Anda di halaman 1dari 16

EVALUASI PROGRAM

PROMOSI KESEHATAN

Disusun oleh : Kelompok 5

1. Atika P05170018006
2. Holvia Hastuti P05170018014
3. M. Riski Ilahi P05170018020
4. Rahmat Refaldo P05170018026
5. Siska Rahmadania P05170018032
6. Vani Safitri P05170018038
7. Yolanda Prastika P05170018044

PROGRAM SARJANA TERAPAN

PROGRAM STUDI PROMOSI KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BENGKULU


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan nikmat-Nya penyusun telah mampu menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Program Promosi
Kesehatan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik serta saran yang membangun agar
dalam menyusun sebuah makalah dapat lebih baik lagi.

Bengkulu, 09 Februari 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi (monev) yang diselenggarakan


dimaksudkan sebagai suatu kegiatan penilaian dan observasi antara peraturan
yang telah ditetapkan, serta untuk memastikan dan mengendalikan keserasian
pelaksanaan program dan kegiatan dengan perencanaan yang telah ditetapkan
dalam rencana.
Melalui monitoring dan evaluasi program tersebut diharapkan dapat
meningkatkan efesiensi dan efektiftas kinerja. Selain itu untuk meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan program dan kegiatan. Monitoring
dilakukan untuk mengamati perkembangan pelaksanaan rencana
pembangunan; mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang
muncul untuk diambil tindakan antisipatif, berupa koreksi atas penyimpangan
kegiatan; akselerasi atas keterlambatan pelaksanaan kegiatan; dan klarifikasi
atas ketidakjelasan pelaksanaan rencana.
Sementara itu, proses evaluasi dilakukan untuk mengetahui dengan
pasti tingkat pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam
pelaksanaan rencana pembangunan untuk selanjutnya dijadikan masukan
untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan selanjutnya.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Evaluasi mutu?
2. Apa yang dimaksud dengan evaluasi program?
3. Apa saja jenis dan model evaluasi program?
4. Bagaimana perhitungan efektifitas dan efisiensi program?
5. Apa saja jenis-jenis penelitian dan monitoring?
3. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Evaluasi mutu?


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi program?
3. Untuk mengetahui apa saja jenis dan model evaluasi program?
4. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan efektifitas dan efisiensi
program?
5. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis penelitian dan monitoring?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Evaluasi Mutu

Evaluasi adalah proses untuk mengidentifikasi masalah,


mengumpulkan data dan menganalisis data, menyimpulkan hasil yang telah
dicapai, menginterpretasikan hasil menjadi rumusan kebijakan, dan
menyajikan informasi (rekomendasi) untuk pembuatan keputusan berdasarkan
pada aspek kebenaran hasil evaluasi.
Penilaian (Evaluasi) merupakan tahapan yang berkaitan erat dengan
kegiatan monitoring, karena kegiatan evaluasi dapat menggunakan data yang
disediakan melalui kegiatan monitoring. Dalam merencanakan suatu kegiatan
hendaknya evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan, sehingga dapat
dikatakan sebagai kegiatan yang lengkap. Evaluasi diarahkan untuk
mengendalikan dan mengontrol ketercapaian tujuan. Evaluasi berhubungan
dengan hasil informasi tentang nilai serta memberikan gambaran tentang
manfaat suatu kebijakan. Istilah evaluasi ini berdekatan dengan penafsiran,
pemberian angka dan penilaian. Evaluasi dapat menjawab pertanyaan “Apa
pebedaan yang dibuat”. (William N Dunn : 2000).
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah program itu mencapai
sasaran yang diharapkan atau tidak, evaluasi lebih menekankan pada aspek
hasil yang dicapai (output). Evaluasi baru bisa dilakukan jika program itu
telah berjalan dalam suatu periode, sesuai dengan tahapan rancangan dan jenis
program yang dibuat dan dilaksanakan, misalnya disekolah, untuk satu
caturwulan atau enam bulan atau satu tahun pelajaran.
Evaluasi dalam Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality
Management-TQM) adalah sistem evaluasi yang dirancang, dikembangkan, dan
diselenggarakan secara komprehensif dan berkelanjutan, dengan secara optimal
memanfaatkan sumber daya sekolah guna meningkatkan dan menjamin mutu
keluaran, proses penyelenggaraan dan masukan sekolah.
2. Pengertian Evaluasi Program
Program adalah sekumpulan kegiatan yang terencana dan tersistem.
Program terdiri dari komponen-komponen meliputi: tujuan, sasaran, criteria
keberhasilan, jenis kegiatan, prosedur untuk melaksanakan kegiatan, waktu
untuk melakukan kegiatan, komponen pendukung seperti fasilitas, alat dan
bahan, serta pengorganisasian.
Dari beberapa definisi di atas, evaluasi program merupakan satu
metode untuk mengetahui dan menilai efektivitas suatu program dengan
membandingkan kriteria yang telah ditentukan atau tujuan yang ingin dicapai
dengan hasil yang dicapai. Hasil yang dicapai dalam bentuk informasi
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan keputusan dan
penentuan kebijakan. Jenis evaluasi yang akan digunakan sangat tergantung
dari tujuan yang ingin dicapai lembaga, tahapan program yang akan dievaluasi
dan jenis keputusan yang akan diambil.
Dengan demikian Evaluasi Program adalah proses untuk
mengidentifikasi, mengumpulkan fakta, menganalisis data dan
menginterpretasikan, serta menyajikan informasi untuk pembuatan keputusan
bagi pimpinan. Evaluasi program dilaksanakan secara sistematik seiring
dengan tahapan (waktu pelaksanaan) program untuk mengetahui ketercapaian
tujuan, dan memberikan umpan balik untuk memperbaiki program.

3. Jenis dan Model Evaluasi Program


Evaluasi program biasanya dilaksanakan pada tingkat yang berbeda
dari perencanaan dan implementasi program. Evaluasi program bisa mencakup
beberapa jenis, seperti (needs assessment, akreditasi, analisis
biaya/keuntungan, efektivitas, efisiensi, formatif, sumatif, berbasis tujuan,
berbasis masalah, proses, hasil, dan seterusnya) Jenis evaluasi yang diperlukan
untuk meningkatkan program tergantung pada apa yang dinginkan untuk
dikaji atau dipelajari.
Pada umumnya, terdapat dua kategori utama evaluasi pengembangan
program/proyek: Evaluasi formatif (evaluasi proses), menguji perkembangan
dari program yang dapat menggiring pada perubahan dengan catatan, bahwa
program terstrukturisasi dan terlaksana. Jenis evaluasi ini sering disebut juga
dengan evaluasi sementara (interim evaluation). Salah satu jenis evaluasi
formatif yang paling umum digunakan adalah evaluasi jangkah menengah
(midterm evaluation).
Secara umum, evaluasi formatif merupakan proses yang ber orientasi
dan melibatkan pengumpulan informasi secara sistematis untuk menunjang
pengambilan keputusan selama masa perencanaan maupun implementasi
program. Proses tersebut biasanya fokus pada kegiatan operasional, namun
bisa juga mengambil sudut pandang yang lebih luas dan memungkinkan untuk
memberikan beberapa pertimbangan yang memiliki pengaruh jangka panjang.
Evaluasi sumatif (disebut juga dengan evaluasi perolehan atau
dampak), membahas serangkaian pokok masalah. Jenis evaluasi ini melihat
apa yang sebenarnya telah dicapai atau di-laksanakan oleh program dalam
kaitannya dengan tujuan yang telah ditetapkan. Terdapat dua jenis evaluasi
sumatif yang dapat dijelaskan disini:1. Evaluasi akhir, yang bertujuan untuk
menentukan situasi ketika bantuan eksternal berakhir dan untuk meng iden-
tifikasi kebutuhan menindaklanjuti kegiatan, baik oleh lembaga donor mau
pun personalia program.2. Evaluasi ex-post, yang dilaksanakan dua–lima
tahun setelah dukungan eksternal telah berakhir. Tujuan utama jenis evaluasi
ini adalah untuk menilai apa saja dampak terakhir dari pelaksanaan program
yang telah atau mungkin tercapai, dan untuk me ringkas pelajaran yang dapat
diambil dari pengalaman melaksanakan program.
Model evaluasi berbeda-beda dari segi tingkat keluasan perolehan atau
dampak yang mampu diidentifikasi dan dibuktikan oleh program, serta
menghubungkan keduanya dengan intervensi-intervensi program. Dalam
istilah evaluasi, hal ini disebut dengan kesulitan atau validitas ilmiah
(scientific rigor or validity) tentang model. Di sini, terdapat beberapa model
evaluasi. Bagian berikut membahas dua model evaluasi yang digunakan secara
umum, yaitu model evaluasi pretes-postes dan model evaluasi kelompok
perbandingan.
a. Model Pre-Post Test
Asumsi dasar dari model ini adalah tanpa intervensi keadaan
sebelum diterapkannya program akan terus berlangsung seperti
sebelumnya. Sebagai hasil dari intervensi, keadaan tersebut pada saat yang
di tentukan akan mengalami perubahan. Oleh karena itu, suatu ke adaan
harus diukur terlebih dahulu sebelum dimulainya program dan mengulangi
kembali pengukuran tersebut setelah program selesai. Perbedaan atau
perubahan antara kedua fase (sebelum dan sesudah pelaksanaan program)
ter sebut dapat dijadikan sebagai alasan bagi perlunya intervensi program.
b. Model Kelompok Perbandingan,
Model evaluasi ini menilai hasil suatu program atau dampaknya
melalui perbandingan antara hasilnya proyek pada dua kelompok yang
sebanding pada periode waktu yang sama (misalnya akhir tahap
pelaksanaan program). Kelompok pertama mewakili penerima manfaat
program dan kedua mewakili kelompok yang tidak menerima manfaat.
Untuk mengontrol kerancuan desain, kedua kelompok harus memiliki
karakteristik yang sama dalam banyak aspeknya (seperti status sosial
ekonomi, keseimbangan gender, pendidikan, serta aspek-aspek yang lain).
Perbedaan antara dua kelompok tersebut dapat dikaitkan dengan intervensi
program.
Model evaluasi ialah model desain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli
atau pakar-pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya
atau tahap pembuat-annya. Ada banyak model evaluasi yang dikembangkan
oleh para evaluator untuk mengevaluasi suatu program.
a. Model Evaluasi CIPP
Stufflebeam adalah ahli yang mengusulkan pendekatan yang
berorientasi kepada pemegang keputusan (a decision oriented evaluation
approach structured) untuk menolong administrator membuat keputusan.
Ia merumuskan evaluasi sebagai “Suatu proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai
alternatif keputusan” (Stufflebeam, 1973 dalam Farida Yusuf, 2000).
1) Context evaluation to serve planning decision. Konteks evaluasi ini
membantu merencanakan untuk memutuskan tujuan yang akan dicapai
2) Input evaluation, structuring decision. Evaluasi ini menolong mengatur
keputusan,tentang pemegang kepentingan, strategi yang digunakan,
keuangan atu pembiayaan program, cakupan program dan pelaksanaan
penelitian. Alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk
mencapai kebutuhan. Bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.
3) Process evaluation, to serve implementing decision. Evaluasi proses
untuk membantu mengembangkan program, mengimplementasikan
keputusan. Sampai sejauh mana rencana telah diterapkan? Apa yang
harus direvisi?. Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat
dimonitor, dikontrol, dan diperbaiki.
4) Product evaluation, to serve recycling decision. Evaluasi produk untuk
menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai?
Apakah program yang dilaksanakan efektif, transparan, kelanjutan
program serta kesesuaian program.
Gilbert Sax (1980) memberikan masukan pada evaluator dalam
mempelajari tiap-tiap komponen pada program yang dievaluasi. Model ini
sekarang disempurnakan dengan satu komponen O ( outcome/s ), sehingga
menjadi model CIPPO. Model CIPP hanya berhenti pada mengukur output
(product), sedangkan CIPPO sampai ke implementasi dari product.

b. Model Evaluasi UCLA


Alkin (1969) menulis tentang kerangka kerja evaluasi yang hampir
sama dengan model CIPP. Alkin mendefinisikan evaluasi sebagai suatu
proses meyakinkan keputusan, memilih informasi yang tepat,
mengumpulkan, dan menganalisis informasi sehingga dapat melaporkan
ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih
beberapa alternatif. Ia mengemukakan lima macam evaluasi, yakni:
1) Sistem assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan atau
posisi sistem.
2) Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang
mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program.
3) Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah program
sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang
direncanakan.
4) Program improvement, yang memberikan informasi tentang
bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, atau
berjalan? Apakah menuju pencapaian tujuan, adakah hal-hal atau
masalah-masalah baru yang muncul tak terduga?
5) Program certification, yang memberi informasi tentang nilai atau guna
program.
Ciri dari CSE-UCLA adalah adanya lima tahapan yang dilakukan
dalam evaluasi program yaitu : perencanaan, pengembangan,
implementasi, hasil, dan dampak. Fernandes (1984) memberikan
penjelasan dan menyempurnakan model ini menjadi empat tahap, yaitu :
need assessment, program planning, formatif evaluation, dan summative
evaluation.

c. Model Evaluasi Brinkerhoff


Setiap desain evaluasi umumnya terdiri atas elemen-elemen yang
sama, ada banyak cara untuk menggabungkan elemen tersebut, masing-
masing ahli atau evaluator mempunyai konsep yang berbeda dalam hal ini.
Brinkerhoff & Cs. (1983) mengemukakan enam langkah evaluasi program
pengembangan sumberdaya manusia (HRD Evaluation).

d. Model Stakeatau Model CountenanceStake (1967)


Analisis proses evaluasi yang dikemukakannya membawa dampak
yang cukup besar dalam bidang ini dan meletakkan dasar yang sederhana
namun merupakan konsep yang cukup kuat untuk perkembangan yang
lebih jauh dalam bidang evaluasi. Stake menekankan adanya dasar
kegiatan dalam evaluasi ialah descriptions dan judgement dan
membedakan adanya tiga tahapan dalam program pendidikan, yaitu:
Antecendents (Context), Transaction (Process), dan Outcomes (Output).
Matrix Description menunjukkan Intents (Goals) dan Observation
(Effects) atau yang sebenarnya terjadi. Judgements mempunyai dua aspek,
yaitu Standard dan Judgement.
Stake mengatakan bahwa apabila kita menilai suatu program
pendidikan kita, melakukan perbandingan yang relatif antara satu program
dengan yang lain, atau perbandingan yang absolut (satu program dengan
standard). Penekanan yang umum atau hal yang penting dalam model ini
ialah bahwa evaluator yang membuat penilaian tentang program yang
dievaluasi.
Stake mengatakan bahwa description di satu pihak berbeda dengan
judgement atau menilai. Dalam model ini, antecendents (masukan),
transaction (proses), dan outcomes (hasil) data dibandingkan tidak hanya
untuk menentukan apakah ada perbedaan tujuan dengan keadaan yang
sebenarnya, tetapi juga dibandingkan dengan standar yang absolut, untuk
menilai manfaat program. Stake mengatakan bahwa tak ada penelitian
dapat diandalkan apabila tidak dinilai.

e. Model Evaluasi Metfessel dan Michael


Model Evaluasi Metfessel dan Michael meliputi delapan unsur
dalam pelaksanaannya yaitu:
1) Keterlibatan masyarakat (envalvement of the community) yakni :
orangtua, ahli-ahli pendidikan dan peserta didik.
2) Pengembangan tujuan dan memilih tujuan menurut skala prioritas.
3) Menterjemahkan tujuan menjadi bentuk tingkah laku dan
mengembangkan pengajaran.
4) Mengembangkan metode untuk mengukur dan mengevaluasi
pencapaian tujuan.
5) Menyusun dan mengadministrasi ukuran untuk mengevaluasi
pencapaian tujuan.
6) Menganalisis hasil pengukuran.
7) Menginterpretasi danmengevaluasi data.
8) Menyusun rekomendasi untuk mengembangkan pengajaran. Metode
ini dilengkapi dengan instrumen pengumpulan data, lengkap dengan
kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi sebuah
proyek/kegiatan program

4. Perhitungan Efektifitas Dan Efisiensi Program


Ada sejumlah dimensi program yang saling terkait untuk mengukur
keberhasilan, yaitu: efektivitas, efisiensi, relevansi, dampak, dan
keberlanjutan. Berikut adalah ringkasan reviewsetiap dimensi tersebut:
a. Efektivitas
Efektivitas dalam istilah sederhana adalah ukuran mengenai derajat
tujuan program yang secara resmi dinyatakan dapat dicapai. Untuk
membuat ukuran seperti ini dan kemungkinan verifikasinya, maka tujuan
program harus didefinisikan dengan jelas dan realistis. Sering, para
evaluator harus berurusan dengan tujuan yang sangat umum dan tidak
jelas, yang menyebabkan mereka sulit untuk menilai: “kondisi organisasi
yang diperbaiki”, “perilaku organisasi yang ditingkatkan” atau tujuan yang
tidak realistis (dibandingkan dengan sumber daya yang dialokasikan,
waktu, atau tingkatan kegiatan).
Dalam situasi seperti itu, pengukuran efektivitas dapat diperkirakan
akan menjadi sulit. Evaluator harus bekerja dengan staf program untuk
mencoba mengoperasionalkan tujuannya berdasarkan dokumen yang ada
dan menjadikan tujuan yang jelas dan realistis sebagai titik acuan dalam
mengukur efektivitas.
b. Efisiensi
Efisiensi adalah ukuran hubungan ekonomi antara input yang
dialokasikan dan output program yang dihasilkan dari input tersebut
(yaitu, efektivitas biaya program).
Efisiensi adalah ukuran produktivitas suatu program, yaitu sampai
dimana tingkat output yang dicapai berasal dari biaya yang diterima. Hal
ini termasuk penggunaan secara efisien sumber daya keuangan, manusia
dan material. Dengan kata lain, efisiensi menanyakan apakah penggunaan
sumber daya tersebut bila dibandingkan dengan keluaran (output) program
adalah dapat dibenarkan?

5. Komponen Program, Kerangka Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi merupakan komponen integral dari siklus
manajemen program, proyek, dan/atau organisasi. Aplikasi pada semua
tingkatan siklus, monitoring dan evaluasi dapat membantu memperkuat desain
program, memperkaya kualitas intervensi program, meningkatkan
pengambilan keputusan, dan meningkatkan pembelajaran. Demikian juga,
kekuatan desain program dapat meningkatkan kualitas monitoring dan
evaluasi.
Monitoring dan Evaluasi merupakan komponen perencanaan yang juga
sangat penting,sebagai tools yang mengontrol kinerja perencanaan yang
dilakukan di suatu wilayah terntentu. Suatu program ataupun proyek
perencanaan pada dasarnya memiliki tujuan umum dan pengaturan aktivitas
yang sangat kompleks. Hal tersebut yang seharus dilakukan monitoring dan
evaluasi sehingga hasil yang didapatkan lebih maksimal.
Monitoring dan evaluasi mengekstraksi informasi yang relevan dari
masa lalu, aktivitas yang sedang dilakukan saat ini yang dapat dijadikan basis
data untuk program dan orientasi perencanaan dimasa yang akan datang.
Monitoring merupakan suatu kegitan yang dilakukan di selama proses
perencanaan tersebut dilakukan. Monitoring merupakan suatu kegiatan
pemantauan penyelesaian suatu proyek dimana didalamnya terdapat review
terhadap keberhasian tujuan yang ingin dicapai dan yang digunakan sebagai
dasar input kegiatan berikutnya.
Sedangkan, evaluasi sendiri merupakan kegiatan yang dilakukan
diakhir proses perencanaan dimana kegiatan yang dilakukan berupa review
dari kegiatan tersebut dimana komponen yang sangat diperhatikan adalah
output, outcome dan kesesuaian tujuan dengan implementasi yang dilakukan
oleh perencana. Tujuan dilakukannnya monitoring dan evaluasi adalah untuk
melakukan review progres kegiatan yang dilaksanakan.
6. Jenis-Jenis Penelitian dan Monitoring
Menurut Suryana dalam Daman (2012) teknik yang digunakan dalam
kegiatan monitoring adalah observasi, wawancara, angket, Forum Group
Discussion (FGD), dan PERT (Program Evaluation Research Task) and CPM
(Critical Path Method).
1) Observasi
Observasi adalah kunjungan ke tempat kegiatan secara langsung,
sehingga semua kegiatan yang sedang berlangsung atau obyek yang ada
diobservasi dan dilihat. Semua kegiatan dan obyek yang ada serta kondisi
penunjang yang ada mendapat perhatian secara langsungdari observer.
Kelebihan dari metode ini adalah peneliti dapat mengamati secara
langsung realitas yang terjadi, sehingga dapat memperoleh informasi yang
mendalam.
Namun metode ini kurang dapat mengamati suatu fenomena yang
lingkupnya lebih luas, terkait dengan keterbatasan pengamat. Kemampuan
pengamat juga sangat menentukan kualitas data yang diperoleh.
Kekurangan ini dapat diatasi dengan membuat lembar observasi dan
kriteria yang rinci. Jika pengamat lebih dari seorang, perlu ada penyamaan
pandangan tentang objek yang diamati sehingga ada kesamaan kriteria
pengamatan. (Moerdiyanto, 2004).
2) Wawancara
Wawancara adalah cara yang dilakukan bila monitoring ditujukan
kepada seseorang. Instrumen wawancara adalah pedoman wawancara.
Wawancara itu ada dua macam, yaitu wawancara langsung dan tidak
langsung.Menurut Moerdiyanto (2004) metode pengumpulan data dengan
wawancara memiliki kelebihan dankekurangan. Pewawancara dapat
melakukan improvisasi untuk memperoleh jawaban lebih detail dan
menggali jawaban lebih mendalam. Pengumpulan dengan cara ini dapat
digunakan untuk memperoleh data dari semua lapisan masyarakat, mulai
dari yang buta huruf sampai yang berpendidikan tinggi. Namun, dapat juga
karena terlalu mendalam data yang diperoleh, akan menjadi agak jauh dari
tujuan penelitian yang utama.

3) Angket
Angket adalah teknik yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pertanyaantertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara
mengumpulkandata dimana responden menjawab pertanyaanyang telah
disusun sebelumnya, dengan menggunakan alat yang berupa daftar
pertanyaan. Menggunakan metode ini dapat dikumpulkan data yang lebih
banyak dalam waktu relative cepat.
4) Forum Group Discussion (FGD)
FGD adalah proses menyamakan persepsi melalui urun rembug
terhadap sebuah permasalahan atau substansi tertentu sehingga diperoleh
satu kesamaan (frame) dalam melihat dan mensikapi hal-hal yang
dimaksud.
5) PERT (Program Evaluation Research Task) and CPM (Critical Path
Method)
PERT adalah suatu metode yang bertujuan untu sebanyak mungkin
mengurangi adanya penundaan, maupu gangguan produksi, serta
mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh
dan menpercepat selesainya proyek.
Sedangkan CPM adalah suatu metode perencanaan dan
pengendalian proyek-proyek yang merupakan sistem yang paling banyak
digunakan di antara semua sistem yang paling banyak digunakan di antara
semua sistem yang memakai prinsip pembentukan jaringan.Teknik-teknik
monitoring yang ada di atas tentunya mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Penggunaan teknik yang paling tepat dalam
suatu kegiatan monitoring adalah disesuaikan dengan kondisi program
yang ada, karena pada dasarnya tidak ada teknik yang paling baik, teknik
di atas bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi yang merealisasi atau mengimplementasi dari
suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi
dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan
keputusan. Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan
program yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan
sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan
pengambilan keputusan berikutnya. Evaluasi  sama artinya dengan kegiatan
supervisi. Kegiatan evaluasi/supervisi dimaksudkan untuk mengambil keputusan
atau melakukan tindak lanjut dari program yang telah dilaksanakan. Manfaat dari
evaluasi program dapat berupa penghentian program, merevisi program,
melanjutkan program, dan menyebarluaskan program.

Anda mungkin juga menyukai