Kelompok 1 Perjanjian Lama Tafsiran 2
Kelompok 1 Perjanjian Lama Tafsiran 2
Oleh:
Anly Frinsisca Killa
Teramosin
Alton Parejon Tahya
Martinus Usior
Steven Anugrah Jaya Nduru
Abstraksi
Keluaran orang Israel dari Mesir adalah peristiwa utama sejarah keselamatan dalam
Perjanjian Lama. Melalui peristiwa itu Allah menggenapi janji-janji-Nya kepada para leluhur
Israel, bahwa Ia menjadi akan memberikan tanah kepada mereka dan keturunan mereka akan
menjadi bangsa besar. Dalam penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif tekstual
yang dimana dapat menjelaskan siapa Allah yang bertemu dengan Musa dan Konsep
perjanjian Allah di Gunung Sinai. Jadi, Allah yang bertemu dengan Musa di Gunung Sinai
adalah YHWH yang sudah sejak lama menyertai dan melindungi bangsa Israel, dalam
pertemuan itu YHWH membuat perjanjian antara bangsa Israel dan YHWH. Perjanjian itu
mengikat bangsa Israel dan YHWH. Dengan adanya perjanjian yang telah diikat itu
kehidupan bangsa Israel semakin teratur dan terarah.
Keyword: Allah Musa; Konsep Perjanjian Sinai; Keluaran 19:1-25
Pendahuluan
Keluaran orang Israel dari Mesir adalah peristiwa utama sejarah keselamatan dalam
Perjanjian Lama. Melalui peristiwa itu Allah menggenapi janji-janji-Nya kepada para leluhur
Israel, bahwa Ia menjadi akan memberikan tanah kepada mereka dan keturunan mereka akan
menjadi bangsa besar. Keluaran melanjutkan kisah yang dimulai dalam Kejadian. Judul kitab
ini diambil dari kata Yunani exodos (judul yang dipakai di Septuaginta, ayaitu PL dalam
bahasa Yunani) yang artinya "keluaran" atau "keberangkatan." Kata ini menunjuk kepada
pembebasan bangsa Israel secara luar biasa dari perhambaan di Mesir oleh Allah dan
keberangkatan mereka dari negeri itu sebagai umat Allah. Dimana Musa mendapat perintah
dari Allah untuk membebaskan umat Israel dari mesir saat perjumpaannya dengan Allah
berwujud semak belukar yang terbakar. Dan Allah yang sama yang membawa mereka
berjalan keluar dari tanah mesir.
Setelah umat Israel dibebaskan dari perbudakan di Mesir dengan perantaraan nabi
Musa, Allah membuat perjanjian dengan umat Israel di Gunung Sinai. Di mana, Allah
berjanji akan selalu menjaga dan mengikuti umat pilihan-Nya sampai ke tanah perjanjian, dan
sampai selama-lamanya. Bahkan Allah berperang melawan musuh-musuh Israel, pasca
Perjanjian di Gunung Sinai, ketika bangsa Israel melewati daerah-daerah bangsa “kafir”
menuju tanah perjanjian.
Respon dari bangsa Israel terhadap tindakan Allah itu tidak mengecewakan. Bangsa
Israel sendiri berjanji untuk memenuhi kehendak Allah berdasarkan janji yang mereka
putuskan, yakni bangsa Israel akan hidup sebagai bangsa pilihan Allah. Ikatan Perjanjian itu
bisa dikatakan sebagai pusat dari seluruh kehidupan religius bangsa Israel sebagai bangsa
pilihan dan bangsa yang merdeka Musa. Disini kami akan menjelaskan sebagai berikut.
A. Rumusan Masalah
1. Siapa Allah yang bertemu dengan Musa?
2. Konsep Perjanjian Allah kepada bangsa Israel di gunung Sinai?
B. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan Allah yang bertemu dengan Musa
2. Menjelaskan konsep Perjanjian Allah kepada bangsa Israel di gunung Sinai
C. Metode Penulisan
Metode yang dipakai adalah eksegese tekstual dengan mengumpulkan data dan
menganalis dengan logis dan sistematis.
1
Martin Steven Lumingkewas, 2020. ”EL & YAHWEH”.(allah Israel). “OSF Preprints. March 24.
doi:10.31219/osf.io/vemz4 Hlm.73.
Menurut R.E. Clemen, nama Yahweh juga diketahui merupakan epitet kuno tentang
Allah Israel yang mampu memberikan penghiburan, ancaman dan janji, sekaligus Allah atas
segala Allah. 2
Teori Yahweh dari Keni, dalam teori ini orang-orang Keni dipercaya sebagai
kelompok masyarakat penyembah Yahweh sebelum Israel, sekaligus dari merekalah Musa
mendapat pewahyuan bahwa Allah suku Keni yang bernama Yahweh ini merupakan Allah
yang sama yang disembah oleh Abraham, Israel dan Yakub dengan nama lain “El shadday”. 3
Yahweh yang menyatakan diri-Nya kepada Musa dan melepaskan bangsa Israel dari
tanah mesir, disamakan dengan “Allah bapaku” yang dikenal bapak-bapak leluhur Israel, dan
bangsa Israel mengakui-Nya sebagai Allah mereka.4
Menurut V.M. Siringo-ringo, Gunung Sinai (Horeb) disebut juga gunung Allah, yang
berarti tempat Allah memberikan hukum, ketetapan, peraturan, dan perintah (Neh. 9:13).
Tekanan utama pada peristiwa Gunung Sinai adalah pemberian firman dan penyataan. 5 tidak
ada definisi yang Pasti tentang gunung Sinai itu sendiri; ada yang menginterpretasikannya
sebagai Babylonian moon-god Sin.6
Perjanjian di Sinai menjadi dasar fundamental bagi umat Israel. Namun, perjanjian
ini berkesinambungan dengan semua perjanjian Allah yang lebih awal, yaitu dengan Nuh
(Kej. 6:18), Abraham (Kej. 15 dan 17), bahkan tersirat dengan perjanjian Adam dan Hawa
(Kej. 3:15). Umat Israel memandang perjanjian sebagai dasar kehidupan beragama dan sosial.
kata berît merupakan sebuah peraturan atau hukum, yang menandai atau menggambarkan
identitas bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah yang merdeka.7
Perjanjian di Sinai adalah yang diikat oleh Allah terhadap Israel. Perjanjian ini
mengikat bukan kepada seorang pribadi (Musa), melainkan kepada suatu umat (Israel).
Dengan perjanjian ini, Allah dan umat Israel saling mengikat diri. Dengan ikatan perjanjian
ini diketahui bahwa Tuhan adalah Allah Israel, dan Israel adalah umat Tuhan.
Menurut Stephen L. Cook, ikatan perjanjian Sinai dapat ditelusuri melalui ide
pemberian tanah kepada Israel sebagai milik pusakanya. Dalam Hosea 8:1, teritori yang
dimiliki Israel wajib mengakui Yahweh sebagai pemberi tanah dan Israel sebagai
penerimanya. Jadi, Israel harus mengakui Yahweh sebagai satu-satunya Allah penguasa
2
Ibid. 75
3
Ibid. 80
4
D. A. Hubbard, Pengantar Perjanjian Lama 1 (Penerbit
5
Ibid. 81
6
7
Bdk. McRaw-Hill. New Catholic Encyclopedia, vol. IV Com-Dys. (New York: The Catholic University
of America, Washington, 1967). Hlm, 401-403.
sekaligus pemberi kesuburan (hidup) bagi Israel. Israel harus mengupayakan dan
mengusahakan tanah yang sudah diberikan Allah, sebab perjanjian yang dibuat Yahweh
ternyata memiliki sederat pasal penghukuman bagi yang melanggar.
Varian Teks yang dipakai adalah: ASV, KJV, NET, NIV, NKJ, BIS.
5 Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada
perjanjian-Ku8, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala
bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.
10 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah kepada bangsa itu; suruhlah mereka
menguduskan9 diri pada hari ini dan besok, dan mereka harus mencuci pakaiannya.
24 Lalu TUHAN berfirman kepadanya: "Pergilah, turunlah, kemudian naiklah pula, engkau
beserta Harun; tetapi para imam dan rakyat tidak boleh menembus untuk mendaki
menghadap10 TUHAN, supaya mereka jangan dilanda.
11
Amstutz, John. “Sebuah Survey dari Alkitab” dalam Hidup dalam Kristus, Vol 14 No.4. Solo: Yayasan
Pusat Hidup Baru. 4.
12
Lih. Dr. Wim van der Weiden, MSF dan Mgr. I. Suharyo. PengantarKitab Suci Perjanjian Lama.
(Yogyakarta:
Kanisius, 2000). Hlm, 21.
13
14
David F. Hinson.sejarah Israel.1993.(Jakarta:Gunung Mulia).Hlm.86
menyebut nama yang sangat sakral itu). Biasanya mereka menggantinya dengan “Adonay”
artinya: Tuan, tapi nama ini jarang disebut. Setelah pembuangan penyebutan nama tersebut
hampir terlupakan. Ketika nama itu diangkat kembali, terjadi perbedaan penyebutan.
Pengertian nama yhwh sebagai berikut: “Yahweh = Aku adalah Aku”, yaitu Menekankan
keberadaan diri Allah yang tidak berubah dan kekal, Allah hadir dan aktif (Ia menjamin
kehadiranNya di tengah umatNya) Keluaran 3:12; 6:1-8. Dihubungkan dengan kuasa Allah
untuk memelihara dan menebus umatNya, Keluaran 6:6. Dalam naskah-naskah tentang asal-
usul Yahweh namum Pentateuk memberikan gambaran yang jelas mengenai Musa yang
sedang menggembalakan kawanan domba milik mertuanya Yitro seorang imam Midian yang
kemudian dilanjutkan dengan cerita munculnya Yahweh dan menyatakan dirinya yang
dilanjutkan dengan keterangan dari pasal-pasal selanjutnya tentang bagaimana Musa dengan
Yitro bersama-sama memberikan korban persembahan yang diduga ditujukan kepada
Yahweh (Kel. 18). Pada saat itu Musa sedang menggembalakan ternak ayah mertuanya Yitro,
ia menyaksikan sebuah fenomena unik : semak yang menyala namun tidak terbakar. Menurut
Marthin Steven Limungkewas, Yahweh yang dimana Yahweh digambarkan sebagai pahlawan
gagah berani. Dengan adegan semak belukar kehadiran Yahweh sedang memperlihatkan
Kemahakuasaan-Nya (Ibr: ceneh, “a bush,” LXX: batos, “blackberry bush”) yang menyala
dimana Yahweh dengan api disebutkan empat kali dalam Alkitab (Kel 3:2; 13:21; 19:18; juga
2 Tes 1:8). Semak belukar yang menyala ini disebutkan juga di lain tempat (Ul 33:16; Mrk
12:26; Luk 20:37; Kis 7:30,31).15 Fenomena unik itu menimbulkan rasa ingin tahu yang
akhirnya mendorong Musa untuk menyimpang dan memeriksanya. Dalam peristiwa dimana
Musa pertama kali bertemu dengan Yahweh yang hadir.
Ciri Yahweh Dinamika
Jika Yahweh ini harus disebut ciri-Nya dalam satu kata saja, maka pastilah kata yang
tepat ialah “kuasa”atau “dinamika”. Segala sesuatu di sekitar Yahweh terkena pengaruh
kuasa-Nya itu. Seolah-olah Yahweh “mengstrom” (mengaliri dengan arus listrik) keadaan
sekitarnya.
Kekudusan Yahweh
Konsep lain yang tidak terdapat dalam riwayat para patriakh ialah tentang kedudusan
Allah, walaupun kadang-kadang disebut juga (mis. Kej. 28:10 dyb.) adanya rasa taat
dihadapan Allah. Tetapi dalam riwayat patriakh, rasa taat dihadapan Allah jarang di sebut.
Tetapi agama dan mentalitas Yahwisme betul-betul di gambarkan dengan kesadaran akan
kekudusan Yahweh. Segala sesuatu yang berkaitan dengam Yahweh adalah penuh
15
M. G. Kyle, Burning Bush, ISBE Bible Dictionary, dalam BibleWorks 2001
kekudusan, yaitu mencakup tentang kuasa dan kemuliaan yang melampaui segala sesuatu
yang berkenaan atau berhubungan dengan manusia dan dunia ini. Sekalipun hubungan
Yahweh dengan Israel dekat, tetapi ada sebuah jarak yang tidak bisa di jembantani antara
Yahweh dengan manusia.
Yahwisme tidak mungkin kompromi dengan ini, karena aspek dari agama Kanaan
yang disebut Baalisme. Bentrokan itu kemungkinan tidak timbul pada periode patriarch
karena pola kehidupan para partriakh masih bersifat semi-nomadis. Yahwisme tidak dapat
berkompromi dengan Baal, karena tabiat Yahweh, kemutlakan-Nya, dan kemuliaan-Nya
bertentangan dengan seksualitas. Yahweh tentunya bisa mengambil alih beberapa sifat Baal,
peranannya sebagai pemberi kesuburan akan tetapi, Yahweh tetap tidak bisa di indentikan
dengan Baal. Tabiat Yahweh ini melampaui tabiat allah gurun. Yahweh berkuasa atas seluruh
alam raya. Di padang gurun dan di luar padang gurun, Dia juga menyelamatkan kaum
tertindas, Dia berhubungan baik dengan bangsa maupun individu dan membela orang yang
menjadi korban ketidakadilan.
Kemutlakan Yahweh
Kepercayaan kepada Yahweh mencakup beberapa unsur yang baru dan gambaran
baru tentang tabiat Allah. Bentrokan antara Yahweh dan Baal tidak dapat terelakan, tetapi
dalam perjuangan itu Yahwehlah yang menjadi pemenang, sekalipun kaum yang percaya
kepada-Nya jauh lebih lemah di bandingkan dengan kaum pengikut Baal, baik dibidang
kebudayaan maupun dibidang politik.
Konsep Perjanjian (Covenant)
Dalam Israel Kuno, ada sebuah pandangan dimana segala perjanjian yang diadakan
Allah dengan umat – Nya di dasarkan kepada perjanjian kekal dan segala sesuatu akan
berlangsung dalam perjanjian kekal tersebut. Itulah sebabnya, para teolog berpandangan
bahwa hubungan Allah dengan umat – Nya disepanjang Alkitab dilukiskan dalam satu kata,
yaitu cobenant. Itulah yang menjadi dasar tindakan Allah terhadap sejarah perjalanan umat –
Nya.
Konsep ini menjadi sangat penting untuk dipahami karena secara faktanya, sejak akhir
abad kedua, Alkitab kita dibagi menjadi dua yaitu perjanjian lama dan baru. Istilah ini berasal
dari kata dalam bahasa Latin testamentum. Dan kemudian muncullah bahasa Inggris
“Testament”. Di sisi lain, covenant inilah yang menjadi inti dari pemahaman orang Israel
mengenai hubungan antara mereka dengan Allah. Allah senantiasa membuat ikatan covenant
dengan umat – Nya. Dan hal ini bertumpu kepada janji – janji Allah, yang dimulai dari
penciptaan sampai kepada masa para nabi
Dalam Bahasa Ibrani, kata covenant adalah berit. Sedangkan dalam LXX dan
Perjanjian Baru yang ditulis dalam bahasa Yunani, kata covenant adalah sunatheke
(perjanjian antara dua pihak yang sederajat) dan diatheke (perjanjian antara dua orang yang
tidak sederajat). Dan diatheke merupakan apa yang kita miliki dengan Allah.
16
Smith. Ralph L. Covenant and Law in Exodus Southwestern Journal of Theology Vol. XX No.1, 1977.
33.
diberikan Allah, sebab perjanjian yang dibuat Yahweh memiliki sederet pasal penghukuman
bagi yang melanggar.
Aplikasi
A. Aplikasi Teologis
Allah menunjukkan kuasa-Nya dan membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan untuk
menjadikan mereka umat-Nya dan membuat perjanjian dengan mereka supaya mereka hidup
sesuai dengan yang diperintahkan-Nya. Karena Allah itu kudus maka merekapun harus hidup
kudus dihadapan-Nya dengan menaati perintah-Nya, jika mereka berlaku menyimpang dari
hadapan-Nya maka mereka akan kehilangan berkat yang Allah yang disediakan bagi mereka
yaitu tanah yang dijanjikan oleh Allah.
B. Aplikasi Praktis
Suatu hal yang menjadi dasar yang baik adalah hidup dalam kekudusan di situasi dunia
mengkesampingkan perihal kekudusan hidup. Dimana kita perlu untuk hidup sesuai firman
Tuhan. Sebagai orang yang mengakui bahwa dirinya beriman tetapi tidak melakukan perintah
Tuhan makan sia-sialah hidupnya. Karena itu, kita perlu menata hidup dalam terang dan
ketaatan kepada firman Allah sebagai konsekuensi anugerah Allah yang telah diberikan
kepada kita.
Kesimpulan
Kita adalah umat Allah. Kepada kita, Allah telah memberikan diri-Nya dan juga
perjanjian kasih-Nya. Sebagai tanggapannya, kita perlu menjaga kualitas kekudusan kita.
walaupun kadangkala hal itu terasa berat untuk dilakukan. Allah kita yang setia selalu siap
mendukung kita. Penggenapan janji Tuhan kepada umat-Nya merupakan kehendak Tuhan
sejak awalnya, maka kita di bawa untuk datang kepada Allah. Untuk itu kita harus menaati
setiap ketetapan-ketetapan-Nya. Oleh karena itu perjanjian memiliki persyaratan karena
penggenapannya di satu sisi menuntut kesetiaan untuk memeliharanya. Ia menjadi Allah bagi
kita dan diikuti dengan adanya perintah yang diberikan kepada kita. Hal ini menunjukkan
natur moral Allah juga mengungkapkan kewajiban kita bagaimana kita harus hidup dalam
persekutuan dengan Allah sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat dan dengan itu status
kita di hadapan Allah tidaklah lagi sebagai seorang berdosa, melainkan sebagai umat pilihan
Allah yang dibawa masuk kepada rencana yang telah dijanjikan–Nya.
Daftar Pustaka
Lumingkewas, Martin S. 2020. ”EL & YAHWEH” .(allah Israel). “OSF Preprints. March 24.
doi:10.31219/osf.io/vemz4.
Hubbard, A. D. “Pengantar Perjanjian Lama 1”
Amstutz, John. “Sebuah Survey dari Alkitab dalam Hidup dalam Kristus”. Vol 14 No.4.
Solo: Yayasan Pusat Hidup Baru
Weiden, der van Wim, MSF, Suharyo I. Mgr 2000.” PengantarKitab Suci Perjanjian
Lama”. Yogyakarta: Kanisius
Hinson F. David. “Sejarah Israel”.1993. Jakarta:Gunung Mulia.
Kyle G.M, Bush Burning. “ ISBE Bible Dictionary”. 2001. dalam BibleWorks
L Ralph Smith. 1977.” Covenant and Law in Exodus Southwestern Journal of Theology Vol.
XX No.1.