1. Sebutkan perbedaan antara Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri.
Wajib Pajak dalam negeri dikenakan pajak atas penghasilan baik yang diterima atau diperoleh
dari Indonesia dan dari luar Indonesia, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenakan pajak hanya
atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.
2. Sebutkan dan jelaskan perbedaan antara Pajak Langsung dengan Pajak Tidak Langsung, serta
berikan contohnya masing-masing.
Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak yang
bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.
Contoh pajak langsung adalah Pajak penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak
Kendaraan Bermotor.
Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeser kepada pihak
lain.
Contoh pajak tidak langsung adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak bea masuk, dan Pajak
ekspor.
3. Jelaskan bagaimana tata cara penundaan dan pengurangan atas pembayaran Pajak Penghasilan
(PPh) pasal 25.
Tata cara penundaan atas pembayaran pajak penghasilan (pph) pasal 25 :
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala kantor Pelayanan
Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar untuk menunda pembayaran utang pajak, dalam hal Wajib
Pajak mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami keadaan di luar kekuasaannya sehingga
Wajib Pajak tidak akan mampu memenuhi kewajiban pajak pada waktunya.
Permohonan Wajib Pajak tersebut harus diajukan secara tertulis paling lama 9 (sembilan) hari
kerja sebelum jatuh tempo pembayaran, disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung
permohonan, serta jumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk ditunda dan jangka waktu
penundaannya. Permohonan untuk menunda pembayaran pajak harus diajukan dengan
menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-38/PJ/2008.
Jangka waktu 9 (sembilan) hari kerja tersebut dapat dilampaui dalam hal Wajib Pajak
mengalami keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak tidak mampu melunasi
utang pajak tepat pada waktunya.
Tata cara pengurangan atas pembayaran pajak penghasilan (pph) pasal 25 :
Permohonan pengurangan besaran PPh Pasal 25 sesuai KEP-537/PJ/2000, bisa diajukan jika
sesudah 3 bulan atau lebih berjalannya satu tahun pajak, wajib pajak dapat menunjukkan
bahwa PPh yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75% dari PPh terutang
yang menjadi dasar penghitungan besarnya PPh Pasal 25.
4. Terangkan kapan mulai dan berakhirnya kewajiban subjektif bagi subjek pajak.
Kewajiban pajak subjektif orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia dimulai pada saat ia
dilahirkan di Indonesia. Kewajiban pajak subjektif orang pribadi yang berada di Indonesia lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak
berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia dimulai sejak hari
pertama ia berada di Indonesia.
Kewajiban pajak subjektif orang pribadi berakhir pada saat ia meninggal dunia atau
meninggalkan Indonesia untuk selama-selamanya.
5. Sebutkan dan jelaskan sistem pemungutan pajak yang ada dan berikan contohnya masing-
masing.
Di Indonesia, berlaku 3 jenis sistem pemungutan pajak, yakni:
6. Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat pemungutan pajak, agar dalam pemungutan pajak
tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan.
Syarat pemungutan pajak adalah landasan prinsip yang harus ada dalam setiap aktivitas
pemungutan pajak. Berikut ini 5 syarat pemungutan pajak di Indonesia.
- Wajib pajak memiliki hak dan kewajiban yang diatur oleh undang-undang.
- Setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak haruslah menyetorkan
pajaknya.
- Adanya sanksi untuk pelanggaran-pelanggaran pajak yang terjadi.
Efektif artinya pemungutan pajak harus membawa hasil sesuai perhitungan yang telah dilakukan.
Dalam syarat ini, biaya pemungutan pajak harus lebih kecil daripada pemasukan pajak yang
diterima kas negara.
7. Apa yang dimaksud dengan Pajak Subjektif dan Pajak Objektif, serta berikan contohnya.
Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal pada subjeknya sedangkan pajak objektif
berpangkal kepada objeknya. Contoh pajak subjektif adalah pajak penghasilan (PPh) yang
memperhatikan tentang kemampuan wajib pajak dalam menghasilkan pendapatan atau uang.
Pajak objektif merupakan pungutan yang memperhatikan nilai dari objek pajak. Contoh pajak
objektif adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari barang yang dikenakan pajak.
Tuan Ananta dengan Jabatan FM pada PT Tiara Kencana dengan penghasilan sebulan sbb :
1. Gaji Pokok : Rp. 18.750.000,-
2. Tunjangan Jabatan : Rp. 3.500.000,-
3. Tujangan uang makan dan transport : Rp. 2.200.000,-
Perusahaan masuk program BPJS membayar iuran kecelakaan dan kematian untuk karyawan
tetap masing-masing sebesar 0,34% dan 0,2% dari Gaji Pokok. Selain itu Perusahaan membayar
JHT dan dan THT sebesar 3,7% d karyawan membayar sendiri iuran JHT/THT sebesar 2% dari
gaji pokok.
Dalam tahun 2018 perusahaan membayar uang THR dan Bonus sebesar Rp. 25.000.000.-. Status
Tuan Ananta menikah dengan tanggungan 3 orang (K/3)
Pengurangan
Biaya Jabatan = 5% dari Penghasilan Bruto Setahun (maks. Rp 6.000.000)
5% x Rp 318.400.000 = Rp 15.920.000 => dibulatkan maksimal menjadi Rp 6.000.000
Iuran kecelakaan Setahun ditanggung karyawan
12 x 0,34% x Rp 18.750.000 = Rp 765.000
Total Pengurangan = Biaya Jabatan + Iuran kecelakaan Setahun + Iuran kematian Setahun+
Iuran JHT/THT Setahun
Rp 6.000.000 + Rp 765.000 + Rp 450.000 + Rp 4.500.000 = Rp 11.715.000
Total Pengurangan = Biaya Jabatan + Iuran kecelakaan Setahun + Iuran kematian Setahun+
Iuran JHT/THT Setahun
Rp 6.000.000 + Rp 765.000 + Rp 450.000 + Rp 4.500.000 = Rp 11.715.000
PPh 21 Bulanan atas THR dan Bonus = PPH 21 bulanan atas THR dan Bonus / 12
= Rp 1.250.000 ,- / 12 = Rp 104.167,-
1. Format nomor untuk bukti potong 1721 A1 adalah 1-mm-yy-xxxxxxx dengan mm adalah
masa pajak dibuatnya bukti potong.
Adapun yy adalah 2 digit tahun pajak, dan yang terakhir xxxxxxx diisi nomor urut bukti
pemotongan. Sedangkan format nomor untuk bukti potong 1721 A2 diawali dengan 1.2-
mm.yy-xxxxxxx.
3. Identitas dari pemotong dapat diisi dengan identitas yang menandatangani bukti
pemotongan tersebut.
Berikut tampilan formular 1721-A1 bukti pemotongan pajak penghasilan pasal 21
Soal 3 : Bobot 25 %.
1. Fahri dengan status belum menikah dan bekerja sebagai pegawai tidak tetap di sebuah
perusahaan. Perusahaan membayar upah per harinya sebesar Rp. 261.500,-. Hitunglah PPh
pasal 21 yang harus dipotong perusahaan jika ia bekerja dalam 1 bulan ; pada hari ke-17 (17
hari kerja), pada hari ke-18 (18 hari kerja), dan pada hari ke-19 (19 hari kerja). Bobot 15%
2. Muklis mendapatkan borongan untuk mengerjakan renovasi gedung PT Mustika Jaya dengan
upah borongan sebesar Rp 4.500.000, pekerjaan yang diselesaikan dalam 8 hari kerja.
Hituglah besarnya PPh 21yang harus dipotong PT Mustika atas pembayaran tersebut ? Bobot
10%
Soal 4 : Bobot 10 %.
1. Anang Kurniawan melakukan jasa perbaikan komputer kepada PT Cahaya Gemilang sebesar
Rp.6.250,000,00. Hitung besarnya PPh Pasal 21 yang dipotong PT Cahaya Gemilang.
2. Guntoro pada bulan Oktober 2018 menerima pembayaran pekerjaan pemasangan dan instalasi
dan jaringan dari PT ABC. Atas pekerjaan tersebut sdr. Guntoro mendapatkan pembayaran
sebesar Rp. 645.750.000. Hitung besarnya PPh pasal 21 yang harus dipotong PT ABC.