Anda di halaman 1dari 22

PENGERTIAN DAN MAKNA PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok


Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Pada Jurusan Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam Semester I
IAIN Bone

Oleh
KELOMPOK I
ANDI MUSFIRA RIFAI
862082021029
RIA ARSHANI
862082021026
RAHMI HASYIM
862082021027

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengertian Dan Makna Psikologi
Pendidikan ” ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi.

Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat membuka cakrawala berfikir mahasiswa. Aamiin

Watampone, 28 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Penulisan ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
A. Pengertian Psikologi Pendidikan................................................................... 3
B. Makna Psikologi Pendidikan......................................................................... 13
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 17
A. Simpulan ...................................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) pendidikan adalah: "usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara". Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidik profesional
yakni guru di sekolah-sekolah dasar dan menengah dan dosen di perguruan-
perguruan tinggi sebagaimana yang tersirat dalam Bab XI Pasal 39 (2) UU
Sisdiknas tersebut di atas.

Untuk melaksanakan profesinya, tenaga pendidik khususnya guru


sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan dan keterampilan keguruan
yang memadai dalam arti sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan sains
dan teknologi. Di antara pengetahuan-pengetahuan yang perlu di kuasai guru
dan juga calon guru adalah pengenalan psikologi terapan dengan pendekatan
baru yang erat kaitannya dengan proses belajar dan mengajar dalam suasana
zaman yang berbeda dan penuh tantangan seperti sekarang ini.1

Psikologi pendidikan merupakan keharusan bagi setiap pendidik yang


bertanggung jawab, bahwa dia dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat
dalam cara yang sesuai dengan "keadaan" si anak didik. Psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang berusaha memahami sesama manusia, dengan tujuan untuk
dapat memperlakukannya dengan lebih tepat. Karena itu pengetahuan
psikologis mengenai anak didik dalam proses pendidikan adalah hal yang perlu

1
Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004) h. 1.

1
dan penting bagi setiap pendidik; sehingga seharusnya adalah kebutuhan setiap
pendidik untuk memiliki pengetahuan tentang psikologi pendidikan. Dan kalau
diingat bahwa setiap orang pada sesuatu saat tentu melakukan perbuatan
mendidik, maka pada hakikatnya psikologi pendidikan itu dibutuhkan oleh
setiap orang. Kenyataan bahwa pada dewasa ini hanya para pendidik
profesional saja yang mempelajari psikologi pendidikan tidaklah dapat
dipandang sebagai hal yang memang sudah selayaknya.2

Untuk memenuhi kebutuhan akan psikologi pendidikan dengan


pendekatan baru itulah, makalah Psikologi Pendidikan ini disusun, dengan
harapan dapat memberikan kontribusi yang berarti dan memantapkan kualitas
kompetensi calon guru dan guru serta dosen profesional yang bertugas pada
jenjang masing-masing.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Psikologi Pendidikan ?
2. Bagaimana Makna Psikologi Pendidikan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Psikologi Pendidikan
2. Untuk Mengetahui Makna Psikologi Pendidikan

2
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2002)
h. 1-2.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi Pendidikan

1. Pengertian Psikologi
Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari
kata bahasa Inggris psychology. Kata psychology merupakan dua akar kata
yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu: 1) psyche yang berarti
jiwa; 2) logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi memang
berarti ilmu jiwa. Karena beberapa alasan tertentu (seperti timbulnya
konotasi/arti lain yang menganggap psikologi sebagai ilmu yang langsung
menyelidiki jiwa).
Psikologi berarti ilmu jiwa. Sebelum menjadi disiplin ilmu yang
mandiri, psikologi memiliki akar. Akar yang kuat dalam ilmu kedokteran
dan filsafat yang hingga sekarang masih tampak pengaruhnya. Dalam ilmu
kedokteran, psikologi berperan menjelaskan apa-apa yang terpikir dan
terasa oleh organ-organ biologis (jasmaniah). Sedangkan dalam filsafat-
yang sebenarnya "ibu kandung psikologi itu-psikologi berperan serta dalam
memecahkan masalah-masalah rumit yang berkaitan dengan akal,
kehendak, dan pengetahuan. Karena kontak dengan berbagai disiplin
itulah, maka timbul bermacam-macam definisi psikologi yang satu sama
lain berbeda, seperti:
1). Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of
mental life);
2). Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind);
3). Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of
behavior); dan lain-lain definisi yang sangat bergantung pada sudut
pandang yang mendefinisikannya.
Pada asasnya, psikologi menyentuh banyak bidang kehidupan diri
organisme. Namun secara lebih spesifik, psikologi lebih banyak dikaitkan

3
dengan kehidupan organisme manusia. Dalam hubungan ini, psikologi
didefinisi kan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami
perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga
memahami bagaimana makhluk tersebut berpikir dan berperasaan
(Gleitman).
Menurut Bruno, pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada
prinsipnya saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi
(penyelidikan) mengenai "ruh". Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan
mengenai "kehidupan mental". Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan
mengenai "tingkah laku" organisme.
Pengertian pertama merupakan definisi yang paling kuno dan klasik
(bercita rasa tinggi dan bersejarah) yang berhubungan dengan filsafat Plato
dan Aristoteles. Mereka menganggap bahwa kesadaran manusia
berhubungan dengan ruhnya. Oleh karena itu, studi mengenai kesadaran
dan proses mental manusia merupakan bagian dari studi mengenai ruh.
Ketika psikologi melepaskan diri dari filsafat dan menjadi disiplin yang
mandiri pada tahun 1879, saat William Wundt mendirikan laboratorium
psikologinya, ruh dikeluarkan dari studi psikologi. Para ahli, antara lain
William James, menganggap psikologi sebagai ilmu pengetahuan
mengenai kehidupan mental. Namun, John B. Watson, tokoh aliran
behaviorisme yang radikal itu, tidak puas dengan definisi James tersebut
lalu mengubahnya menjadi "ilmu pengetahuan tentang tingkah laku
(behavior) organisme" dan sekaligus menafikan (menganggap tidak ada)
eksistensi ruh dan kehidupan mental. Eksistensi (keberadaan) ruh dan
kehidupan internal manusia, menurut B. Watson dan kawan-kawan tak
dapat dibuktikan karena tidak ada, kecuali dalam khayalan belaka. Alhasil,
dapat kita katakan bahwa psikologi behaviorisme adalah aliran ilmu jiwa
yang tidak berjiwa.
Chaplin dalam Dictionary of Psychology mendefinisikan psikologi
sebagai... the scienceof human and animal behavior, the study of the
organism in all its variety and complexity as it responds to the flux and

4
flow of the physical and social events which make up the environment.
(Psikologi ialah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan,
juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan
kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan
peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungan.)
Sementara itu, Edwin G. Boring dan Herbert S. Langfeld seperti yang
dikutip Sarwono mendefinisikan psikologi jauh lebih sederhana daripada
definisi di atas, yakni psikologi ialah studi tentang hakikat manusia.
Selanjutnya, dalam Ensiklopedia Pendidikan, Poerbakawatja dan
Harahap membatasi arti psikologi sebagai "cabang ilmu pengetahuan yang
mengadakan penyelidikan atas gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa".
Dalam ensiklopedia ini dibatasi pula bahwa gejala dan kegiatan jiwa
tersebut meliputi respons organisme dan hubungannya dengan lingkungan.
Dalam definisi-definisi di atas tampak jelas persamaan-persamaan di
samping perbedaan-perbedaan pandangan para ahli. Namun, terlepas dari
persamaan dan perbedaan tersebut, pendapat yang lebih relevan (berkaitan
dengan kepentingan) untuk dipedomani sehubungan dengan topik-topik
pembahasan dalam buku ini adalah pendapat Gleitman dan Boring dan
Langfeld. Pendapat mereka itu selain singkat dan tidak berbelit-belit, juga
hanya menitikberatkan pada kepentingan organisme manusia.
Pendapat-pendapat itu sesuai dengan kenyataan yang ada selama ini,
yakni para ahli pada umumnya lebih banyak menekankan penyelidikan
terhadap tingkah laku manusia yang bersifat jasmaniah (aspek psikomotor)
maupun yang bersifat rohaniah (aspek kognitif dan afektif). Tingkah laku
psikomotor (ranah karsa) bersifat terbuka. Tingkah laku terbuka meliputi
perbuatan berbicara, duduk, berjalan, dan seterusnya. Sedangkan tingkah
laku tertutup meliputi berpikir, berkeyakinan, berperasaan, dan seterusnya.
Alhasil, secara ringkas dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa
psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas
tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu
maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan

5
seperti dalam hal ini meliputi semua orang, barang, keadaan, dan kejadian
yang akan ada di sekitar manusia.3

2. Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata "didik", lalu kata ini mendapat awalan me
sehingga menjadi "mendidik", artinya memelihara dan memberi latihan.
Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,
tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (lihat
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991: 232). Selanjutnya, pengertian
"pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate
(mendidik) artinya memberi peningkatan (toelicit, togiveriseto), dan
mengembangkan (toevolve, todevelop). Dalam pengertian yang sempit,
education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk
memperoleh pengetahuan (McLeod).
Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai
sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan ke
butuhan. Dalam pengertian yang luas dan representatif
(mewakili/mencerminkan segala segi), pendidikan ialah... the total process
of developing human abilities ang behavior, drawing on almost all life’s
experiences (Tardif). (Seluruh tahapan pengembangan kemampuan-
kemampuan dan perilaku-perilaku manusia dan juga proses penggunaan
hampir seluruh pengalaman kehidupan).

3
Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung,
PT. Remaja Rosdakarya, 2004) h. 7-9.

6
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan.4
Sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran karena
pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Jika
pengertian seperti ini kita pedomani, setiap orang yang berkewajiban
mendidik (seperti guru dan orangtua) tentu harus melakukan perbuatan
mengajar. Padahal, mengajar pada umumnya di artikan secara sempit dan
formal sebagai kegiatan menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar
ia menerima dan menguasai materi pelajaran tersebut, atau dengan kata lain
agar siswa tersebut memiliki ilmu pengetahuan.
Dalam Dictionary of Psychology pendidikan diartikan sebagai... the
institutional procedures which are employed in accomplishing the
development of knowledge, habits, attitudes, etc. Usually the term is
applied to formal institution. Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan
yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang
dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam
menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Pendidikan
dapat berlangsung secara informal dan nonformal di samping secara formal
seperti di sekolah, madrasah, dan institusi-institusi lainnya. Bahkan,
menurut definisi di atas, pendidikan juga dapat berlangsung dengan cara
mengajar diri sendiri (self-instruction). Selanjutnya, menurut
Poerbakawatja dan Harahap pendidikan adalah:
... usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya
meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu
menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.... orang
dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang yang atas dasar tugas dan
kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik. misalnya guru

4
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2014) h.1.

7
sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala
asrama dan sebagainya.5

3. Pengertian Psikologi Pendidikan


Psikologi pendidikan terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan
pendidikan. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses
kognitif dan prilaku atau ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
manusia baik sebagai individu maupun kelompok dalam hubungan dengan
lingkungannya. Tingkah laku berupa tingkah laku yang tampak maupun
tidak tampak, yang disadari maupun tidak. Sedangkan pendidikan adalah
ilmu yang mempelajari nilai nilai tentang karakter.
Namun, definisi psikologi pendidikan sebagai terapan ilmu psikologi
dalam pendidikan memiliki arti sendiri, yakni ilmu yang mempelajari
proses belajar dan pembelajaran pada lingkungan pendidikan.
Psikologi pendidikan menurut sebagian ahli adalah subdisiplin
psikolog, bukan psikologi itu sendiri. Mereka menganggap psikologi
pendidikan tidak memiliki teori, konsep, dan metode sendiri. Hal ini konon
terbukti dengan banyaknya hasil-hasil riset psikologi-psikologi lain yang
diangkat menjadi teori, konsep, dan metode psikologi pendidikan.
Berikut ini adalah beberapa definisi psikologi pendidikan yang
dikemukakan oleh para ahli.
1. Chauhan. Psikologi pendidikan adalah penerapan penemuan-
penemuan psikologi dalam bidang pendidikan. Menurutnya,
psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis mengenai
perkembangan individu dalam bidang pendidikan. Psikologi
pendidikan membantu para guru untuk mengajukan perkembangan
yang harmonis para siswa untuk menjadi warga negara yang dapat

5
Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004) h. 10-11.

8
responsif dan berpartisipasi, manusia yang sensitif dan reflektif
sebagai orang yang produktif dan kreatif.
2. H.C. Whiteringron. Psikologi pendidikan didefinisikan sebagai
suatu studi yang sistematis mengenai proses dan faktor-faktor
kejiwaan yang bersangkut paut dengan pendidikan.
3. Edwin Ray Guthrie. Psikologi pendidikan diartikan sebaga
penggunaan prinsip-prinsip kejiwaan untuk memecahkan segala
macam problema pendidikan.
4. W.S. Winkel. Psikologi pendidikan merupakan cabang dan psikologi
praktis yang mempelajari prasyarat-prasyarat belajar di sekolah,
berbagai jenis belajar dan fase-fase dalam sema perkembangan anak.
5. Crow dan Crow. Psikologi pendidikan adalah penerapan prinsip-
prinsip ilmiah tentang reaksi tingkah laku manusia yang
memengaruhi proses belajar-mengajar.
6. B.E. Skinner. Psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang
membahas masalah belajar dan mengajar.
7. Judd. Judd menggambarkan bahwa psikologi pendidikan sebagai
suatu studi ilmiah tentang fase-fase hidup dalam perkembangan
individu mulai bayi lahir sampai menjadi dewasa. Hal itu
berdasarkan pemikiran bahwa psikologi pendidikan merupakan
studi ilmiah mengenai tingkah laku manusia, yang dengannya
capaian tujuan hidup dapat diramalkan dan diarahkan dengan
pendidikan.6

Adapun salah seorang ahli yang menganggap psikologi pendidikan


sebagai subdisiplin psikologi terapan (applicable) adalah Arthur S. Reber
(1988). Dalam pandangannya, psikologi pendidikan adalah sebuah
subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan pendic masalah
kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut.

6
Purma Atmaya Prawira,Psikologi Pendidikan Dalam Perspesktif Baru (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012) h. 27-28.

9
1. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.
2. Pengembangan dan pembaruan kurikulum.
3. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan.
4. Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan
pendayagunaan ranah kognitif.
5. Penyelenggaraan pendidikan keguruan

Secara lebih sederhana dan praktis, Barlow mendefinisikan psikologi


pendidikan sebagai:... a body of knowledge grounded in psychologi kare
cal research which provides a repertoire of resources to aid you in
functioning more and. effectively in teaching learning process. Psikologi
pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang
menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu Anda
melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar-mengajar
secara lebih efektif. Tekanan definisi ini secara lahiriah hanya berkisar
sekitar proses interaksi antar guru-siswa dalam kelas.
Dalam buku Educational Psychology: The Teaching Learning Process,
Daniel Lenox Barlow, seorang profesor dan direktur program
pascasarjana School of Education pada sebuah perguruan tinggi di Virginia
Amerika Serikat, juga menguraikan secara luas hal-hal di luar apa yang
telah penyusun kutip di atas seperti proses perkembangan dan proses
belajar siswa. Selain itu, dia membahas juga masalah-masalah aktual yang
dihadapi guru dan pengembangan profesi kariernya.
Sementara itu, Tardif mendefinisikan psikologi pendidikan mirip
dengan takrif di atas dalam arti cenderung menganggapnya semata-mata
sebagai ilmu terapan Baginya, psikologi pendidikan adalah "... sebuah
bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang
perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan, Adapun ruang
lingkupnya, meliputi:
1). Context of teaching and learning (situasi atau tempat yang
berhubungan dengan mengajar dan belajar);

10
2). Process of teaching and learning (tahapan-tahapan dalam mengajar
dan belajar); dan
3). Outcomes of teaching and learning (hasil-hasil yang dicapai oleh
proses mengajar dan belajar).
Selanjutnya, Witherington dalam bukunya Educational Psychology
terjemahan M. Buchori memberikan definisi psikologi pendidikan sebagai
A systematic study of the process and factors involved in the education of
human being is called educational psychology, yakni bahwa psikologi
pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
Istilah "proses" dalam definisi-definisi di atas terutama proses yang
disebutkan dalam definisi Witherington itu sesungguhnya amat sulit
dipahami substansinya (watak isinya), karena sifatnya yang abstrak. Oleh
sebab itu, menurut sebagian ahli, definisi yang langsung menyebutkan
penyelidikan terhadap proses belajar atau proses mengajar akan lebih pas
jika diganti dengan "manusia" yang belajar atau mengajar. Alasannya,
apabila Anda sedang mempelajari atau memantau seorang siswa yang
sedang berpikir untuk memecahkan masalah matematika misalnya, maka
yang Anda pelajari sesungguhnya adalah siswa tersebut, bukan prosesnya,
karena proses memikirkan soal matematika tersebut tak mungkin dapat
Anda pelajari, lebih-lebih jika secara langsung. Anda hanya bisa menarik
buah kesimpulan bahwa siswa tersebut sedang berpikir (memecahkan soal-
soal matematika) dari fenomena (gejala-gejala) yang tampak pada diri
siswa yang sedang Anda pantau itu.
Selanjutnya, perlu dikemukakan bahwa berdasarkan pertimbangan
definisi-definisi di atas dan diperkuat kenyataan sehari-hari, dapat
dipastikan bahwa disiplin psikologi pendidikan pada dasarnya
mencurahkan perhatiannya pada perbuatan atau tindak-tanduk orang-orang
yang belajar dan mengajar. Oleh karenanya, psikologi pendidikan
mempunyai dua objek riset dan kajian.

11
1). Siswa, yaitu orang-orang yang sedang belajar, termasuk strategi
faktor dan memengaruhi dan prestasi yang dicapai.
2). Guru, yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas mengaja
termasuk metode, model, strategi dan lain-lain yang berhubungan
dengan aktivitas penyajian materi pelajaran.

Memang tak dapat dipungkiri bahwa psikologi pendidikan oleh banyak


ahli psikologi termasuk ahli psikologi pendidikan sendiri cenderung
dianggap sebuah sub disiplin psikologi yang bersifat praktis bukan teoretis.
Psikologi-psikologi lain yang juga dianggap sebagai psikologi terapan
antara lain psikologi industri dan psikologi klinis. Namun kedua cabang
psikologi ini dipandang telah memiliki konsep-konsep, teori-teori, dan
metode-metode sendiri sehingga tidak lagi dianggap sebagai lain
subdisiplin tetapi disiplin (cabang ilmu) yang mandiri.
Ditinjau dari sudut pengaplikasiannya, kecenderungan pandangan
terhadap psikologi pendidikan seperti di atas memang cukup beralasan.
Misalnya psikologi perkembangan dan psikologi abnormal yang jelas
bersifat teoretis dan lebih berguna sebagai alat bantu dan pendukung
psikologi-psikologi lainnya. Konsep dan teori psikologi abnormal sangat
berguna untuk penerapan psikologi klinis, sedangkan psikologi
perkembangan berperan penting dalam pembahasan aplikasi psikologi
pendidikan.
Walaupun begitu, Witherington (Buchori) menegaskan pendiriannya
bahwa psikologi pendidikan itu bukan hanya sebagai psikolog terapan yang
seolah-olah tidak memiliki hak hidup sendiri. Alasan yang si
dikemukakannya adalah psikologi pendidikan sebagai sebuah sains telah
memiliki sendiri hal-hal berikut.
1). Susunan prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran dasar yang
tersendiri.
2). Faktor-faktor yang bersifat objektif dan dapat diperiksa
kebenarannya

12
3). Teknik-teknik khusus yang berguna untuk melakukan penyelidikan
dan risetnya sendiri.
Perdebatan mengenai apakah psikologi pendidikan bersifat praktis,
teoretis, atau praktis-teoretis, sebenarnya tidak begitu penting. Namun,
psikologi pendidikan pada asasnya adalah sebuah disiplin psikologi (atau
boleh juga disebut subdisiplin psikologi) yang menyelidiki masalah-
masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. Lalu, hasil-hasil
penyelidikan ini dirumuskan ke dalam bentuk konsep, teori, dan metode
yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan proses belajar, proses mengajar, dan proses belajar
mengajar. Alhasil, psikologi pendidikan dapat digunakan sebagai pedoman
praktis, di samping sebagai kajian teoretis.
Apapun yang dikemukakan oleh para ahli tentang psikologi
pendidikan, dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang
dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan
pada sebuah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun
mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan
terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.7

B. Makna Psikologi Pendidikan


Keharusan yang tak dapat ditawar-tawar bagi setiap pendidik yang
kompeten dan profesional adalah melaksanakan profesinya sesuai dengan
keadaan peserta didik. Dalam hal ini, tanpa mengurangi peranan didaktik dan
metodik psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berupaya memahami
keadaan dan perilaku manusia, termasuk para siswa yang satu sama lainnya
berbeda itu, amat penting bagi para guru di semua jenjang kependidikan.
Jenjang kependidikan ini meliputi wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan

7
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010) h. 9.

13
pendidikan menengah 3 tahun yang diselenggarakan dalam institusi sekolah
dan madrasah.
Para ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya berkeyakinan
bahwa dua orang anak (yang kembar sekalipun) tak pernah memiliki respons
yang sama persis terhadap situasi belajar-mengajar di sekolah. Keduanya
sangat mungkin berbeda dalam hal pembawaan, kematangan jasmani,
intelegensi, dan keterampilan motor/jasmaniah. Anak-anak itu, seperti juga
anak-anak lainnya, relatif berbeda dalam berkepribadian sebagaimana yang
tampak dalam penampilan dan cara berpikir atau memecahkan masalah mereka
masing-masing.
Pendidikan selain merupakan prosedur, juga merupakan lingkungan
yang menjadi tempat terlibatnya individu yang saling berinteraksi. Dalam
interaksi antar individu ini baik antara guru dengan para siswa maupun antara
siswa dengan siswa lainnya, terjadi proses dan peristiwa psikologis. Peristiwa
dan proses psikologis ini sangat perlu untuk dipahami dan dijadikan lAndasan
oleh para guru dalam memperlakukan para siswa secara tepat.
Para pendidik, khususnya para guru sekolah, sangat diharapkan
memiliki-kalau tidak menguasai-pengetahuan psikologi pendidikan yang
sangat memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar
mengajar yang berguna dan berhasil. Pengetahuan mengenai psikologi
pendidikan bagi para guru berperan penting dalam menyelenggarakan
pendidikan di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan eratnya hubungan antara
psikologi khusus tersebut dengan pendidikan seerat metodik dengan kegiatan
pengajaran.
Pengetahuan yang bersifat psikologis mengenai peserta didik dalam
proses belajar dan proses belajar-mengajar sesungguhnya tidak hanya
diperlukan oleh calon guru atau guru yang sedang bertugas di lembaga lembaga
pendidikan formal. Para dosen di perguruan tinggi pun, bahkan para orang tua
dan mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan in formal seperti para
kiai di pesantren, para pendeta dan pastur di gereja dan para instruktur di

14
lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan, pada prinsipnya juga
memerlukan pengetahuan psikologi pendidikan.
Di samping psikologi pendidikan, dalam beberapa dasawarsa terakhir
ini berkembang pula pengetahuan sejenis tetapi lebih sempit yang disebut
"didaksologi". Didaksologi agaknya merupakan subdisiplin psikologi
pengajaran (instructional psychology). Psikologi pengajaran sendiri
sesungguhmya hanya bagian dari psikologi pendidikan.
Didaksologi sebagai sebuah disiplin ilmu kependidikan yang masih
muda belia dan belum dikenal secara luas itu pada dasarnya lebih banyak
menggali dan membahas struktur dasar interaksi dalam proses belajar mengajar
yang sebelumnya tidak disentuh oleh ilmu didaktik tradisional (Winkel).
Didaksologi, seperti juga psikologi pengajaran, dikembang kan dan digunakan
dalam tradisi dunia pendidikan di Eropa Barat, sedangkan psikologi
pendidikan dikembangkan dan digunakan di Amerika Serikat, bahkan di Eropa
Barat juga dipelajari orang.
Dari Amerika Serikat, psikologi pendidikan kemudian melebarkan
sayapnya ke Kanada, Australia, dan Selandia Baru serta Benua Asia hingga
meto ke Indonesia.
Berbeda dengan psikologi pendidikan, psikologi pengajaran lebih
menekankan aspek-aspek penyajian materi pelajaran dan komunikasi antara
guru dengan para siswa dalam proses instruksional dan proses belajar-
mengajar. Di Australia kajian mengenai komunikasi instruksional seperti ini
biasanya terdapat dalam mata kuliah yang disebut psychology and instruction
(psikologi dan pengajaran). Ruang lingkung kajian psychology infe and
instruction lebih sempit daripada psikologi pendidikan, tetapi masih lebih luas
daripada didaksologi.
Ada beberapa hal penting yang perlu dikemukakan mengenai kajian
psikologi pendidikan, antara lain:
1). Psikologi pendidikan adalah pengetahuan kependidikan yang
didasar kan atas hasil-hasil temuan riset psikologis.

15
2). Hasil-hasil temuan riset psikologis tersebut kemudian dirumuskan
sedemikian rupa hingga menjadi konsep-konsep, teori-teori, dan
metode-metode serta strategi-strategi yang utuh;
3). Konsep, teori, metode dan strategi tersebut kemudian
disistematisasikan sedemikian rupa hingga menjadi "repertoire of
resources", yakni rangkaian sumber yang berisi pendekatan yang
dapat dipilih dan digunakan untuk praktik-praktik kependidikan
khususnya dalam proses belajar-mengajar.
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa pendekatan psikologi
pendidikan adalah pendekatan ilmiah (scientific approach). Oleh karenanya di
samping sebagai psikologi praktis, psikologi pendidikan juga bersifat teoretis.
Kembali ke masalah belajar-mengajar dan hubungannya dengan
psikologi pendidikan, unsur utama dalam pelaksanaan sebuah sistem
pendidikan di mana pun adalah proses belajar-mengajar. Di tengah-tengah
proses edukatif (bersifat kependidikan) ini tak terkecuali apakah di tempat
pendidikan formal atau informal, terdapat seorang tokoh yang disebut guru.
Sumber pengetahuan yang dapat membantu atau menolong guru dalam
mengelola belajar-mengajar tersebut adalah psikologi praktis, psikologi
pendidikan.8

8
Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004) h. 15-17.

16
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas
tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun
kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam
penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada sebuah pertumbuhan dan
perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya
dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan
keberhasilan belajar. Psikologi pendidikan membantu para guru untuk
mengajukan perkembangan yang harmonis para siswa untuk menjadi warga
negara yang dapat responsif dan berpartisipasi, manusia yang sensitif dan
reflektif sebagai orang yang produktif dan kreatif.
Psikologi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang berupaya untuk
memahami keadaan dan perilaku manusia. Pengetahuan yang bersifat
psikologis mengenai konsep, teori, metode dan strategi tersebut kemudian
disistematisasikan sedemikian rupa hingga menjadi "repertoire of resources",
yakni rangkaian sumber yang berisi pendekatan yang dapat dipilih dan
digunakan untuk praktik-praktik kependidikan khususnya dalam proses
belajar-mengajar.

B. SARAN
Makalah ini sebaiknya mampu menambah ilmu dan wawasan bagi
mahasiswa dalam proses belajar mengajar. Agar kita bisa memiliki sikap kritis
terhadap permasalahan-permasalahan pendidikan dan pengajaran, dan bisa
menganalisisnya dari segi psikologi. Diharapkan kepada para pembaca agar

17
dapat memahami makalah ini dan dapat mengembangkan lebih sempurna lagi,
kritik dan saran sangat kami harapkan, untuk memotivasi penulis, agar dalam
penyelesaian makalah ini kita bisa memperbaiki diri dari kesalahan, atas
partisipasinya kami ucapkan terima kasih.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah. Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2014

Muhibbin Syah, M.Ed. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004

Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010

Purma Atmaya Prawira. Psikologi Pendidikan Dalam Perspesktif Baru


Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2012
Sumardi Suryabrata. Psikologi Pendidikan Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2002

19

Anda mungkin juga menyukai