Pembimbing :
Disusun oleh :
DANIA QISTI
030.04.050
LAPORAN KASUS
Oleh:
Dania Qisti
030.04.050
I. PENDAHULUAN
Penyakit infeksi jamur pada kulit mempunyai prevalensi yang cukup tinggi di
Indonesia. Hal ini disebabkan karena negara Indonesia memiliki iklim tropis dan
kelembaban yang tinggi.1 Dermatofitosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
golongan jamur dermatofit. Golongan jamur dermatofit bersifat keratolitik yang
artinya menyerang lapisan kulit yang mengandung keratin (zat tanduk) yaitu mulai
dari stratum korneum sampai dengan stratum basalis, rambut dan kuku. Golongan
Jamur dermatofit antara lain adalah adalah Trichophyton, Epidermophyton dan
Microsporum.2 Berdasarkan habitatnya dermatofit digolongkan sebagai antropofilik
(manusia), zoofilik (hewan), dan geofilik (tanah). Dermatofit yang antropofilik paling
sering sebagai sumber infeksi tinea, tetapi sumber yang zoofilik di identifikasi (jika
mungkin) untuk mencegah reinfeksi manusia.3 Nama penyakit akibat jamur
dermatofit ini sesuai dengan lokasi yang diserang oleh jamur tersebut. Penyakit
dermatofitosis dapat menyerang seluruh bagian dari tubuh.2
Tinea korporis adalah penyakit dermatofit pada kulit glabrosa , selain kulit
kepala, wajah, kaki, telapak tangan dan kaki, janggut dan lipatan paha. Manifestasinya
akibat infiltrasi dan proliferasinya pada stratum korneum dan tidak berkembang pada
jaringan yang hidup. Metabolisme dari jamur dipercaya menyebabkan efek toksik dan
respon alergi.3
Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur dan paling sering terjadi pada
iklim yang panas (tropis dan subtropis). Ada beberapa macam variasi klinis dengan
lesi yang bervariasi dalam ukuran derajat inflamasi dan kedalamannya. Variasi ini
akibat perbedaan imunitas hospes dan spesies dari jamur. Tricophyton rubrum
merupakan infeksi yang paling umum diseluruh dunia dan sekitar 47 % menyebabkan
tinea korporis.3
Tinea kruris adalah penyakit infeksi jamur dermatofita di daerah lipat paha,
genitalia dan sekitar anus yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah.
Tinea kruris disebut juga eczema marginatum, dhobie itch, ringworm of groin.
Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit
yang berlangsung seumur hidup. Tinea kruris merupakan salah satu bentuk klinis
yang sering di lihat di Indonesia.2
Pada tinea korporis yang menahun, tanda radang mendadak biasanya tidak
terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama
dengan kelainan pada sela paha, anogenital atau bahkan meluas ke daerah bokong.
Dalam hal ini di sebut tinea korporis et kruris atau sebaliknya tinea kruris et
korporis.2
Angka kejadian tinea kruris et korporis di poliklinik kulit dan kelamin RSUD
Kardinah Tegal pada periode Januari- November 2010 sebanyak 309 dari keseluruhan
899 kasus baru.
Berikut ini dilaporkan satu kasus tinea korporis pada seorang wanita berusia
70 tahun.
ANAMNESA KHUSUS
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 30 November 2010, di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Kardinah Tegal.
Sekitar 1,5 tahun yang lalu mulai muncul bruntus-bruntus kemerahan
bersisik halus di bagian lipat paha kiri yang dirasakan gatal dan semakin
hebat apabila berkeringat. Bruntus kemerahan tersebut awalnya hanya sebesar
koin logam, Karena tidak dapat menahan gatalnya, pasien menggaruk sampai
lecet dan perih. Semakin lama bruntus kemerahan tersebut semakin melebar
dan menghitam. Sekitar 7 bulan yang lalu, daerah sekitar lengan kanan atas
pun mulai timbul bruntus-bruntus kemerahan bersisik halus yang serupa
dengan yang pertama muncul di sela paha kiri, terasa gatal terutama saat
pasien beraktifitas dan mengeluarkan banyak keringat. Bruntus ini pun
dirasakan makin melebar dan menjadi hitam karena garukan saat gatal.
6 bulan yang lalu muncul bruntus-bruntus di tempat lain yaitu ketiak
kiri yang meluas ke payudara kiri, punggung kiri dan pinggang bagian kiri.
Saat itulah pasien mulai berobat ke puskesmas dan diberi obat salep berwarna
putih yang harus dioles 3 kali sehari dan pil kecil berwarna putih yang harus
diminum 3 kali sehari dan bedak dingin. Setelah 1 minggu memakai obat dari
puskesmas, pasien merasa gatal berkurang, namun 3 minggu kemudian gatal
dirasa kembali terutama saat berkeringat. Lalu, pada tanggal 30 november
2010 pasien datang berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Kardinah
Tegal dengan keluhan utama bruntus-bruntus kemerahan bersisik yang terasa
gatal pada lipat paha kiri ,lengan kanan atas, ketiak kiri yang meluas ke
payudara kiri, punggung kiri dan pinggang bagian kiri.
Pasien mengaku mudah berkeringat saat aktifitas dan tidak langsung
mengganti bajunya. Pasien mandi dan berganti pakaian dan pakaian dalam 1
kali dalam sehari. Pasien mandi menggunakan air sumur dan sabun mandi
yang dipakai bersama dengan anggota keluarga lainnya. Handuk dipakai
sendiri-sendiri dan dicuci 3 minggu sekali. Anak pasien sempat mengalami
keluhan yang sama dengan pasien sekitar 3 minggu yang lalu, namun sudah
berobat ke puskesmas dan gejala mereda.
Pasien menyangkal adanya riwayat konsumsi obat tertentu dalam
jangka waktu lama, riwayat sesak nafas,darah tinggi,kencing manis, keputihan
pun disangkal.
II.3.Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : Afebris
Tinggi Badan : 153 cm
Berat Badan : 63 kg
Status gizi : Gizi berlebih
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva hiperemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-), mukosa hiperemis (-)
Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-)
Mulut : Kering (-), faring hiperemis (-), tonsil hiperemis (-)
Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB
Thoraks :
Inspeksi : Bentuk simetris, gerak nafas simetris
Perkusi : Tidak diperiksa
Palpasi : Tidak diperiksa
Auskultasi : Tidak diperiksa
Abdomen : Datar, supel, terdapat kelainan kulit ( lihat status
dermatologikus)
Genitalia : Tidak diperiksa
Extremitas : Akral hangat, tidak oedem.
Status Dermatologikus
Distribusi : Regional
Ad regio : lipat inguinal Sinistra, brachii dextra, axilla sinistra,mamae
sinistra dan thorax posterior sinistra
Jumlah lesi : multipel
Penyebaran : konfluens, bilateral
Batas : berbatas tegas
Bentuk dan susunan : polisiklik, tidak teratur
Ukuran : plakat
Efloresensi : Pada lipat inguinal Sinistra, brachii dextra, axilla
sinistra,mamae sinistra dan thorax posterior sinistra tampak
makula eritema tepi aktif dan penyembuhan sentral ,bagian tepi
lesi terdapat papul-papul eritematosa dan vesikel,
,hiperpigmentasi, skuama halus berwarna putih, dan eksoriasi.
II.5. Resume
II.8. Penatalaksanaan
UMUM
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan cara
pengobatannya
Menyarankan agar pasien selalu menjaga kebersihan diri dan
lingkungannya ( mandi minimal dua kali perhari, pakaian harus sering di
ganti bila berkeringat, serta rutin mencuci seprei dan selimut).
Menyarankan agar pasien menurunkan berat badannya secara
bertahap.
Bila terasa gatal, sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras
karena dapat menyebabkan luka dan infeksi sekunder.
KHUSUS
Sistemik :
Anti jamur golongan imidazol : ketokonazol 200mg/hari selama 2
minggu
Topikal :
Anti jamur golongan imidazol : mikonazol krim 2x/hari selama 2
minggu dioleskan tipis pada lesi
II.9. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad cosmetican : dubia ad bonam
III. PEMBAHASAN
Prognosis dari tinea corporis et cruris ini akan baik dengan tingkat
kesembuhan 70-100% setelah pengobatan dengan obat jamur golongan
imidazol sistemik dan topikal secara teratur dan juga dengan menjaga
kebersihan diri dan lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
3. Siregar RS. Atlas berwarna. Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua. Jakarta EGC.
2002 ; 17 – 20, 29 – 31.