Anda di halaman 1dari 10

1.

Latar Belakang

Kata mahasiswa diambil dari dua suku kata, yaitu maha dan siswa yang artinya
tingkat pelajar yang paling tinggi. Mahasiswa ialah orang yang belajar di perguruan
tinggi, baik di universitas maupun di akademi. Namun, mahasiswa juga diartikan
secara luar sebagai agen perubahan dan pengontrol kehidupan social. 1

Philip G. Altbach mengatkan dalam bukunya bahwa mahasiswa adalah


seorang masyarakat yang belum dewasa jika digolongkan ke dalam usia.
Mahasiswa dianggap sedang berada dalam kehidupan peralihan menuju dewasa
dan dianggap belum memenuhi persyaraatan untuk hidup sebagai orang dewasa.
Dan hak serta kewajibannya pun belum dianggap penuh seperti orang dewasa di
dalam kehidupan masyarakat.

Kemudian, sebagai masyarakat yang tergolong sedang mempersiapkan diri


untuk memasuki kehidupan masyarakat secara penuh, 2 mahasiswa diharuskan
untuk belajar. Hak dan tugas mereka tersebut saling disesuaikan. Mahasiswa
dianggap tidak mempunyai hak untuk mengembangkan diri menjadi kekuatan
politik. Terutama mendirikan organisasi politik. Karena, organisasi dan politik adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan dunia orang dewasa. Dan orang
dewasalah yang mempunyai hak penuh untuk memasuki dunia politik karena
mereka sudah pantas dan dapat bertanggung jawab untuk mengendalikan
kehidupan masyarakat melalui dunia perpolitikan.

Oleh sebab itu, mahasiswa yang merasa dirinya harus memasuki dunia politik
harus keluar dari golongan dan lingkungannya. Mereka secara individu memasuki
organisasi politik yang dikuasai dan dibangun oleh orang dewasa. Sebagai unsur
dari kehidupan masyarakat yang dinamik dan sedang menuju kehidupan yang
modern, mahasiswa merupakan golongan masyarakat yang mempunyai hak dan
kewajiban yang sama seperti golongan lainnya.

1
Budi Santoso, “Definisi, Peran dan Fungsi Mahasiswa” artikel diakses pada 18 Oktober 2013 melalui
http://pamuncar.blogspot.com/2012/06/definisi-peran-dan-fungsi-mahasiswa.html
2
Philip G. Altbach, Politik dan Mahasiswa: Perspektif dan Kecendrungan Masa Kini (Jakarta: PT. Gramedia,
1988), h. x
Dalam bukunya tersebut juga dikatakan bahwa mahasiswa menunjukkan
keaktifannya yang menonjol dalam tahun 1960-an. Salah satunya seperti yang
terjadi di Jepang. Gerakan mahasiswa tersebut mempunyai dampak terhadap
perubahan politik dan social yang sangat terasa. Sehingga penguasa dan
pemerintah mereka terpengaruh dan memperhatikan tuntutan mereka. Sekalipun
aktivitas politik mahasiswa di Negara industry mereda dalam tahun 1970-an, namun
terdapat perubahan yang perlu dicatat. Telah terjadi kematangan ideology pada
mahasiswa seperti yang terjadi di inggris. Ideology mereka semakin berwatak
radikal dan menunjuk kepada berbagai kelemahan masyarakat secara tajam.
Bahkan tokoh mahasiswa di Italia dan Jerman Barat menjadikan gerakan
mahasiswa mereka sebagai sebuah terror. 3

Situasi social ekonomi yang memprihatinkan kehidupan umum serta


mahasiswa itu sendiri, ketidak adilan social, kebijakan pemerintahan luar negeri
yang dianggap tidak adil, ketidak puasan terhadap penguasa dan pemerintah,
politik yang telah menjadi tidak demokratis telah dinilai sebagai akar dari kegiatan
politik mahasiswa di berbagai Negara. Keseluruhan latar belakang masalah
tersebut dapat dibedakan penyebab yang menyangkut keseluruhan masyarakat,
termasuk mahasiswa. Pada umumnya, gerakan poliitik mahasiswa dapat terpecah
jika ketidakpuasan mahasiswa terjalin dengan keresahan masyarakat. Jalinan
ketidak puasan tersebut disusun berdasarkan iedologi. Dan ideology menajamkan
jalinan ketidakpuasan tersebut sambil memberikan alternative jalan keluarnya.

Hal tersebut menunjukan bahwa peran ideology sangat pentingndalam sebuah


gerakan mahasiswa. Dan terlihat ad perbedaan ketajaman ideology gerakan politik
mahasiswa dalam tahun 1960-an dengan tahun 1970-an. Dalam tahun 1960-an
mahasiswa masih bersifat umum dan cakupan masalahnya bersifat umum dan luas.
Sedangkan dalam tahun 1970-an ideology gerakan politik mahasiswa lebih terpaku
kepada permasalahan yang menjadi titik perhatian dalam aktivitas politik tersebut.

Disini terlihat bahwa ideology mahasiswa dalam tahun 1970-an lebih matang
dan terperinci. Dan kenyataan ideology seperti itu bisa kita lihat di dalam gerakan

3
Ibid., h. xii
mahasiswa di Negara industry dan Negara-negara sedang berkembang. Di
samping itu, perkembangan ideology dari gerakan politik mahasiswa di dalam
kedua periode itu diperlihatkan juga oleh wataknya yang semakin radikal. 4 Ideology
yang menawarkan alternative perubahan social dan poluitiksecara total dan
menyeluruh seperti Marxisme, Sosialisme, New Left (Kiri Baru), semakin mewarnai
pemikiran politik gerakan mahasiswa pada tahun 1970-an.

Pada dasarnya, gerakan politik mahasiswa adalah sebuah bentuk perubahan.


Ia tumbuh berkat adanya dorongan untuk mengubah kondisi kehidupan yang ada
untuk digantikan dengan situasi yang dianggap lebih memenuhi harapan. Altbach
dalam bukunya menekankan dua fungsi gerakan mahasiswa sebagai proses
perubahan, yaitu menumbuhkan perubahan social dan mendorong perubahan
politik. Ia juga melihat adanya tekanan fungsi perubahan social di dalam gerakan
politik mahasiswa dari masyarakat industry. Serta ia mengamati kuatnya fungsi
politik di dalam aktivitaspolitik mahasiswa yang berbeda di dalam masyarakat yang
sedang berkembang.

Kemudian mengenai menurunnya dan terhentinya gerakan politik mahasiswa di


dalam suatu periode, kebanyakan Altbach meninjau dari sudut institusionalisasi
politik. Daya tanggap lembaga politik lumayan berperan meredakan aktifitas politik
mahasiswa. Kemampuan lembaga politik masyarakat tersebut menanggapi aspirasi
dan kepentingan mahasiswa untuk mengadakan peerubahan, menyebabkan
mahasiswa berkesimpulan bahwa misi mereka segera tercapai. Perubahan yang
mereka inginkan diambil alih oleh institusi masyarakat.

Dalam keadaan yang seperti itu, gerakan politik mahasiswa tergolong ke dalam
pressure politics. Gerakan mahasiswa berada di luar struktur dan lembaga politik.
Kemudian dari sana mereka melakukan desakan agar aspirasi dan perjuangan
mereka dipenuhi melalui kebijakan yang dihasilkan oleh dan melalui lembaga-
lembaga politik yang beroperasi. Dengan demikian, mahasiswa tersebut tidak
mengadakan kegiatan politik secara langsung. Politik mahasiswa ini lebih

4
Ibid., h. xiii
merupakan bagian dari aktifitas masyarakat yang ditujukan kepada lembaga-
lembaga politik dalam rangka memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya.

Kemudian berbeda dari hal tersebut, yaitu dimana proses gerakan politik
mahasiswa terhenti di Negara sedang berkembang. Karena lembaga politik di
dalam masyarakat mereka ini belum berfungsi sepenuhnya, maka gerakan politik
mahasiswa dipandang sebagai alternative terhadap pelaksanaan fungsi lembaga
yang bersangkutan. Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa mahasiswa telah
meletakkan dirinya di tengah gelanggang kehidupan politik. Perubahan yang
mereka inginkan, mereka perjuangkan sendiri di dalam arena politik. Dampak dari
hal tersebut adalah terjadinya perubahan politik, baik berupa perubahan system
politik maupun berbentuk perubahan pemerintah atau rejim.

Tidak berfungsinya lembaga politik untuk menghentikan gerakan politik


mahasiswa dan besarnya efek politik yang mungkin ditimbulkan oleh aktivitas
seperti itu mendorong para penguasa dan pemerintah masyarakat sedang
berkembang untuk menggunakan kekuasaan. Tekanan fisik, pengawasan dan
pengendalian serta hukuman dimanfaatkan untuk menahan dan menyelesaikan
gerakan mahasiswa.

Kemudian dalam makalah ini, penulis akan mencoba untuk membahas


mengenai bagaimana gerakan-gerakan politik mahasiswa pada tahun 1970-an di
Negara Jepang. Dimana kestabilan gerakan-gerakan politik mahasiswa di Jepang
yang tingkat keaktifannya mengalami naik turun dalam dunia perpolitikan gerakan
mahasiswa.

2. Gambaran Umum Negara Jepang

Jepang merupakan sebuah Negara kepualuan di Asia Timur. Letaknya di ujung


barat Samudera Pasifik di sebelah timur Laut Jepang dan bertetangga dengan
Republik Rakyat Cina, Korea, dan Rusia. Pulau-pulau paling utara berada di Laut
Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di Laut Cina
Timur, tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.
Penduduk Negara Jepang bejumlah 127.333.000 jiwa. Jepang merupakan
Negara terbesar ketujuh dilihat dari jumlah penduduknya setelah Cina, India, Rusia,
Amerika Serikat, Indonesia, dan Brasil. Sebagian besar penduduknya merupakan
bagian dari Ras Asiatic Mongoloid. Ras ini mempunyai ciri-ciri kulit kuning, rambut
hitam lurus, mata sipit, dan postur tubuhnya sekitar 165-170 cm. Penduduk aslinya
adalah Bangsa Ainu (Ras Mongoloid) yang mempunyai ciri-ciri Kepala lonjong,
tubuh bberbulu, dan mata tidak sipit. Suku Aini ini banyak tinggal di pulau Hokaido.
Mayoritas penduduk Jepang beragama Shinto dan sebagian lainnya beragam Kong
Hu Chu dan Budha. Sebagian besar penduduk Jepang bekeja dalam bidang
industri, sedangkan sisinya bekeja pada bidang pemerintahan dan agraris. 5

Sejarah Jepang sangatlah panjang dan penuh dengan perebutan kekuasaan


antar kaisarnya. Sampai sekarang sistem pemerintahan Jepang masih dipegang
oleh Kaisar. Jepang menganut sistem negara monarki konstitusional yang sangat
membatasi kekuasaan Kaisar Jepang. Sebagai kepala negara seremonial,
kedudukan Kaisar Jepang diatur dalam konstitusi sebagai "simbol negara dan
pemersatu rakyat". Kekuasaan pemerintah berada di tangan Perdana Menteri
Jepang dan anggota terpilih Parlemen Jepang, sementara kedaulatan sepenuhnya
berada di tangan rakyat Jepang. Kaisar Jepang bertindak sebagai kepala negara
dalam urusan diplomatik.

3. Pertanyaan Penelitian

Dalam penulisan makalah ini, dicantumkan pula pertanyaan penelitian untuk


merumuskan permasalahan pada pembahasan makalah ini. Pertanyaan penelitian
tersebut yaitu: Bagaimana gerakan-gerakan dan peran politik mahasiswa-
mahasiswa di Negara Jepang pada tahun 1970-an?

4. Pembahasan: Gerakan Mahasiswa Jepang dalam Tahun-Tahun 1970-an

5
Muhammad Satria AJK, “gambaran Umum Jepang”, artikel diakses pada 18 Oktober 2013 melalui
http://remodonline.blogspot.com/2011/10/gambaran-umum-jepang.html
Dalam buku Philip G. Altbach, dikatakan bahwa sebelum tahun 1960 semua
gerakan mahasiswa Jepang dipacu oleh federasi nasional dewan mahasiswa
(Zengakuren). Tetapi pada tahun 1960, zengakuren terpecah oleh antagonism yang
muncul dari perbedaan strategi oposisi berbagai kelompok dalam menentang
Perjanjian Keamanan Amerika Serikat-Jepang. Organisasi Zengakuren semakin
bertambah kacau selama paruh akhir tahun 1960-an dimana periode tersebut
merupakan periode keresahan mahasiswa dan gerakan-gerakan anti perang. Pada
awal tahun 1965, dapat diidentifikasikan tiga tahap yang berbeda dalam gerakan
mahasiswa di Jepang.6

Tahap pertama terjadi pada taun 1965 sampai 1970 yang pada periode ini
terdapat perpaduan kerja sama dan perebutan pengaruh di antara berbagai
kelompok yang tidak pernah bersatu. Kelompok-kelompok Kiri Baru semakin
terpecah namun di dalam kampus mereka saling bekerja sama satu dengan yang
lain. Diantaranya dengan badan-badan kemahasiswaan, maupun dengan
mahasiswa radikal tanpa sekte (tidak terorganisasi).

Kemudian tahap kedua terjadi pada tahun 1971 sampai 1975 yang merupakan
periode penuh kekerasan dan perjuangan berdarah sekte-sekte ini untuk merebut
hegemoni di kalangan yang akrab disebut uchi-geba (uchi: di dalam atau bagian
dalam, geba: berasal dari Jerman (Gewalt) yang artinya kekerasan). Sekte-sekte ini
menggunakan kekerasan dalam melawan dan menghancurkan sekte lain yang
berbeda dengan ideology dan taktik mereka.

Kemudian pada tahap terakhir terjadi sejak 1976 dimana dalam periode ini
terjadi peningkatan terorisme yang dilakukan oleh kaum anarkis yang
mengungkapkan kekecewaannya terhadap sekte-sekte Kiri Baru. Golongan ini
menggunakan radikalisme yang mengundang perhatian yang luas karena berbagai
aktivitaws anti-sosial yang semakin meluas dan dengan menganut ideology yang

6
Ibid., h. 153, mengutip dari M. Shimbori, “Comparison between pre-and Postwar Student Movements in
Japan”, (Sociology of Education, 1963), h. 59-70 dan M. Shimbori, “Zengakuren: A Japanese Case Study of
Student Political Movemment”, (Sociology of Education, 1964), h. 229-253
dicanangkan oleh Ryu Ota yang mengatakan bahwa pusat revolusi dunia harus
beralih dari proletariat7

Negara-negara industry maju ke proletariat yang tersisih seperti penduduk asli


Ainu di Jepang. Kelompok ini menyerang perusahaan-perusahaan dan organisasi-
organisasi secara langsung seperti Mitsubishi dan Keindanrer (Federasi Organisasi
Ekonomi Jepang) dengan cara merusak gedung-gedung mereka bahkan sampai
membunuh para pemimpinnya. Mereka menganggap organisasi-organisasi dan
perusahaan tersebut menjalan diskriminasi dan eksploitasi.

Meskipun di antara sekte-sekte gerakan mahasiswa tersebut masih sering


terjadi uchi-geba, namun mereka juga terkadang saling menjalin kerjasama dalam
beberapa kasus. Contohnya seperti dalam kasus Bandar udara internasional yang
baru di Narita. Terlihat bahwa minat mereka sekarang terletak pada isu-isu social
dan kebanyakan gerakan mereka dilakukan di luar kampus.

Dalam situasi dunia internasional, ketika Amerika Serikat mulai melakukan


pengeboman terhadap Vietnam Utara pada tahun 1965, protes yang menentang
perang tersebut menjadi penyulut bagi gerakan-gerakan mahasiswa seluruh dunia,
terutama di Jepang dengan Zenkyoto-nya. Pada akhir tahun 1960-an, kelompok
Peace for Vietnam dan Be-hei-ren yang dipimpin oleh Makoto Oda dan Komite
Pemuda Anti Perang bertindak sebagai ujung tombak kegiatan bagi berbagai
kelompok lainnya. Bahkan, Be-hei-ren mampu menggerakkan sekitar 32.000
mahasiswa Kiri Baru untuk melakukan gerakan menentang perang bersama pada
8
tahun 1969 tanggal 10 Oktober.

Kemudian, setelah berakhirnya perang Amerika Serikat melawan Vietnam


Utara, gerakan mahasiswa pada masa kini menjadi kurang aktif. 9 Serangkaian
gerakan mahasiswa Jepang berlangsung sepanjang tahun 1965 sampai tahun 1970
di bawah naungan Zenkyoto (Persatuan Mahasiswa Militan) yang pada mulanya
berkembang dari tahap partisipasi spontan massa mahasiswa, melalui tahap
7
Ibid., h. 154

8
Ibid., h. 156

9
Ibid., h. 167
menengah yang dipimpin oleh sekte-sekte Kiri Baru yang terorganisir, sampai pada
tahap yang dipimpin oleh kelompok-kelompok radikal non-sekte.

Gerakan sepanjang tahun-tahun ini diakui berkembang di bawah Zenkyoto,


tetapi dalam realitas dari tahun ke tahun mereka berbeda dalam banyak hal. Mereka
hanya mempunyai sedikit ideology dan taktik yang kohern, maka mereka tidak bisa
mempertahankan kerja sama dan berjuang secara konsisten. Merosotnya gerakan
dalam tahun 1970-an bisa diketahui dari kekacauan gaya masa awal Zenkyoto.
Kelemahan-kelemahan organisasi yang telah tampak pada akhir tahun 1960-an
berakibat pada alienasi massa mahasiswa setelah diberlakukannya Undang-Undang
Pemulihan Ketertiban di Universitas serta diperkenalkannya satuan kepolisian dalam
kampus. Akhirnya gerakan mahasiswa hanya terdiri dari inti kelompok yang sangat
radikal. Karena mereka hanya menawarkan sasaran yang kurang relevan bagi
sebagian besar mahasiswa.

Karena menurunnya jumlah anggota mereka, gerakan mahasiswa terpaksa


memperkuat antagonism perjuangan gerilya mereka. Perjuangan bawaj tanah untuk
memperoleh hegemoni semakin keras terutama di kalangan sekte-sekte New Left.
Dan meningkat menjadi apa yang disebut uchi-geba yang merupakan ciri gerakan
mahasiswa tahun 1970-an.10 Kegiatan gerilya bawah tanah juga tidak hanya
semata-mata merupakan sebuah perjuaangan antar sekte-sekte saja, tetapi juga di
arahkan langsung terhadap kemapanan. Tentara merah Jepang menunjukkan gaya
gerakan bersenjata ini.

Bisa diperkirakan bahwa kelompok-kelompok anarkis yang tidak termasuk ke


dalam partai politik atau dalam sekte New Left ini menjadi aktivis yang paling militant
menentang kemapanan. Mereka biasa disebut Pasukan Helm Hitam. Kira-kira ada
sekitar 320 kelompok semacam ini padea tahun 1978 yang sebagian besar di
antaranya hanya terdiri dari beberapa orang anggota saja. Keanggotaannya pun
berubah terus menerus sehingga sulit untuk memperoleh gambaran yang jelas
mengenai kelompok-kelompok tersebut. Ideology mereka tidak selalu Marxis seperti
New Left, kadang juda nasionalis.

10
Ibid., h. 168
Dalam tahun-tahun belakangan ini, semua sekte minoritas, kecuali kelompok
komunis, mengakui keterbatasan taktik-taktik seperti melempar batu dan
mengorganisasikan demonstrasi jalanan serta merasakan perlunya meningkatkan
persenjataan mereka.

Para mahasiswa semakin lama semakin kurang dominan di kalangan kaum


radikal New Left. Jika pada tahun 1960-an keresahan mahasiswa melanda 165
kampus, kini hanya 18 kampus yang terlanda persoalan serupa. Pada tahun 1978
hanya 13.000 dari sekitar perkiraan 35.000 kaum radikal New Left yang berstatus
mahasiswa. Sekalipun kampus semakin tenang, gerakan social buruh yang dipimpin
oleh para bekas mahasiswa radikal semakin keras.

Para pemimpin yang ketika masih menjadi mahasiswa terlatih dalam gerakan
kampus dengan kekerasan kini memimpin gerakan kekerasan di jalanan dan kantor-
kantor. Pada saat yang bersamaan, kaum radikal yang berada di kampus semakin
sedikit dan mereka tidak lagi memiliki kekuasaan di universitas serta terisolasi dari
massa mahasiswa. Mereka aktif di luar kampus dan sering kali bekerja sama
dengan kaum radikal yang bukan mahasiswa. Para aktivis mahasiswa Jepang pada
awal tahun 1970-am dicirikan dengan semakin tingginya radikalisasi serta
profesionalisasi, secara bertahap berenti sebagai pemimpin gerakan mahasiswa. 11

5. Kesimpulan

Dari pemaparan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa gerakan mahasiswa
Jepang telah berubah secara bertahap baik dalam segi kuantitas maupun kualitas
pada tahun 1970-an.

Sebagian besar pemuda di Jepang menganggap bahwa kuliah merupakan


suatu upacara inisiatif. Yang penting bagi mereka adalah mendapatkan pekerjaan
yang baik setelah lulus. Namun tidak menutup kemungkinan untuk aktivis
professional untuk turut ikut seta dalam berpartisipasi dalam gerakan selama hal

11
Ibid., h. 169
tersebut tidak membahayakan kesempatan-kesempatan mereka untuk
mendapatkan pekerjaan.

Pada bulan oktober 1973, terjadi krisis minyak dan resesi ekonomi yang
mendadak yang menyebabkan pasar tenaga kerja berubah sama sekali. Melihat hal
tersebut, tidak mengherankan jika para mahasiswa enggan untuk terlibat dalam
gerakan radikal. Tampaknya hanya akan ada sedikit rangsangan psikologi bagi
meningkatnya radikalisme mahasiswa selama pertumbuhan ekonomi yang rendah
dewasa ini terus berlanjut.

Altbach mengatakan bahwa di masa depan tampaknya gerakan politik


mahasiswa di masyarakat industry akan menjadi bersifat damai dengan
menggunakan teknik lobby, argumentasi berdasarkan penelitian dan pendekatan
lingkungan. Namun perlu diperhatikan bahwa kecendrungan kekerasan di kalangan
mahasiswa di kalangan masyarakat industry sebagai reaksi terhadap sikap
konservatif dari kaum mapan akan ada di dalam masyarakat mereka. Gerakan
politik mahasiswa di Negara berkembang tetap merupakan aksi yang penting
sekalipun sukar diramalkan kemunculannya. Namun bukan hal yang aneh jika
kecenderungan radikal dan kekerasan semakin nyata pula di dalam gerakan politik
mahasiswa dalam decade ini.

Anda mungkin juga menyukai