Anda di halaman 1dari 4

Bab II

Landasan Teori

A. Landasn Teori
1. Hakikat Kemandirian
Steinberg (2002) mengatakan kemandirian adalahkemampuan individu dalam
bertingkah laku, merasakan sesuatu, dan mengambil keputusan berdasarkan
kehendaknya sendiri. Mandiri merupakan salah satu ciri utama kepribadian yang
dimiliki oleh seseorang yang telah dewasa dan matang.
Monks (2006) mengatakan bahwa orang yang mandiri akan
memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan,
percayadiri, dan kreatif. Selain itu juga mampu bertindak kritis, takut berbuat
sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan aktifitasnya, dan mampu
menerimarealitas. Kebutuhan untuk memiliki kemandirian dipercaya sebagai hal
yang penting dalam memperkuat motivasi individu,
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan kemandirian adalah
kebutuhan untuk bebas dari dominasi orang lain. Kebutuhan ini meliputi perilaku-
perilaku yang ditujukan untuk meraih kebebasan membuat pilihan, bergantung pada
diri sendiri, mencapai tujuan-tujuan tanpa bantuan dari orang lain dan lebih
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

2. Hakikat Pandangan Orangtua Terhadap Penculikan


Kesimpulan dari pembahasan adalah faktor tindak pidana penculikan anak
adalah faktor dari segi pelaku itu sendiri yang meliputi karena adanya faktor
ekonomi, karena adanya faktor dendam, karena adanya faktor lingkungan sedangkan
faktor dari segi korban adalah orang tua kadang kala selalu memanjakan si anak
dengan Kalau diteliti lebih lanjut, ternyata ada berbagai motif yang bisa
melatarbelakangi terjadi penculikan ini, misalnya motif ekonomi, perebutan hak asuh
anak, kelainan prilaku, balas dendam, sosial, politik, dan lain sebagainyaDalam
hukum pidana, penculikan adalah penyimpangan yang melanggar hukum dan
pengurungan seseorang terhadap kehendaknya. Dengan demikian, penculikan adalah
kejahatan gabungan. Ini juga dapat didefinisikan sebagai penjara palsu dengan cara
penculikan, keduanya merupakan kejahatan terpisah yang ketika dilakukan secara
bersamaan pada orang yang sama bergabung sebagai satu-satunya kejahatan
penculikan.
Unsur penculikan biasanya tetapi tidak harus dilakukan dengan kekuatan atau
ketakutan. Artinya, pelaku dapat menggunakan senjata untuk memaksa korban
masuk ke dalam kendaraan, tetapi masih menculik jika korban tertarik untuk
memasuki kendaraan dengan sukarela, misalnya, dengan keyakinan itu adalah
taksi.Penculikan dapat dilakukan untuk menuntut tebusan sebagai ganti melepaskan
korban, atau untuk tujuan ilegal lainnya. Penculikan dapat disertai dengan cidera
tubuh yang meningkatkan kejahatan untuk penculikan yang diperburuk
3. Penerapan Persepsi Orangtua Terhadap Kasus Penculikan
Kepada Anak
a. Pengertian Persepsi\
Menurut Konentjaraningrat (2011: 99)pendapat bahwa presepai adalah seluruh proses akal
manusia yang sadardalam menggambarkan tentang lingkungan sekitar .
b. Pengertian Orangtua
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional dalam Evitasari (2012: 17)bahwa “ orang tua
adalah ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai,ahli, dan sebagainya)
sebagai orang yang dihormati dan disegani.
Menurut Hadikusumo dalam Evitasari menyatakan bahwa ornag tua adalah pendidik
menurut kodrat yakni pendidik pertama dan utama karena secara kodrati anak manusia
dilahirkan oleh orang tuanya (ibunya) dalam keadaan tidak berdaya. Pengertian Kekerasan
Terhadap Anak.
Menurut Douglas dan Frances Chaput Waksler(dalam Fashri, 2007: 27:28), kekerasan
merupakan gambaran tindakan terbukajuga tertutup, bersifa menyerang dan bertahan, yang
disertai kekuatan atas oranglain”

B. Penelitian Relavan
Kekerasan terhadap anak adalah perbuatan disengaja yang menimbulkan
kerugian atau bahaya terhadap anakanak secara fisik maupun emosional. Sementara
itu.
Terjadinya kekerasan terhadap anak disebabkan berbagai faktor yang
mempengaruhinya, umumnya disebabkan oleh faktor internal yang berasal dari anak
sendiri maupun dari faktor eksternal yang berasal dari kondisi keluarga dan
masyarakat seperti, anak mengalami cacat tubuh, gangguan tingkah laku, autisme,
memiliki tempramen lemah, ketidaktahuan anak akan hak-haknya, dan anak terlalu
bergantung pada orang dewasa. Sedangkan apabila dari faktor keluarga yaitu,
kemiskinan keluarga, orangtua menganggur, penghasilan tidak cukup, banyak anak,
keluarga pecah, ketidaktahuan mendidik anak, harapan orangtua yang tidak realistis,
dan anak yang lahir di luar nikah.
Faktor eksternal meliputi banyak hal yaitu, kondisi lingkungan sosial yang
buruk, permukiman kumuh, tergusurnya tempat bermain anak, pandangan terhadap
nilai anak yang terlalu rendah, meningkatnya paham ekonomi upah, lemahnya
perangkat hukum dan tidak adanya mekanisme kontrol sosial yang stabil. Tapi sayang
sekali masyarakat pada umumnya tidak menyadari luasnya pengaruh kekerasan
terhadap anak tersebut, apabila anak sudah mengalami kekerasan maka anak tersebut
akan menghadapi resiko yaitu, usia yang lebih pendek, kesehatan fisik dan mental
yang buruk, masalah pendidikan (termasuk keluar dari sekolah), kemampuan yang
terbatas sebagai orang tua kelak, dan gelandangan.
Berdasarkan penjelasan diatas, sikap orangtua terhadap pemberitaankasus
kekerasan terhadap anak cenderung setuju dan dapat dilihat dari angket yang diberikan
oleh penulis bahwa banyak responden yang paham, dan setuju terhadap pemberitaan
kasus kekerasan anak dibawah umur. Hal ini tentunya akan berdampak baik bagi
kehidupan di lingkungan sekitar bahkan negara Indonesia apabila orangtua dapat
mendidik anaknya dengan kasih sayang dan kelembutan.

C. Kerangka Berpikir
Kategori cenderung setuju ini juga dapat dilihat dari tanggapan orangtua
yang setuju terhadap pemberitaan di media sehingga orangtua mendapatkan informasi
mengenai kasus kekerasan anak dibawah umur, sehingga orangtua dapat lebih pelarajan
dari pemberitaan tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas, sikap orangtua terhadap
pemberitaankasus kekerasan terhadap anak cenderung setuju dan dapat dilihat dari angket
yang diberikan oleh penulis bahwa banyak responden yang paham, dan setuju terhadap
pemberitaan kasus kekerasan anak dibawah umur. Hal ini tentunya akan berdampak baik
bagi kehidupan di lingkungan sekitar bahkan negara Indonesia apabila orangtua dapat
mendidik anaknya dengan kasih sayang dan kelembutan. Indikator pemahaman mengenai
Persepsi orangtua adalah pemahaman mengenai kekerasan anak dibawah umur
meliputi kekerasan fisik, mental, verbal, dan seksual. Pemahaman berasal dari kata
paham yang berarti tanggap, mengerti benar, pandangan, dan ajaran.Tujuan pemahaman
dari indikator ini adalah orangtua mampu tanggap dan mengerti terhadap kekerasan
anak dibawah umur yang berisikan delapan pertanyaan mengenai
Pemahaman terhadap kekerasan anak dibawah umur. anak dibawah umur, hal
ini terlihat dari skor angket yaitu orangtua yang tidak paham mengenai kasus
kekerasan terhadap anak dibawah umur yang terjadi di Kelurahan Rajabasa Raya
maupun melalui pemberitaan, selain itu mereka cenderung tidak paham mengenai
adanya peran dari orangtua langsung yang patut disalahkan karena terjadinya
kekerasan anak dibawah umur.
D. Hipotesis (Jika ada,bagi kuantitatif)

Anda mungkin juga menyukai