Anda di halaman 1dari 8

Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. V No.

II Tahun 2020 | 47– 54

Journal of Health Science


(Jurnal Ilmu Kesehatan)
https://www.ejournalwiraraja.com/index.php/JIK
2356-5284 (Print) |2356-5543 (online)

Keanekaragaman Manifestasi Klinis Pada Coronavirus Disease 2019


(COVID-19)

Budi Yanti1, T Andi Syahputra2, Fitri Amalia Rahma3, Rauzatil Aula Katuri4, Rosi Mega Safitri5

1
Dept Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2,3,4,5

1
byantipulmonologis@unsyiah.ac.id*,
* corresponding author

Informasi artikel ABSTRAK


Received: 30-09-2020 Coronavirus disease 2019 (COVID-19) disebabkan oleh SARS-CoV-2 dan
Revised: 04-112020 saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global. Penularan
Accepted: 10-11-2020 penyakit ini selain melalui udara dapat juga menyebar melalui percikan
ludah pada saat batuk dan bersin dari orang yang bergejala, atau orang
Kata kunci: tanpa gejala. Manifestasi klinis akibat infeksi virus ini sangat beragam dan
keanekaragaman, bergantung pada jumlah ekspresi reseptor ACE2 yang tersebar di seluruh
manifestasi klinis, tubuh manusia. Semakin banyak jumlah ekspresi di organ tersebut, akan
Coronavirus semakin sering pula keluhan yang timbul pada organ tersebut. Keluhan
disease (COVID-19), pada sistem pernafasan merupakan gejala yang paling sering ditemukan
SARS CoV-2 diikuti dengan keluhan pada sistem penciuman seperti anosmia, keluhan
pada sistem penglihatan seperti konjungtivitis, keluhan pada sistem
pencernaan seperti mual, muntah, dan diare, keluhan pada sistem
vaskuler seperti trombosis dan emboli, dan keluhan pada sistem
kardiovaskuler seperti Acute Cardiac Injury dan Acute Coronary
Syndrome. Literatur review ini menggunakan metode mesin pencari
berbasis internet yang bertujuan untuk membahas tentang gangguan
fungsional pada sistem tubuh manusia sehingga menimbulkan
keanekaragaman manifestasi klinis pada COVID-19.
ABSTRACT
Key word: Coronavirus disease 2019 (COVID-19) was caused by SARS-CoV-2 and is
Diversity, Symptoms, currently a global public health problem. This disease transmits through
COVID-19, SARS CoV-2 aerosols and saliva when coughing and sneezing from a person with
symptoms or carrier people. The diversity of clinical manifestations would
be detected and depended on the number of ACE2 receptor expressions
that are scattered throughout the human body. The more expression in
the organ, the more frequent symptoms that appear in the patient. The
respiratory dysfunction is the most common symptoms that will be
detected and followed by the olfactory dysfunction such as anosmia, the
visual dysfunction such as conjunctivitis, the digestive dysfunction such
as nausea, vomiting, and diarrhea, the vascular dysfunction such as
thrombosis and embolism, and the cardiovascular dysfunction such as
Acute Cardiac Injury and Acute Coronary Syndrome. This review literature
used an internet-based search engine method that aims to discuss
functional disorders in the human body system that caused diversity of
clinical manifestations in COVID-19.

Pendahuluan (kritis). Dapat ditemukan keluhan yang


Coronavirus disease 2019 (COVID-19) beraneka ragam dan terkadang tidak khas
pertama kali ditemukan di Kota Wuhan,Cina seperti nyeri kepala, demam (>38 C), batuk
pada tanggal 31 Desember 2019 yang dan kesulitan bernapas. Keluhan lain yang
disebabkan oleh Severe acute respiratory menyertai seperti sulit bernafas, lemah, diare
syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2). dan gejala saluran cerna lainya. Meskipun
Awalnya ditemukan Pasien dengan keluhan gejala yang paling sering ditemukan adalah
ringan, sedang hingga berat dan sangat berat keluhan pada sistem pernapasan, namun

47 | Journal Of Health Science email: jurnalfik@wiraraja.ac.id


Budi Yanti dkk| Keanekaragaman Manifestasi Klinis Pada …..

coronavirus juga ternyata dapat bereplikasi seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam
di enterosit sehingga menimbulkan juga beberapa hewan liar seperti kelelawar,
manifestasi klinis seperti diare (Dong et al., tikus bambu, unta dan musang yang
2020; PDPI, 2020; Zhang et al., 2020) (Yanti & berfungsi sebagai host dan vektor
Hayatun, 2019). Lebih dari 16% pasien penularan. Banyak referensi menunjukkan
mengalami sindroma gangguan pernapasan bahwa host alamiah coronavirus adalah
akut dengan rasio kematian sekitar 1-2% kelelawar tapal kuda (horseshoe bars). Rute
(Rabaan et al., 2020). penularan coronavirus dimulai dari hewan
Patogen penyebab penyakit ini awalnya ke manusia dan manusia ke manusia
disebut 2019 novel coronavirus (2019-nCoV) melalui kontak langsung, droplet, feses
tetapi kemudian oleh WHO secara resmi maupun oral (PDPI, 2020) (Yanti et al.,
dinamakan dengan Severe Acute 2020).
Respirqtory Syndrome Coronavirus 2 (SARS- Coronavirus (CoV) adalah virus RNA
CoV-2). Pada 30 Januari 2020, WHO yang menginfeksi hewan dan manusia dan
menyatakan wabah SARS-CoV-2 sebagai digolongkan menjadi Alphacoronavirus,
Public Health Emergency of International Betacoronavirus, Deltacoronavirus dan
Concern. Dibandingkan dengan SARS-CoV Gammacoronavirus. Terdapat tujuh jenis
yang menyebabkan wabah SARS pada tahun virus CoV seperti 229E dan NL63 (Genus
2003 di Guangdong, China dan MERS-CoV Alphacoronavirus), OC43, HKU1, MERS dan
yang menyebabkan wabah pada tahun 2012 SARS (Genus Betacoronavirus). Jenis 229E,
di Saudi Arabia. SARS-CoV-2 kurang NL63, OC43, dan HKU1 umumnya
patogen di banding SARS dan MERS. menginfeksi manusia dan menjadi
Struktur genom SARS -CoV-2 75% -80% penyebab wabah SARS dan MERS pada
identik dengan SARS-CoV, dan memiliki tahun 2002 dan 2012 dan menyebabkan
lebih banyak kemiripan dengan beberapa kematian yang signifikan (Lu et al., 2020).
coronavirus lainnya yang berkembang biak SARS CoV-2 memiliki beragam protein
pada kelelawar. Protein yang dikodekan dengan fungsi yang berbeda. S protein
oleh SARS-CoV-2, kelelawar-SL-CoVZC45, adalah protein yang terletak di permukaan
dan kelelawar-SL-CoVZXC21 hampir sama virus dan berfungsi untuk perlekatan pada
panjangnya. Satu-satunya perbedaan yang host. Protein ini memiliki kekerabatan
signifikan adalah protein S pada SARS-CoV- dengan virus HIV-1. Hubungan ini terdapat
2 lebih panjang dibandingkan dengan pada gp120 dan protein Gag HIV dengan
protein S yang dikodekan oleh kelelawar glikoprotein spike SARS CoV-2. Protein ini
kelelawar-SL-CoVZC45, dan kelelawar-SL- sangat penting bagi virus untuk
CoVZXC21 hampir sama panjangnya. Satu- mengidentifikasi dan menempel pada sel
satunya perbedaan yang signifikan adalah inang dan kemudian melakukan replikasi.
protein S pada SARS-CoV-2 lebih panjang Karena protein permukaan ini bertanggung
dibandingkan dengan protein S yang jawab atas setiap keunikan host tropisme.
dikodekan oleh kelelawar coronavirus, Perubahan protein ini menyiratkan adanya
SARS-CoV, dan MERS-CoV (Lu et al., 2020) perubahan spesifisitas virus (Pradhan et al.,
(Meyer et al., 2014). 2020). Berikut ini beberapa ganguan pada
Masa inkubasi pada COVID-19 selama sistem organ tubuh yang menimbulkan
7-14 hari, SARS selama 2-7, dan MERS keanekaragaman manifestasi klinis pada
selama 5-6 hari. Gejala klinis yang COVID-19.
ditimbulkan pada COVID-19 dan SARS
memiliki banyak kesamaan, mulai dari 1. Manifestasi Klinis Pada Sistem
demam, fatigue, batuk, myalgia, sesak Vaskuler
napas, nyeri tenggorokan, diare, nause, Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19)
pusing, nyeri kepala hingga muntah. MERS menjadi penyebab krisis kesehatan
juga menimbulkan gejala klinis pada masyarakat secara global. Gejala pada
saluran napas berupa demam, batuk, nyeri system pernapasan sering ditemukan
tenggorokan dan nausea atau muntah. karena virus dapat berlekatan dengan sel
Tingkat kematian SARS berupa 10% dan inang yang mengekspresikan reseptor
MERS 34,4% (Meyer et al., 2014). Angiotensin-Converting Enzyme 2 (ACE2)
COVID-19 memiliki tingkat penyebaran yang sangat berlimpah di paru. Sel endotel
yang sangat tinggi, virus ini bersifat pada vaskuler juga mengekspresikan
zoonosis karena dapat diperantarai oleh reseptor ACE2 , sehingga pada beberapa
hewan dan ditularkan ke manusia. Hewan pasien COVID19 dapat ditemukan gangguan

48 | Journal Of Health Science


Budi Yanti dkk| Keanekaragaman Manifestasi Klinis Pada …..

klinis seperti tekanan darah tinggi, edema interstisial tanpa merusak epitel
trombosis, emboli paru (Sardu et al., 2020). mukosa (Zhang et al., 2020).
Disfungsi endotel mengacu pada suatu SARS CoV-2 juga bereplikasi di usus
kondisi sistemik di mana endotelium halus sehingga RNA virus terdeteksi pada
kehilangan sifat fisiologis, termasuk sampel tinja pasien. ACE-2 berperan sebagai
kecenderungan terjadi vasodilatasi, transporter asam amino, homeostasis asam
fibrinolisis, dan pengenceran darah. amino, kekebalan bawaan, dan memelihara
Jaringan paru memiliki aktivitas Renin mikrobiota di usus sehingga kejadian
Angiotensin Aldosterone System (RAS) yang malnutrisi dipikirkan kemungkinan adanya
tinggi dan merupakan tempat utama peradangan usus melalui ACE-2. (Zhang et
sintesis Angiotensin II (Ang II) yang bersifat al., 2020).
vasokonstriktor vaskuler paru. RAS akan Mekanisme lain yang dapat terjadi
menjadi aktif selama hipoksia. Ang II tidak adalah respon inflamasi sistemik yang
hanya dapat memicu respon pertumbuhan terjadi pada pasien COVID-19. Infeksi
sel otot polos di pembuluh darah tetapi juga COVID-19 dapat berkembang menjadi
dapat menyebabkan terjadinya remodeling kondisi Systemic Inflammatory Response
pembuluh darah dan pirau yang berkahir Syndrome (SIRS) dimana badai sitokin dapat
dengan t dengan cedera paru. Ang II juga secara langsung menyebabkan kerusakan
dapat memicu edema paru dan merusak pada epitel usus. Pada hepar kerusakan
fungsi paru (Cheng et al., 2020; Sardu et al., langsung yang disebabkan oleh virus juga
2020). dapat diperparah dengan antibody
ACE2 memainkan peran penting pada dependent enchancement of infection (ADE)
aktivitas RAS. Ang II memicu aterosklerosis dimana interaksi antibodi spesifik virus
pada sistem kardiovaskular, peradangan, dengan Fc reseptor malah justru
stres oksidatif, dan migrasi sel-sel endotel meningkatkan kemampuan virus memasuki
dan sel otot polos pembuluh darah (Sardu granulosit, monosit dan makrofag (Behzad
et al., 2020), karena ACE2 menyediakan jalur et al., 2020)
bagi SARS‐CoV-2 untuk menyerang tubuh,
ACE2 memungkinkan seseorang rentan 3. Manifestasi Klinis Pada Sistem
terinfeksi. Prognosis COVID-19 derajat Penciuman
berat berhubungan dengan penurunan
aktivitas ACE2 pada usia lanjut disertai Perhimpunan Telinga, Hidung, dan
dengan penyakit kronis yang mendasarinya. Tenggorokan Inggris dan Lembaga
Infeksi SARS-CoV‐2 mengurangi aktivitas Rhinologi Inggris menegaskan bahwa
ACE2 dan semakin memperburuk terdapat hubungan antara infeksi SARS
mekanisme ketidakseimbangan regulasi CoV-2 dengan anosmia / hiposmia
Ang II / ACE2 (Cheng et al., 2020). berdasarkan dari berbagai laporan kasus
pasien COVID19. Laporan ini lebih lanjut
2. Manifestasi Klinis Pada Sistem menyatakan bahwa individu dengan
Gastrointestinal anosmia onset baru harus melakukan
Gangguan gastrointestinal yang paling isolasi mandiri berdasarkan dugaan
umum ditemukan pada COVID-19 adalah terinfeksi SARS-CoV-2. American Academy
mual/muntah dan diare, dengan prevalensi of Otolaryngology mengusulkan bahwa
masing-masing 5,0% dan 3,8%. SARS-CoV-2 anosmia, Hiposmia dan dysgeusia (tanpa
dapat menyebabkan infeksi pada sistem adanya penyakit pernapasan lainnya) harus
pencernaan karena pelepasan virus di usus dipikirkan kemungkinan sebagai gejala
lebih banyak dan bertahan lebih lama dari tambhan pada skrining infeksi SARS-CoV-2,
pada saluran pernapasan. Sehingga sehingga masyarakat dapat segera
menimbulkan gejala gastrointestinal dan melakukan isolasi sebagai pencegahan
memungkinkan terjadinya penularan penularan penyakit secara dini (Brann et al.,
COVID-19 melalui fecal-oral (Dong et al., 2020).
2020). Terjadinya disfungsi bau pada infeksi
Pada saluran cerna dan enterosit usus virus bukan hal baru dalam otolaringologi.
halus ditemukan ekspresi ACE-2 yang tinggi Banyak virus dapat menyebabkan disfungsi
di permukaan saluran cerna sehingga penciuman atau Olfactory Disorder (OD)
rentan terjadinya peradangan. pada saat melalui reaksi inflamasi pada mukosa
inflamasi ditemukan Infiltrat pada sel-sel hidung dan rhinorrhea. Beberapa patogen
plasma dan limfosit di lamina propria yang paling dikenal penyebab anosmia
duodenum dan rectum disertai dengan seperti rhinovirus, parainfluenza Epstein-

49| Journal Of Health Science


Budi Yanti dkk| Keanekaragaman Manifestasi Klinis Pada …..

Barr virus, dan beberapa coronavirus. Akan untuk mengakses sistem saraf pusat. Hal ini
tetapi disfungsi penciuman pada infeksi ditunjukkan pada tikus transgenik yang
COVID-19 diduga tidak berhubungan diinfeksi SARS-CoV, virus ini dapat masuk
dengan rhinorrhea (Lechien et al., 2020). ke otak melalui penyebaran transneuronal
Strain coronavirus sebelumnya telah yang cepat dan mempengaruhi sistem
terbukti menyerang sistem saraf pusat penciuman. (Lechien et al., 2020).
melalui neuroepithelium penciuman Penelitian terbaru menunjukkan
kemudian menyebar di seluruh sistem bahwa beberapa varian ACE2 dapat
penciuman. Sel-sel epitel hidung juga mengurangi mekanisme infeksi dengan
memiliki reseptor ACE2 (Association, 2020). protein S-SARS-CoV. Dapat dikatakan bahwa
Gangguan penciuman timbul dikarenakan jumlah ekspresi ACE2 dalam jaringan yang
perubahan konduksi bau karena proses berbeda menjadi penentu perbedaan
inflamasi, diduga SARS-CoV-2 menginfeksi kerentanan terhadap infeksi, keluhan
dan merusak sel-sel dalam epitel hidung penyakit, dan outcome penyakit itu sendiri
yang diperlukan untuk fungsi penciuman COVID-19 (Lechien et al., 2020).
normal. SARS-CoV-2 menginfeksi sel
melalui interaksi antara protein S dan 4. Manifestasi Klinis Pada Sistem
protein ACE2 pada sel target; interaksi ini Kardiovaskuler
membutuhkan pembelahan protein S oleh
protease TMPRSS2 pada permukaan sel. Meskipun manifestasi klinis COVID-19
Infeksi pada sel epitel di saluran didominasi oleh gejala pernapasan,
pernapasan juga bertanggung jawab beberapa pasien memiliki kerusakan
terhadap kejadian anosmia dan gangguan kardiovaskular yang berat. Sehingga
terkait persepsi bau pada pasien COVID-19 memahami kerusakan yang disebabkan oleh
(Brann et al., 2020). SARS-CoV-2 pada sistem kardiovaskular
Banyak mekanisme yang dan mekanisme yang mendasari adalah
memungkinkan virus dapat menggangu yang paling penting, sehingga pengobatan
fungsi penciuman, termasuk penurunan pasien ini dapat tepat waktu dan efektif dan
dalam konduksi bau dan kerusakan primer mortalitas berkurang (Dong et al., 2020;
pada epitel penciuman, hal ini juga Huang, Wang, Li, Ren, Zhao, Hu, Zhang, Fan,
disebabkan oleh disfungsi sentral dalam Xu, & Gu, 2020).
struktur penciuman. Coronavirus menyebar Angiotensin-converting enzyme 2
dari epitel hidung melewati cribriform plate (ACE2) adalah ikatan membran
dan piriform cortex bahkan tanpa adanya aminopeptidase yang memiliki peran
kerusakan olfactory ephitelium (OE) untuk penting pada sistem kardiovaskular dan
mempengaruhi aktivitas penciuman dan kekebalan tubuh. Kadar ACE2 dapat
menimbulkan defisit penciuman. Masih meningkat melalui inhibitor sistem renin-
belum dapat dipahami sepenuhnya tentang angiotensin-aldosteron. Mengingat bahwa
infeksi SARS-CoV-2 yang dapat ACE2 adalah reseptor fungsional untuk
mempengaruhi struktur penciuman pusat, SARS-CoV-2, keamanan dan efek potensial
mengingat bahwa SARS-CoV-2 tidak dari terapi antihipertensi dengan ACE
mungkin secara langsung menginfeksi inhibitor atau penghambat reseptor
Olfactory Sensory Neurons (ONS) sebagai angiotensin pada pasien dengan COVID-19
transporter sinyal melalui akson ke otak harus dipertimbangkan dengan cermat.
(Brann et al., 2020). (Huang et al., 2020).
Coronavirus dapat dideteksi pada SARS-CoV-2 memiliki patogenisitas
sekret hidung pasien dengan gangguan pada kerusakan miokard sehingga
penciuman. Selain itu, pada pemeriksaan menyulitkan tatalaksana pasien secara
rhinometri akustik yang normal tidak menyeluruh. Miokard injury karena infeksi
menyingkirkan kemungkinan adanya SARS-CoV-2 ditemukan pada 5 dari 41
gangguan penciuman, karena peradangan pasien pertama yang didiagnosis dengan
dan obstruksi di hidung bukan satu-satunya COVID-19 di Wuhan dengan peningkatan
faktor etiologis yang mendasari gangguan high-sensitivity cardiac troponin I (hs-cTnI)
penciuman pada infeksi virus (Lechien et al., yakni (>28 pg/ml). Manifestasi gejala
2020). kardiovaskular sering ditemukan karena
Dari sudut pandang biomolekul, virus respons inflamasi sistemik dan gangguan
dapat menginfeksi neuron perifer dan sistem kekebalan tubuh selama proses
menggunakan mesin transportasi aktif infeksi berlangsung (Wang et al., 2020).

50| Journal Of Health Science


Budi Yanti dkk| Keanekaragaman Manifestasi Klinis Pada …..

Mekanisme acute miocardial injury 5. Manifestasi Klinis Pada Sistem


yang disebabkan oleh infeksi SARS-CoV-2 Penglihatan
sangat erat berhubungan dengan jumlah
SARS-CoV-2 dapat menyebabkan
ekspresi ACE2 memicu respon sel T helper
peradangan konjungtiva yang melapisi
tipe 1 dan tipe 2 yang tidak seimbang
bagian dalam kelopak mata dan menutupi
sehingga menghasilkan badai sitokin
bagian putih mata, menyebabkan
disfungsi pernapasan, hipoksemia berat
kemerahan dan gatal di mata. Hubungan
dan semakin menambah kerusakan sel
interaksi patologi antara infeksi SARS-CoV-
miokard (Alhogbani, 2016).
2 dan konjungtivitis juga belum jelas.
Pada infeksi SARS-CoV ditemukan 68%
Namun demikian, diperlukan penelitian
pasien memiliki hiperlipidemia, 44%
lebih lanjut untuk memahami kemungkinan
memiliki kelainan sistem kardiovaskular
manifestasi sistem penglihatan,
dan 60% memiliki kelainan metabolisme
kemungkinan konjungtivitis virus untuk
glukosa. Hal ini terjadi karena disregulasi
mengenali manifestasi awal COVID-19 dan
metabolisme lipid menyebabkan
menyarankan agar tetap waspada.
konsentrasi serum asam lemak bebas,
Meskipun iritasi seperti konjungtivitis
secara signifikan meningkat dibandingkan
jarang mengganggu penglihatan dan dapat
dengan individu tanpa riwayat infeksi SARS-
menghilang sendiri (Scalinci & Trovato,
CoV. Hal ini dipikirkan kemungkinan dapat
2020).
terjadi pada pasien COVID19 (Wu et al.,
Dari 38 pasien COVID-19 yang dirawat
2017).
di rumah sakit, sepertiga memiliki
Dalam satu penelitian pada pasien
gangguan sistem penglihatan, seperti
dengan gejala COVID-19 berat diantaranya
hiperemia konjungtiva, kemosis, epifora,
58% memiliki hipertensi, 25% memiliki
dan peningkatan produksi sekret.
penyakit jantung dan 44% memiliki aritmia
Manifestasi gangguan sistem penglihatan
(Wang et al., 2020). Menurut data kematian
sebagian besar pada COVID19 derajat
yang dirilis oleh New Hanover
sedang dan pada pasien dengan pneumonia
County (NHC), 35% pasien dengan infeksi
berat (Martinc et al., 2020)
SARS-CoV-2 memiliki riwayat hipertensi dan
Selain itu, Berdasarkan pemeriksaan
17% memiliki riwayat penyakit jantung
swab Polimerase Chain Reaction (PCR) dari
koroner. Pasien berusia >60 tahun yang
konjungtiva ditemukan hanya 5% dari
terinfeksi SARS-CoV-2 umumnya memiliki
pasien dengan gangguan sistem penglihatan
gejala sistemik dan pneumonia yang lebih
terbukti positif SARS-CoV-2, Hal ini karena
berat daripada pasien yang berusia < 60
viral load yang rendah atau di bawah
tahun (Chan et al., 2020). Oleh karena itu,
ambang batas deteksi teknik diagnosis PCR
pada pasien dengan infeksi SARS-CoV-2,
yang ada pada sekret dan air mata
adanya penyakit kardiovaskuler yang
konjungtiva. (Martinc et al., 2020)
mendasari dapat memperburuk pneumonia
Manifestasi gangguan sistem
dan meningkatkan keparahan gejala
penglihatan pada COVID-19 dan penularan
(Badawi & Gwan, 2016; Badawi & Ryoo, 2016;
melalui mata sering diabaikan oleh
Chan et al., 2020; Wu et al., 2017).
masyarakat umum, sebaiknya tetap harus
Pasien dengan Acute Coronary
waspada karena mata sebagai sumber
Syndrome (ACS) yang terinfeksi dengan
infeksi yang penting dalam proses
SARS-CoV-2 umumnya memiliki prognosis
penularan penyakit ini. Permukaan mata
yang buruk karena cadangan fungsional
juga menjadi host tropisme pada infeksi
jantung berkurang disebabkan iskemia atau
coronavirus yang serupa dengan saluran
nekrosis miokard. Beberapa pasien dengan
pernapasan. Oleh karena itu menutup mata
COVID-19 di Wuhan yang memiliki Riwayat
dengan kacamata atau pelindung wajah
ACS sebelumnya, menderita pneumonia
harus dianggap sama pentingnya dengan
berat dan mortalitas tinggi. Banyak obat
memakai masker dan sarung tangan
antivirus dapat menyebabkan insufisiensi
(Scalinci & Trovato, 2020) (Yanti et al.,
jantung, aritmia atau gangguan
2020).
kardiovaskular lainnya. Oleh karena itu,
selama pengobatan COVID-19, terutama
penggunaan obat antivirus, risiko toksisitas Kesimpulan
jantung harus dipantau secara ketat (Sakabe COVID-19 merupakan penyakit yang
et al., 2013). disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang
sangat menular dan menjadi kasus
kegawatdarurata n penyakit di seluruh

51| Journal Of Health Science


Budi Yanti dkk| Keanekaragaman Manifestasi Klinis Pada …..

dunia. Keluhan pada sistem pernapasan Brann, D., Tsukahara, T., & Weinreb, C.
merupakan manifestasi klinis yang paling (2020). Non-neural expression of SARS-
sering ditemukan pada pasien COVID-19. CoV-2 entry genes in the olfactory
Hal ini tentu saja disebabkan jumlah epithelium suggests mechanisms
ekspresi reseptor ACE2 yang berlimpah di underlying anosmia in COVID-19
saluran napas dan paru. Manifestasi klinis patients. BioRxiv, 1(1), 1–25.
lainnya yang dapat ditemukan seperti Burhan, E., Isbaniah, F., Susanto, A., Yoga, Y.,
keluhan gastrointestinal, keluhan Tjandra, A., Sugiri, T., & Tantular, R.
penciuman, keluhan kardiovaskuler dan (2020). Pneumonia COVID-19 Diagnosis
keluhan pada penglihatan. Manifestasi & Penatalaksanaan di Indonesia.
klinis yang beragam ini dapat muncul secara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
bersamaan pada COVID-19. Sehingga sangat (PDPI).
diperlukan pemahaman yang luas terkait
Chan, J. F.-W., Yuan, S., Kok, K.-H., To, K. K.-
keanekaragaman manifestasi klinis COVID-
W., Chu, H., Yang, J., Xing, F., Liu, J., Yip,
19 agar dapat membantu pengendalian
C. C.-Y., Poon, R. W.-S., Tsoi, H.-W., Lo,
peenularan penyakit dan penegakkan
S. K.-F., Chan, K.-H., Poon, V. K.-M.,
diagnosis COVID-19.
Chan, W.-M., Ip, J. D., Cai, J.-P., Cheng,
V. C.-C., Chen, H., … Yuen, K.-Y. (2020).
Daftar Pustaka A familial cluster of pneumonia
Alhogbani, T. (2016). Acute myocarditis associated with the 2019 novel
associated with novel Middle East coronavirus indicating person-to-
respiratory syndrome coronavirus. person transmission: a study of a
Annals of Saudi Medicine, 36, 78–80. family cluster. The Lancet, 395(10223),
https://doi.org/10.5144/0256- 514–523.
4947.2016.78 https://doi.org/https://doi.org/10.10
Association, A. M. (2020). Alterations in 16/S0140-6736(20)30154-9
Smell or Taste in Mildly Symptomatic Cheng, H., Wang, Y., & Wang, G.-Q. (2020).
Outpatients With SARS-CoV-2 Organ-protective Effect of Angiotensin-
Infection. Journal American Medical converting Enzyme 2 and its Effect on
Association., 1–2. the Prognosis of COVID-19. Journal of
https://doi.org/10.1093/cid/ciaa330 Medical Virology, 92.
Badawi, A., & Gwan, S. (2016). International https://doi.org/10.1002/jmv.25785
Journal of Infectious Diseases Dong, X., Cao, Y., Lu, X., Zhang, J., Du, H.,
Prevalence of comorbidities in the Yan, Y., Akdis, C. A., & Gao, Y. (2020).
Middle East respiratory syndrome Eleven faces of coronavirus disease
coronavirus ( MERS-CoV ): a systematic 2019. Allergy, n/a(n/a).
review and meta-analysis. International https://doi.org/10.1111/all.14289
Journal of Infectious Diseases, Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao, J.,
49(January), 129–133. Hu, Y., Zhang, L., Fan, G., Xu, J., & Gu, X.
https://doi.org/10.1016/j.ijid.2016.06 (2020). Articles Clinical features of
.015 patients infected with 2019 novel
Badawi, A., & Ryoo, S. G. (2016). Prevalence coronavirus in Wuhan , China.
of comorbidities in the Middle East 6736(20), 1–10.
respiratory syndrome coronavirus https://doi.org/10.1016/S0140-
(MERS-CoV): a systematic review and 6736(20)30183-5
meta-analysis. International Journal of Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao, J.,
Infectious Diseases, 49, 129–133. Hu, Y., Zhang, L., Fan, G., Xu, J., Gu, X.,
https://doi.org/https://doi.org/10.10 Cheng, Z., Yu, T., Xia, J., Wei, Y., Wu, W.,
16/j.ijid.2016.06.015 Xie, X., Yin, W., Li, H., Liu, M., … Cao, B.
Behzad, S., Aghaghazvini, L., Radmard, A. R., (2020). Clinical features of patients
& Gholamrezanezhad, A. (2020). infected with 2019 novel coronavirus
Extrapulmonary manifestations of in Wuhan, China. The Lancet,
COVID-19: Radiologic and clinical 395(10223), 497–506.
overview. In Clinical Imaging (Vol. 66, https://doi.org/10.1016/S0140-
pp. 35–41). Elsevier Inc. 6736(20)30183-5
https://doi.org/10.1016/j.clinimag.20 Lechien, J., Estomba, C., De Siati, R. D.,
20.05.013
52| Journal Of Health Science
Budi Yanti dkk| Keanekaragaman Manifestasi Klinis Pada …..

Horoi, M., Le Bon, S.-D., Rodriguez, A., CoV, and MERS-CoV: a comparative
Dequanter, D., Blecic, S., Afia, F., overview. Le Infezioni in Medicina:
Distinguin, L., Chekkoury-Idrissi, Y., Rivista Periodica Di Eziologia,
Hans, S., Delgado, I., Calvo-Henriquez, Epidemiologia, Diagnostica, Clinica e
C., Lavigne, P., Falanga, C., Barillari, M. Terapia Delle Patologie Infettive, 28,
R., Cammaroto, G., Khalife, M., & 174–184.
Saussez, S. (2020). Olfactory and Sakabe, M., Yoshioka, R., & Fujiki, A. (2013).
gustatory dysfunctions as a clinical Sick sinus syndrome induced by
presentation of mild-to-moderate interferon and ribavirin therapy in a
forms of the coronavirus disease patient with chronic hepatitis C.
(COVID-19): a multicenter European Journal of Cardiology Cases, 8(6), 173–
study. European Archives of Oto-Rhino- 175.
Laryngology, 277. https://doi.org/https://doi.org/10.10
https://doi.org/10.1007/s00405-020- 16/j.jccase.2013.08.002
05965-1
Sardu, C., Gambardella, J., & Morelli, M. B.
Lu, R., Zhao, X., Li, J., Niu, P., Yang, B., Wu, (2020). Is COVID-19 an endothelial
H., Wang, W., Song, H., Huang, B., Zhu, disease ? Clinical and basic evidence.
N., Bi, Y., Ma, X., Zhan, F., Wang, L., Hu, April, 1–26.
T., Zhou, H., Hu, Z., Zhou, W., Zhao, L., https://doi.org/10.20944/preprints20
… Tan, W. (2020). Genomic 2004.0204.v1
characterisation and epidemiology of
Scalinci, S. Z., & Trovato, B. E. (2020).
2019 novel coronavirus: implications
Conjunctivitis can be the only
for virus origins and receptor binding.
presenting sign and symptom of
The Lancet, 395(10224), 565–574.
COVID-19. IDCases, 20, e00774.
https://doi.org/10.1016/S0140-
https://doi.org/https://doi.org/10.10
6736(20)30251-8
16/j.idcr.2020.e00774
Martinc, D., Bremond, G., & Daruich, D.
Wang, D., Hu, B., Hu, C., Zhu, F., Liu, X.,
(2020). Ocular manifestation as first
Zhang, J., Wang, B., Xiang, H., Cheng, Z.,
sign of Coronavirus Disease 2019
Xiong, Y., Zhao, Y., Li, Y., Wang, X., &
(COVID-19): Interest of telemedicine
Peng, Z. (2020). Clinical Characteristics
during the pandemic context. Journal
of 138 Hospitalized Patients with 2019
Français d’Ophtalmologie.
Novel Coronavirus-Infected Pneumonia
https://doi.org/https://doi.org/10.10
in Wuhan, China. JAMA - Journal of the
16/j.jfo.2020.04.002
American Medical Association, 323(11),
Meyer, B., Müller, M., Corman, V., Reusken, 1061–1069.
C., Ritz, D., Godeke, G.-J., Lattwein, E., https://doi.org/10.1001/jama.2020.15
Kallies, S., Siemens, A., van Beek, J., 85
Drexler, J., Muth, D., Bosch, B. J.,
Wu, Q., Zhou, L., Sun, X., Yan, Z., Hu, C., Wu,
Wernery, U., Koopmans, M., Wernery,
J., Xu, L., Li, X., Liu, H., Yin, P., Li, K.,
R., & Drosten, C. (2014). Antibodies
Zhao, J., Li, Y., Wang, X., Li, Y., Zhang,
against MERS Coronavirus in
Q., Xu, G., & Chen, H. (2017). Altered
Dromedary Camels, United Arab
Lipid Metabolism in Recovered SARS
Emirates, 2003 and 2013. Emerging
Patients Twelve Years after Infection.
Infectious Diseases, 20, 552–559.
Scientific Reports, 7.
https://doi.org/10.3201/eid2004.1317
https://doi.org/10.1038/s41598-017-
46
09536-z
Pradhan, P., Pandey, A., Mishra, A., Gupta, P.,
Yanti, B., & Hayatun, U. (2019). Peran
Tripathi, P., Menon, M., Gomes, J.,
pemeriksaan radiologis pada diagnosis
Perumal, V., & Kundu, B. (2020).
Coronavirus disease 2019. Jurnal
Uncanny similarity of unique inserts in
Kedokteran Syiah Kuala Volume, 20(1),
the 2019-nCoV spike protein to HIV-1
53–57.
gp120 and Gag.
https://doi.org/10.1101/2020.01.30.9 Yanti, B., Wahyudi, E., Wahiduddin, W.,
27871 Novika, R. G. H., Arina, Y. M. D.,
Martani, N. S., & Nawan, N. (2020).
Rabaan, A., Al-Ahmed, S., Haque, S., Sah, R.,
Community Knowledge, Attitudes, and
Tiwari, R., Malik, Y., Dhama, K., Yatoo,
Behavior Towards Social Distancing
D. M., Bonilla-Aldana, D., & Rodriguez-
Policy As Prevention Transmission of
Morales, A. (2020). SARS-CoV-2, SARS-

53| Journal Of Health Science


Budi Yanti dkk| Keanekaragaman Manifestasi Klinis Pada …..

Covid-19 in Indonesia. Jurnal Administrasi


Kesehatan Indonesia, 8(2), 4.
https://doi.org/10.20473/jaki.v8i2.20
20.4-14
Zhang, H., Li, H.-B., Lyu, J.-R., Lei, X.-M., Li,
W., Wu, G., Lyu, J., & Dai, Z.-M. (2020).
Specific ACE2 expression in small
intestinal enterocytes may cause
gastrointestinal symptoms and injury
after 2019-nCoV infection.
International Journal of Infectious
Diseases, 96, 19–24.
https://doi.org/https://doi.org/10.10
16/j.ijid.2020.04.027

54| Journal Of Health Science

Anda mungkin juga menyukai