PRAKTIKUM I
PEMERIKSAAN FISIK
TUJUAN
Mahasiswa diharapkan mampu menentukan anatomi dan fisiologi tubuh manusia pada kondisi sehat
PROSEDUR PELAKSANAAN
Susun alat secara ergonomic untuk memudahkan dalam bekerja
1. Atur posisi pasien/manequin senyaman mungkin untuk pemeriksaan
2. Perhatikan topografi bidang, arah dan regio pada tubuh
3. Lakukan penilaian secara sistematis keadaan umum pasien, dengan inspeksi terhadap:
a. Keadaan umum
b. Status gizi
c. Warna kulit
d. Tekstur kulit
e. Pigmentasi
1
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
3
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
4
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
5
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
k. Genitalia 1)
PEMBAHASAN
6
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
PRAKTIKUM II
OSTEOLOGI DAN ARTHROLOGI
TUJUAN
Mahasiswa diharapkan menyebutkan anatomi dalam osteologi (tulang) dan arthrologi (sendi) secara
benar.
PROSEDUR PELAKSANAAN
1 Mahasiswa menjelaskan nama-nama tulang (15) dan sendi (5) secara acak (ditentukan
mahasiswa lain dan dinilai oleh dosen atau asisten dosen), masing-masing mahasiswa
mempunyai kesempatan untuk memperbaiki skor sebanyak 1x.
2 Mahasiswa menyerahkan gambar anatomi osteologi (tulang) dan arthrologi (sendi).
PEMBAHASAN
7
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
PRAKTIKUM III
PEMERIKSAAN TANDA – TANDA VITAL TUBUH
8
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Kegiatan Check
1. Beritahu dan jelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan
2. Siapkan alat dan bahan, secara ergonomis
3. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih
4. Atur posisi pasien senyaman mungkin (duduk atau tidur)
5. Buka lengan baju atau gulung ke atas
6. Letakkan lengan atas sejajar dengan jantung, dengan cara diganjal bantal atau buku. Telapak
tangan menghadap ke atas. Pastikan lengan atas bebas dari pakaian (untuk mencegah
kontriksi dan memudahkan untuk memasang manset), agar pengukuran lebih akurat.
7. Lakukan palpasi arteri Brachial menggunakan dua ujung jari (telunjuk dan jari tengah) untuk
merasakan denyut kuat dibagian depan siku.
8. Pasang manset, letakkan manset ± 2,5 cm di atas arteri tersebut dan bagian tengah bladder
dipasang diatas arteri tersebut, pasang manset melingkari lengan atas tersebut dan kaitkan
ujungnya.
9. Letakan manometer sejajar dengan mata pemeriksa agar pemeriksaan lebih akurat
10. Gunakan stetoskop, agar suara terdengar jelas dan bersih
11. Pasang stetoskop dengan meletakkan bel atau diafragma dari stetoskop diatas arteri
Brachial, untuk mendapatkan suara yang maksimal
12. Tutup katup dengan mengunci sampai rapat, lalu pompa bola manometer sampai 30 mm Hg
di atas tekanan systolic (untuk meyakinkan keakuratan pengukuran tekanan systolic)
13. Buka katup untuk mengeluarkan udara. Katup dibuka secara perlahan-lahan ± 2-3 mm
Hg/detik. Apalbila penurunan air raksa terlalu cepat atau terlalu lambat dapat
mengakibatkan hasil yang tidak akurat. Keluarkan udara dari manset secara berangsur-
angsur dan perhatikan angka pada manometer saat terdengar bunyi (dup) pertama (systolic)
dan perhatikan suara keras yang terakhir (dyastolik). Kemudian keluarkan seluruh udara dari
manset dengan cepat.
14. Buka manset dari lengan pasien, beritahukan hasil pemeriksaan kepada pasien
15. Rapikan pasien
16. Bereskan alat
17. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih
18. Lakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
9
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
keseimbangan suhu tubuh serta membantu menentukan diagnosis dini. Suhu normal tubuh 36,5o C-
37,5o C. pasien dikatakn hipotermi apabila suhu badan < 360 C dan dikatakan febris/panas bila suhu
tubuh > 37,5o C. untuk mengukur suhu hipotermi diperlukan termometer ukuran rendah (low reading
10
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
C. MENGHITUNG PERNAFASAN
Menghitung pernafasan dilakukan selama 1 menit. Sebelum menghitung pernafasan perlu
mengetahui tentang kecepatan atau frekuensi pernafasan normal yaitu :
Bayi : 30-60 kali/menit Remaja : 15-24 kali/menit
Anak : 20-30 kali/menit Dewasa : 16-20 kali/menit
Selain frekuensi perlu diamati pula jenis pernafasanya, yaitu : Chyne stokes adalah pernafasan yang
sangat dalam yang berangsur-angsur menjadi dangkal dan berhenti sama sekali (apnoe) selama
beberapa detik untuk kemudian menjadi dalam lagi. Biot adalah pernafasan dalam dan dangkal yang
disertai masa apnoe yang tidak teratur. Kusmaul adalah pernafasan inspirasi dan ekspirasi sama
panjangnya dan sama dalamnya sehingga keseluruhan pernafasan menjadi lambat dan dalam.
TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menilai frekuensi pernafasan, irama, kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan
2. Untuk mengetahui sistem fungsi pernafasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen
dan karbondioksida dalam paru dan pengaturan keseimbangan asam basa.
INDIKASI
1. Dilakukan pada pasien baru
2. Pasien yang membutuhkan evaluasi tindakan
PERALATAN dan PERLENGKAPAN
1. Arloji (jam) atau stopwatch
2. Buku catatan
PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur pada pasien
3. Atur posisi pasien dapat dengan posisi tidur telentang
4. Hitung frekuensi dan irama pernafasan
5. Catat hasil
Nama Mahasiswa …………………………………………….. NIM ………………………
Jumlah Pernafasan ……………………..
6. Cuci tangan
11
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
D. MENGHITUNG NADI
Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau istirahat. Nadi dihitung
selama 1 menit penuh. Adalah kebiasaan yang harus ditinggalkan bahwa menghitung nadi setengah
menit kali 2 atau seperempat kali 4. Tempat-tempat palpasi denyut nadi adala : arteri Radialis pada
pergelangan tangan, Arteri Brachialis pada siku bagian dalam, arteri femoralis, Arteri poplitea, Arteri
Dorsalis pedis, Arteri Carotis dan Arteri Temporalis.
Tiga komponen yang harus dilaporkan pada pemeriksaan nadi adalah : frekuensinya, teratur
tidaknya dan isinya. Frekuensi nadi adalah jumlah denyut nadi selama satu menit. Frekuensi nadi yang
normal untuk orang dewasa adalah 60-90 kali permenit. Pada anak-anak dan wanita frekuensi nadi
sedikit lebih cepat. Frekuensi nadi yang dianggap abnormal adalah lebih dari 100 dan kurang dari 60 kali
permenit.
TUJUAN
Mahasiswa mampu untuk menilai sistem kardiovaskuler
INDIKASI
1. Dilakukan pada pasien baru
2. Pasien yang membutuhkan evaluasi tindakan
PERALATAN dan PERLENGKAPAN
1. Arloji (jam) atau stopwatch
2. Buku catatan
PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur pada pasien
3. Atur posisi pasien
4. Letakkan kedua lengan di sisi tubuh dengan kedudukan volar
5. Tentukan letak arteri (denyutan nadi yang akan di hitung)
6. Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari II, III, dan IV. Tentukan frekuensinya,
jumlah denyut nadi per menit dan irama (teratur atau tidak)
7. Cuci tangan
8. Catat nadi
Nama Mahasiswa …………………………………………….. NIM ………………………
Jumlah Pernafasan ……………………..
12
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Perhitungan Body Mass Index (BMI) dan Lean Body Weight (LBW)
13
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
PRAKTIKUM IV
REFLEKS PADA MANUSIA
Refleks adalah suatu aktifitas jaringan yang timbul tidak disadari, s3ebagai jawaban terhadap
perangsangan pada serabut-serabut saraf aferen. Lintasan refleks tidak melalui pusat kesadaran korteks
serebri. Unit dasar aktifitas saraf terpadu merupakan lengkung refleks yang terdiri dari suatu organ
indra, neuron aferen, satu sinaps atau lebih di dalam stasiun terpadu central atau ganglion simpatis,
suatu neuron eferen serta suatu efektor.
Pada umumnya refleks dibagi menjadi 2, yaitu :
a) refleks monosinaptik. Merupakan lengkung refleks tersederhana dimana lengkung ini hanya
terdiri dari satu sinaps diantara serabut neuron aferen dan eferen sehingga refleks yang
ditimbulkan adalah refleks moosinaps. Contoh : sentakan kulit (knee jerk) dan sentakan otot
lainnya. Secara klinis ada suatu metode yang digunakan untuk menentukan kepekaan refleks
regang yakni dengan cara menimbulkan sentakan lutut dan sentakan otot lainnya.sentakan lutu
ini dapat ditimnbulkan dengan memukul pelan-pelan tendo patella dengan palu refleks (refleks
hammer). Pukulan ini akan meregangkan otot kuaadriceps danmemicu terjadinya refleks regang
dinamik dan refleks ini sebaliknya akanmenyebabkan tungkai bawah menyentak ke depan.
b) Refleks polinaptik. Yaitu lengkung refleks yang menempatkan suatu interneuron atau lebih
diantara neuron aferen dan neuron eferen. Jumlah sinaps di dalam lengkung refleks polisinaptik
bervariasi dari dua sampai beratus-ratus. Refleks penarikan diri adalah merupakan suatu refleks
polisinaps khas yang timbul dalam respon terhadap rangsangan berbahaya, dan biasanya nyeri
otot dan jaringan subkutis atau kutis.
TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami pengertian reflex, mengetahui macam-macam refleks pada manusia dan
memahami mekanisme terjadnya refleks
PERALATAN dan PERLENGKAPAN
1. martil reflex
2. kapas
3. akuades
14
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
PRORSEDUR PELAKSANAAN
salah satu anggota kelompok ditunjuk sebagai naracoba. Catat data naracoba.
1. refleks lutut :
a. naracoba duduk bertumpang kaki (kaki kanan diatas) dan mengalihkan perhatiannya ke sekelilig.
b. penguji memukul ligamen patella kaki kanan naracoba (kaki yang bertumpang diatas) dengan
martil refleks.
c. amati gerak refleks yang terjadi. Catat hasilnya.
Nama Mahasiswa …………………………………………….. NIM ………………………
Hasil Pemeriksaan ……………………..
2. Refleks tumit.
a. naracoba berdiri dengan kaki kiri dibengkokkan dan dilekakkan pada kursi. Naracoba
mengalihkan perhatiannya pada sekeliling.
b. penguji memukul tendo achilles kaki kiri naracoba (yang dibengkokkan) dengan martil refleks.
c. amati dan catat gerak refleks yang terjadi.
Nama Mahasiswa …………………………………………….. NIM ………………………
Hasil Pemeriksaan ……………………..
3. Refleks biceps.
a. lengan kanan naracoba diliruskan secara pasif dan diletakkan diatas meja. Naracoba
mengalihkan perhatiannya ke sekeliling.
b. penguji memukul tendo m. biceps brachii lengan tersebut denganmartil refleks.
c. amati dan catat gerak refleks yang terjadi.
Nama Mahasiswa …………………………………………….. NIM ………………………
Hasil Pemeriksaan ……………………..
15
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
4. Refleks triceps.
a. lengan kiri naracoba dibengkokkan secara pasif. Naracoba mengalihkan perhatiannya ke
sekeliling.
b. penguji memukul tendo m. triceps brachii lengan tersebut dengnan martil refleks.
c. amati dan catat gerak refleks yang terjadi.
Nama Mahasiswa …………………………………………….. NIM ………………………
Hasil Pemeriksaan ……………………..
5. Refleks mengejap
a. naracoba membuka kedua matanya dnegan mengarahkan pandangannya ke titik yang jauh.
b. penguji menyentuh permukaan kornea mata kanan naracoba dengan kapas yang telah dibasahi
dengan akuades.
d. amati dan cata gerak refleks yang terjadi.
Nama Mahasiswa …………………………………………….. NIM ………………………
Hasil Pemeriksaan ……………………..
PEMBAHASAN
16
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
PRAKTIKUM V
PEMERIKSAAN FISIK MATA
TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan terhadap visus mata dan buta warna
PERALATAN dan PERLENGKAPAN :
1. Optotype snellen
2. Ishihara book
PROSEDUR PELAKSANAAN
I. PEMERIKSAAN VISUS
1. Penderita dan pemeriksa berhadapan.
2. Penderita duduk pada jarak 6 m dari Optotype Snellen, mata yang satu ditutup.
3. Penderita dipersilahkan untuk membaca huruf/gambar yang terdapat pada Optotype, dari
yang paling besar sampai pada huruf/gambar yang dapat terlihat oleh mata normal. Diatas
tiap-tiap deret ditulis D = ...m, artinya huruf dalam satu deret tersebut seharusnya pada
orang normal dapat dibaca dari jarak sekian meter. Bila orang percobaan dapat membaca
semua huruf dalam D = 10 artinya visus orang tersebut : V = d/D = 6/10.
Nama Mahasiswa …………………………………………….. NIM ………………………
Hasil Pemeriksaan ……………………..
4. Apabila penderita tak dapat melihat gambar yang terdapat pada Optotype, maka kita
mempergunakan jari kita.
5. Penderita diminta untuk menghitung jari pemeriksa, pada jarak 1 m, 2 m, sampai dengan 6
m.
6. Dalam hal demikian maka visus dari penderita dinyatakan dalam per-60
Nama Mahasiswa …………………………………………….. NIM ………………………
Hasil Pemeriksaan ……………………..
7. Apabila penderita tak dapat menghitung jari, maka dipergunakan lambaian tangan
pemeriksa pada jarak 1m sampai 6 m.
8. Dalam hal ini, maka visus penderita dinyatakan dalam per 300.
Nama Mahasiswa …………………………………………….. NIM ………………………
Hasil Pemeriksaan ……………………..
17
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
9. Apabila lambaian tangan tak terlihat oleh penderita, maka kita periksa visusnya dengan
cahaya (sinar baterai).
10. Untuk ini maka visus dinyatakan dalam per tak terhingga.
Nama Mahasiswa …………………………………………….. NIM ………………………
Hasil Pemeriksaan ……………………..
18
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
PEMBAHASAN
PRAKTEK VI
19
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Suatu cara pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar haemoglobin dalam darah dengan cara
menggunakan metoda Sahli
TUJUAN
Mahasiswa mampu untuk mendeteksi adanya anemia.
INDIKASI
Pada pasien tang dicurigai anemia, atau untuk follow up terapi.
Juga dilaksanakan pada setiap ibu hamil 1 kali pada kunjungan awal dan 1 kali pada saat trimester III
yaitu pada umur kehamilan 28 minggu
PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
1. Hb sahli 5. Kapas kering 9. Bengkok
2. Pipet sahli 6. Kapas DTT 10. Sarung tangan
3. Pengaduk 7. Larutan HCL 0,1N
4. Pipet reagen 8. Aquades
PROSEDUR PELAKSANAAN
20
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
1. Mahasiswa dibagi menjadi 3 orang per kelompok, 1 orang menjadi pasien, 1 orang menjadi
pemeriksa dan 1 orang menjadi penilai.
2. Mahasiswa Penilai memberikan tanda check () pada kolom benar jika prosedur tersebut
dilakukan oleh mahasiswa pemeriksa dengan benar.
3. Nama Mahasiswa Pemeriksa ……………………………………..… NIM ………………
Prosedur Benar
1. Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan
2. Pemeriksa mencuci tangan dan mengeringkannya dengan handuk
3. Menganjurkan klien untuk duduk tegak di kursi
4. Menjelaskan pada klien bahwa akan diambil sedikit darah dari ujung jari
5. Isilah tabung haemometer dengan Hcl 0,1 % sampai angka 2
6. Membebashamakan daerah yang akan ditusuk jarum dengan kapas alkohol
7. Tusuk ujung jari dengan jarum yang steril, bersihkan darah yang pertama kali
keluar dengan kapas kering, tekan jari supaya darah lebih banyak keluar.Gunakan
pipet untuk menghisap darah sampai darah mencapai garis biru pada tabung
(tube ) atau 20 mm.
8. Masukkan darah ke dalam tabung Sahli sampai semua darah keluar dari pipet
9. Aduk Hcl dengan darah samapi benar- benar tercampur
10. Masukkan aquadest tetes demi tetes ke dalam tabung Sahli , diaduk kembali
setelah ditetesi sampai warnanya sama dengan warna standart
11. Lihat ujung paling atas dan baca angka diujung tersebut
12. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien
13. Bereskan alat-alat
14. Pemeriksa mencuci tangan.
HASIL dan PEMBAHASAN
21
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
PRAKTIKUM VII
TES KEHAMILAN
TUJUAN
Mahasiswa mampu menentukan adanya hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) di dalam urine
untuk tes kehamilan dengan memakai teknik imunologik.
PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi menjadi 2 orang per kelompok, 1 orang menjadi pemeriksa dan 1 orang
menjadi penilai.
2. Mahasiswa Penilai memberikan tanda check () pada kolom benar jika prosedur tersebut
dilakukan oleh mahasiswa pemeriksa dengan benar.
Nama Mahasiswa Pemeriksa …………………………………………….. NIM …………………
Prosedur Dilakukan
1. letakkan semua reagensia di dalam satu kamar
2. kocok baik-baik antigennya beberapa detik
3. teteskan dengan pipet tetes setetes urine yang tersedia diatas lempeng obyek, pipet
jangan sampai menyentuh lempeng obyek.
4. Teteskan setetes serum anti HCG pada tetesan urine.
5. campur dan aduklah dengan lidi sampai rata serum anti HCG dan urine lebih kurang
10 adukan dan dikerjakan selama 10 detik.
6. kocok pelan-pelan tabung antigen teteskan 1 tetes pada campuran pada no. 5 pipet
jangan menyentuh campuran.
7. campuran ditunggu kurang lebih 2 menit.
8. amati campuran apakah terjadi aglutinasi apa tidak?
jika terjadi aglutinasi maka urine tidak mengandung HCG (tes kehamilan negatif)
jika tidak terjadi aglutinasi maka urine mengandung HCG (tes kehamilan positif).
22
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
PEMBAHASAN
23
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
PRAKTIKUM VIII
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH
TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan golongan darah
PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Letakkan satu tetes reagen anti A disebelah kiri dan satu tetes reagen anti B disebelah kanan.
2. Teteskan sedikit darah pada kedua reagen tersebut dan dicampur dengan ujung lidi
3. Perhatikan adanya aglutinasi
4. Hasil difoto dan dilampirkan dalam laporan
Penafsiran hasil :
Nama Mahasiswa …………………………………………….. NIM ………………………
Anti A Anti B Golongan darah Hasil Pemeriksaan
- - O
+ - A
- + B
+ + AB
PEMBAHASAN
24
Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Referensi
Ganong, W.F., Review Of Medical Physiologi, 14th Ed, Appleton & Lange, San Fransisco
Guyton, Arthur C., Texbook Of Medical Physiologi, 7th Ed, Saunders Co.
Sobotta, Johannes, Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Ed.20, EGC, Indonesia
Tortora, G.J., Derrickson, B.H., 2009, Principles of Anatomy and Physiology, 12th edition, Bergen,
Wiley
25