Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(CKD)
Stase Keperawatan Medikal Bedah
Dosen : Yunita Galih Yudanari, S.Kep., Ns., M.Kep
Oleh :
Kelompok 6
A. Definisi
Chronik Kidney Desease adalah: ginjal kehilangan kemampuannya
untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam
keadaan asupan makanan normal (Nurarif & Kusuma, 2013).
Chronik Kidney Desease adalah : gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
memperhatikan metabolisme keseimbangan cairan dan elektrolit
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
(Smeltzer, 2015)
Chronik Kidney Desease adalah penyakit ginjal yang tidak dapat
pulih, ditandai dengan penurunan fungsi ginjal progresif, mengarah pada
penyakit ginjal tahap akhir dan kematian.
Dari ketiga pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
Cronik Kidney Desease adalah suatu gangguan fungsi renal yang progresif
irreversible yang disebabkan oleh adanya penimbunan limbah metabolik di
dalam darah, sehingga kemampuan tubuh tidak mampu mengekskresikan
sisa- sisa sampah metabolisme dan mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit dalam tubuh.
B. Anatomi fisiologi
1. Anatomi ginjal
a. Makroscopis
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang
peritonium (retroperitoneal),didepan dua kosta terakhir dan tiga
otot-otot besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum
dan psoas mayor) dibawah hati dan limpa. Di bagian atas
(superior) ginjal terdapat kelenjaradrenal (juga disebut kelenjar
suprarenal). Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga
L3. Ginjal pada orang dewasa berukuran panjang 11-12 cm, lebar
5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar kepalan tangan manusia
dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh
atau kurang lebih beratnya antara 120-150 gram.
Bentuknya seperti biji kacang, dengan lekukan yang
menghadap ke dalam. Jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan,
ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal
laki-laki lebih panjang daripada ginjal wanita. Ginjal kanan
biasanya terletak sedikit ke bawah dibandingkan ginjal kiri untuk
memberi tempat lobus hepatis dexter yangbesar. Ginjal
dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang
tebal. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak
perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam
guncangan.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut
kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang
berwarna coklat gelap,dan medulla renalis di bagian dalam yang
berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla
berbentuk kerucut yang disebutpyramides renalis, puncak kerucut
tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut
papilla renalis.
b. Mikroscopis
Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-
1,2juta buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit fungsional ginjal.
Setiapnefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler
glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan
tubulus kontortus distal, yangmengosongkan diri keduktus
pengumpul. (Price, 1995)
Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler,
bersifat sebagai saringan disebut Glomerulus, darah melewati
glomerulus/ kapiler tersebut dan disaring sehingga terbentuk
filtrat (urin yang masih encer) yang berjumlah kira-kira 170
liter per hari, kemudian dialirkan melaluipipa/saluran yang disebut
Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran Ureter, kandung
kencing, kemudian ke luar melalui Uretra.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut
(terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah,
kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan
tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi
dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran
lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian
diekskresikan disebut urin.
c. Vaskularisasi ginjal
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira
setinggi vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah
kedalam vena kavainferior yang terletak disebelah kanan garis
tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut
bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara
piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian
membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel
dalamkorteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk
arteriola aferenpada glomerulus.
Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang
kemudianbercabang membentuk sistem portal kapiler yang
mengelilingi tubulus dan disebut kapiler peritubular. Darah yang
mengalir melalui sistem portal ini akan dialirkan ke dalam jalinan
vena selanjutnya menuju vena interlobularis, vena arkuarta, vena
interlobaris, dan vena renalis mencapai vena cava inferior
2. Fisiologi ginjal
D. Klasifikasi
Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan
penyakit ginjal yang ditandai dengan penurunan nilai laju filtrasi
glomerulus atau Glomerular Filtration Rate (GFR) selama tiga bulan atau
lebih. Menurut (Derebail, et al., 2011), klasifikasi CKD berdasarkan nilai
GFR dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Klasifikasi CKD Berdasarkan Nilai GFR.
No Deskripsi GFR (ml/min per 1.73m2 )
1 Kerusakanginjaldengan GFR <90
normal
2 Kerusakanginjaldenganpenurunan 60 – 89
GFR ringan
3 Penurunan GFR sedang 30 – 59
4 Penurunan GFR berat 15-20
6 Gagalginjal < 15 (Dialisis)
E. Patofisiologi
Menurut (Smeltzer & Bare, 2013),Slamet Suyono(2007) dan
Sylvia A. Price,(2005) adalah sebagai berikut : Gagal ginjal merupakan
suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel dari
berbagai penyebab diantaranya infeksi, penyakit peradangan, penyakit
vaskular hipertensif, gangguan jaringan penyambung, gangguan
kongenital dan herediter, penyakit metabolik (DM, Hipertiroidisme),
Nefropati toksik (penyalahgunaan analgesik), nefropati obstruktif(saluran
kemih bagian atas dan saluran kemih bagian bawah).
Pada saat fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein
yang normalnya di ekskresikan kedalam urine menjadi tertimbun didalam
darah, sehingga terjadinya uremia dan mempengaruhi sistem tubuh, akibat
semakin banyaknya tertimbun produk sampah metabolik, sehingga kerja
ginjal akan semakin berat.
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dan
penurunan jumlah glomeruli yang dapat menyebabkan penurunan
klirens.Substansi darah yang seharusnya dibersihkan, tetapi ginjal tidak
mampu untuk memfiltrasinya. Sehingga mengakibatkan kadar kreatinin
serum, nitrogen, urea darah (BUN) meningkat. Ginjal juga tidak mampu
mengencerkan urine secara normal. Sehingga tidak terjadi respon ginjal
yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehingga
terjadi tahanan natrium dan cairan.(Smeltzer & Bare, 2013).
Asidosis metabolic dapat terjadi karena ketidakmampuan ginjal
mengekspresikan muatan asam yang berlebihan terutama amoniak (NH3)
dan mengabsorpsi bikarbonat.
Anemia, terjadi akibat berkurangnya produksi eritropoetin,
sehingga rangsangan eritropoisis pada sumsum tulang menurun, hemolisis
akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik,
defisiensi besi, asam folat dan lain-lain akibat nafsu makan yang
berkurang, perdarahan paling sering pada saluran cerna dan kulit. (Slamet
Suyono, 2007)
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat terjadi karena gangguan
dalam metabolismenya. Dengan menurunya filtrasi glomerulus dapat
mengakibatkan peningkatan kadar fosfat serum dan penurunan kadar
serum kalsium. Sehingga menyebabkan perubahan bentuk tulang. Penyakit
tulang dan penurunan metabolisme aktif vitamin D karena terjadi
perubahan kompleks kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon
sehingga menyebabkan osteodistrofi (penyakit tulang uremik)
Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa nefron telah
hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin
mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatnin
serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai
penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita merasakan gejala
yang cukup parah karene ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan
homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Penderita biasanya menjadi
oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/hari karena kegagalan
glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula menyerang tubulus
ginjal. Kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan biokimia
dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik memepengaruhi setiap
sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan
meninggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi
ginjal atau dialisi (Sudoyo, 2009).
F. Pathways
G. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2015)antara lain : hipertensi,
(akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin
– aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan
berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh
toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot,
kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
Manifestasi klinik adalah sebagai berikut:
a) Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi
perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan
irama jantung dan edema.
b) Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara
krekels.
c) Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme
protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi
dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia.
d) Gangguan musculoskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan),
burning feet syndrom (ras a kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak
kaki), tremor, miopati (kelemahan dan hipertropi otot – otot
ekstremitas)
e) Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f) Gangguan endokrin
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan
metabolic lemak dan vitamin D.
g) Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan
natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia,
hipokalsemia.
h) System hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin,
sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang,
hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana
uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan
trombositopeni.
H. Pemeriksaan penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka
perlupemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun
kolaborasiantara lain :
a. Pemeriksaan lab.darah
1) Hematologi : Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit 2) RFT
(renal fungsi test ) : ureum dan kreatinin
2) LFT (liver fungsi test )
3) Elektrolit : Klorida, kalium, kalsium
b. Urine
1) urine rutin
2) urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
c. Pemeriksaan kardiovaskuler
1) ECG
2) ECO
d. Radidiagnostik
1) USG abdominal
2) CT scan abdominal
3) BNO/IVP, FPA
4) Renogram
5) RPG ( retio pielografi )
I. Penatalaksanaan
Menurut Sylvia Price (2012) adalah sebagai berikut :
1. Penatalaksanaan Medis
a) Obat anti hipertensi yang sering dipakai adalah Metildopa
(Aldomet), propanolol dan klonidin. Obat diuretik yang dipakai
adalah furosemid (lasix).
b) Hiperkalemia akut dapat diobati dengan pemberian glukosa dan
insulin intravena yang memasukan K+ ke dalam sel, atau dengan
pemberian kalsium glukonat 10% intravena dengan hati-hati
sementara EKG terus diawasi. Bila kadar K+ tidak dapat diturunkan
dengan dialisis, maka dapat digunakan resin penukar kation natrium
polistiren sulfonat (Kayexalate).
c) Pengobatan untuk anemia yaitu : rekombinasi eritropoetin (r-EPO)
secara meluas, saat ini pengobatan untuk anemia uremik : dengan
memperkecil kehilangan darah, pemberian vitamin, androgen untuk
wanita, depotestoteron untuk pria dan transfusi darah.
d) Asidosis dapat tercetus bilamana suatu asidosis akut terjadi pada
penderita yang sebelumnya sudah mengalami asidosis kronik ringan,
pada diare berat yang disertai kehilangan HCO3. Bila asidosis berat
akan dikoreksi dengan pemberian pemberian NaHCO3 parenteral.
e) Dialisis : suatu proses dimana solut dan air mengalir difusi secara
pasif melalui suatu membran berpori dari suatu kompartemen cair
menuju kompartemen lainnya.
f) Dialisis peritoneal : merupakan alternatif dari hemodialisis pada
penanganan gagal ginjal akut dan kronik.
g) Pada orang dewasa, 2 L cairan dialisis steril dibiarkan mengalir ke
dalam rongga peritoneal melalui kateter selama 10-20 menit.
Biasanya keseimbangan cairan dialisis dan membran semipermeabel
peritoneal yang banyak vaskularisasinya akan tercapai setelah
dibiarkan selama 30 menit.
h) Transplantasi ginjal : prosedur standarnya adalah memutar ginjal
donor dan menempatkannya pada fosa iliaka pasien sisi
kontralateral. Dengan demikian ureter terletak di sebelah anterior
dari pembuluh darah ginjal, dan lebih mudah dianastomosis atau
ditanamkan ke dalam kandung kemih resipien.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, penimbangan
berat badan setiap hari, batasi masukan kalium sampai 40-60 mEq/hr,
mengkaji daerah edema.
3. Penatalaksanaan diit
Tinggi karbohidrat, rendah protein, rendah natrium, batasi diit
rendah protein sampai mendekati 1 g / kg BB selama fase oliguri.Untuk
meminimalkan pemecahan protein dan untuk mencegah penumpukan
hasil akhir toksik.Batasi makanan dan cairan yang mengandung kalium
dan fosfor (pisang, buah dan jus-jusan serta kopi).
A. Pengkajian keperawatan
1. Aktivitas/Istirahat
Gejalanya adalah kelelahan, malaise, gangguan tidur ditandai dengan
kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
2. Sirkulasi
Gejalanya adalah riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri
dada, ditandai dengan hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum
dan pitting pada kaki, disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi
ortostatik menunjukkan hipovolemia, pucat, kulit coklat kehijauan,
kuning, kecenderungan perdarahan.
3. Integritas Ego
Gejalanya adalah faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan,
tak ada kekuatan ditandai dengan menolak, ansietas, takut, mudah
tersinggung, perubahan kepribadian.
4. Eliminasi
Gejalanya adalah penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen
kembung, diare atau konstipasi ditandai dengan perubahan warna urine
contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan, oliguria, dapat menjadi
anuria.
5. Makanan/cairan
Gejalanya adalah oedema, malnutrisi, anoreksia, nyeri ulu hati,
mual/muntah ditandai dengan distensi abdomen/asites, pembesaran
hati, perubahan turgor kulit, ulserasi gusi, penurunan otot, penurunan
lemak subkutan, peampilan tak bertenaga.
6. Neurosensori
Gejalanya adalah sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, kesemutan
ditandai dengan gangguan status mental, kejang, fasikulasi otot,
rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
7. Pernafasan
Gejalanya adalah nafas pendek, dispnea noktural paroksimal, batuk
dengan atau tanpa sputum ditandai dengan takipnea, dispnea,
peningkatan frekuensi pernafasan kusmaul, batuk produktif edngan
produksi sputum merah muda.
8. Nyeri/kenyamanan
Gejalanya adalah nyeri panggul, sakit kepala, kram/nyeri kaki ditandai
distraksi, gelisah.
9. Keamanan
Gejalanyaadalah kulit gatal, ada atau berulangnya infeksi ditandai
dengan pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), peteki, area ekomosis pada
kulit, fraktur tulang, defesi fosfat kalsium pada kulit, jaringan lunak,
sendi, keterbatasan gerak sendi.
10. Seksualitas
Gejalanya adalah penurunan libido, amenore, infertilitas.
B. Diagnosa keperawatan
C. Rencana keperawatan
(PPNI, 2016), (PPNI, 2018b), (PPNI, 2018a)
Kolaborasi pemberian
deuretik
Intoleransi aktifitas b.d Toleransiaktivitas TerapiAktivitas (I.05186)
(L.05047) Identifikasitingkataktivitas
ketidakseimbangan antara suplai
Setelah dilakukan asuhan Identifikasistrategi,
dan kebutuhan oksigen (D.0056) keperawatan selama 3x24 peningkatan,
jan terjadi perkembangan partisipasidalamaktivitas
kondisi sebagai berikut: Monitor
Frek responemosionaldanaktivi
uensi nadi tas
Kec Fasilitasi focus
epatan berjalan padakemampuanaktivitasp
asien
Jara
Fasilitasipemilihaktivitasd
k berjalan
antetapkantujuanaktivitass
Kek esuaikemampuan
uatan tubuh
Kel
uhan lelah
Pera
saan lemah
Gangguan integritas kulit b.d Integritas kulit dan Perawatan integritas kulit
jaringan (L.14125) (I.113530)
kelebihan volume cairan (D.0129)
Setelah dilakukan asuhan Tindakan
keperawatan selama 3x24 Iden
jan terjadi perkembangan tifikasipenyebabga
kondisi sebagai berikut: ngguanintegritasku
lituntukmenjagake
Perf utuhan
usijaringan ,kelembabandanme
Nye ncegahperkembang
ri anmikroorganisme
Ke Uba
merahan hposisitiap 2 jam
Pig jikatirah baring
mentasi abnormal Lak
Suh ukanpemijatanpada
ukulit area penonjolan
Tek ,tulang ,jikaperlu
stur Bers
Pertumbuhanrambut ihkanparinealdenga
n air
hangatterutamasela
maperoidediare
Gun
akanprodukberbaha
n petroleum
atauminyakpadakul
itkering
Gun
akanprodukberbaha
nringan
/alamidanhipoalerg
ikpadakulit
sensitive
Hin
dariprodukberbaha
ndasar alcohol
padakulitkering
DAFTAR PUSTAKA