Disusun Oleh:
Siwi Aji Widhi Astuti (10515026)
Irin Safitri (10515029)
Yasmine Sophi Damayanti (10515031)
Arinda Nadia Prastuti (10515032)
Dewi Ayu Setiyaningsih (10515033)
Yosia Jaya Kosasih (10515035)
Harid Muhtadi (10515043)
2016
PENENTUAN KADAR Cu DALAM KAWAT TEMBAGA
A. Tujuan
Menentukan kadar tembaga dalam sampel kawat tembaga.
B. Teori Dasar
Titrasi iodometri adalah suatu metode analisis kuantitatif volumetrik yang
merupakan reaksi titrasi reduksimetri, yaitu melibatkan zat oksidator yang merupakan
analit dan zat reduktor yang merupakan titran. Titrasi iodometri banyak digunakan
untuk menganalisis konsentrasi zat-zat oksidator dalam air, salah satunya ion Cu2+.
Pada titrasi iodometri, titik akhir titrasi ditandai oleh muncul dan menghilangnya iod
elementer (I2) yang ditandai dengan perubahan warna. Titrasi iodometri merupakan
titrasi tidak langsung, karena I2 yang digunakan berasal dari suatu reaksi pendahuluan
antara titran, yaitu larutan Na2S2O3 dengan analit.
Pada percobaan ini, kawat tembaga dilarutkan terlebih dahulu dengan larutan
HNO3 berlebih. Pada saat pelarutan kawat tembaga harus dilakukan dalam ruang asam
karena akan menghasilkan gas NO2.
Cu(s) + 4HNO3(aq) → Cu(NO3)2(aq) + 2NO2(g) + 2H2O(l) (1)
Pada titrasi iodometri, pertama-tama ion Cu2+ direduksi menggunakan I- berlebih.
2Cu2+(aq) + 4I-(aq) → 2CuI(s) + I2(aq) (2)
Kelarutan I2 dalam air kecil, namun kelebihan I- akan meningkatkan kelarutan I2
dengan membentuk spesi (triiodida) I3- dan I2. Iod elementer kemudian dititrasi
menggunakan tiosulfat dengan indikator kanji.
2S2O32-(aq) + I2(aq) → S4O62-(aq) + 2I-(aq) (3)
Larutan kanji akan berinteraksi dengan I2 menghasilkan warna biru. Ketika
seluruh I2 telah bereaksi dengan tiosulfat, warna biru akan pudar menandakan titik
akhir titrasi. Titrasi I2 harus dilakukan sesegera mungkin karena I2 mudah menguap.
Selain itu, ion iodida dapat bereaksi dengan oksigen di udara.
4I-(aq) + O2(g) + 4H+(aq) → 2I2(aq) + 2H2O(l) (4)
Reaksi (4) dapat mengubah konsentrasi I2 yang terdapat di dalam larutan sebelum
digunakan untuk titrasi.
Sebelum digunakan, larutan tiosulfat harus dibakukan terlebih dahulu dengan
larutan standar dikromat. Pada proses pembakuan, ion dikromat direaksikan terlebih
dahulu dengan I- berlebih.
Cr2O72-(aq) + 14H+(aq) + 6I-(aq) → 2Cr3+(aq) + 3I2(aq) + 7H2O (l) (5)
Kelebihan I2 kemudian dititrasi menggunakan larutan tiosulfat menurut reaksi (5)
dengan indikator kanji.
E. Data Pengamatan
a. Pembakuan Larutan Na2SO4
Massa padatan K2Cr2O7 = 0,44 gram
Volume pengenceran larutan K2Cr2O7 = 100 mL
Volume larutan K2Cr2O7 tiap titrasi = 25 mL
Volume titrasi 1 = 22.4 mL
Volume titrasi 2 = 22.6 mL
b. Penentuan Kadar Cu dalam Kawat Tembaga
Massa kawat tembaga = 0.57 gram
Volume titrasi 1 = 22.4 mL
Volume titrasi 2 = 22.6 mL
F. Pengolahan Data
a. Pembakuan Larutan Na2S2O3
Persamaan reaksi yang terjadi:
Cr2O72- (aq) + 6 I– (aq) + 14 H+ (aq) 3 I2 (aq) + 2 Cr3+ (aq) + 7 H2O (l)
n K2Cr2O7 = 0,4400 gram / 294 gram.mol-1 = 0,00149 mol
n I2 = 3 x n K2Cr2O7 = 3 x 0,00149 mol = 0.004489mol
G. Daftar Pustaka
D.A. Skoog; D.M. West; F.J. Holler. Fundamental of Analytical Chemistry. 7th ed.:
Saunders College Publishing, 1990, Orlando
D. Harvey. Analytical Chemistry. 2nd ed.: McGraw-Hill Companies, 2000, San
Francisco