Anda di halaman 1dari 12

Soal 1 : Teori Bobot 30 %.

1. Sebutkan perbedaan antara Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri.
Wajib Pajak dalam negeri dikenakan pajak atas penghasilan baik yang diterima atau diperoleh
dari Indonesia dan dari luar Indonesia, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenakan pajak hanya
atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.

2. Sebutkan dan jelaskan perbedaan antara Pajak Langsung dengan Pajak Tidak Langsung, serta
berikan contohnya masing-masing.
Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak yang
bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.
Contoh pajak langsung adalah Pajak penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak
Kendaraan Bermotor.
Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeser kepada pihak
lain. 
Contoh pajak tidak langsung adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak bea masuk, dan Pajak
ekspor.

3. Jelaskan bagaimana tata cara penundaan dan pengurangan atas pembayaran Pajak Penghasilan
(PPh) pasal 25.
Tata cara penundaan atas pembayaran pajak penghasilan (pph) pasal 25 :
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala kantor Pelayanan
Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar untuk menunda pembayaran utang pajak, dalam hal Wajib
Pajak mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami keadaan di luar kekuasaannya sehingga
Wajib Pajak tidak akan mampu memenuhi kewajiban pajak pada waktunya.
Permohonan Wajib Pajak tersebut harus diajukan secara tertulis paling lama 9 (sembilan) hari
kerja sebelum jatuh tempo pembayaran, disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung
permohonan, serta jumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk ditunda dan jangka waktu
penundaannya. Permohonan untuk menunda pembayaran pajak harus diajukan dengan
menggunakan formulir  sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-38/PJ/2008.
Jangka waktu 9 (sembilan) hari kerja tersebut dapat dilampaui dalam hal Wajib Pajak
mengalami  keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak tidak mampu melunasi
utang pajak tepat pada waktunya.
Tata cara pengurangan atas pembayaran pajak penghasilan (pph) pasal 25 :
Permohonan pengurangan besaran PPh Pasal 25 sesuai KEP-537/PJ/2000, bisa diajukan jika
sesudah 3 bulan atau lebih berjalannya satu tahun pajak, wajib pajak dapat menunjukkan
bahwa PPh yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75% dari PPh terutang
yang menjadi dasar penghitungan besarnya PPh Pasal 25.

4. Terangkan kapan mulai dan berakhirnya kewajiban subjektif bagi subjek pajak.
Kewajiban pajak subjektif orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia dimulai pada saat ia
dilahirkan di Indonesia. Kewajiban pajak subjektif orang pribadi yang berada di Indonesia lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak
berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia dimulai sejak hari
pertama ia berada di Indonesia.
Kewajiban pajak subjektif orang pribadi berakhir pada saat ia meninggal dunia atau
meninggalkan Indonesia untuk selama-selamanya.

5. Sebutkan dan jelaskan sistem pemungutan pajak yang ada dan berikan contohnya masing-
masing.
Di Indonesia, berlaku 3 jenis sistem pemungutan pajak, yakni:

1. Self Assessment System.


2. Official Assessment System.
3. Withholding Assessment System.
Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan penentuan
besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan. Contohnya adalah
jenis pajak PPN dan PPh.
Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan wewenang
untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat perpajakan sebagai pemungut
pajak. Contohnya adalah pelunasan Pajak Bumi Bangunan (PBB) atau jenis pajak daerah
lainnya.
Withholding System adalah pajak yang besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga yang bukan
wajib pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus.
Contoh Witholding System adalah pemotongan penghasilan karyawan yang dilakukan oleh
bendahara instansi terkait. Jadi, karyawan tidak perlu lagi pergi ke KPP untuk membayarkan
pajak tersebut.

6. Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat pemungutan pajak, agar dalam pemungutan pajak
tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan.
Syarat pemungutan pajak adalah landasan prinsip yang harus ada dalam setiap aktivitas
pemungutan pajak. Berikut ini 5 syarat pemungutan pajak di Indonesia.

 Syarat Keadilan (pemungutan pajak harus adil).


Pemungutan pajak harus berlandaskan keadilan, baik dalam peraturan perundang-undangan
maupun dalam pelaksanaan pemungutan pajak. Landasan keadilan ini merupakan syarat yang
harus dipenuhi untuk mencapai keadilan bagi masyarakat. Contoh dari adil yang dimaksud antara
lain:

- Wajib pajak memiliki hak dan kewajiban yang diatur oleh undang-undang.
- Setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak haruslah menyetorkan
pajaknya.
- Adanya sanksi untuk pelanggaran-pelanggaran pajak yang terjadi.

 Syarat Yuridis (pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang).


Pemungutan pajak selalu didasarkan pada undang-undang yang berlaku. Salah satu undang-
undang yang mengatur pemungutan pajak adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum Perpajakan. Dengan adanya pengaturan dalam bentuk undang-undang,
pemerintah memberikan jaminan hukum bagi terlaksananya aktivitas pemungutan pajak.
 Syarat Ekonomis (pemungutan pajak tidak mengganggu perekonomian nasional).
Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu aktivitas perekonomian yang dapat mengakibatkan
kelesuan perekonomian nasional. Contohnya, pemungutan pajak tidak boleh mengganggu
aktivitas produksi ataupun perdagangan yang sedang berlangsung.
 Syarat Finansial (pemungutan pajak harus efisien).
Pemungutan pajak harus dilakukan dengan efisien dan efektif sehingga hasil yang diperoleh
maksimal. Efisien maksudnya pemungutan pajak harus dilakukan dengan mudah, tepat sasaran,
tepat waktu dan biaya minimal.

Efektif artinya pemungutan pajak harus membawa hasil sesuai perhitungan yang telah dilakukan.
Dalam syarat ini, biaya pemungutan pajak harus lebih kecil daripada pemasukan pajak yang
diterima kas negara.

 Syarat Sederhana (sistem pemungutan pajak harus sederhana).


Sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah dimengerti wajib pajak. Sistem
pemungutan pajak yang sederhana akan membantu wajib pajak dalam melaporkan pajak
mereka dan mendorong masyarakat memenuhi kewajiban perpajakan. Dengan demikian,
pemasukan negara dari pajak akan semakin meningkat.

7. Apa yang dimaksud dengan Pajak Subjektif dan Pajak Objektif, serta berikan contohnya.
Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal pada subjeknya sedangkan pajak objektif
berpangkal kepada objeknya. Contoh pajak subjektif adalah pajak penghasilan (PPh) yang
memperhatikan tentang kemampuan wajib pajak dalam menghasilkan pendapatan atau uang.
Pajak objektif merupakan pungutan yang memperhatikan nilai dari objek pajak. Contoh pajak
objektif adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari barang yang dikenakan pajak.

8. Sebutkan dan jelaskan pengertian pajak


Pengertian Pajak Menurut Para Ahli
1. Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH
Pengertian pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut
kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari
pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan
untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
2. Rifhi Siddiq
Pengertian Pajak adalah iuran yang dipaksakn pemerintahan suatu negara dalam periode tertentu
kepada wajib pajak yang bersifat wajib dan harus dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara dan
bentuk balas jasanya tidak langsung.
3. Sommerfeld R.M., Anderson H.M., & Brock Horace R
Pengertian Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan
akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan
lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat
melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.
4. Pengertian Pajak Menurut P. J. A. Adriani
Pengertian Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan
tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintah.
Kesimpulan : Pengertian pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Soal 2 : Bobot 35 %

Tuan Ananta dengan Jabatan FM pada PT Tiara Kencana dengan penghasilan sebulan sbb :
1. Gaji Pokok : Rp. 18.750.000,-
2. Tunjangan Jabatan : Rp. 3.500.000,-
3. Tujangan uang makan dan transport : Rp. 2.200.000,-

Perusahaan masuk program BPJS membayar iuran kecelakaan dan kematian untuk karyawan
tetap masing-masing sebesar 0,34% dan 0,2% dari Gaji Pokok. Selain itu Perusahaan membayar
JHT dan dan THT sebesar 3,7% d karyawan membayar sendiri iuran JHT/THT sebesar 2% dari
gaji pokok.

Dalam tahun 2018 perusahaan membayar uang THR dan Bonus sebesar Rp. 25.000.000.-. Status
Tuan Ananta menikah dengan tanggungan 3 orang (K/3)

Dari Data diatas diminta :

1. Hitunglah PPh Pasal 21 terhutang atas gaji THR dan Bonus.


2. Hitunglah PPh Pasal 21terhutang atas gaji.
3. Hitunglah PPh Pasal 21 terhutang THR dan Bonus.
4. Buat bukti potong pph 21 ( form 1721 A1 )

1.Penghasilan bruto tiap bulan = 18.750.000 + 3.500.000 + 2.200.000 = Rp 24.450.000,-


Penghasilan Bruto Setahun = (12 x Penghasilan bruto per bulan) + Bonus
(12 x Rp 24.450.000) + Rp 25.000.000 = Rp 293.400.000 + Rp 25.000.000
= Rp 318.400.000

Pengurangan
Biaya Jabatan = 5% dari Penghasilan Bruto Setahun (maks. Rp 6.000.000)
5% x Rp 318.400.000 = Rp 15.920.000 => dibulatkan maksimal menjadi Rp 6.000.000
Iuran kecelakaan Setahun ditanggung karyawan
12 x 0,34% x Rp 18.750.000 = Rp 765.000

Iuran kematian Setahun ditanggung karyawan


12 x 0,2% x Rp 18.750.000 = Rp 450.000

Iuran JHT/THT Setahun ditanggung karyawan


12 x 2% x Rp 18.750.000 = Rp 4.500.000

Total Pengurangan = Biaya Jabatan + Iuran kecelakaan Setahun + Iuran kematian Setahun+
Iuran JHT/THT Setahun
Rp 6.000.000 + Rp 765.000 + Rp 450.000 + Rp 4.500.000 = Rp 11.715.000

Penghasilan Neto Setahun = Penghasilan Bruto Setahun - Total Pengurangan


Rp 318.400.000- Rp 11.715.000= Rp 306.685.000

PTKP (K3) tarif tahun 2021 = Rp 67.500.000


Sumber : https://frconsultantindonesia.com/pajak/tarif-ptkp-2021-status-ptkp-pph-21/
PKP = Penghasilan Neto Setahun - PTKP
Rp 306.685.000 - Rp 67.500.000 = Rp 239.185.000

PPh 21 Setahun atas gaji THR Bonus= Tarif Pajak x PKP


5% x Rp 239.185.000 = Rp 11.959.250,-

PPh 21 Bulanan atas gaji THR bonus


Pph 21 setahun atas gaji THR Bonus / 12 = Rp 11.959.250,- / 12 = Rp Rp 996.604,-

2. Penghasilan bruto tiap bulan = 18.750.000 + 3.500.000 + 2.200.000 = Rp 24.450.000,-

Penghasilan Bruto Setahun = (12 x Penghasilan bruto per bulan)


(12 x Rp 24.450.000) = Rp 293.400.000
Pengurangan
Biaya Jabatan = 5% dari Penghasilan Bruto Setahun (maks. Rp 6.000.000)
5% x Rp 293.400.000 = Rp 14.670.000 => dibulatkan maksimal menjadi Rp 6.000.000

Iuran kecelakaan Setahun ditanggung karyawan


12 x 0,34% x Rp 18.750.000 = Rp 765.000

Iuran kematian Setahun ditanggung karyawan


12 x 0,2% x Rp 18.750.000 = Rp 450.000

Iuran JHT/THT Setahun ditanggung karyawan


12 x 2% x Rp 18.750.000 = Rp 4.500.000

Total Pengurangan = Biaya Jabatan + Iuran kecelakaan Setahun + Iuran kematian Setahun+
Iuran JHT/THT Setahun
Rp 6.000.000 + Rp 765.000 + Rp 450.000 + Rp 4.500.000 = Rp 11.715.000

Penghasilan Neto Setahun = Penghasilan Bruto Setahun - Total Pengurangan


Rp 293.400.000 - Rp 11.715.000= Rp 281.685.000

PTKP (K3) tarif tahun 2021 = Rp 67.500.000


Sumber : https://frconsultantindonesia.com/pajak/tarif-ptkp-2021-status-ptkp-pph-21/
PKP = Penghasilan Neto Setahun - PTKP
Rp 281.685.000 - Rp 67.500.000 = Rp 214.185.000

PPh 21 Setahun atas gaji = Tarif Pajak x PKP


5% x Rp 214.185.000 = Rp 10.709.250,-

PPh 21 Bulanan atas gaji


Pph 21 setahun atas gaji / 12 = Rp 10.709.250,- / 12 = Rp 892.438,-
3.PPh 21 Setahun atas THR dan Bonus = PPH 21 setahun atas gaji THR dan Bonus - PPH 21
setahun atas gaji

= Rp 11.959.250 - Rp 10.709.250 = Rp 1.250.000 ,-

PPh 21 Bulanan atas THR dan Bonus = PPH 21 bulanan atas THR dan Bonus / 12

= Rp 1.250.000 ,- / 12 = Rp 104.167,-

4. cara membuat Bukti Potong PPh 21 karyawan adalah:

1. Format nomor untuk bukti potong 1721 A1 adalah 1-mm-yy-xxxxxxx dengan mm adalah
masa pajak dibuatnya bukti potong.

Adapun yy adalah 2 digit tahun pajak, dan yang terakhir xxxxxxx diisi nomor urut bukti
pemotongan. Sedangkan format nomor untuk bukti potong 1721 A2 diawali dengan 1.2-
mm.yy-xxxxxxx.

2. Isi masa pendapatan penghasilan dengan menggunakan format mm-mm yang


menunjukkan dari bulan apa hingga bulan apa karyawan tersebut bekerja. Contoh, karyawan
yang bekerja dari bulan Februari hingga Desember ditulis 02-1

3. Identitas dari pemotong dapat diisi dengan identitas yang menandatangani bukti
pemotongan tersebut.
Berikut tampilan formular 1721-A1 bukti pemotongan pajak penghasilan pasal 21
Soal 3 : Bobot 25 %.

1. Fahri dengan status belum menikah dan bekerja sebagai pegawai tidak tetap di sebuah
perusahaan. Perusahaan membayar upah per harinya sebesar Rp. 261.500,-. Hitunglah PPh
pasal 21 yang harus dipotong perusahaan jika ia bekerja dalam 1 bulan ; pada hari ke-17 (17
hari kerja), pada hari ke-18 (18 hari kerja), dan pada hari ke-19 (19 hari kerja). Bobot 15%

2. Muklis mendapatkan borongan untuk mengerjakan renovasi gedung PT Mustika Jaya dengan
upah borongan sebesar Rp 4.500.000, pekerjaan yang diselesaikan dalam 8 hari kerja.
Hituglah besarnya PPh 21yang harus dipotong PT Mustika atas pembayaran tersebut ? Bobot
10%

1. Upah sehari < 450.000 (Rp 261.500,-)

Upah pada hari ke 17 (17 hari kerja):17 x Rp 261.500 = Rp 4.445.500


Penghasilan neto setahun: Rp 4.445.500 x 12 = Rp 53.346.000
PTKP TK/0 tarif tahun 2021 = (Rp 54.000.000)
PKP: 0 (penghasilan netto dibawah PTKP
PPh 21 terutang setahun: 5% x 0 = Rp 0
PPh 21 terutang sebulan (17 hari kerja): Rp 0 / 12 = Rp 0

Upah pada hari ke 18 (18 hari kerja):18 x Rp 261.500 = Rp 4.707.000


Penghasilan neto setahun: Rp 4.707.000 x 12 = Rp 56.484.000
PTKP TK/0 tarif tahun 2021 = (Rp 54.000.000)
PKP: Rp 56.484.000 - Rp 54.000.000 = Rp 2.484.000
PPh 21 terutang setahun: 5% x Rp 2.484.000 = Rp 124.200,-
PPh 21 terutang sebulan (18 hari kerja): Rp 124.200 / 12 = Rp 10.350

Upah pada hari ke 19 (19 hari kerja):19 x Rp 261.500 = Rp 4.968.500


Penghasilan neto setahun: Rp 4.968.500 x 12 = Rp 59.622.000
PTKP TK/0 tarif tahun 2021 = (Rp 54.000.000)
PKP: Rp 59.622.000 - Rp 54.000.000 = Rp 5.622.000
PPh 21 terutang setahun: 5% x Rp 5.622.000 = Rp 281.100,-
PPh 21 terutang sebulan (19 hari kerja): Rp 281.100/ 12 = Rp 23.425
2. Upah borongan sehari: Rp 4.500.000 / 8 = Rp 562.500
Upah di atas Rp 450.000: Rp 562.500 – Rp 450.000 = (Rp 112.500)
PPh 21 terutang: 8 x (5% x Rp 112.500) = Rp 45.000

Soal 4 : Bobot 10 %.

1. Anang Kurniawan melakukan jasa perbaikan komputer kepada PT Cahaya Gemilang sebesar
Rp.6.250,000,00. Hitung besarnya PPh Pasal 21 yang dipotong PT Cahaya Gemilang.

2. Guntoro pada bulan Oktober 2018 menerima pembayaran pekerjaan pemasangan dan instalasi
dan jaringan dari PT ABC. Atas pekerjaan tersebut sdr. Guntoro mendapatkan pembayaran
sebesar Rp. 645.750.000. Hitung besarnya PPh pasal 21 yang harus dipotong PT ABC.

1. Penghasilan bruto = Rp.6.250.000,00


Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP TK/0 tarif 2021) = Rp 54.000.000
Pph 21 yang di potong = 5% x (penghasilan bruto – PTKP/360) = 5% x (6.250.000 –
54.000.000/360) = 5% x (6.250.000-150.000) = 5% x 6.100.000 = Rp 305.000,-

2. Penghasilan bruto = Rp.645.750.000,00


Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP TK/0 tarif 2021) = Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak = penghasilan bruto – PTKP= 645.750.000 – 54.000.000 = Rp
591.750.000 (dikenakan ttarif berlapis yang diatur dalam Pasal 17 ayat (1) 
Tarif lapisan I = 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000,-
Tarif lapisan II = 15% x Rp 250.000.000 = Rp 37.500.000,-
Tarif lapisan III = 25% x Rp 291.750.000 = Rp 72.937.500,-
Pph 21 yang dipotong sebesar = Rp 2.500.000 + Rp 37.500.000 + Rp 72.937.500 =
Rp 112.937.500,-

Anda mungkin juga menyukai