Anda di halaman 1dari 12

DESTILASI SENYAWA HIDROKARBON

Priscilla Natasha Cindy3, Arief Habibie, Mesi, Margono Edi Prayitno


Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura
Jl. Prof. Dr. H Hadari Nawawi, Kota Pontianak, Kalimantan Barat
Email: d1121211021@gmail.untan.ac.id

ABSTRAK
Percobaan destilasi senyawa hidrokarbon yang telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui cara
memisahkan dua larutan yang memiliki perbedaan titik didih, dan memurnikan senyawa jenis
hidrokarbon. Prinsip percobaan pada destilasi senyawa hidrokarbon yaitu, percobaan ini dilakukan
dengan proses destilasi yaitu proses penguapan komponen zat dilakukan dengan pemanasan
dimana menggunakan spirtus pada labu destilasi sehingga komponen zat yang memiliki titik didih
yang lebih rendah akan terjadi volalitas menghasilkan gelembung gas dan uapan tersebut melewati
kondesor yang mendinginkan komponen zat tersebut sehingga akan terkondesasi atau berwujud
uap menjadi berwujud cair yang akan menghasilkan air dan methanol (destilat). Air akan mendidih
dahulu dari methanol karena suhu air 100 ℃ < suhu methanol 110,6℃ , titik didih methanol adalah
64,7℃ . Titik didih air lebih tinggi jika dibandingkan dengan methanol. Sebab ikatan hydrogen
dengan molekul air dapat dibentuk lebih banyak dibandingkan dengan methanol. Pada percobaan
destilasi senyawa hidrokarbon ini , campuran methanol dan akquades atau suspensi dipanaskan
pada labu destilasi hingga mendidih. Aquades ini berfungsi untuk mengurangi penguapan destilat.
Dimana titik didih methanol atau puncak pemanasan awal adalah 64,7 ℃ . Kemudian pada saat titk
didih mencapai 66℃ , pemanasan akan berubah menjadi keadaan superhitif dan berubah fasa
menjadi uap panas . Uap akan bertumpukan antar partikel dan membentuk embun panas. Embun
tersebut mencair dan akan naik lalu keluar dari sambungan menuju kondesor disinilah akan terjadi
pemisahan dua zat yang telah tercampur, di dalam kondesor terjadi volalitas yang menghasilkan
gelembung-gelembung gas, proses ini dinamakan kondesasi. Proses pendinginan terjadi karena kita
mengalirkan air kedinding (bagian luar kondesor). Pada saat terjadi kondesasi, komponen zat yang
di dinginkan dalam kondesor akan berwujud uap dan menjadi wujud cair sehingga diperoleh zat cair
murni yang disebut destilat. Disinilah akan terjadi pemurnian zat yang sudah dipisahkan. Hasil yang
diperoleh pada percobaan kali ini yaitu persen rendemen sebesar 50% dan kemurnian destilat
sebesar 91,7%. Dalam percobaan ini, campuran hidrokarbon methanol-air dipisahkan untuk
memperoleh methanol menggunakan proses destilasi yang di katakana pemurnian dan prinsip
destilasi pada skala laboratorium.
Kata Kunci: destilasi, destilat, kondesasi, methanol, titik didih, volalitas
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Perinsip Percobaan


Prinsip percobaan pada destilasi senyawa hidrokarbon yaitu, percobaan ini dilakukan dengan
proses destilasi yaitu proses penguapan komponen zat dilakukan dengan pemanasan dimana
menggunakan spirtus pada labu destilasi sehingga komponen zat yang memiliki titik didih yang lebih
rendah akan terjadi volalitas sehingga menghasilkan gelembung gas dan uapan tersebut melewati
kondesor yang mendinginkan komponen zat tersebut sehingga akan terkondesasi atau berwujud uap
menjadi berwujud cair yang akan menghasilkan air dan methanol (destilat). Air akan mendidih
dahulu dari methanol karena suhu air 100 ℃ < suhu methanol 110,6℃ , titik didih methanol adalah
64,7℃ . Titik didih air lebih tinggi jika dibandingkan dengan methanol. Sebab ikatan hydrogen
dengan molekul air dapat dibentuk lebih banyak dibandingkan dengan methanol.

I.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini ialah untuk mengetahui cara memisahkan dua larutan yang memiliki
perbedaan titik didih, memurnikan senyawa jenis hidrokarbon, memahami prinsip kerja dari destilasi
sederhana dan dapat menggunakan alat untuk pemisahan atau pemurnian suatu zat dengan cara
destilasi sederhana. Pada percobaan, dua larutan yang akan dipisahkan ialah methano dari
campuran hidrokarbon methanol-air.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Proses Pemisahan Dan Pemurnian Serta Aplikasinya Dalam Industri


Pemisahan dan pemurnian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memisahkan atau
memurnikan suatu senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dengan suatu bahan,
baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Pada prinsipnya, pemisahan dilakukan untuk
memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur, sedangkan pemurnian dilakukan untuk
mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain. Pemisahan dan pemurnian
campuran memiliki manfaat yang sangat penting dalam ilmu kimia, industri maupun dalam
kehidupan sehari-hari, dalam banyak kasus kita dapat menggunakan material tanpa pemurnian, baik
material itu dari alam (misalnya minyak tanah) atau yang disintesis di laboratorium,Pemisahan atau
pemurnian dengan metode tertentu perlu dilakukan. Demikian pula dalam pekerjaan dilaboratorim
maupun dalam proses industi banyak yang melibatkan pemisahan dan pemurnian. Aplikasinya dalam
industri misalnya dalam pengolahan bijih dari pertambangan, pemisahan logam dari mineralnya,
pengolahan minyak bumi, pengolahan air minum dan lain-lain.
Sedangkan contoh sederhana pemisahan dan pemurnian yang sering dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari misalnya pemisahan ampas kelapa dengan santannya yang dilakukan dengan metode
penyaringan. Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling
bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur.
Campuran adalah suatu contoh materi yang tidak murni, yaitu bukan sebuah unsur atau sebuah
senyawa. Susunan suatu campuran tidak sama dengan sebuah zat, dapat bervariasi. Campuran dapat
berupa homogen dan heterogen (Petrucci, 1996).

II. 2 Jenis-Jenis DestilasiProses distilasi merupakan salah satu cara untuk memisahkan
Proses distilasi merupakan salah satu cara untuk memisahkan komponen dalam larutan yang
berbentuk cair atau gas dengan mendasarkan pada perbedaan titik didih komponen yang ada di
dalamnya. Dasar dari pemisahan dengan distilasi adalah jika suatu campuran komponen diuapkan
maka komposisi pada fase uap akan berbeda dengan fase cairnya.
Untuk komponen yang memiliki titik didih lebih rendah maka akan didapatkan komposisi yang
cenderung lebih besar pada fase uapnya, uap ini diembunkan dan dididihkan kembali secara
bertingkat tingkat maka akan diperoleh komposisi yang semakin murni pada salah satu komponen.
Pada beberapa campuran komponen, untuk komposisi, suhu dan tekanan tertentu tidak memenuhi
kecenderungan tersebut, artinya jika campuran tersebut dididihkan maka komposisi fase uapnya
akan memiliki komposisi yang sama dengan fase cairnya, keadaan ini disebut kondisi azeotrop.
Sehingga campuran pada kondisi ini tidak dapat dipisahkan dengan cara distilasi biasa (Abassato,
2007). Adapun jenis-jenisnya destilasi ditinjau dari titik didihnya ialah sebagai berikut:
 Distilasi Sederhana
Pada destilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh atau
dengan salah satu komponen bersifat volatil. Destilasi sederhana juga merupakan Teknik
pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan
titik didih yang jauh. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih
rendah akan menguap lebih dulu. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan
campuran air dan Alkohol. 
 Destilasi Fraksionisasi
Fungsi destilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih,
dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi ini juga dapat digunakan
untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20°C dan bekerja pada tekanan
atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada industri
minyak mentah,untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah. 
Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi.
 Destilasi Uap
Destilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih
mencapai 200 °c atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan
suhu mendekati 100 °c dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air
mendidih. Sifat yang fundamental dari destilasi uap adalah dapat mendestilasi campuran
senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu destilasi
uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi
dapat didestilasi dengan air. Aplikasi dari destilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa
produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk,
dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
 Destilasi Vakum
Destilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didestilasi tidak stabil, dengan
pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran
yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode destilasi ini tidak dapat digunakan pada
pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin, karena
komponen yang menguap tidak dapat dikondensasioleh air. Untuk mengurangi tekanan
digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada
sistem destilasi ini.
 Distilasi Bertingkat (Fraksionasi)
Proses ini digunakan untuk komponen yang memiliki titik didih yang berdekatan. Pada
dasarnya sama dengan destilasi sederhana, hanya saja memiliki kondensor yang lebih
banyak sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memliki perbedaan titik didih
yang bertekanan. Pada proses ini akan didapatkan substan kimia yang lebih murni, karena
melewati kondensor yang banyak
 Distilasi Azeotrop
Teknik distilasi ini digunakan dalam memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau
lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain
yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut, atau dengan menggunakan tekanan tinggi.

II.3 Aplikasi Destilasi Hidrokarbon pada Industri


Hidrokarbon adalah komponen kimia organik yang tersusun atas atom karbon (C) dan hidrogen (H).
Atom karbon bergabung untuk membentuk suatu kerangka senyawa, kemudian atom hidrogen
menempel dalam berbagai konfigurasi yang berbeda, seperti ini komponen keduanya: CxHy. Aplikasi
destilasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu skala laboratorium dan skala industri. Perbedaan utama
destilasi skala laboratorium dan industri adalah sistem ketersinambungan. Pada skala laboratorium,
destilasi dilakukan sekali jalan. Dalam artian pada destilasi skala laboratorium, komposisi campuran
dipisahkan menjadi komponen fraksi yang di urutkan berdasarkan volatilitas, dimana zat yang paling
volatile akan dipisahkan terlebih dahulu. Dengan demikian, zat yang paling tidak volatile akan tersisa
pada bagian paling bawah. Proses ini dapat diulangi ketika campuran ditambahkan dan memulai proses
destilasi dari awal.
Pada destilasi skala industri, senyawa asli (campuran), uap, dan destilat tetap dalam komposisi
konstan. Fraksi yang di inginkan akan dipisahkan dari sistem secara hati-hati, dan ketika bahan awal habis
maka akan ditambahkan lagi tanpa menghentikan proses destilasi Aplikasi senyawa hidrokarbon pada
industri makanan misalnya dalam proses pengolahan pangan yang sangat menonjol adalah
peggunaan gas LPG. Seperti kita ketahui bahwa dalam produksi makanan dan minuman selalu
menggunakan bahan bakar tidak bisa terlepas dari aplikasi senyawa hidrokarbon. Bahan makar
seperti minyak tanah, bio gas danLiquid Petroleum Gas (LPG) merupakan senyawa hidrokarbon jenis
alkana.

II.4 Kesetimbangan Uap Cair Terhadap Operasi Destilasi


Volatilitas relatif merupakan ukuran beda volatilitas antara 2 komponen, dan juga titik-titik
didihnya. Volatilitas relatif menunjukkan bagaimana akan mudah atau sukarnya suatu pemisahan
tertentu. Kesetimbangan fasa merupakan perubahan spontan yang terjadi pada temperatur tertentu
untuk suatu tekanan tertentu. temperature transisi merupakan temperature dimana
kedua fase memiliki potensial kimia nilainya adalah sama, yakni temperature leleh dan temperatur
didih. Larutan dapat didefinisikan sebagai suatu sistem homogen yang terdiri dari dua komponen
atau lebih. Istilah pelarut dan zat terlarut sebenarnya biasa dipertukarkan, tetapi istilah pelarut
biasanya digunakan untuk cairan, bila larutan terdiri dari padatan atau gas dalam cairan.
Istilah ini untuk jenis larutan lain biasa digunakan untuk menyatakan zat yang terdapat dalam
jumlah yang lebih banyak. Komponen komponen yang terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit
biasanya dinamakan zat terlarut (Bird, 1993). Berikut merupakan diagram kesetimbangan fasa
alcohol-air yaitu etanol-air, dan methanol-air:
Gambar 1.1 diagram etanol-air Gambar 1.2 diagram methanol air
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Destilasi adalah suatu metode pemisahan campuran yang didasarkan pada perbedaan tingkat
volalitas (kemudahan suatu zat untuk menguap) pada suhu dan tekanan tertentu. Dasar utama
pemisahan dengan cara destilasi adalah perbedaan titik didih cairan pada tekanan tertentu. Proses
destilasi biasanya melibatkan suatu penguapan campuran dan diikuti dengan proses pendinginan
dan pengembunan. Pada skala laboratorium, destilasi dilakukan sekali jalan.
Dalam artian pada destilasi skala laboratorium, komposisi campuran dipisahkan menjadi
komponen fraksi yang diurutkan berdasarkan volatilitas, dimana zat yang paling volatil akan
dipisahkan terlebih dahulu. Dengan demikian, zat yang paling tidak volatil akan tersisa pada bagian
bawah. Proses ini dapat diulangi ketika campuran ditambahkan dan memulai proses destilasi dari
awal. Sifat fisika adalah sifat yang menggambarkan ciri khas suatu zat yang dapat diukur dan diamati
tanpa mengubah zat-zat penyusunan. Sifat-sifat fisis zat tersebut, antara lain warna,
bentuk,ukuran,keadatan,kelarutan,daya hantar listrik,kemagnetan,massa jenis,titik didih,titik lebur,
dan titik beku.
Kesetimbangan memberikan pengertian bahwa suatu keadaan dimana tidak terjadi perubahan
sifat makroskopis dari sistem terhadap waktu. Untuk material tersebut dengan waktu, keadaan
setimbang sebenarnya tidak pernah tercapai Semakin dekat keadaan sistem dengan titik
kesetimbangan maka semakin kecil gaya penggerak proses, semakin kecil pula laju proses dan
ahkimya sama dengan 0 bila titik kesetimbangan sudah tercapai Jadi titik kesetimbangan hanya bisa
tercapai secara teoritis dalam waktu yang tak terhingga. Pada percobaan destilasi senyawa
hidrokarbon ini , campuran methanol dan akquades di panaskan pada labu destilasi hingga
mendidih. Aquades ini berfungsi untuk mengurangi penguapan destilat. Dimana titik didih methanol
atau puncak pemanasan awal adalah 64,7℃ .
Kemudian pada saat titk didih mencapai 66 ℃ , pemanasan akan berubah menjadi keadaan
superhitif dan berubah fasa menjadi uap panas. Uap akan bertumpukan antar partikel dan
membentuk embun panas. Embun tersebut mencair dan akan naik lalu keluar dari sambungan
menuju kondesor, di dalam kondesor terjadi volalitas yang menghasilkan gelembung-gelembung gas,
proses ini dinamakan kondesasi. Proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedinding
(bagian luar kondesor).
Pada saat terjadi kondesasi, komponen zat yang di dinginkan dalam kondesor akan berwujud uap
dan menjadi wujud cair sehingga diperoleh zat cair murni yang disebut destilat. Hasil destilat akan
kembali menjadi dalam keadaan suhu ruang. Sehingga yang awalnya kemurnian methanol sampel
adalah 99,364% dan air 59% setelah melewati proses destilasi diperoleh kemurnian methanol
destilasi yaitu 91,793%. Titik didih methanol di awal yaitu 64,7 ℃ , kemudian pada saat pemanasan
terjadi penguapan sehingga titik didihnya mencapai 70-80 ℃ .
Dimana sudah melewati batas titik didih diawal. Massa rendemen yang di dapat adalah 50%.
Kemudian kemurnian dari distilat methanol yaitu di perloleh 91,793% dimana hasil ini adalah hasil
kemurnian yang mendekati 99%. Metode destilasi yang digunakan saat ini adalah destilasi
sederhana. Dan diharapkan metanol sebagai destilat jika dilihat dari titik didinya. Penggunaan batu
didih pada proses destilasi bertujuan untuk mempercepat proses pendidihan sampel dengan
menahan tekanan atau menekan gelembung panas pada sampel serta menyebabkan panas yang ada
menyebar keseluruh bagian sampel.

Gambar disamping adalah rangkaian alat distilasi


sederhana. Proses destilasi diawali dengan dimasukkannya
campuran ke dalam labu destilasi. Campuran dipanaskan oleh
sumber panas, serta batch alat pemanas. Termometer
digunakan untuk mengontrol suhu dari campuran, sehingga
hasil destilasi berjalan dengan baik. Setelah berada pada suhu
optimal, yaitu sektar 64,7 ℃ , campuran diaduk dengan gerak
yang dikontrol oleh kontrol pengaduk. Pada suhu
tersebut,komponen akan mengalami penguapan, sehingga uap akan naik dan mengalir melalui
tabung penghubung dan menuju ke kondensor.
Selanjutnya air pendingin mengalir dari pipa menuju ke bagian pipa lainnya. Fungsi kondensor
pada proses destilasi untuk mendinginkan gas, sehingga gas akan diubah menjadi suatu cairan
melalui proses pengembunan. Cairan akan masuk ke dalam tabung penghubung, dan akan jatuh ke
tempat terakhir. Proses destilasi diakhiri dengan batch pendingin, maka cairan tidak akan
membentuk uap, akan tetapi bertahan dalam bentuk cairan di dalam labu. Dari hasil destilasi
sederhana yang telah dilakukan terhada campura hidrosikda methanol-air diperoleh hasil sebagai
berikut: tetesan destilat pertama muncul setelah beberapa menit di panaskan pada suhu 60 ℃ . Titik
didih tersebut membuktikan kecocockan titik didih methanol 64,7 ℃ .
Proses tersebut berlangsung hingga diperoleh volume destilat yaitu sebanyak 30mL. Destilat
gr
diukur massa jenisnya dan di peroleh massa jenis 0,857 . Persen rendemen di peroleh adalah
mL
sebesar 50%, dengan kemurnian destilat 91,793%. Pada saat percobaan uji rasa, methanol destilat
tersebut terasa lebih dingin dibandingkan methanol sampel. Hal ini jerjadi karena methanol destilat
lebih dulu melewati kondesor yang bersuhu dingin.
Adapun hasil uji warna api yang di dapat yaitu methanol destilat terbakar dengan api berwarna
orange dan masih tersisa. Hal ini disebabkan oleh methanol destilat yang masih memiliki kadar air.
Sedangkan methanol sampel terbakar dengan api berwarna biru dan tidak tersisa. Hal ini disebab
karena methanol sampel mempunyai sifat yang mudah terbakar jika terkena api. Dan terakhir pada
air tidak terjadi reaksi sama sekali. Kesimpulannya yaitu pada methanol destilat 91,793% dimana
kemurnian ini mendekati kemurnian methanol sampel 99,364%. Sehingga pada percobaan ini masih
dapat di murnikan lagi dengan menggunakan destilasi kontinu untuk mendapatkan kemurnian
sampel mula-mula.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini yaitu prinsip dasar destilasi secara sederhana adalah perbedaan
titik didih dari zat cair dalam campuran, zat yang memiliki titik didih rendah akan menguap terlebih
dahulu kemudian akan mengembun dan berbentuk cairan pada akhir destilasi. Hasil percobaan ini
gr
diperoleh hasil rendemen 50%, dan distilat dengan massa jenis 0,857 yang mencapai kemurnian
mL
91,793% dari sampel methanol yang bermassa jenis 99,364% dan kemurniannya 99,364%.
Persentase error yang di dapatkan dari percobaan ini ialah 7,619%. Pada uji warna api , methanol
sampel mengeluarkan api berwarna biru dan cepat mengalami penguapan sehingga api cepat
padam. Sedangkan methanol destilat mengeluarkan api berwarna orange dan mengalami
perlambatan terbakar dan menguap.
Hal di sebabkan karena methanol destilat masih mengandung air. Pada hasil percobaan bau,
methanol sampel memiliki bau yang menyengat dibandingkan dengan destilat methanol. Jika
terkena kulit methanol destilat akan terasa lebih dingin di bandingkan dengan methanol sampel.
Proses yang digunakan pada percobaan ini ialah proses destilasi secara batch. Karena hanya
membutuhkan satu kolom destilasi dan efesiensinya lebih rendah di bandingkan distilasi kontinyu.

IV.2 Saran
Pada praktikum distilasi reaktif ini hendaknya dilakukan pengecekan tekanan secara berkala
sehingga tekanan yang didapatkan sesuai yang diharapkan karena tekanan dapat berubah secara
dinamis sewaktu-waktu. Kesalahan yang terjadi dari pratikan ini ialah tidak melihat atau mengecek
hasil tekanan sehingga yang awalnya 64,7℃ menjadi kisaran 70-80℃ .
DAFTAR PUSTAKA

Abassato, Tony Irwanto & Eko Aris Budiarto. (2007). Efisiensi Kolom Sieve Tray pada Destilasi yang
Mengandung Tiga Komponen (Aceton-Alkohol-Air). Jurnal Nasional, 978-979.
Bird, Tony. (1993). Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta: PT Gramedia
Feriyanto, Y. E, et al. "Menggunakan Metode Distilasi Uap Dan Air Dengan Pemanasan Microwave."
Jurnal Teknik Pomits, Universitas Sepuluh November(ITS), vol. 2, no. 1. (1944). pp. 93-97.Surabaya.
Petrucci, Ralph L.(1996). Kimia Dasar. Jakarta:Erlangga.
Pukoliwutang Rein, et al. "Pengaturan Pendinginan Pada Kondensor Untuk Alat Destilasi Asap Cair."
Jumal Teknik Elektro - Ejournal. Unsrat Ac Id, vol. 6, no. 1, (2017). pp. 3-8. Manado.
Raleh.(1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan. Jakarta:Erlangga.
Keenan, Charles W.(1980). Kimia untuk Universitas Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Sudjadi. (1998). "Metode Pemisahan". Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM
Suyitno. (1989). "Kimia Fisika Untuk Universitas". Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Sahidin. (2008). Penuntun Praktikum Kimia Organik Unhalu, Kendari
 Lampira Perhitungan

¿ Vawal−Vakhir
%Rendemen x 100
Vawal
60−30
= x 100
60
= 50%

Massa Jenis
( mpiknoair ) −mpikno kosong
a. Air= x 100
10 ml
¿ 25,58 gr−15,36 gr
10 ml
= 1,022 gr/ml
¿(mpikno+ Sampel)−mpikno kosong
b. Metanol sampel
10 ml
¿ 23,7 gr −15,86 gr
10 ml
=0,787gr/ml
¿(mpikno+ sampel distilat )−mpikno kosong
c. Distilasi
10 ml
¿ 23,85 gr−15,28 gr
10 ml
= 0,857gr/ml

m
Menentukan Kemurnian Sampel P absolut= 0,792kg/m3
l
( Pmetanol absolut−Pmetanol sampel )
a. Xsampel methanol= 100%-( x 100)
Pmetanol absolut
0,792−0,787
= 100%-( x 100 ¿
0,792
= 100%-0,631
= 99,364%
( Pmetanol absolut−Pmetanol distilasi )
b. Xdistilasi methanol= 100%-( x 100 ¿
Pmetanol absolut
0,792−0,857
=100%-( x100)
0,792
=100%-8,207
= 91,793%

Mentukan persen error destilasi


Xsampel−Xdistilat
%error distilasi= ( x 100 % ¿
Xsampel
99,364 %−91,793 %
=( x 100 % ¿
99,364 %
= 7,619%

Anda mungkin juga menyukai