Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang memiliki
karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya,
karena pada tahap ini seseorang mengalami peralihan dari masa anak-anak ke dewasa.
Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas
diri. Karakteristik psikososial remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas
diri ini sering menimbulkan banyak masalah pada diri remaja. Transisi dari masa
anak-anak dimana selain mneingkatnya kesadaran diri (self consciousness) terjadi juga
perubahan secara fisik, kognitif, sosial maupun emosional pada remaja sehingga
remaja cenderung mengalami perubahan emosi ke arah yang negatif menjadi mudah
marah, tersinggung bahkan agresif. Perubahan-perubahan karakteristik pada masa
remaja tersebut, ditambah dengan faktor-faktor eksternal seperti kemiskinan, pola
asuh yang tidak efektif dan gangguan mental pada orang tua diprediksi sebagai
penyebab timbulnya masalah-masalah remaja (Pianta, 2005 dalam Santrock, 2007).
Laporan situasi Kependudukan Dunia Tahun 2012 pada peluncurannya,
disebutkan bahwa jumlah penduduk dunia terus tumbuh dan telah mencapai 7 miliar.
Sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia atau hampir 1 dari 5 orang di dunia berusia 10-19
tahun. Adapun 900 juta orang di antaranya tinggal di negara berkembang. Negara
Indonesia sendiri, hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan 1 dari 4 orang
penduduk Indonesia merupakan kaum muda berusia 10-24 tahun, dari 240 juta
penduduk Indonesia, jumlah remaja terbilang besar, mencapai 63,4 juta atau sekitar
26,7 % dari total penduduk (BKKBN, 2012).
Peran perawatn dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak usia
remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan
cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan
secara mandiri, dan masalah yang timbul bisa teratasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi remaja?
2. Bagaimana tugas perkembangan remaja?
3. Bagaimana tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja?
4. Bagiamana Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan anak remaja?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan masalah
kesehatan yang terjadi pada keluarga dengan anak remaja.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a) Menyebutkan definisi keluarga dengan anak remaja.
b) Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja.
c) Menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak remaja.
d)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Remaja


Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata
bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa.
Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan
dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum, yaitu bahwa
pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba-tiba, tetapi
pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-Mighwar, 2006).

2.2 Tahap Perkembangan Remaja


Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses
penyesuaian diri menuju dewasa :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran
akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-
dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan
pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara
erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik.
Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali
terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang
dewasa.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan
kawan-kawan. Ia senag kalau banyak teman yang menyukainya. Ada
kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-
teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada
dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka
atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau
meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes
Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan
mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa
dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan
dalam pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public).

2.3 Karakteristik Perkembangan Remaja


Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan
menjadi :
a. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009),
menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan
terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas dan
berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau ketika
hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas
kelompok versus pengasingan diri.
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi dari
keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi peran.
Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan
identitas pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah
tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab
pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan
masyarakat.
1) Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok
semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal
yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan
kelompok dapat memberi mereka status. Ketika remaja mulai mencocokkan
cara dan minat berpenampilan, gaya mereka segera berubah. Bukti
penyesuaian diri remaja terhadap kelompok teman sebaya dan
ketidakcocokkan dengan kelompok orang dewasa memberi kerangka pilihan
bagi remaja sehingga mereka dapat memerankan penonjolan diri mereka
sendiri sementara menolak identitas dari generasi orang tuanya. Menjadi
individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan diasingkan
dari kelompok.
2) Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan yang
mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di masa
lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu dilakukan di
masa yang akan datang. Proses perkembangan identitas pribadi merupakan
proses yang memakan waktu dan penuh dengan periode kebingungan, depresi
dan keputusasaan. Penentuan identitas dan bagiannya di dunia merupakan hal
yang penting dan sesuatu yang menakutkan bagi remaja. Namun demikian,
jika setahap demi setahap digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai,
identitas yang positif pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi
peran terjadi jika individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas
dari berbagai aspirasi, peran dan identifikasi.
3) Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran
seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai
mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan heterokseksual
dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan, remaja dihadapkan pada
pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang matang yang baik dari
teman sebaya maupun orang dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada
setiap budaya, antara daerah geografis, dan diantara kelompok
sosioekonomis.
4) Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja
akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional, dan
walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih kuat dan
mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja akhir.
Sementara remaja awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir dapat
mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan
emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat
diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi, dan
jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan perasaan tidak
aman, ketegangan, dan kebimbangan.
b. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja
tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode
berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan
terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian
pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang
mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana
segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan
orang tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah.
Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada
waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka dapat mempertimbangkan hubungan
antara kecepatan, jarak dan waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata.
Mereka dapat mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok
pernyataan dan mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku
yang lebih dapat dianalisis.
c. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009), masa
remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral dan
individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka memahami
tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga
memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan hukuman terhadap
kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan
yang salah. Namun demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral
yang telah ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu
peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi
peraturan tersebut.
d. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain,
beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka.
Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai
elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan
konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah
yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual dengan privasi dalam
kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan eksplorasi terhadap konsep
keberadaan Tuhan. Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat
menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada
akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.
e. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri
mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri
dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari
remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali
orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk memahami tanggung
jawab yang terkait dengan kemandirian.
1) Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari
menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali
melibatkan kekacauan dan ambigulitas karena baik orang tua maupun remaja
berajar untuk menampilkan peran yang baru dan menjalankannya sampai
selesai, sementara pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali merupakan
rangkaian kerenggangan yang menyakitkan, yang penting untuk menetapkan
hubungan akhir. Pada saat remaja menuntut hak mereka untuk
mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering kali menciptakan
ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang kendali orang tua, dan
konflik dapat muncul pada hampir semua situasi atau masalah.
2) Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian
besar kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih
berperan penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanak-kanak.
Kelompok teman sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan dan
kekuasaan.
a) Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka
berkelompok. Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki
evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan
kelompok, remaja awal berusaha untuk menyesuaikan diri secara total
dalam berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut, selera musik,
dan tata bahasa, sering kali mengorbankan individualitas dan tuntutan
diri. Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman sebayanya.
b) Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang berbeda
biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan ini lebih dekat
dan lebih stabil daripada hubungan yang dibentuk pada masa kanak-kanak
pertengahan, dan penting untuk pencarian identitas. Seorang sahabat
merupakan pendengar terbaik, yaitu tempat remaja mencoba kemungkinan
peran-peran dan suatu peran bersamaan, mereka saling memberikan
dukungan satu sama lain.

2.4 Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja


Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut (Hurlock, 2001) antara
lain :
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam
sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki dan anak
perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugastugas tersebut selama
awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan
harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda akan meletakkan
dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku.
b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita
Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa
jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan itu
sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan dalam
waktu yang relatif singkat sebagai akibat perubahan usia kematangan yang
menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang menganggu
para remaja.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila
sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang
penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk
memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki
penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai
banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal
masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-
anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat,
sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin dewasa yang diakui masyarakat
dan menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang
memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun. Karena adanya
pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir masa
kanak-kanak dan masa puber, makan mempelajari hubungan baru dengan lawan
jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui lawan jenis dan
bagaimana harus bergaul dengan mereka. Sedangkan pengembangan hubungan
baru yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri
secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas
perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan
kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan
membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang
tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya
dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan
yang akrab dengan anggota kelompok.
f. Mempersiapkan karier ekonomi
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih
pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih
pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan
untuk memperoleh kemandirian ekonomi bilamana mereka secara resmi menjadi
dewasa nantinya. Secara ekonomi mereka masih harus tergantung selama
beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai dijalani.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan perkawinan
merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahuntahun remaja.
Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-ansur
mengendur dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual,
tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan. Kurangnya
persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak
terselesaikan, yang oleh remaja dibawa ke masa remaja.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku
mengembangkan ideologi
Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang
sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam perkembangan ini.
Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan teman sebaya, masa remaja
harus memilih yang terakhir bila mengharap dukungan teman-teman yang
menentukan kehidupan sosial mereka. Sebagian remaja ingin diterima oleh
teman-temannya, tetapi hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh
orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab.

2.5 Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak
belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak
melakukan interaksi yang intim. Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga
pendidikan yang yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa,
dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh
terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga adalah
perkumpulan dua orang atau lebih yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis (Duval, 1972
dalam Setiadi 2008), yaitu :
a. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang
anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah.
b. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari
ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak.
c. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu
dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada orang tuanya.

2.6 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja


Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anakterakhir meninggalkan rumah.Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan
adaatau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang
tua.Tugas perkembangan :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

2.7 Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan


Anak Usia Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh
adanya pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus mengritik atau
buat komentar-komentar yang merendahkan tentang penampilan atau perilaku anggota
keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada saat ini hubungan
keluarga biasanya berada pada titik rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap usia,
terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan sangat
tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa
aman. Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan bimbingan atau bantuan dalam
menguasai tugas perkembangan masa remaja. Kalau hubungan-hubungan keluarga
ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman berlangsung lama, dan
remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan pola perilaku yang
tenang dan lebih matang. Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat
mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang diluar rumah. Meskipun
semua hubungan, baik dalam masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak, kadang-
kadang tegang namun orang ang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul dengan
orang lain dianggap tidak matang dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat
penyesuaian sosial yang baik.
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh
romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan
kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial. Masa
ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-anak,
tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini membuat
mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah laku aneh, canggung
dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan kenakalan. Dalam
usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah orang tuanya, karena
memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda
dengan orang tuanya.
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya
mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap penting
dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikitu pendapat dan
gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya. Karenanya
sering kali remaja terlibat dalam geng-geng, dengan menjadi anggota geng mereka
akan saling memberi dan mendapat dukungan mental. Beberapa kasus terakhir seperti
geng-geng motor yang terlibat kegiatan merupakan bentuk dari kecenderungan
tersebut. Mereka akan berani melakukan tindakan-tindakan kejahatan ketika dilakukan
dalam kelompok dan tidak akan berani melakukannya secara individual. Masalah lain
yang sering mengganggu anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan organ
reproduksi (seksual). Satu sisi mereka sudah mencapai kematangan seksual, yang
menyebabkan mereka memiliki dorongan untuk pemuasan tetapi disisi lain
kebudayaan dan norma sosial melarang pemuasan kebutuhan seksual diluar
pernikahan. Padahal untuk menikah banyak persyaratan yang harus dipenuhi, bukan
hanya kemampuan dalam melakukan hubungan seksual, tetapi diperlukan ekonomi,
kematangan psikologi, dan sebagainya.syarat-syarat ini sangat berat dan mungkin
belum dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan dalam
bentuk khayalan, membaca buku atau menonton film porno. Meskipun tingkah laku
ini sebenarnya tetap melanggar norma masyarakat, tetapi mereka melakukannya
dengan sembunyi-sembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam
menyikapi, cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control secara
bertahap terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri secara
bertahap sampai akhirnya dewasa.

MASALAH-MASALAH KESEHATAN
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi promosi
kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus diidentifikasi dan
dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat mulai
dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner meningkat dikalangan pria dan
pada usia ini anggota keluarga yang dewasa mulai merasa lebih rentan terhadap
penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan perkembangan dan biasanya
mereka ini lebih menerima strategi promosi kesehatan. Sedangkan pada remaja,
kecelakaan terutama kecelakaan mobil merupakan bahaya yang amat besar, dan patah
tulang dan cedera karena atletik juga umum terjadi .
Penyalahguanaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan
yang tidak dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang
perhatian yang relevan. Dalam mendiskusikan topik ini dengan keluarga, perawat
dapat terjebak dalam perselisihan atau masalah antara orang tua dan kaum muda,
remaja biasanya mencari pelayanan kesehatan mencakup uji kehamilan, menggunakan
obat-obatan, uji AIDS, keluarga berencana, dan aborsi, diagnosis dan perawatan
penyakit kelamin. Agaknya telah menjadi trend yang sah bagi remaja untuk menerima
perawatan kesehatan tanpa ijin orang tua. Bila orang tua diikutsertakan maka
dilakukan wawancara terpisah sebelum mereka dikumpulkan .
Kebutuhan kesehatan yantg lain adalah dalam bidang hubungan dan bantuan
untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja dengan orang tua.
Konseling langsung yang bersifat menunjang atau mulai rujukan ke sumber-sumber
dalam komunitas untuk konseling, dan juga pendidikan yang bersifat rekreasional, dan
pelayanan lainnya mungkin diperlukan, pendidikan promosi kesehatan umum juga
diindikasikan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Gambaran Kasus


Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Agustus 2021 hari Rabu jam 16.00 WIB
pada keluarga Tn.M (43 tahun). Tn.M merupakan kepala keluarga dari Ibu R (41 tahun),
An.R (17 tahun), An.R (12 tahun), dan An.D (9 tahun). Pendidikan terakhir Tn.M adalah
SMA. Pekerjaan Tn.M polisi. Alamat tinggal sekarang ini di RT 003 RW 001 Kelurahan
Dusun Besar Kecamatan Singsaran Pati Kota Bengkulu. Segala kebutuhan dicukupi oleh
kepala keluarga. Keluarga Tn.M mengatakan bersuku Rejang. Keluarga Tn.M mempunyai
kebiasaan jika ada anggota keluarga yang sakit dibelikan obat warung terlebih dahulu
untuk pertolongan pertamanya. Ibu R mengatakan keluarga beragama Islam. Kegiatan
ibadah keagamaan keluarga Tn.M yaitu sholat 5 waktu dan bepuasa. Di keluarga Tn.M
pencari nafkah utama adalah Tn.M yang bekerja sebagai Polisi, ibu R mengatakan bahwa
dirinya merasa cukup dengan penghasilan suaminya saat ini. Ibu R mengatakan tidak
memiliki jadwal khusus untuk rekreasi keluarga, hanya sesekali anaknya mengajak
berwisata. An.R mengatakan jika banyak kegiatan dan dirinya stress maka dia akan main
keluar dengan teman-temannya, biasanya nongkrong sambil mengobrol tidak jelas. An.R
juga mengatakan sering main dengan teman-temannya hingga malam hari.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga Tn.M berada dalam tahap
perkembangan keluarga dengan anak remaja dimana tugas perkembangan keluarga dengan
remaja yaitu: Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab remaja
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa, mempertahankan hubungan yang intim
dalam keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari
perdebatan Ibu. R mengatakan bahwa An.R adalah anak pendiam dan jarang berbicara
jika tidak ditanya. Terutama saat memasuki usia remja An.R sudah jarang berkumpul
dengan keluarga, jika berada dirumah An.R banyak menghabiskan waktu di dalam
kamarnya. An.R mengatakan jarang berbicara dengan Tn.M karena menurut An.R
bapaknya itu galak dan kalau menyuruh sesuatu, misalkan belajar, Tn.M sering marah-
marah sehingga An.R malas untuk menanggapinya. Ibu. R mengatakan sebenanrnya Tn.M
baik, tetapi memang agak keras untuk mendidik anak-anaknya. Ibu. R juga mengatakan
bahwa An.R sulit diatur semenjak memasuki SMA. An.R mengtakan tidak mengetahui
tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja., karena sebelumnya
tidak pernah mendapatkan informasi mengenai tugas perkembangan maupun tanggung
jawabnya sebagai remaja.
Ibu. R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah dapat saling
terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun An.R termasuk anak yang pendiam dan
jarang menyampaikan pendapatnya. Hubungan antara anggota keluarga dalam rumah
berjalan degan baik. Ibu. R mengatakan bahwa ketika ada anggota yang sakit, maka yang
sakit akan langsung diberikan obat dari warung atau dari apotik. Keluarga Ibu. R juga
sering memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS, tetapi jika sudah sembuh dengan
mengkonsumsi obat warung maka hanya diobati di rumah saja. Keluarga Tn.M
mencemaskan pergaulan An.R yang sudah memasuki masa remaja. Teman An.R
mengatakan sudah memiliki teman dekat (pacar).

3.2 Pengkajian
a. Data Umum
1. Nama Keluarga (KK) : Tn.M
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Pendidikan Terakhir : SMA
4. Usia : 43 tahun
5. Pekerjaan : Polisi
6. Alamat : RT 003 RW 001 Kelurahan Dusun Besar
Kecamatan Singsaran Pati Kota Bengkulu
7. Komposisi Keluarga :
Jenis Hubungan
No Nama Usia Pendidikan
Kelamin dg KK
1 Ibu R Perempuan Istri 41 tahun SMP
2 An.R Perempuan Anak 1 17 tahun SMA kls 3
3 An. R Laki-laki Anak 2 12 tahun SD kls 6
4 An. D Laki-laki Anak 3 1 tahun -

Genogram :
Nenek R
61 thn

Ibu R
Bp. R
30 thn
38 thn
An. H An. F An. L
14 thn 11 thn 9 thn
Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Remaja / Pasien

: Cerai

: Tinggal dalam satu rumah

8. Tipe Keluarga :
Keluarga Bp. R termasusk tipe keluarga extended family (keluarga
luas/besar). Keluarga Bp. R (38 thn) terdiri dari Bp. R, Ibu R, ketiga anaknya
dan ibu dari Bp. R yaitu nenek R (61 thn).
9. Suku Bangsa :
Tn.M berasal dari Curup (Rejang Lebong) dan istrinya, Ibu R juga
berasal dari Curup (Rejang Lebong). Bahasa dominan yang mereka gunakan
sehari-hari di rumah adalah Bahasa daerah Bengkulu dalam percakapan. Ibu R
mengatakan keluarganya tidak memiliki kebiasaan khusus yang mempengaruhi
status kesehatan keluarga yang diajarkan turun-temurun.
10. Agama :
Seluruh keluarga Tn.M beragama Islam. Kegiatan ibadah keagamaan
keluarga Tn.M yaitu sholat 5 waktu dan puasa dilakukan. Menurut keluarga
Tn.M , agama berperan penting dalam kehidupan mereka, bahkan dalam hal
kesehatan. Ketika ada anggota keluarga yang sedang sakit, keluarga juga selalu
mendoakan untuk kesembuhan anggota keluarga yang sedang sakit tersebut.
11. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Di keuarga Bp. R pencari nafkah utama di keluarga adalah Bp. R yang
bekerja sebagai buruh dengan penghasilan 2.000.000 – 2.500.000 setiap bulan.
Selain itu Bp. R juga masih aktif menjadi pembawa acara/MC di acara-acara
pernikahan, maka dari itu Bp. R terlihat jarang ada di rumah. Ibu R sehari-hari
membuka warung yang menjual kebutuhan sehari-hari dan makanan ringan di
rumahnya dengan penghasilan perhari 50.000-an. Keperluan keluarga sehari-
hari adalah untuk makan dan jajan An. H, An. F dan An. L. Ibu R mengatakan
bahwa dirinya merasa cukup dengan penghasilan suaminya saat ini. Bp. R saat
ini memiliki tabungan atau dana kesehatan dari tempatnya bekerja.
12. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Bp. R tidak memiliki jadwal khusus untuk rekreasi keluarga,
hanya sesekali anaknya mengajak berwisata. Waktu liburan biasanya
disesuaikan dengan jadwal libur kerja dan libur anak sekolah, tetapi sekarang
jarang dilakukan., hanya jika ada waktu saja keluarga pergi rekreasi. Ibu R
juga mengatakan biasanya dirinya berkunjung ke rumah kerabat yang letak
rumahnya berdekatan dengan rumah keluarga Bp. R. Di rumah Ibu R
mengatakan keluarganya dapat menikmatihiburan melalui TV dan radio yang
tersedia di rumahnya. An. H mengatakan jika banyak kegiatan dan membuat
dirinya stress maka dia akan main keluar dengan teman-temannya, biasanya
nongkrong sambil mengobrol tidak jelas, main ke warnet atau rental PS dan
menonton balapan motor. An. H juga mengatakan sering main dengan teman-
temannya hingga malam hari.

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


13. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini :
Termasuk keluarga dengan remaja. Tugas perkembangan keluarga
dengan anak remaja yang dilakukan oleh keluarga antara lain :
a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan mandiri.
Keluarga sudah memberikan kesempatan bagi An. H untuk memilih
apa yang ingin dilakukan. An. H mengatakan tanggung jawabnya adalah
belajar dan membantu orang tua, itupun jarang dilakukan atas kemauannya
sendiri. An. H sudah memiliki cita-cita, yaitu menjadi seorang pemain
bola, tetapi hanya sebatas harapan dan tidak tahu bagaimana mencapai
tujuannya.
b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
Pernikahan Bp. R dan Ibu R saat ini sudah berlangsung selama 15
tahu, anaknya yang paling kecil sudah memasuki usia sekolah. Saat ini, Ibu
R dan Bp. R mengatakan untuk berusaha membesarkan ketiga anaknya
dengan memenuhi segala kebutuhan mereka.
14. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi :
a. Berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak.
Ibu R mengatakan bahwa An. H adalah anak yang pendiam dan jarang
berbicara jika tidak ditanya. Terutama saat memasuki usia remaja, An. H
sudah mulai jarang berkumpul dengan keluarga, jika berada di rumah An.
H banyak menghabiskan waktunya di dalam kamarnya. An. H mengatakan
jarang berbicara dengan Bp. R karena menurut An. H bapaknya itu galak
dan kalau menyuruh sesuatu misalnya belajar, Bp. R sering marah-marah
sehingga An. H malas untuk menanggapinya. Ibu R mengatakan
sebenarnya Bp. R baik, tetapi memang agak keras untuk mendidik anak-
anaknya. Ibu R juga mengatakan bahwa An. H sulit untuk diatur semenjak
memasuki SMP. An. H mengatakan tugas perkembangan maupun
tanggung jawabnya sebagai remaja, karena sebelumnya tidak pernah
mendapatkan informasi mengenai tugas perkembangan maupun tanggung
jawabnya sebagai remaja.
15. Riwayat Keluarga Inti :
Bp. R dan Ibu R menikah pada tahun 1998, dan anak pertamanya lahir
setahun kemudian. Ibu R dan Bp. R baru memutuskan memakai kontrasepsi
setelah kelahiran anak ke-3. Jenis kontrasepsi yang dipih adalah pil KB.
16. Riwayat Keluarga Sebelumnya :
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menurun. Bila sakit, keluarga
Bp. R pergi ke dokter swasta langganan keluarga. Tidak ada pola makan atau
jenis makanan yang dibatasi.

c. Lingkungan
17. Karakteristik Rumah :
Rumah yang ditinggali Bp. R sekeluarga adalah rumah permanen
peninggalan orang tua Bp. R yang berukuran 70 m2. Desain interior rumah
terbagi menjadi 6 ruangan, yang paling depan adalah ruang tamu. Lalu, 3 ruang
tidur dan yang paling belakang adalah dapur dan kamar mandi. Kamar tidur 1
digunakan oleh Bp. R dan Ibu R, sedangkan 2 kamar tidur lainnya digunakan
oleh anak-anak dan Nenek R yang tinggal bersama Bp. R dan Ibu R. Lantai
rumah terbuat dari kerami. Terdapat 2 jendela yang kurang lebih berukuran 1,5
x 1 meter di depan samping pintu masuk. Namun, jendela yang terlihat selalu
terbuka ini jarang dibersihkan. Warna dinding rumah adalah putih yang
kondisinya cukup bersih. Kondisi rumah tampak rapi dan bersih dan terdapat
beberapa perabot rumah yang sesuai. Sumber air yang digunakan oleh keluarga
berasal dari tanah (sanyo) sehingga airnya tidak berasa, tidak berwarna dan
tidak berbau. Pada saat hari mulai gelap pencahayaan lampu dalam rumah Bp.
R terbilang terang.

Denah Rumah

Kamar Dapur
Mandi

T
Ruang Ruang e
Tudur Keluarga r 10 m
a
s
Ruang Ruang Warung

Tidur Tamu

Teras

7m

18. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW :


Bp. R jarang berkumpul dengan tentangga karen akesibukannya, namun
Ibu R aktif di arisan PKK dan pengajian yang ada di lingkungan rumah. Ibu R
sendiri tidak bekerja hanya menjadi ibu rumah tangga saja dan mengurus
warung yang ada di rumah. Keluarga Bp. R tinggal di RT 02 RW 02, di sisi
kanan rumah Bp. R yaitu rumah saudaranya dan sebelah kiri adalah rumah
tetangganya, di belakang rumah ada tanah kosong dan jalan. Kehidupan
bertetangga terlihat rukun dan harmonis.
19. Mobilitas Geografis Keluarga :
Saat ini keluarga Bp. R sudah tinggal menetap di rumah yang sekarang
selama 15 tahun dan tidak berniat untuk pindah. Bp.R sendiri sudah tinggal di
rumah tersebut sejak Bp. R lahir, karena Bp. R adalah anak tunggal dari kedua
orang tuanya yang telah bercerai maka di rumah tersebut ditinggali keluarga
Bp. R dan ibunya. Rumah Bp. R dibangun di atas tanah milik orang tuanya,
kepemilikan tanah masih milik ibunya Bp. R.
20. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat :
Bp. R selalu menekankan pada Ibu R supaya mengikuti acara yang
diadakan oleh RT/RW, misalnya pengajian, arisan RT dan kegiatan lainnya.
Apabila ada waktu luang Ibu R mengajak anaknya bermain ke tetangga.
Hubungan anggota keluarga terlihat rukun, tidak ada konflik antara satu
dengan yang lain (terlihat harmonis).
Anak-anak Bp. R tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di daerah setempat RT 02. An. H mengatakan sudah jarang
(suka membolos) dalam mengikuti pengajian. Bp. R sendiri sering diminta
untuk menjadi pembawa acara/MC di acara-acara pernikahan ataupun acara
yang diadakan RT/RW. Ibu R juga bersosialisasi dengan tetangga di kanan,
kiri dan depan rumahnya. Saudara Ibu R tinggal tidak jauh dari rumah Ibu R,
setiap hari selalu bertemu. An. H berteman dengan beberapa teman seusianya,
sering nongkrong di pos hansip dekat rumahnya, bermain ke warnet dan rental
PS dan jalan-jalan dengan menggunakan motor.
21. Sistem Pendukung Keluarga :
Bila ada masalah dalam keluarga, keluarga lebih senang menyelesaikan
dengan anggota keluarga. Kadang juga melibatkan orang tua, karena dengan
orang tua tinggal bersama dan berdekatan. Hal yang dirasakan sebagai
pendukung keluarga adalah keluarga yang tinggal tidak jauh dari rumah yang
memperhatikan bila ada anggota keluarga yang sakit dan tetangga yang idup
saling menghormati serta menghargai. Disamping itu adanya fasilitas dana
kesehatan dari tempat kerja Bp. R untuk anggota keluarga yang sakit menurut
Ibu R sangat membantu keluarga.
d. Struktur Keluarga
22. Pola Komunikasi Keluarga :
Ibu R mengatakan bahwa komunikasi dengan keluarganya menekankan
keterbukaan. Bila ada masalah dalam keluarga, Ibu R mendiskusikan bersama
Bp. R, terkadang meminta bantuan nasihat dari orang tu. Waktu yang biasanya
digunakan untuk komunikasi pada saat santai yaitu malam hari dan waktu
makan bersama dengan anggota keluarga. Namun An. H mengatakan lebih
suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada
orang tua ataupun keluarganya yang lain. Bp. R sibuk bekerja dan jarang
menyempatkan berbicara kepada anaknya.
23. Struktur Kekuatan Keluarga :
Pemegang keputusan di keluarga adalah Bp. R sebagai kepala keluarga,
tetapi tidak menutup kemungkinan suatu ketika Ibu R punya pendapat sendiri
dan membuat keputusan sendiri, misalnya pada saat membeli keperluan rumah
tangga dan mengatur posisi perabotan rumah tangga. Terkadang Ibu R juga
berinisiatif sendiri untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan, bila ada
yang sakit dan tidak bisa sembuh dengan mengkonsumsi obat warung.
24. Struktur Peran :
 Bp. R
Sebagai kepala keluarga, bertanggung jawab dalam mencari nafkah untuk
kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga.
 Ibu R
Ibu R mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada
ibunya. Sebagai istri Bp. R, sebagai ibu rumah tangga dan juga membuka
usaha warung di rumah.
 An. H
An. H mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas
sekolahnya. Ibu R mengatakan bahwa anaknya jarang belajar dan nilainya
pas-pasan. Ibu R mengatakan tidak pernah membantu aktivitas belajar
anaknya di rumah.
 An. F
Sebagai anak ke dua Bp. R dan Ibu R yang pada tahun ini akan memasuki
SMP. An. F juga berperan sebagai adik dari An. H dan kakak dari An. L.
 An. L
Sebagai anak ke tiga Bp. R dan Ibu R juga berperan sebagai adik dari
kedua orang kakaknya yaitu An. H dan An. F.
 Nenek R
Sebagai ibu dari Bp. R dan nenek dari ketiga cucunya yaitu An. H, An. F
dan An. L.
Ibu R juga mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang jelas tentang apa
saja tugas setiap anggota keluarga.
25. Nilai dan Norma Keluarga :
Nilai dan norma yang dipegang oleh Bp. R adalah sesuai dengan nilai-
nilai ajaran Islam dan tidak terpengaru oleh norma budaya. Penerimaan
keluarga terhadap perawat sangat baik, setiap masalah yang ada diutarakan dan
menerima kehadiran perawat.

e. Fungsi keluarga
26. Fungsi Efektif :
Ibu R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah dapat
saling terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun An. H termasuk anak
yang pendiam dan jarang menyampaikan pendapat.
27. Fungsi Sosialisasi :
Hubungan antar anggota keluarga dalam rumah berjalan dengan baik.
Hubungan anggota keluarga dengan tetangga juga baik apalagi keluarga Bp. R
tergolong paling lama tinggal di wilayah tersebut.
28. Fungsi Perawatan Keluarga :
Ibu R mengatakan bahwa ketika ada anggota keluarga yang sakit, maka
yang sakit akan langsung diberikan obat dari warung atau dari apotek.
Keluarga Ibu R juga sering memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS, tetapi
jika sudah sembuh dengan mengkonsumsi obat warung maka hanya diobati di
rumah saja. Bp. R mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki keluhan fisik dan
tidak merokok hanya saja jika sedang banyak pekerjaan yang harus
diselesaikannya biasanya Bp. R mengeluhkan pegal-pegal pada badannya.

f. Stress dan Koping Keluarga


29. Stressor Jangka Pendek :
Keluarga Bp. R mencemaskan pergaulan An. H yang sudah memasuki
masa remaja. An. H sudah mulai ditawari untuk mencoba merokok oleh
teman-temannya, baik teman di sekolah maupun teman di lingkungan
rumahnya. An. H juga sering nongkrong tidak jelas dengan teman sekolah
maupun teman di lingkungannya tersebut. An. H juga mengatakan pernah ikut-
ikutan tawuran dengan teman-teman sekolahnya. An. H mengatakan sudah
memiliki teman dekat wanita (pacar).
30. Stressor Jangka Panjang :
Ibu R mengeluhkan biaya sekolah ketiga anaknya yang semakin mahal,
terlebih lagi tahun ini anak keduanya yaitu An. F akan lulus dari SD dan akan
memasuki SMP.
31. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah :
Jika ada masalah, keluarga berupaya untuk mencari jalan keluar dari
masalah tersebut dengan jalan musyawarah. Keluarga meyakini kalau setiap
masalah ada jalan keluarnya, misalnya dengan meminta bantuan dari orang tua
dan tetangga yang terdekat.
32. Strategi Koping yang Digunakan :
Ibu R mengatakan selalu menyerahkan semua masalah yang terjadi
kepada Allah SWT tetapi tetap berusaha untuk mengatasi masalah yang ada.
33. Strategi Adaptasi Disfungsional :
Tidak ada.

g. Harapan Keluarga
Keluarga berharap dengan kedatangan perawat berkunjung ke rumahnya
adalah keluarga dapat mengetahui status kesehatan keluarga. Dengan demikian
keluarga berharap akan selalu berada dalam kondisi sehat lahir dan batin. Mereka
juga berharap akan banyak mendapatkan banyak pengetahuan tentang berbagai
macam jenis penyakit dan cara perawatannya.
h. Pemeriksaan Fisik
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (0C) (Kg) (cm)
1 Tn.M
130/90 86 21 36,7 68 172
(43 tahun)
Keluhan/RPS Tidak memiliki keluhan fisik
Riwayat Tn.M mengatakan
penyakit
dahulu
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik, memakai kacamata jika membaca.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung
lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal, pernafasan 21 x/menit, tactil fremitus
sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan
tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat datar dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 10x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, tidak
ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama 0
(mmHg) (x/menit) (x/menit) ( C) (Kg) (cm)
2 Ibu. R
110/70 82 19 36,8 48 154
(41 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung
lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 19
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 9x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis,
tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam
baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (0C) (Kg) (cm)
3 An.R
120/80 88 20 36,5 51 156
(17 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung
lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal, pernafasan 20 x/menit, tactil fremitus
sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan
tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 9x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada
lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama 0
(mmHg) (x/menit) (x/menit) ( C) (Kg) (cm)
4 An.R
110/80 91 21 36,8 36 139
(12 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung
lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 21
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 8x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis,
tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam
baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (0C) (Kg) (cm)
5 An.D
110/70 92 22 36,9 31 134
(1 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan
benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis
simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2 mm,
reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak
ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung
lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat
pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat
bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa
ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi batas
jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta tidak
terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 22
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya
(tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba,
bising usus terdengar 8x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban
dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan,
refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada
lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.

Kesimpulan hasil pemeriksaan fisik :


Tn.M :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak memiliki kelainan pada
pemerikasaan fisiknya, Bp. R tidak mengeluhkan keadaan fisiknya, tidak merokok, aktif
berkegiatan, tidak ada riwayat penyakit keturunan.
Ibu R :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak memiliki kelainan pada
pemerikasaan fisiknya, Ibu R tidak mengeluhkan keadaan fisiknya, tidak merokok, aktif
berkegiatan, tidak ada riwayat penyakit keturunan.
An.R
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh seimbang, tidak
meiliki keluhan fisik, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan.
An.R
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh seimbang, tidak
meiliki keluhan penyakit, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan.
An.D
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur tubuh kurus, tidak meiliki
keluhan fisik, tidak ada riwayat pengobatan dalam 3 bulan.

3.3 Analisa Data


No. Data Etiologi Problem
1. DS : Ketidak mampuan Ketidakefektifan
- Ibu. R mengatakan dirumahnya keluarga mengenal performa peran
tidak ada peraturan yang jelas masalah tentang remaja An.R
tentang apa saja tugas setiap tugas dan fungsi keluarga Tn.M
anggota keluarga. perkembangan
- An.R mengatakan tidak keluarga dengan
mengetahui tugas anak remaja.
perkembangan maupun
tanggung jawabnya sebagai
remaja.
- An.R mengatakan sebelumnya
tidak pernah mendapatkan
informasi mengenai tugas
perkembangan maupun
tanggung jawabnya sebagai
remaja.
- Ibu. R mengatakan urusan
anaknya lebih banyak
diserahkan kepada ibunya

DO :
- An.R marupakan anak pertama
dalam keluarga.
- An.R berusia 14 tahun, berada
pada masa remaja awal.
- Dirumahnya tidak ada yang
mengajarkan peran dan
tanggung jawab kepada remaja
(An.R)
2. DS : Ketidak mampuan Ketidakefektifan
- Ibu. R mengatakan urusan keluarga mengenal koping keluarga
anaknya lebih banyak masalah tentang Tn.M
diserahkan kepada ibunya pentingnya
- Ibu. R mengatakan An.R lebih komunikasi efektif
suka menghabiskan waktunya antara orang tua
didalam kamar dari pada dan remaja.
berkumpul dengan keluarga
- Ibu. R mengatakan Tn.M
memang agak keras untuk
mendidik anak-anaknya
- An.R mengakui tidak pernah
menceritakan masalah yang
dihadapinya pada orang tua
- An.R mengatakan kadang
percakapan dengan orang tua
akan berakhir dengan
ketegangan
- An.R mengatakan lebih suka
menceritakan masalahnya
kepada teman-temannya
debandingkan kepada orang tua
ataupun keluarganya yang lain.

DO :
- Tn.M sibuk bekerja dan jarang
menyempatkan berbicara
kepada anaknya.
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan performa peran remaja An.R keluarga Tn.M b/d ketidak
mampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas dan fungsi perkembangan
keluarga dengan anak remaja.
2. Ketidakefektifan koping keluarga Tn.M b/d ketidak mampuan keluarga mengenal
masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dan remaja.
3.5 Scoring/ Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah
1. Diagnosa : Ketidakefektifan performa peran remaja An.R keluarga Tn.M b/d
ketidak mampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas dan fungsi
perkembangan keluarga dengan anak remaja.

Kriteria SKOR Hasil Pembenaran


SIFAT MASALAH Saat ini An.R masih
(bobot = 1) dalam tahap
- Tidak sehat 3 3/3 x 1 = 1 perkembangan remaja
- Ancaman kesehatan 2 yang membutuhkan
- Krisis atau keadaan 1 perhatian dan komunikasi
sejahtera yang efektif dalam
mengungkapkan
masalahnya. Orang tua
biasanya hanya
menanyakan kemana
An.R pergi dan kadang
memarahi jika ada
masalah dengan sekolah.
KEMUNGKINAN An.R masih dapat diajak
MASALAH DAPAT berkomunikasi dan
DIUBAH (bobot = 2) menurut pada orang
- Dengan mudah 2 2/2 x 2 = 2 tuanya, melalui
- Hanya sebagian 1 pendekatan komunikasi
- Tidak dapat 0 yang efektif akan
pengenalan peran dan
tanggung jawab remaja
maka penerapan peran
pada remaja di keluarga
Tn.M akan efektif.
POTENSIAL Adanya perhatian yang
MASALAH DAPAT baik dari orang tua dan
DICEGAH (bobot = 1) saudara An.R akan
- Tinggi 3 1/3 x 1 = perkembangan peran dan
- Cukup 2 1/3 tanggung jawabnya.
- Rendah 1
MENONJOLKAN Keluarga mengatakan ada
MASALAH (bobot = 1) masalah dan segera perlu
- Masalh berat, harus 2 2/2 x 1 = 1 ditangani karena mereka
segera ditangani takut anaknya tidak bisa
- Ada masalah, tapi 1 penerapkan peran dan
tidak perlu segera tanggung jawab remaja di
ditangani keluarga.
- Masalah tidak 0
dirasakan
Total 4 1/3

3. Diagnosa : Ketidakefektifan koping keluarga Bp.R b/d ketidak mampuan keluarga


mengenal masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dan
remaja.
Kriteria SKOR Hasil Pembenaran
SIFAT MASALAH Timbul mekanisme
(bobot = 1) koping negatif baik pada
- Tidak sehat 3 3/3 x 1 = 1 orangtua, keluarga
- Ancaman kesehatan 2 maupun remaja karena
- Krisis atau keadaan 1 kurangnya kualitas
sejahtera komunikasi antara
mereka.
KEMUNGKINAN Pola komunikasi antara
MASALAH DAPAT remaja dan orang tua
DIUBAH (bobot = 2) merupakan suatu proses
- Dengan mudah 2 2/2 x 2 = 2 yang harus dimulai dan
- Hanya sebagian 1 dijaga
- Tidak dapat 0 keberlangsungannya,
keluarga sudah
memberikan respon
positif dengan bertanya
cara komunikasi yang
baik dengan remaja.
POTENSIAL Keluarga sudah
MASALAH DAPAT mengetahui stressor dan
DICEGAH (bobot = 1) cara mencegahnya.
- Tinggi 3 3/3 x 1 = 1
- Cukup 2
- Rendah 1
MENONJOLKAN Keluarga menganggap
MASALAH (bobot = 1) masalah terjadi tetapi
- Masalah berat, harus 2 1/2 x 1 = tidak menjadikan masalah
segera ditangani 1/2 ini prioritas utama.
- Ada masalah, tapi 1
tidak perlu segera
ditangani
- Masalah tidak 0
dirasakan
Total 4½

3.6 Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan koping keluarga Tn.M b/d ketidak mampuan keluarga mengenal
masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dan remaja.
2. Ketidakefektifan performa peran remaja An.R keluarga Tn.M b/d ketidak
mampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas dan fungsi perkembangan
keluarga dengan anak remaja.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga
disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu
tertentu.Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi
agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota
keluarga.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat

4.2 Saran
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan keluarga melalui
penyuluhan mengenai peran anggota keluarga dan perkembangan keluarga sesuai
jenjang merupakan langkah yang tepat dilakukan guna mencapai kebutuhan kesehatan
keluarga yang optimal.Upaya ini perlu dikembangkan dan ditingkatkan, untuk itu
perlu dukungan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap kesehatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2012. Laporan situasi kependudukan dunia tahun 2012. Jakarta

Santrock, J. W. 2007. Perkembangan anak edisi kesebelas jilid 2. Jakarta: Erlangga

Setiadi. 2008. Konsep dan proses keperawatan keluarga edisi pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Slameto. 2006. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Mubarak, dkk. 2009. Ilmu keperawatan komunitas: konsep dan aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika

Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: CV Pustaka Setia

Wong, D. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Sarwono. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

ners.unair.ac.id/materikuliah/askep%20remaja%20new.pdf

Anda mungkin juga menyukai