2005. Sistem
Pembakaran dan Motor Bakar Pengapian. Yogyakarta: Fakultas
Teknik Mesin-Universitas Teknik UNY Jurusan Pendidikan
Udayana. Teknik Otomotif. Jurnal Teknik
Hakim, Agus Lukman, Ranto, dan Bugis Mesin (volume 03).
Husin. 2015, Pengaruh Jumlah Nurdianto, Indrawan. 2015. Pengaruh
Busi dan Variasi Putaran Mesin Variasi Tingkat Panas Busi
terhadap Gas CO Sepeda Motor Terhadap Performa Mesin dan
Yamaha Jupiter Z Tahun 2009. Emisi Gas Buang Sepeda Motor
Surakarta: Universitas Sebelas 4 Tak. Jurnal teknik mesin vol 03.
Maret Surakarta. Surabaya: Universitas Negeri
Irawan, B. 2017. Perhitungan Energi Surabaya.
Pembakaran Bahan Bakar di Pasaribu, Sabar. 2017. Pengaruh Variasi
Dalam Silinder Mesin Bensin, Celah Busi Dan Jenis Busi
Prosiding SNTT, Politeknik Terhadap Emisi Gas Buang Pada
Negeri Malang. Kendaraan Roda Dua 110CC.
Irawan, Dani. 2017. Pengaruh Jenis Busi Jurnal ilmiah INTEGRITAS vol.
dan Campuran Bahan Bakar 3. No. 1 Medan: Akademi
Terhadap Konsumsi Bahan Teknologi Industri Immanuel
Bahan Bakar Mobil EFI, Jurnal Medan.
Teknik Mesin (volume 6), 27 Santoso Dedy. 2016. Variasi jumlah koil
Jama, Jailus. 2008. Teknik Sepeda Motor dengan 2 busi terhadap performa
Jilid 2 untuk SMK. Jakarta: Yamaha Jupiter z 110cc. Jurusan
Direktorat Pembinaan Sekolah Teknik Mesin, Universitas
Menengah Kejuruan Muhamadiyah Surakarta.
Kosasih, Poniman. D. Analisis Material Setyono, Gatot. 2014. Pengaruh
Isolator Busi Panas Dengan Busi Penggunaan Variasi Elektroda
Dingin Menggunakan Perangkat Busi Terhadap Performa Motor
Lunak Match Powder Diffraction. Bensin Torak 4Langkah 1

10
Silinder Honda Supra-X 125 CC.
Prosiding Seminar Nasional
Manajemen Teknologi XX,
Program Studi Magister, Jurusan
Teknik Mesin, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
Winoko, Yuniarto Agus. 2017.
Pengujian Daya Dan Emisi Gas
Buang. Politeknik Negeri Malang

11

Anda mungkin juga menyukai