Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI
(Diajukan untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan jiwa di Rehabilitasi Prima
Harapan)

Disusun Oleh :
Suleha
191FK01127

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

(.........................) (.........................)

PRODI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

I. MASALAH UTAMA
Halusinasi
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Pengertian
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan dari panca
indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.Ada lima
jenis halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan.
Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan
terjadi pada 70% pasien,kemudian halusinasi penglihatan20%, dan sisanya 10% adalah
halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan.
Pasien halusinasi merasakan adanya stimulus yang sebetulnya tidak ada. Perilaku
yang teramati pada pasien yang sedang mengalami halusinasi pendengaran adalah pasien
merasa mendengarkan suara padahal tidak ada stimulus suara. Sedangkan pada halusinasi
penglihatan pasein mengatakan melihat bayangan orang atau sesuatu yang menakutkan
padahal tidak ada bayangan tersebut. Pada halusinasi penghidu pasien mengatakan
membaui bau-bauan tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa.
Sedangkan pada halusinasi pengecapan, pasien mengatakan makan atau minum sesuatu
yang menjijikkan. Pada halusinasi perabaan pasien mengatakan serasa ada binatang atau
sesuatu yang merayap ditubuhnya atau di permukaan kulit.

B. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari
a. Faktor Biologis : Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa (herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
b. Faktor Psikologis Memiliki riwayat kegagalan yang berulang. Menjadi korban,
pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang dari
orang-orang disekitar atau overprotektif.
c. Sosiobudaya dan lingkungan Sebahagian besar pasien halusinasi berasal dari
keluarga dengan sosial ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki riwayat
penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan anak, pasien halusinasi
seringkali memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta pernahmmengalami
kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
C. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan adanya
riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, adanya riwayat
kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan,
adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan
pasien serta konflik antar masyarakat.

D. Jenis - Jenis Halusinasi


Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu
b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang.
e. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,
merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
g. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak
E. Fase Halusinasi
a. Tahap I ( non-psikotik )
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat
orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi klien. Karakteristik :
1) Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan
2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan
3) Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam control kesadaran
Perilaku yang muncul :
1) Tersenyum atau tertawa sendiri
2) Menggerakkan bibir tanpa suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Respon verbal lambat, diam, dan berkonsentrasi
b. Tahap II ( non-psikotik )
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat
kecemasan yang berat. Secara umum, halusinasi yang ada dapat menyebabkan
antipasti.
Karakteristik :
1) Pengalaman sensori menakutkan atau merasakan dilecehkan oleh pengalaman
tersebut
2) Mulai merasa kehilangan control
3) Menarik diri dari orang lain
Perilaku yang muncul :
1) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah.
2) Perhatian terhadap lingkungan menurun
3) Konsentrasi terhadap pengalaman sensori menurun
4) Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan realita
c. Tahap III ( psikotik )
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan berat, dan
halusinasi tidak dapat ditolak lagi.
Karekteristik :
1)  Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
2)  Isi halusinasi menjadi atraktif
3)  Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhi
Perilaku yang muncul :
1)  Klien menuruti perintah halusinasi
2) Sulit berhubungan dengan orang lain
3)  Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
4)  Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata
5)  Klien tampak tremor dan berkeringat
d. Tahap IV ( psikotik )
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panik
Perilaku yang muncul :
1) Resiko tinggi menciderai
2)  Agitasi atau kataton
3)  Tidak mampu merespon rangsangan yang ad
F. Rentang Respon
Stuart and Laraia menjelaskan rentang respon neurobiologis pada pasien dengan
gangguan senssori persepsi halusinasi sebagai berikut:
Respon Adaptif Respon Maladatif
 Pikiran Logis > Distrosi Pikiran > Gangguan Pikir
 Persepsi Akurat > Illusi > Halusinasi
 Emosi Konsisten dgn Pengalaman > Reaksi Emosi >Sulit Berspon
 Perilaku Sesuai > Perilaku aneh > Perilaku Disoganisasi
 Berhubungan Sosial > Menarik Diri > Isolasi Sosial

III. POHON MASALAH


Resiko Menciderai diri Sendiri, Oranglain, dan Lingkungan

Perubahan Persepsi Sensosri : Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Resiko Menciderai Diri Sendiri Oranglain dan Lingkungan b.d Halusinasi
b. Perubahan Persepsi Sensori b.d Halusinasi
c. Isolasi Sosial b.d Menarik Diri
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Setelah menetapkan diagnose keperawatan lakukanlah tindakan keperawatan pada pasien
dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi. Tindakan keperawatan harus ditujukan juga
untuk keluarga karena keluarga memegang peranan penting didalam merawat pasien dirumah
setelah pasien pulang dari rumah sakit.. Saat melakukan asuhan keperawatan baik di
Puskesmas dan kunjungan rumah, perawat menemui keluarga terlebih dahulu sebelum
menemui pasien. Saat melakukan pelayanan di Puskesmas dan kunjungan rumah,, perawat
menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga, perawat
mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga. Setelah itu, perawat menemui
pasien untuk melakukan pengkajian, mengevaluasi dan melatih satu cara lagi untuk
mengatasi masalah yang dialami pasien. Jika pasien telah mendapatkan terapi psikofarmaka
(obat), maka hal pertama yang harus dilatih perawat adalah pentingnya kepatuhan minum
obat. Setelah perawat selesai melatih pasien, perawat menemui keluarga untuk melatih cara
merawat pasien. Selanjutnya perawat menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan
terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga yaitu untuk mengingatkan pasien melatih
kemampuan mengatasi masalah yang telah diajarkan oleh perawat.
a. Tindakan Keperawatan Untuk Pasien Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi.
Tujuan: Pasien mampu:
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik
3. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat
4. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
5. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktifitas sehari-hari
Tindakan Keperawatan
1) Membina Hubungan Saling Percaya dengan cara:
 Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien dan
 Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai
pasien
 Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
 Buat kontrak asuhan apa yang perawat akan lakukan bersama pasien,
berapa lama akan dikerjakan, dan tempat pelaksanaan asuhan
keperawatan.
 Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
 Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
 Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
2) Membantu pasien menyadari ganguan sensori persepsi halusinasi
 Tanyakan pendapat pasien tentang halusinasi yang dialaminya: tanpa
mendukung, dan menyangkal halusinasinya.
 Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus,
perasaan, respon dan upaya yang sudah dilakukan pasien untuk
menghilangkan atau mengontrol halusinasi.
 Melatih Pasien cara mengontrol halusinasi: Secara rinci tahapan melatih
pasien mengontrol halusinasi dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, 6(enam)
benar minum obat, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan
dirumah seperti membereskan kamar, merapihkan tempat tidur
serta mencuci baju.
b) Berikan contoh cara menghardik, 6(enam) benar minum obat,
bercakapcakap dan melakukan kegiatan dirumah seperti
membereskan kamar, merapihkan tempat tidur serta mencuci baju.
c) Berikan kesempatan pasien mempraktekkan cara menghardik,
6(enam) benar minum obat, bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan dirumah seperti membereskan kamar, merapihkan tempat
tidur serta mencuci baju yang dilakukan di hadapan Perawat
d) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan
oleh pasien.
e) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah melakukan
tindakan keperawatan untuk mengontrol halusinasi. Mungkin
pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri
dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan
latihannya.
VI. DAFTAR PUSTAKA
1. Nurhalimah.2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan.
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Pusdik kesehatan Badan
pengembangan sumber daya manusia kesehatan.
2. Direja,Ade Herman S. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai