Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SASARAN INOVASI PENDIDIKAN


Dosen Pengampu : Mainuddin, M.Pd.I

Kelompok 2 :
Andika Wardiman
Sarita Bonita
Syarifuddin

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
NAHDATUL WATHAN SAMAWA SUMBAWA BESAR
TAHUN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan -


kekurangan baik pada teknis penyusunan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami milki. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca.

Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Sumbawa, 8 Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i


Daftar isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2


A. Pengertian Inovasi Pendidikan ................................................................. 2
1. Inovasi ................................................................................................ 2
2. Pendidikan .......................................................................................... 3
3. Inovasi Pendidikan ............................................................................. 4
B. Bentuk Inovasi Pendidikan ....................................................................... 7
1. Bentuk – bentuk Inovasi ..................................................................... 7
2. Bentuk – bentuk Inovasi Pendidikan .................................................. 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................10


A. Kesimpulan ..............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................11


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan inovasi adalah hal yang mutlak dilakukan
karena tanpa inovasi akan terjadi kemandekan pada dunia pendidikan yang
kemudian berimbas pada pada elemen-elemen kehidupan yang lain seperti
politik, ekonomi, sosial dan lain-lain. (Lamhot Basani Sihombing, 2010:140-
141)
Siswa dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya
dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai
dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka
lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan
dengan konsekuen. Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah
pentingnya dengan peran unsurunsur lainnya, karena siswa bisa sebagai
penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya,
petunjuk, dan bahkan sebagai guru. (Lamhot Basani Sihombing, 2010:151)
Guru adalah kunci setiap upaya pembaharuan di sekolah. Oleh sebab itu,
upaya pembaharuan pendidikan di sekolah harus berangkat dari upaya
membangun perilaku guru kearah pembaharuan. Keengganan dan
ketidakmampuan guru untuk melaksanakan inovasi mengakibatkan setiap
pembaharuan pendidikan tidak pernah berjalan sebagaimana diharapkan.
(Amrazi, 2010: 11)
Dalam proses kependidikan, kurikulum bukanlah suatu hal yang statis.
Konsep kurikulum dapat diubah sesuai dengan perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan serta orientasi masyarakat. Oleh karena itu, dalam
pengembangan kurikulum harus dapat dipertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, seperti faktor filosofis, sosiologis dan psikologis serta
teori dan pola organisasi kurikulum yang diterapkan. (Razali, 2015: 217)

B. Rumusan Masalah
1. Siapa saja sasaran Inovasi pendidikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sasaran Inovasi pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. SASARAN INOVASI PENDIDIKAN


1. SISWA
Siswa sebagai objek utama dalam pendidikan maka siswa memegang
peran yang dominan, dalam hal mana siswa dapat menentukan
keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensi, daya motorik,
pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam dirinya tanpa
paksaan. Hal ini terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi
pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan
perubahan, mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan. Siswa dalam
inovasi pendidikan adalah sebagai penerima pelajaran, pemberi materi
pada sesama temannya, petunjuk menjadi guru bagi yang lainnya. (Rusyidi
& Amiruddin, 2017:38)
Maka dari itu disini siswalah yang berperan dalam memajukan inovasi
pendidikan dengan dibantu oleh guru. Tanpa adanya kemauan siswa,
maka inovasi pendidikan juga tidak akan berjalan dengan maksimal sesuai
tujuan inovasi yang diinginkan. Siswa juga haruslah diberikan bimbingan
untuk melakukan perencanaan serta pelaksanaan terhadap inovasi
pendidikan.

2. GURU
Guru merupakan kompetensi paling menentukan dalam sistem
pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral,
pertama, dan utama. Guru memegang peran utama dalam pembangunan
pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal disekolah.
(Syafaruddin.,dkk, 2012: 155)

a. Standar kompetensi guru


Pada hakikatnya nya, standar kompetensi dan sertifikasi guru adalah
untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional, yang memiliki
kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah
khususnya, serta tujuan
pendidikan pada umumnya, kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.
(Syafaruddin, Asrul & Mesiono, 2012:155)
b. Tanggung jawab guru
Tanggung jawab guru dapat dijabarkan kedalam sejumlah kompetensi yang
lebih khusus, berikut ini (Syafaruddin, Asrul & Mesiono, 2012: 156-157):
1) Tanggung jawab moral; bahwa setiap guru harus mampu menghayati
perilaku dan etika yang sesuai dengan moral pancasila dan
mengamalkannya dalam pergaulan hidup sehari-hari.
2) Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah; bahwa setiap guru
harus menguasai cara belajar mengajar yang efektif, mampu
mengembangkan kurikulum (KTSP), silabus, dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), melaksanakan pembelajaran yang efektif, menjadi
model bagi peserta didik, memberi nasihat, melaksanakan evaluasi hasil
belajar, dan mengembangkan peserta didik.
3) Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan; bahwa setiap guru harus
turut serta mensukseskan pembangunan, yang harus competent dalam
membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat.
4) Tanggung jawab dalam bidang keilmuan; bahwa setiap guru harus turut
serta memajukan ilmu, terutama yang menjadi spesifikasinya, dengan
melaksanakan penelitian dan pengembangan.

c. Peran dan fungsi guru


Lebih lanjut mulyasa (2007) menjelaskan peran dan fungsi guru
berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan sekolah. Diantara peran dan
fungsi guru tersebut adalah sebagai berikut : (Syafaruddin, Asrul & Mesiono,
2012:156-158)
1) Sebagai pendidik dan pengajar

2) Sebagai anggota masyarakat

3) Sebagai pemimpin

4) Sebagai administrator

5) Sebagai pengelola pembelajaran


Keluasan peran guru dipaparkan adams dan dickey sebagaimana
dikutip hamalik dalam buku (Rusydi dan Amiruddi, 2017:36-37) yaitu peran
guru sesungguhnya sangat luas yang meliputi 4 hal besar yaitu :
1) Guru sebagai pengajar ( teacher as instructor)
Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah (kelas)
yaitu menyampaikan pelajaran agar peserta didik memahami dengan baik
semua pengetahuan yang telah disampaikan itu.
2) Guru sebagai pembimbing (teacher as counsellor)
Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada peserta didik agar
mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya
sendiri, mengenal dirinya sendiri dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
3) Guru sebagai ilmuwan (teacher as scientist)
Guru dipandang sebagai orang yang paling berpengetahuan. Guru
bukan saja berkewajiban untuk menyampaikan pengetahuan yang
dimilikinya kepada peserta didik, tetapi juga berkewajiban
mengembangkan pengetahuan dan terus-menerus memupuk pengetahuan
yang telah dimilikinya.
4) Guru sebagai pribadi (teacher as person)
Sebagai pribadi setiap guru harus memiliki sifat-sifat yang
disenangi oleh peserta didiknya, orang tua dan masyarakat. Sifat-sifat itu
sangat diperlukan agar dapat melaksanakan pengajaran secara efektif.
Keengganan guru melakukan inovasi pendidikan disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut (Amrazi Zakso, 2010:11):

1. Latar belakang pengetahuan dan kemampuan bidang yang dikuasai guru.

2. Pelaksanaan pembaharuan dibidang pengajaran terlalu kompleks dan


memakan waktu.
3. Ketidakjelasan akan dampak langsung pada diri siswa

4. Umumnya orang yang terlibat dalam pendidikan lebih menyukai


status quo.
5. Pembaharuan biasanya menyangkut aspek yang sifatnya supervisial.
Guru salah satu untuk memajukan inovasi pendidikan. Karena guru
yang dapat membantu dan menyampaikan kepada peserta didik. Untuk
mendapatkan figur siswa yang aktif dalam mencapai inovasi pendidikan
adalah bagaimana cara untuk memdapatkan proses pembelajaran yang baik.
Profesional guru dituntut karena hal ini juga berpengaruh terhadap prestasi
akdemik siswa itu sendiri

Banyak cara yang bias guru tingkatkan untuk memajukan inovasi


pendidikan itu sendiri. Seperti menjadi guru profesional, meningkatkan
kekreatifitasan dalam mengajar

3. KURIKULUM
Kurikulum biasanya tidak jauh dari yang namanya pendidikan. Karena
kurikulum dilakukan untuk memandu proses belajar mengajar di sekolah. Dalam
hal ini inovasi pendidikan sangat memegang peran dalam proses pelaksanaan
kurikulum agar tetap tercapainya tujuan inovasi secara maksimal.
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan oleh
suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang
akan dipelajari dan dilalui pleh peserta didik dalam satu periode jenjang
pendidikan. (Mara Samin Lubis, 2016: 1)
Inovasi kurikulum adalah gagasan atau praktik kurikulum baru dengan
mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut degan tujuan
memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. (Rusdiana, 2014: 54)
Sagala (2012) memaparkan landasan-landasan yang harus diperhatikan dalam
melakukan inovasi kurikulum sebagai berikut ( Rusyidi & Amiruddin, 2017:41-
42):
a. Landasan Filosofis
Pendidikan ada dan berada dalam kehidupan masyarakat, sehingga apa
yang dikehendaki oleh masyarakat untuk dilestarikan dan diselenggarakan
melalui pendidikan dalam arti seluas-luasnya. Segala kehendak yang dimiliki
oleh masyarakat merupakan sumber nilai yang memberikan arah pada
pendidikan. Dengan demikian pandangan dan wawasan yang ada dalam
masyarakat merupakan landasan filosofis penyelenggaraan pendidikan.
b. Landasan Sosial Budaya

Nilai sosial budaya masyarakat bersumber pada hasil karya akal


budi manusia,sehingga didalamnya ada menerima, menyebarluaskan,
melestarikaatau melepaskannya manusia menggunakan akalnya. Nilai sosial
budaya lebih bersifat sementara dibandingkan dengan nilai keagamaan.
Oleh karena itu jelas dalam inovasi kurikulum haruslah berpijak ada nilai
sosial budaya tersebut.

c. Landasan Pengetahuan, Teknologi dan Seni


Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah nilai-nilai yang bersumber
pada pikiran atau logika, sedangkan seni bersumber dari perasaan atau
estetika. Mengingat pendidikan merupakan upaya penyiapan siswa
mengahadapi perubahan yang semakin pesat, termasuk didalamnya
perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, maka dalam melakukan
inovasi kurikulum harus berlandaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni.
d. Landasan Kebutuhan Masyarakat
Inovasi kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan
individu yang mencakup keterkaitannya dengan lingkungan sosial
setempat, karena pada hakekatnya perkembangan kurikulum adalah
kebutuhan masyarakat yang dilayani melalui kurikulum yang
dikembangkan.
e. Landasan Perkembangan Masyarakat
Ciri utama masyarakat adalah selalu berkembang. Perkembangan ini
bisa lambat bisa juga cepat bahkan sangat cepat. Ilmu pengetahuan dan
teknologi sangat mendukung perkembangan masyarakat dan kebutuhan
masyarakat akan membantu menetapkan perkembangan yang
dilaksanakan. Perkembangan masyarakat akan menuntut tersedianya
proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, maka
diperlukan perancangan berupa kurikulum yang landasannya berupa
perkembangan masyarakat itu sendiri.
Prinsip dasar yang dominan yang terdapat dalam setiap usaha
pengelolaan dan pengembangan kurikulum, sebagai berikut (Razali.,dkk
(jurnal), 2015: 221- 222):

1. Relevansi
Relevansi pendidikan dapat diartikan sebagai keserasian pendidikan
dengan tuntutan kehidupan. Dengan kata lain, pendidikan dipandang
relevan bila hasrat yang diperoleh dan pendidikan tersebut berguna atau
fungsional bagi kehidupan.

2. Berkesinambungan
Kurikulum disusun dan dikelola secara berkesinambungan, artinya
bagian- bagian, asek-aspek materi dan bahan kajian disusun secara
berurutan tidak terlepas melainkan satu sama lain yang memiliki
hubungan fungsional yang bermakna sesuai dengan jenjang pendidikan,
struktur dan satuan pendidikan serta tingkat perkembangan subjek didik.

3. Fleksibilitas
Fleksibilitas artinya ada semacam ruang gerak yang memberikan
sedikit kebebasan didalam bertindak. Dalam kurikulum fleksibilitas
mencakup fleksibilitas subjek didik dalam memilih program dan
fleksibilitas guru dalam pengembangan program pengajaran.

4. Efektivitas
Efektivitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan sejauh mana apa
yang direncanakan dapat terlaksanakan. Dalam bidang pendidikan,
efektivitas ini dapat dilihat dari segi efektivitas guru mengajar dan subjek
didik belajar.

5. Efisiensi
Efisiensi merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan
pengeluaran berupa waktu, tenaga dan biaya yang diharapkan paling tidak
menunjukkan hasil yang seimbang.
Namun, selama ini kurikulum dianggap dianggap kurang menyentuh
kebutuhan dan kondisi lingkungan siswa. Oleh karena itu, penerapan
kurikulum muatan lokal merupakan suatu inovasi dalam bidang pendidikan
untuk memecahkan masalah tersebut. Melalui kurikulum muatan lokal, materi
yang diberikan di sekolah akan menjadi relevan dengan kebutuhan dan
tuntutan lingkungan hidup siswa. Maka dari itu kurikulum harus mampu
menjawab kebutuhan siswa pada masa yang akan datang (Rusdiana, 2014:
187-188).

Perubahan kurikulum mestinya dilakukan dalam kurun waktu tertentu


dan disesuaikan dengan segala kebutuhan, seperti faktor pendanaan,
pemberdayaan dan sosialisasi, serta peningkatan kualitas seluruh komponen
didalam sistem pendidikan, agar tujuan perubahan kurikulum itu bisa tercapai
dengan baik, tanpa adanya pemaksaan dan kepentingan pribadi para
pengambil kebijakan. (M. Kristiawan, 2018: 84)

4. FASILITAS
Fasilitas ini tidak jauh membahas dengan sarana dan prasarana pendidikan.
Dalam meningkatkan inovasi pendidikan itu sendiri haruslah didukung dengan
adanya fasilitas yang lengkap. Tanpa adanya fasilitas, untuk meningkatkan
inovasi pendidikan adalah salah satu hal yang sulit untuk dicapai. Fasilitas yang
harus dilengkapi itu seperti fasilitas belajar mengajar yang merupakan hal yang
esensial dalam mengadakan perubahan dan pembaharuan pendidikan. Oleh
karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu
diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan
sebagainya. (Lamhot Basani Sihombing, 2010: 152)
Sarana pendidikan diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu (Alex Aldha
Yudi, 2012:3):

a. Habis tidaknya dipakai

1) Dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana pendidikan,
yaitu sarana pendidikan yang habis dipakai dan sarana pendidikan tahan
lama. Sarana pendidikan yang habis dipakai adalah segala bahan atau alat
yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat.
Contoh, kapur tulis, beberapa bahan kimia untuk praktik guru dan siswa,
dsb. Selain itu, ada sarana pendidikan yang berubah bentuk, misalnya
kayu, besi, dan kertas karton yang sering digunakan oleh guru dalam
mengajar. Contoh: pita mesin ketik/komputer, bola lampu, dan kertas.

2) Sarana pendidikan tahan lama Sarana pendidikan tahan lama adalah


keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus menerus
dan dalam waktu yang relatif lama. Contoh, bangku sekolah, mesin tulis,
atlas, globe, dan beberapa peralatan olah raga.
b. Bergerak tidaknya pada saat digunakan
Ditinjau dari bergerak tidaknya pada saat digunakan, ada dua macam
sarana pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang bergerak dan sarana
pendidikan tidak bergerak.
1) Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa
digerakkan atau dipindah sesuai dengan kebutuhan pemakainya,
contohnya: almari arsip sekolah, bangku sekolah, dsb.
2) Sarana pendidikan yang tidak bergerak, adalah semua sarana pendidikan
yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan, misalnya
saluran dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
c. Hubungannya dengan proses belajar mengajar.
Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar, sarana
pendidikan dibedakan menjadi 3 macam bila ditinjau dari hubungannya
dengan proses belajar mengajar, yaitu:

1) Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam


proses belajar mengajar, misalnya buku, alat peraga, alat tulis, dan alat
praktik.
2) Alat peraga adalah alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat
berupa perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang mudah memberi
pengertian kepada anak didik berturut-turut dari yang abstrak sampai,
dengan yang konkret.
3) Media pengajaran adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai
perantara dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi
efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. Ada tiga
jenis media, yaitu media audio, media visual, dan media audio visual.

Adapun prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi


dua macam, yaitu (Alex Aldha Yudi, 2012:3-4):

a. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses


belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik
keterampilan, dan ruang laboratorium.
b. Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses
belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya
proses belajar mengajar, misalnya ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan
jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang
guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parker kendaraan.
5. LINGKUP SOSIAL MASYARAKAT
Dalam menerapkan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung
terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik
positimaupun negatif, dalam pelaksanaan pembaruan pendidikan. Masyarakat
secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam
pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya
mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta
didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan
tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau
dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan
membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi
pendidikan.( Lamhot Basani Sihombing, 2010: 153)

Maka dari itu masyarakat sekitar haruslah berusaha untuk tetap mendukung
demi kemajuan inovasi pendidikan. Karena peran masyarakat juga penting serta
turut andil dalam memajukan inovasi pendidikan tersebut. Apabila dalam
masyarakat tersebut melakukan hal yang positif maka hal tersebut juga akan
berpengaruh positif terhadap kemajuan inovasi pendidikan. Seperti kesadaran
masyarakat dalam melaksanakan perubahan yang sesuai dengan kebutuhan
zaman. Untuk contoh pelaksanaan inovasi pendidikan di masyarakat seperti
diadakannya kuliah kerja nyata (KKN) dan pengabdian masyarakat (PEMA).
BAB III
KESIMPULAN

Dari pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa :


1. Siswa adalah salah satu yang berperan dalam meningkatkan inovasi
pendidikan. Jika adanya kemauan yang tinggi dari siswa, maka dengan
mudahnya akan tercapai inovasi pendidikan yang baik pula. Begitupun
sebaliknya, jika siswa enggan merasa penting dalam berpartisipasi
memajukan inovasi pendidikan, maka tidak akan tercapai pula tujuan
pendidikan yang baik. Karena disini dibutuhkan siswa yang ingin memajukan
pendidikan bukan siswa yang hanya menerima pembelajaran tapi tidak
diamalkan. Makan tujuan inovasi pendidikan jelas tidak akan tercapai dengan
maksimal. Disini siswa haruslah dikenalkan untuk menuju perubahan yang
positif agar tujuan inovasi pendidikan dapat tercapai dengan maksimal. Siswa
disini bagaikan objek yag harus dibantu oleh subjek untuk mendapatkan
inovasi yang baik.
2. Dalam hal ini guru yang menjadi subjek siswa untuk mencapai inovasi
pendidikan yang baik. Tidak hanya itu, guru harus tau peran, tanggung jawab
serta fungsinya. Kebanyakan guru hanya mengajar saja tetapi ia lupa akan
kewajibannya. Dalam konteks ini, yang dilakukan guru sangat salah. Dapat
dilihat dari kategori yang sederhana terlebih dahulu, guru harus mampu
memiliki etika, sikap maupun perilaku yang baik untuk menjadi panutan oleh
siswanya. Karena guru adalah motivator bagi siswa itu sendiri. Guru harus
memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan apa yang dia ajarkan.
Maka dari itu disini guru dituntut untuk profesional, aktif dan tau perannya
sebagai guru.
3. Dalam menjalankan kurikulum, kembali lagi kepada guru yang
mengajarkannya. Apakah sudah mampu dan siap untuk menyampaikan
kepada siswanya. Dalam konteks ini, kurikulum juga mampu mendukung
kemajuan inovasi pendidikan. Inovasi kurikulum yang ada yaitu gagasan atau
praktik baru dengan mengambil bagian-bagian yang potensial dari kurikulum
tersebut dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan
tertentu. Intinya jika adanya perubahan dari kurikulum haruslah disesuaikan
dengan kebutuhan siswa, sekolah dan zaman. Apabila sekolah tidak mampu
maka akan terjadi pula percampuran dari penggunaan kurikulum tersebut.
4. Dalam pengembangan inovasi kurikulum, haruslah didukung dengan fasilitas
yang ada. Jika suatu kurikulum menginginkan fasilitas yang harus lengkap,
sedangkan sekolah belum memadai maka tujuan inovasi kurikulum tersebut
akan terhambat. Maka dari itu fasilitas ini sangat menunjang untuk kemajuan
inovasi pendidikan. Jika sudah terpenuhinya keinginan siswa, keprofesional
guru sudah terpenuhi tetapi fasilitas belum memadai, maka hal tersebut akan
terhambat. Contohnya saja kurikulum menuntut adanya praktif di
laboratorium, tetapi sekolah tidak memiliki laboratorium. Maka tujuan
pembelajaran tersebut tidak akan tercapai.
5. Lingkup sosial masyarakat juga sangat mendukung untuk kemajuan inovasi
pendidikan. Adanya sikap positif dari masyarakat maka akan positiflah
kemajuan inovasi pendidikan. Keinginan inivasi ini ialah agar apa yang ingin
dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih
baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal.

DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Rusydi dan Amiruddin. 2017. Inovasi Pendidikan: Melejitkan Potensi Teknologi
dan Inovasi Pendidikan. Medan: CV. Widya Puspita.

Kristiawan, M., dkk. 2018. Inovasi Pendidikan. Ponorogo: Wade Print Lubis, Mara

Samin. 2016. Telaah Kurikulum. Medan: Perdana Publishing. Rusdiana. 2014. Konsep
Inovasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia

Sardiman, A.M. 2018. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Depok: Rajawali Pers.
Sihombing, Lamhot Basani. 2010. Dampak Inovasi Pendidikan Sebagai Suatu Bidang
Studi Pengantar Pendidikan di Perguruan Tinggi Indonesia. 3(1). 140-154

Syafaruddin., dkk. 2012. Inovasi Pendidikan: Suatu Analisis terhadap Kebijakan Baru
Pendidikan. Medan: Perdana Publishing.

Thaib, Razali M dan Irman Siswanto. 2015. Inovasi Kurikulum dalam Pengembangan
Pendidikan. Jurnal Edukasi. 1(2). 216-228.

Yudi, Alex Aldha. 2012. Pengembangan Mutu Pendidikan Ditinjau Dari Segi Sarana
Dan Prasarana (Sarana Dan Prasarana Pplp). Jurnal Cerdas Sifa. No.1. 1-8

Zakso, Amrazi. 2010. Inovasi Pendidikan di Indonesia antara Harapan dan Kenyataan.
Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora. 1(1). 10-18.

Anda mungkin juga menyukai