Anda di halaman 1dari 19

TANDA BACA

(Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Materi Ajar Pembelajaran e-
Learning Mata Kuliah Bahasa Indonesia

PENYUSUN

IKA PANGGIH WAHYUNINGTYAS, M.Pd

PROGRAM MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN STS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul Tanda Baca: Ejaan Bahasa
Indonesia (EBI) ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam tidak pernah
lupa kita sampaikan kepada Nabi kita, Nabi Besar Muhammad SAW., yang telah
membawa umat manusia dari alam kebodohan kepada alam yang berilmu
pengetahuan seperti sekarang ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah
membantu dalam penulisan makalah ini, sehingga makalah ini terselesaikan dengan
baik. Di samping itu, makalah ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dalam menulis
karya tulis ilmiah, khususnya dalam penggunaan tanda baca.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari segi isi maupun dari segi kebahasaannya. Oleh karena itu, penulis menerima
masukan dan saran dari semua pembaca demi penyempurnaan makalah ini di masa
akan datang. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.

Jambi, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………….. 2
C. Tujuan Penulisan…………………………………………… 2
D. Manfaat Penulisan………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………. 3
A. Tanda Titik…………………………………………………. 3
B. Tanda Koma………………………………………………... 4
C. Tanda Titik Koma………………………………………….. 7
D. Tanda Titik Dua……………………………………………. 8
E. Tanda Hubung……………………………………………… 10
F. Tanda Pisah………………………………………………… 10
G. Tanda Elipsis……………………………………………….. 11
H. Tanda Kurung……………………………………………… 11
I. Tanda Kurung Siku………………………………………… 12
J. Tanda Petik………………………………………………… 12
K. Tanda Petik Tunggal……………………………………….. 13
L. Tanda Seru…………………………………………………. 13
M. Tanda Garis Miring………………………………………… 14
N. Tanda Penyingkat atau Apostrof…………………………… 14
BAB III PENUTUP…………………………………………………. 15
A. Simpulan……………………………………………………. 15
B. Saran………………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada tahun 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
mengubah Ejaan yang Disempurnakan (EYD) menjadi Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
sebagai pedoman penggunaan berbahasa Indonesia secara baik dan benar. Perubahan
ini bukanlah sesuatu yang tidak biasa, sebagaimana pendapat Chaer (2007: 53) bahwa
bahasa bersifat dinamis. Artinya, bahasa adalah salah satunya milik manusia tidak
pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia, sepanjang keberadaan manusia
itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat karena keterkaitan dan
keterikatan manusia dengan bahasa, dan kehidupan manusia pun akan terus berubah
dan tidak tetap, maka bahasa pun menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, tidak
statis. Oleh karena itu, bahasa itu disebut dinamis.
Perubahan bahasa dapat terjadi pada semua tataran, baik fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, maupun leksikon. Namun, perubahan yang paling terlihat dan
paling sering terjadi adalah pada tataran leksikon dan semantik. Hampir setiap saat
terdapat kata-kata baru yang muncul sebagai akibat dari perubahan budaya dan ilmu,
atau terdapat kata-kata lama muncul dengan makna baru.
Dengan terjadinya perkembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, tentu secara otomatis akan bermunculan konsep-konsep baru yang
tentunya disertai wadah penampungnya, yaitu kata-kata atau istilah-istilah baru.
Dengan demikian, dalam penulisan konsep-konsep baru tersebut, baik dalam bentuk
kata, kalimat, maupun dalam wujud wacana atau teks, kita memelukan ejaan sebagai
wujud kebakuannya. Salah satu wujud kebakuan sebuah tulisan adalah penggunaan
tanda baca. Tanda baca tentu memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam
penerapannya. Oleh karena itu, untuk melihat lebih jelas tentang kaidah penggunaan
jenis-jenis tanda baca, maka akan dibahasa dalam makalah ini secara menyeluruh
atau terperinci.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah makalah
ini adalah sebagai berikut ini.
1. Bagaimanakah kaidah penggunaan tanda baca?
2. Bagaimanakah contoh penerapan penggunaan tanda baca?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut ini.
1. Menjelaskan kaidah penggunaan tanda baca.
2. Memberikan contoh penggunaan tanda baca dalam bentuk kata atau kalimat.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini bagi mahasiswa adalah sebagai berikut ini.
1. Sebagai materi ajar dalam memahami Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), khususnya
tanda baca.
2. Tambahan referensi dalam menulis karya tulis ilmiah, baik dalam bentuk
makalah, artikel, maupun skripsi.
BAB II
PEMBAHASAN

Pada tahun 2014, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


mengubah Ejaan yang Disempurnakan (EYD) menjadi Ejaan Bahasa Indonesia
sebagai pedoman penggunaan berbahasa Indonesia secara baik dan benar. Salah satu
yang diatur dalam EBI adalah tanda baca. Tanca baca tersebut meliputi, tanda titik,
tanda koma, tanda titik koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda
ellipsis, tanda Tanya, tanda seru, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda petik, tanda
petik tunggal, tanda garis miring, tanda penyingkat (apostrof).
A. Tanda Titik (.)
Dalam PUEBI terdapat beberapa butir kaidah tentang penggunaan tanda titik,
yaitu sebagai berikut.
1. Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh:
Kita sedang belajar bahasa Indonesia.
2. Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtiar
atau daftar.
Contoh:
III. Departemen Luar Negeri
A. Direktorat Jenderal Agraria
1. Tahap Persiapan Program
1.1 Penerimaan Warga Belajar
1.2 Pemilihan Penyelenggara
3. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
Contoh:
Pukul 2.35.20 (pukul 2 lewat 35 menit 20 detik)
4. Tanda titik digunakan dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan
yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.

3
4

Contoh:
Rahman, Azzakia. 2019. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Pekanbaru:
Gramedia Pustaka.

5. Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau


kalipatannya. Contoh:
Mahasiswa STMIK Amik Riau berjumlah 5.500 orang.
Catatan: Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kalipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
a. Dian lahir pada tahun 2000 di Pekanbaru.
b. Lihat halaman 3456 seterusnya.
c. Nomor gironya 34566.
6. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh:
a. Acara kunjungan Adam Malik Bentuk dan Kedaulatan (BAB I UUD ‟45)
b. Sengsara Membawa Nikmat
7. Tanda titik dipakai di belakang alamat pengirim, tanggal surat, nama, dan alamat
surat
Contoh:
a. Jalan Muhammad Hatta 50 (tanpa titik)
b. 1 Mei 2019 (tanpa titik)
c. Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
d. Kantor Penempatan Karyawan (tanpa titik)
e. Jakarta (tanpa titik)

B. Tanda Koma (,)


Kaidah penggunaan tanda koma adalah sebagai berikut ini.
1. Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Contoh:
Saya membeli kertas, pena, buku, dan tinta.
2. Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat majemuk setara yang satu
dengan kalimat majemuk setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau
melainkan.
Contoh:
a. Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
b. Dea bukan adik saya, melainkan anak Pak Andil.
3. Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
(dalam kalimat majemuk bertingkat) jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.
Contoh:
a. Kalai hari hujan, saya tidak datang.
b. Karena sibuk, dia lupa akan janjinya.
Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
(dalam kalimat majemuk bertingkat) jika anak kalimat itu mengiringi induk
kalimatnya.
Contoh:
a. Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
b. Mereka lupa akan janjinya karena sibuk.
4. Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat
yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
a. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
b. Jadi, soalnya tidak semudah itu.
5. Tanda koma digunakan untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan
dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Contoh:
a. O, begitu?
b. Wah, cantik sekali!
6. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
Contoh:
“Saya gembira sekali,” kata ibu, “karena kamu lulus.”
7. Tanda koma digunakan di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat
dan tanggal, nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
a. Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan raya Salemba 6, Jakarta.
b. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor.
c. Kuala Lumpur, Malaysia.
8. Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
Contoh:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 2000. Tata bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pustaka.
9. Tanda koma digunakan di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh:
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta:
UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
10. Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya utnuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Contoh:
a. Ratulangi, S.E.
b. Khadijah, M.A.
11. Tanda koma digunakan di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:
a. 12,5 m
b. Rp 12,50
7

12. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Contoh:
a. Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
b. Di daerah kami, misalnya, masih banyak laki-laki yang makan sirih.
13. Tanda koma dapat digunakan untuk menghindari salah baca di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
a. Dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap
yang sungguh-sungguh.
b. Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langung itu berakhir dengan tanda
tanya atau seru.
Contoh:
a. “Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
b. “Berdiri tegak!” perintahnya.

C. Tanda Titik Koma (;)


Kaidah penggunaan tanda titik koma adalah sebagai berikut ini.
1. Tanda titik koma dapat menggantikan kata penghubung (konjungsi) yang
memisahkan bagian-bagian kalimat majemuk setara.
Contoh:
Di rumah Ibu mengeluh harga beras; di kantor Ayah marah-marah karena
pekerjaannya bertambah; di kelas aku bingung karena belum mengerjakan
pekerjaan rumah.
2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam
kalimat yang berupa kata atau kelompok kata.
Contoh:
Syarat-syarat menjadi seorang guru adalah
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. berkewarganegeraan Indonesia;
c. berijazah pendidikan guru;
d. berbadan sehat;
e. mendapat surat pengangkatan sebagai guru;
f. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

D. Tanda Titik Dua (:)


Kaidah penggunaan tanda titik dua adalah sebagai berikut ini.
1. Tanda titik dua dapat digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
Contoh:
a. Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
b. Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
Tanda titik dua tidak digunakan jika rangkaian atau perian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh:
a. Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
b. Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi
Perusahaan.
2. Tanda titik dua digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Contoh:
a. Ketua : Windi Safitri
Sekretaris : Rio Saputra
Bendahara : Rudi Hartono
b. Tempat Sidang : Ruang 104
Pengantar Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Waktu : 09.30
3. Tanda titik dua dapat digunakan dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
9

Contoh:
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar)
4. Tanda titik dua digunakan di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab
dan ayat dalam kitab suci, di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta di
antara nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Contoh:
a. Tempo, I (34), 1971: 7
b. Surah Yasin: 9
c. Karangan Ali Hakim, Pedidikan Seumur Hidup: sebuah Studi, sudah terbit.
d. Tjokronegoro, Sutomo. 2010 Cukuplah Saudara Membina Bahasa
Persatuan Kita. Djakarta: Eresco.
Pada kalimat yang mengandung perincian sering ditemukan beragam cara
penulisan perincian. Keragaman itu berkaitan dengan tanda baca yang digunakan
kalimat induknya, yaitu tanda baca koma, tanda titik koma, tanda titik dua, dan tanda
titik. Perhatikan beberapa contoh berikut ini.
a. Faktor yang menaikkan produksi ikan adalah sebagai berikut:
1. benih ikan yang baik;
2. air yang tidak kotor; dan
3. pakan yang bermutu tinggi.
b. Faktor yang menaikkan produksi ikan adalah sebagai berikut;
1. benih ikan yang baik;
2. air yang tidak kotor;
3. pakan yang bermutu tinggi.
c. Faktor yang menaikkan produksi ikan, adalah sebagai berikut.
1. Benih ikan yang baik.
2. Air yang tidak kotor.
3. Pakan yang bermutu tinggi.
10

E. Tanda Hubung (-)


Kaidah penggunaan tanda hubung adalah sebagai berikut ini.
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata atau bagian dari kata dasar yang
terpisah oleh pergantian baris.
Contoh:
Buku ini sangat bermanfaat bagi manajer di kalangan pemerintah atau kala-
ngan swasta yang bermaksud melakukan penerimaan dengan unsur bahasa asing.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau
akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Contoh:
Kata penunjuk waktu yang menyatakan rangkaian atau rentangan yang ber-
makna.
3. Tanda hubung meyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh:
Merakit soal adalah menyusun soal-soal hingga siap diujikan.
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Contoh:
3-2-1984
5. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing.
Contoh:
Kalau ingin meng-copy sebuah file dalam computer, kita harus me-retrieve-nya
dulu.

F. Tanda Pisah (--)


Kaidah penggunaan tanda pisah adalah sebagai berikut ini.
1. Tanda pisah digunakan untuk mengapit bagian kalimat yang disisipkan, yang
merupakan penjelasan, keterangan, atau komentar yang ingin ditonjolkan, tetapi
tidak terkait dengan kalimat induknya.
Contoh:
Berita tentang pembuangan bayi—alangkah sadisnya—di tempat sampah
menimbulkan kemarahan kaum ibu.
2. Tanda pisah digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti sampai
dengan atau sampai ke.
Contoh:
Sidang istimewa MPR RI berlangsung tanggal 23—25 Agustus 2001.

G. Tanda Elipsis (…)


Tanda ellipsis digunakan dengan kaidah sebagai berikut ini.
1. Tanda elipsis digunakan dalam kalimat yang terputus-putus.
Contoh:
Pengawasan yang ketat … akan mendukung kelancaran dan ketepatan
pelaksanaan pembangunan.
2. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat
buah titik; tiga buah titik untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk
menandai akhir kalimat.
Contoh :
Guru memiliki berbagai peran, antara lain, sebagai pengajar, pemandu, serta
penghubung dalam ….

H. Tanda Kurung (( ))
Tanda kurung digunakan dengan kaidah sebagai berikut ini.
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan. Contoh:
Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor
itu.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.
12

Contoh:
Sajak Tranggono yang berjudul Ubud (nama yang terkenal di Bali) ditulis pada
tahun 1962.
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Contoh:
a. Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain (a).
b. Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

I. Tanda Kurung Siku ( [ ] )


Kaidah penggunaan tanda kurung siku adalah sebagai berikut ini.
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di naskah
asli.
Contoh:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Contoh:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat
halaman 35-38] perlu dibentangkan.

J. Tanda Petik (“…”)


Tanda petik digunakan dengan kaidah sebagai berikut ini.
1. Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
“Saya menghadirkan peran penjahat seeperti Casanova hanya sebagai
perbandingan,” kata sutradara Gary Fleder.
2. Tanda petik digunakan untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Contoh:
Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat.
3. Tanda petik digunakan untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau
kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh:
Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung. Contoh:
Kata Tono, “Saya juga minta satu.”

K. Tanda Petik Tunggal („)


Tanda petik tunggal digunakan untuk menandai atau mengapit makna,
terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. Contoh pemakaiannya dalam
kalimat sebagai berikut.
Meskipun istilah flanchises „waralaba‟ telah lama dipakai dalam bahasa
Indonesia, masih banyak orang yang belum memahami maknanya.

L. Tanda Seru (!)


Tanda seru digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa
emosi yang kuat.
Contoh:
a. Alangkah seramnya peristiwa itu!
b. Bersihkan kamar itu sekarang juga!
c. Kita Merdeka!
M. Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis digunakan dengan kaidah berikut ini.
1. Tanda garis miring digunakan dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
a. No. 10/UK/2019
b. Jalan Jati I/18
c. Tahun Ajaran 2010/2011
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau dan tiap.
Contoh:
a. Dikirim lewat darat/laut
(Dikirim lewat darat atau lewat laut)
b. Harganya Rp25,00/lembar
(Sama dengan, harganya Rp25,00 tiap lembar)

N. Tanda Penyingkat atau Apostrof („)


Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun.
Contoh:
a. Ali „kan kusurati. („kan = akan)
b. Malam „lah tiba. („lah = telah)
c. 1 Januari ‟88. (‟88 = 1988)
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Tanda baca merupakan simbol-simbol yang memiliki makna tersendiri dan
digunakan dalam sintem ejaan. Tanda baca berfungsi ini membantu pembaca dalam
memahami sebuah tulisan. Dalam Ejaan bahasa Indonesia, tanda baca terdiri dari
tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda hubung (-
), tanda pisah (―), tanda ellipsis(…), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda
kurung((…)), tanda kurung siku ([…]), tanda petik (“…”), tanda petik tunggal („…‟),
tanda garis miring (/), dan terakhir adalah tanda penyingkat atau apostrof. Semua
tanda baca mempunyai aturan sendiri dalam penggunaannya, sehingga tidak boleh
menyalahi kaidah yang sudah ditetapkan.

B. Saran
Bagi penulis, gunakanlah tanda baca dalam setiap tulisan agar makna dari
tulisan mudah dipahami oleh pembaca. Dalam penggunaan tersebut, penerapan
kaidah pemakaian dari setiap tanda baca perlu diperhatikan dengan seksama.

15
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Permendikbud. 2015. “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.” Jakarta:


Kemendikbud.

16

Anda mungkin juga menyukai