Disusun oleh :
HISAR MURPHY TUA HUTAGAOL
NIM : 043613157
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan makalah dengan topik “ E-Learning Pada Masa
Pandemi Covid-19 “dengan baik.Laporan makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang merupakan tugas individu
yang wajib dipenuhi atau dikumpulkan pada perkuliahan semester I di
Universitas Terbuka Jakarta.
Selain daripada melaksanakan tugas laporan makalah ini, pada
hakikatnya penulis belajar serta menambah wawasan akan pengetahuan Bahasa
Indoensia yang bisa memberikan manfaat dan turut memperkaya wawasan
materi para pembaca.
Akhir kata,penulis menyadari masih terdapat beberapa kekurangan
sehingga penulis mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca,
sehingga pada penulisan selanjutnya bisa lebih sempurna dari sebelumnya.
DAFTAR ISI
Adanya kebijakan belajar dari rumah, guru ditutut untuk lebih inovatif dalam
menyusun langkah-langkah pembelajaran. Perubahan cara belajar ini ternyata
membuat guru dan siswa harus beradaptasi dari pembelajaran tatap muka yang biasa
dilakukan menjadi pembealajaran berbasis online learning (Mastuti dkk, 2020). Selain
itu dalam mencapai pembelajaran perlu adanya komponen pendukung pembelajaran
yang lain. Menurut Suyanto dan Hisyam (2008:81), komponen komponen
pembelajaran tersebut harus mampu berinteraksi dan membentuk sistem yang saling
berhubungan sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas.
Komponen-komponen pembelajaran tersebut antara lain: tujuan pembealajaran, bahan
pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, guru, siswa, penilaian dan
evaluasi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran PPKn kelas XI melalui
elearning pada masa pandemi Covid-19 di SMA Negeri Karya Sakti.
Pada awal menggunakan e-Learning masih banyak guru yang kesulitan dalam
mengaplikasikan untuk membuat media pembelajaran. Alangkah lebih baiknya guru diberi
pelatihan dan pendidikan bagaimana cara penggunaan e-Learning dengan benar.
Menurut saya belajar e-Learning ini belum cocok digunakan oleh siswa MIN bagi siswa karena
mereka masih perlu banyak bimbingan cara menulis, membaca dan berhitung. Sementara
dalam e-Learning siswa sudah dianggap bisa membaca dan menulis dan bahkan mungkin
orang tuanya yang mengerjakan tugas dari guru seperti menjawab soal di CBT. Selain itu, juga
ada beberapa wali murid yang mengeluh kepada saya tentang pembelajaran e-
Learning diantaranya siswa belum bisa membuka e-Learning tanpa dibantu oleh orang tua.
Sementara orang tua tidak selalu berada di rumah, ada yang berada di tempat kerja ketika
pembelajaran e-Learning dimulai, kemudian berbagai keluhan orang tua juga sering terjadi
ada tidak sanggup mengajar anaknya sendiri di rumah dengan alasan handphone model
lama. Hal ini terbukti saat sistem pembelajaran e-Learning berlangsung hanya 19 siswa dari
28 siswa yang ikut aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Dalam bentuk penugasan yang
diberikan guru sebagian siswa mengerjakan melalui e-Learning sisanya masih memilih untuk
mengantarkan tugasnya baik secara langsung maupun melalui Whatsapp. Dengan begitu dapat
dinilai bahwa e-Learning itu sendiri menjadi kurang efektif sebagai media kegiatan belajar dan
mengajar.
Selain itu, dalam penggunaan e-Learning otomatis anak-anak semakin sering dan
semakin lama berada di depan laptop untuk mengerjakan tugas pelajarannya, hal ini tidak bagus
untuk kesehatan mata anak, hal ini juga yang membuat mereka mengalami keluhan fisik
terbanyak seperti mata kelelahan dan sakit kepala, begitu pula dengan keluhan psikologis
merasa stress berlebihan sehingga ingin pandemi ini cepat berakhir.
Metode pembelajaran e-Learning bersifat satu arah. Hal tersebut menyebabkan interaksi
pengajar dan siswa menjadi berkurang sehingga akan sulit bagi anak untuk mendapatkan
penjelasan lebih lanjut mengenai materi yang sukar dipahami. Materi yang diajarkan dalam e-
Learning direspon berdasarkan tingkat pemahaman yang berbeda-beda, tergantung kepada
kemampuan si pengguna. Beberapa orang mungkin dapat menangkap materi dengan lebih
cepat hanya dengan membaca, namun ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama sampai
benar-benar paham. Bahkan ada juga yang membutuhkan penjelasan dari orang lain agar dapat
memahami materi yang dipelajari.
Namun, di samping beberapa kendala dan keluhan yang muncul terdapat beberapa
hikmah yang dapat diperoleh dari pandemi COVID-19 tanpa kita sadari. Dengan sistem
pembelajaran yang dilaksanakan secara jarak jauh, di mana peserta didik banyak melakukan
kegiatan di rumah sehingga dapat mempermudah para orang tua untuk memonitoring anak-
anaknya. Selain itu, dari sisi kreativitas baik dari guru maupun siswa dalam sistem
pembelajaran jarak jauh dituntut untuk berlaku kreatif. Sebagai contoh tidak sedikit guru
membuat materi pembelajaran yang disajikan dalam bentuk video-video pembelajaran. Selain
itu, tidak jarang pula siswa yang mendapatkan penugasan pembuatan video pembelajaran yang
menarik. Disarankan kepada pemerintah harus menyediakan fasilitas belajar melalui e-
Learning ini berupa handphone bagi siswa yang kurang mampu maupun kuota internet untuk
guru dan siswa yang membutuhkan, sehingga tidak ada lagi siswa yang kesulitan membuka e-
Learning di rumah. Disarankan juga agar guru meluangkan banyak waktu untuk selalu
berkomunikasi kepada siswa sehingga dengan begitu dapat menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi siswa.
Dalam pembelajaran daring selama pandemi Covid-19, banyak kendala yang dihadapi
guru sebagai pendidik dan pengajar. Pembelajaran yang semula tatap muka (luring), akibat
pandemi tersebut berubah dengan banyak dilakukan secara online (daring).
Adapun kendala dalam pembelajaran daring seperti: (1) Lokasi rumah tidak
terjangkau jaringan internet, termasuk quota internet murid minimalis, (2) Media
pembelajaran yang digunakan para guru dominan monoton dan membuat para murid merasa
jenuh atau bosan. Kemudian, (3) Pembelajaran dominan belum interaktif, (4) Karakter
ataupun perilaku para murid sulit dipantau, (5) Pembelajarannya cenderung tugas online, (6)
Tugas diberikan para murid menumpuk. Kedala lain, (7) Penyerapan materi pelajaran sangat
minimalis, dan (8) Penilaian yang dilakukan guru berupa Penilaian Harian (PH), Penilaian
Tengah Semester (PTS), Penilaian Akhir Semester (PAS) termasuk Ujian Sekolah (US)
kurang berintegritas.
Sebagai seorang guru, harus mencari berbagai solusi dalam mengatasi kendala
tersebut. Adapun alternatif solusi yang dapat ditempuh yaitu: (1) lokasi di dekat lingkungan
rumah yang sulit terjanggkau jaringan internet untuk sementara pindah lokasi yang
terjangkau jaringan internet. Apabila minimalis quota internetnya diatasi bergabung dengan
temannya yang punya WIFI di rumah, maksimum 3 siswa dan mematuhi protokol kesehatan
cegah Covid-19.
Berikutnya, (2) Digunakan media pembelajaran daring yang variatif sehingga siswa
tidak jenuh. (3) Diupayakan menggunakan media daring variatif yang bias untuk interaktif.
(4) Apabila menggunakan media daring yang bisa live misalnya zoom meeting, google
meet, webinar dan lain-lain agar karakter atau perilaku para murid relatif terpantau.
Solusi berikutnya, (5) Materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran sebaiknya
sehari sebelumnya sudah diberikan kepada siswa untuk dibaca terlebih dahulu. Ketika guru
menjelaskan materi para murid dominan bisa lebih memahami, bila masih ada kesulitan bisa
ditanyakan. Tugas yang diberikan ada batas waktu untuk mengumpulkan dan dinilai.
Kemudian, (6) Mengumpulkan tugas tidak terlambat. Bila tugas sudah diterima segera
dikoreksi/dinilai dan hasilnya segera diinfokan kepada para murid. (7) Dengan media daring
yang variatif dan dominan live akan mampu menyerap materi pelajaran mendekati optimal.
Terakhir, (8) Memanfaatkan media daring yang variatif dan dominan live akan bisa
dipantau terus menerus perilaku siswa selama mengikuti kegiatan penilaian. Caranya dengan
menghidupkan kamera pada media daring yang digunakan sehingga kejujurannya dapat
dipantau mendekati baik. Akan lebih baik apabila pada pembelajaran dan penilaian dengan
melibatkan orang tua/wali murid bisa membantu mengawasinya dengan baik di rumah
masing-masing.
Sejak Covid-19 menyerang, banyak sektor dari kehidupan ini yang terkena imbasnya.
Tak terkecuali di sektor pendidikan yang mengaharuskan sekolah menutup kegiatan belajar
mengajarnya. Siswa diharuskan belajar dari rumah, yang ternyata menimbulkan banyak
kendala. Sudah sekitar 8 bulan siswa belajar dirumah atau istilahnya belajar daring.
Dilihat dari KBBI Kemendikbud, daring adalah akronim dalam jaringan, terhubung
melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya. Dilansir dari berbagai sumber, guru,
dosen, siswa, dan mahasiswa kini melakukan kegiatan belajar-mengajar secara daring,
termasuk pada saat pemberian tugas. Dengan kata lain, pembelajaran daring
adalah metode belajar yang menggunakan model interaktif berbasis internet dan Learning
Manajemen System (LMS). Seperti menggunakan Zoom, Google Meet, dan lainnya.
Dalam pembelajaran model daring ini yang memerlukan perangkat yang bagus untuk
menunjang pembelajaran supaya berjalan dengan lancar dan efektif. Dimulai dari jaringan
internet, laptop atau komputer dan hp atau smartphone yang wajib digunakan untuk
pembelajaran daring. Banyak kendala yang dihadapi dalam penerapan pembelajaran model
daring ini. Kemampuan siswa dan orang tua dalam menyediakan perangkatnya, kemampuan
guru dalam membuat pembelajaran daring menjadi efektif dan masalah jaringan internet yang
tidak merata di semua tempat.
Sudah 8 bulan pembelajaran daring ini diterapkan, apakah sudah efektif pembelajaran
daring ini diterapkan? Atau masih adakah siswa yang kesulitan dengan pembelajaran daring
ini? Efektif dan tidaknya pembelajaran daring ini, mau tidak mau semua harus
menerapkannya, karena pandemi ini belum tahu kapan selesainya. Sesuai arahan Menteri
Pendidikan pak Nadiem, sebenarnya untuk zona kuning dan hijau sudah bisa melaksanakan
pembelajaran tatap muka dengan sejumlah syarat dan protokol kesehatan yang ketat. Tetapi
untuk daerah zona orange dan merah belum bisa tatap muka dan harus menerapkan
pembelajaran daring untuk melanjutkan kegiatan belajar mengajar.
Proses pembelajaran daring ini sebenarnya bisa dilaksanakan dengan baik asalkan
sarana dan prasaranan terpenuhi dan merata. Dengan banyaknya kendala yang dihadapi,
menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Guru di sini sangat berpengaruh sekali dalam proses
pembelajaran daring. Bagaimana guru menyikapi pembelajaran daring ini dan mengatasi
berbagai kendala yang dihadapi. Guru bisa mengatasi berbagai kendala yang dihadapi dalam
pembelajaran daring ini dengan memaksimalkan sumber daya yang ada dan membuat
rancangan pembelajaran yang mudah diakses oleh siswa supaya siswa mudah dalam belajar
dan memahami materi yang diberikan guru.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh guru, yaitu dengan merancang rencana
pembelajaran yang simpel tapi berbobot atau berkualitas, membuat materi yang mudah
diakses melalui media elektronik seperti video, PPT, handout, jurnal yang bisa dikirim
melalui e-mail, googleclassroo, atau aplikasi whatsapp dan membuat pembelajaran yang
banyak variasinya supaya siswa tidak mudah jenuh belajar di rumah terus.
Dalam merancang pembelajaran daring, tuntutan belajar tidak boleh sama dengan saat
tatap muka, karena dalam daring ini banyak sekali keterbatasannya. Di sini guru dituntut
membuat rancangan belajar yang simpel sperti contohnya RPP satu lembar atau one day
lesson. Di RPP satu lembar ini kegiatan inti hanya sedikit dan tuntutan tugasnya tidak terlalu
tinggi, kemudian pengumpulan tugas juga diberi waktu yang lama. Walaupun singkat tapi
sudah memuat tujuan dari materi yang akan diajarkan, dan itu yang terpenting dari rancangan
pembelajaran ini.
Media belajar untuk siswa yang daring haruslah mudah untuk diakses. Masalah
jaringan dan perangkat menjadi kendala sendiri bagi siswa jika media yang digunakan guru
besar ukurannya. Misalnya membuat media video, guru bisa membuat dengan waktu yang
singkat dan ukurannya kecil supaya siswa tidak keberatan saat mendownload atau menonton
di perangkatnya. Kalau video terlalu berat, guru bisa membuat media pembelajaran berupa
file powerpoint atau PPT, guru bisa mengirim melalui e-mail atau aplikasi whatsapp yang
mudah untuk diakses siswa. Kunci dari media ini adalah yang mudah diakses, jangan
memberatkan siswa untuk mendownload atau menonton dengan file besar dan durasi yang
lama.
Dalam proses pembelajaran daring guru bisa membuat banyak sekali variasi model
pembelajaran. Walaupun prakteknya saat melakukan meeting melalui zoom atau google
meet, guru akan lebih dominan daripada siswa, guru bisa menyisipkan kegiatan yang menarik
buat siswa seperti ice breaking. Dalam pembawaannya guru harus terlihat gembira, membuat
suasana yang ceria dan pintar-pintar dalam mengawasi siswa yang kadang ada siswa tidak
termotivasi ikut belajar daring. Jika pembelajarannya melalui aplikasi whatsapp, guru jangan
hanya memberi tugas terus, tetapi juga memberikan materi untuk bisa digunakan siswa
sebagai bahan belajar.
Kunci dari pembelajaran daring ini adalah membuat pembelajaran yang simpel, mudah
diakses, menyenangkan dan jangan sampai siswa merasa jenuh. Banyak sekali kasus orang
tua protes karena terlalu banyak tugas yang diberikan oleh guru. Yang paling mengerikan
adalah ada siswa yang sampai bunuh diri karena diduga depresi tugas daring. Banyak kendala
yang dihadapi oleh siswa, sebagai guru sudah seharusnya membuat kendala tersebut bisa
teratasi dengan memaksimalkan sumberdaya yang ada. Pembelajaran daring ini dapat
terlaksana dengan maksimal asalkan semua pihak yang terkait bisa bekerjasama dengan baik
dan lancar dalam memberikan hak-hak siswa.
BAGIAN III PENUTUP
A.Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan menganalisis data yang di peroleh baik yang
bersifat teori maupun lapangan dengan pembahasan yang berjudul “ E-Learning Pada Masa
Pandemi Covid-19 “, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran virtual learning yang dilakukan di SMA Negeri Karya Sakti
berdasarkan kesepakatan antara guru dan wali murid untuk menggunakan aplikasi whattshapp
karena dianggap aplikasi yang mudah untuk digunakan. Proses pembelajaran virtual learning
meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
a. Kegiatan Pendahuluan Pembelajaran virtual learning pada kegiatan pendahuluan guru
memulai dengan membaca doa bersama siswa kemudian mengecek kehadiran siswa.
b. Kegiatan Inti Setelah kegiatan pendahuluan, selanjutnya proses pembelajaran dilanjutkan
dengan kegiatan inti yaitu penyampaian materi pembelajaran dan memberikan tugas yang di
intruksikan guru.
2. Kendala dalam pembelajaran virtual learning dialami oleh guru dan siswa. Adapun
kendala yang dihadapi oleh guru yaitu Pengelolaan pembelajaran dan Penilaian. Sedangkan
kendala yang dialami oleh siswa yaitu pembelajaran yang membosankan, pemahaman materi
yang kurang maksimal, sebagian siswa tidak memahami materi yang disampaikan guru baik
penjelasan materi ataupun video.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang dihadapi oleh guru yaitu
memperjelas pembelajaran yang hendak dicapai,menciptakan pembelajaran dengan memilih
metode yang cocok dengan pembelajaran virtual learning. Melakukan diskusi di grub kelas
untuk menilai keaktifan siswa saat mengikuti proses pembelajaran. Selanjutnya upaya yang
dilakukan siswa untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran virtual learning dengan
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, mencari tempat ternyaman untuk belajar.
Menciptakan suasana agar belajar lebih nyaman.
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, penelitian ini mengharapkan dapat
bermanfaat bagi semua pembaca terkhusus untuk calon guru , maka mengajukan saran agar
lebih baik untuk kedepannya. Saran-saran sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah
a. Meningkatkan kemampuan guru-guru di SMA Karya Negeri Sakti dalam pengelolaan
pembelajaran agar lebih kreatif.
b. Meningkatkan pengawasan terhadap siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan
melibatkan guru serta karyawan di SMA Karya Negeri Sakti.
2. Guru
a. Guru SMA bekerja sama dengan guru lainnya mengembangkan pengelolaan pembelajaran
virtual learning agar lebih menarik dan tidak membuat anak mudah bosan.
b. Tidak hanya di sekolah saja guru juga harus lebih sering berinteraksi dengan siswa diluar
jam pelajaran guna untuk mengontrol perkembangan anak.
3. Siswa di SMA tidak hanya dari guru saja siswa pun juga bisa mencari sumber belajar dan
bertanya kepada orang tua atau orang terdekat jika tidak mengerti dengan materi yang
diberikan, siswa juga harus segera menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dengan
cepat agar tidak menumpuk sehingga jika diberikan tugas lagi oleh guru tidak menimbulkan
rasa bosan.
DAFTAR PUSTAKA