Anda di halaman 1dari 16

GANGGUAN SEKSUAL DAN IDENTITAS GENDER PENGENDALIAN IMPULS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Abnormal

Dosen Pengampu : Nur Aziz Afandi, S.Psi., M.Si.

Kelompok 4:

1. Shilvia Nia P (933406619)


2. Layafzha Q A (933406719)
3. Rency maulida (933422419)
4. Silvi Nur Laili (933422519)

PRODI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
KEDIRI
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan bersyukur,
memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon perlindungan dari
keburukan diri dan syaitonyang selalu menghembuskan kebatilan pada diri kita.

Dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Alhamdulillah makalah yang berjudul


“GANGGUAN SEKSUAL DAN IDENTITAS GENDER PENGENDALIAN IMPULS” ini
dapat di selesaikan dengan baik. Kami menyadari sepenuh hati bahwa masih banyak kekurangan
yang terdapat di dalam makalah ini.

Kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca sebagai bahan evaluasi kami dalam
pembuatan makalah berikutnya. Mudah-mudahan itu semua menjadikan cambuk bagi kami agar
lebih meningkatkan kualitas makalah ini di masa yang akan datang.

Kediri, Oktober 2021

Penyusun
Daftar isi

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Identitas gender

1. Definisi Identitas Gender....................................................................................


2. Karakteristik Gangguan Identitas Gender...........................................................
3. Penyebab Gangguan Identitas Gender................................................................

B. Macam Gangguan Seksual

1. Sexual disfunction...............................................................................................
2. Paraphilic disorders ............................................................................................

C. Terapi Gangguan Identitas Gender.................................................................................


D. Gangguan akibat kecanduan dan salah penggunaan obat...............................................

E. Studi kasus......................................................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya masyarakat memiliki batasan nilai yang dijadikan sebagai aturan.
Penyimpangan seksual merupakan situasi yang tidak dapat ditolerir dan ditentang keras
sebagai bagian dari kerusakan moral, bahkan isu penyimpangan seksual dianggap sebagai
bentuk kejahatan. Di masa lalu, orang dengan perilaku seksual menyimpang diperlakukan
berbeda oleh masyarakat, ada yang dikarantina, dirawat, dipasung, disiksa, atau bahkan
dibakar sampai mati. Perilaku mereka tidak hanya dianggap patologis, tetapi juga
dianggap tidak bermoral dan harus dimusnahkan.
Beberapa ahli memiliki pendapat tentang seks yang menyimpang. Sama seperti
Sigmund Freud, Freud mengemukakan teori psikologi abnormal, terutama yang
berhubungan dengan seks. Menurut Freud, kelainan atau penyimpangan seksual
digambarkan sebagai suatu bentuk gangguan psikologis manusia di mana objek dan
tujuan seks mengalami disorientasi. Freud menambahkan bahwa penyimpangan seksual
mencakup perilaku seksual yang bertujuan untuk mencapai orgasme di luar perilaku
seksual heteroseksual, baik dengan sesama jenis atau pasangan yang belum dewasa, dan
terkait dengan norma perilaku seksual di masyarakat yang dapat mempengaruhi perilaku
seksual. Freud juga menjelaskan bahwa terjadinya penyimpangan seksual disebabkan
oleh tiga indikator yaitu disfungsi sosial, trauma dan frustasi. Penyimpangan seksual
sebagai gangguan psikologis juga memiliki tahapan psikologis.
B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian Identitas Gender?
2. Apa saja macam-macam Gangguan Seksual?
3. Apa saja terapi pada Gangguan Identitas?
4. Bagaimana Gangguan Akibat Kecanduan dan Salah Penggunaan Obat?
C. Tujuan penulisan
1. Memahami pengertian Identitas Gender
2. Memahami macam-macam Gangguan Seksual
3. Mengetahui terapi pada Gangguan Identitas
4. Mengetahui Gangguan Akibat Kecanduan dan Salah Penggunaan Obat

BAB II

PEMBAHASAN

A. Identitas Gender
1. Definisi Identitas Gender dan Ganggua Identitas Gender
Gender merupakan bentuk perilaku yang seharusnya ditunjukkan oleh laki-laki
dan perempuan yang terbentuk dari pengaruh lingkungan, seperti agama, budaya, dan
norma yang mempengaruhi bagaimana seseorang berinteraksi, berperilaku/bertindak,
dan berpikir tentang dirinya. Gender menurut World Health Organization (WHO),
adalah sifat perempuan dan laki-laki, seperti norma, peran, dan hubungan anttara
kelompok prian dan wanita yang dikonstruksikan secara sosial. Gender sendiri
merupakan interpretasi sosio-kultural atau seperangkat peran yang dikontruksikan
oleh suatu masyarakat untuk bagaimana menjadi laki-laki atau perempuan, yang
mencakup cara berpakaian atau penampilan, bertindak atau perilaku, sikap, dan lain
sebagainya,
Identitas gender merupakan keadaan psikologis yang merefleksikan perasaan
dalam diri seseorang yang berkaitan dengan keberadaan diri sebagai laki-laki dan
perempuan (Fausiah, 2003). Davison, Neale & Kring (2006) mendefinisikan identitas
gender sebagai keyakinan diri sebagai laki-laki atau perempuan yang tertanam sejak
masa awal kanak-kanak. Secara sederhana identitas gender dapat diartikan sebagai
cara pandang seseorang dalam melihat dirinya sendiri, sebagai laki-laki ataupun
perempuan.
Gangguan identitas gender merupakan bagaimana seseorang merasa bahwa
dirinya adalah laki-laki atau perempuan, yang mana didalamnya terjadi konflik antara
anatomi dan identitas gendernya (Nevid, Rathus & Greene, 2002). Gangguan
identitas gender menurut Davison, Neale & Kring (2006), merupakan ketidaksesuaian
antara identitas dan anatomi gendernya.
Pada kondisi yang normal identitas gender sesuai dengan anatomi gender, karena
gender dan anatomi gender merupakan ciri-ciri yang utama dalam perkembangan
identitas. Menurut Davison, Neale & Kring (2006), adanya ketidak sesuaian antara
anatomi gender dan identitas gender dapat menyebabkan gangguan pada identitas
gender, yang bisa terjadi pada anak-anak, remaja, maupun dewasa. Gangguan
identitas gender merupakan perilaku yang muncul berlawanan dari gender, seperti
cara berpakaian yang mana dalam lingkup sosial laki-laki harus maskulin tidak
diperbolehkan fenimin dan perempuan harus feminim atau lemah lembut, atapun
lebih suka bergaul atau berada di cyrcel pertemanan lawan jenis.

2. Karakteristik Gangguan Identitas Gender


Dalam DSM-IV-TR, karakteristik atau kriteria identitas gender, yaitu :
a. Identifikasi yang kuat dan menetap terhadap lawan jenis
b. Dan pada anak-anak gangguan identitas gender memiliki beberapa ciri, yaitu :
1. Menyataan keinginannya untuk menjadi atau bahkan memaksakan dirinya
sebagai lawan jenis secara berulang
2. Cenderung menyukai atau lebih suka memakai pakaian lawan jenis
3. Suka berperan sebagai lawan jenis atau ketika sedang bermain secara terus
menerus berperan menjadi lawan jenis
4. Lebih suka bergaul dengan teman lawan jenis
c. Pada remaja dan orang dewasa, memiliki ciri :
1. Simptom-simptom keinginan menjadi lawan jenis
2. Berpindah kelompok dengan lawan jenis
3. Adanya keinginan untuk diperlakukan seperti lawan jenis
4. Memiliki keyakinan emosi yang dimiliki adalah tipikal lawan jenis
5. Adanya keyakinan bahwa dirinya dilahirkan dengan jenis kelamin yang salah.
3. Penyebab Gangguan Identitas Gender
Penyebab terjadinya gangguan identitas gender hingga saat ini masih belum ada
teori atau penelitian yang pasti apakah hal yang menjadi penyebabnya. Namun
beberapa hal mengaitkan hal ini dengan faktor biologis, terkait dengan hormon
seseorang. Namun hingga saat ini masih belum tersedia data terkait hal ini. Faktor
bilogis merupakan kelainan yang terjadi pada struktur otak atu kromosom (belum
terdapat penjelasan yang konklusif), selain itu terdapat faktor sosial/lingkungan serta
psikologis yang dapat memunculkan gangguan ini (Carrol, 2000).
Nevid (2002), mengemukakan bahwa gangguan identitas gender bisa berawal dari
masa kana-kanak yang terus menerus mengalami distress dan intensif, menolak sifat
anatomi bawaan, dan bersifat/bergaula dengan lawan jenis. Gangguan identitas
gender biasanya muncul pada masa kanak-kanak ketika usia 2-4tahun, yang
dihubungan dengan banyaknya perilaku lintas gender seperti cara berpakaian, bergaul
dengan lawan jenis, dan lain sebagainya (Green dan Blanchard dalam Fausiah, 2003).
Gangguan ini ditandai dengan perasaan gelisah terhadap jenis kelamin dan peran
jenisnya.
B. Macam Gangguan Seksual
1. Sexual Disfunction
Disfungsi seksual atau sexual disfunction adalah suatu kondisi dimana seorang
individu mengalami kesulitan selama tahap atau aktivitas seksual normal, termasuk
kesenangan fisik, preferensi, dan hasrat. DSM-5 disfungsi seksual mengharuskan
seseorang merasakan tekanan ekstrem dan atrapribadi minimal selama enam bulan.
Kelainan seksuall tidak hanya merujuk pada disfungsi seksual fisik, namun juga
parafilia yang mana hal ini terkadang disebut dengan kelainan preferensi seksual.
Penyebab atau faktor seseorang mengalami disfungsi seksual menurut pandangan
Model teoritis Masters dan Johnson menggunakan model yang terdiri dari 2 bagian,
yaitu penyebab di masa kini dan penyebab historis (Davison et al., 2006). Yaitu
penyebab di masa kini atau proksimal dapat dibagi menjadi 2, yaitu: takut terhadap
performa dan mengambil peran pengamat. Takut terhadap performa merupakan
kondisi dimana dimana seseorang memiliki kekhawatiran berlebihan mengenai
bagaimana ia akan berperforma selama melakukan hubungan seksual. Dan penyebab
historis yaitu kekolotan dalam beragama, trauma psikoseksual, konsimsi alcohol,
penyebab biologis dan faktor sosiokultural.
Disfungsi seksual merupakan gangguan yang berhubungan dengan fase-fase
tertentu yang berasal dari siklus respon seksual. Contoh dari disfungsi seksual ini
dapat termasuk gangguan gairah seksual, gangguan hasrat seksual, gangguan nyeri
seksual, dan gangguan orgasme. Berikut ini beberapa gangguan yang termasuk ke
dalam disfungsi seksual.

1) Gangguan nafsu seksual


Terdapat dua gangguan nafsu seksual yang direfleksikan terkait dengan fase nafsu
dari siklus respon seksual. Masing-masing gangguan ditandai oleh tidak adanya minat
terhadap seks yang menimbulkan masalah dalam hubungan seksual.
a. Gangguan nafsu seksual hipoaktif
Seseorang yang mengalami hypoactive sexual desire disorder hanya memiliki
sedikit atau sama sekali tidak memiliki minat terhadap semua jenis aktivitas
seksual.
b. Gangguan aversi seksual
Gangguan aversi seksual adalah perasaan tidak suka terjadi secara persisten
dan ekstrem terhadap kontak seksual atau kegiatan aktivitas seksual (Durand
& Barlow, 2007).
2) Gangguan rangsangan seksual
Gangguan rangsangan seksual disebut male erectile disorder dimana laki-laki
mengalami kesulitan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis, dan
female sexual arousal disorder, dimana perempuan mengalami kesulitan untuk
mencapai lubrikasi atau pelumasan vagina yang adekuat. Pada perempuan
masalah rangsangan dan gangguan lubrikasi dapat terjadi kapan saja, tetapi pada
laki-lakimasalah gangguan ereksi dapat terjadi seiring dengan bertambahnya usia
(Durand & Barlow, 2007).
3) Gangguan orgasme
Fase orgasme dalam siklus respon seksual dapat terjadi pada waktu yang tidak
tepat atau tidak dapat terjadi sama sekali (Durand & Barlow, 2007).
a. Orgasme yang terhambat atau inhibited orgasm
Suatu kondisi dimana terjadinya ketidakmampuan dalam mencapai fase
orgasme, meskipun nafsu dan rangsangan seksualnya cukup adekuat. Hal
inidapat memicu timbulnya distress interpersonal dan dapat berpengaruh
terhadap terjadinya gangguan suasana perasaan, kecemasan, dan kognitif.
Gangguan orgasme ini umumnya sering dialami oleh perempuan. Kondisi
inhibited orgasm ini jarang terjadi pada laki-laki.
b. Ejakulasi dini
Premature ejaculation adalah ejakulasi yang terlalu cepat terjadi dan
merupakan gangguan orgasme yang paling sering terjadi pada laki-laki.
Panjangnya waktu sebelum ejakulasi yang dianggap adekuat bervariasi pada
setiap individu. Beberapa survey menunjukkan bahwa laki-laki yang
mengalami ejakulasi dini biasanya mencapai klimaks selama tidak lebih dari
1 atau 2 menit setelah penetrasi (Durand & Barlow, 2007).
4) Gangguan nyeri seksual
Gangguan nyeri seksual atau disebut dengan dyspareunia yang berasal dari
bahasa yunani yang berarti “unhappily mated as bedfellows” yaitu suatu kondisi
dimana perasaan tidak nyaman atau rasa nyeri saat berhubungan seksual.
Vaginismus merupakan kondisi terjadinya spasme pada otot-otot pelvis di
sepertiga luar vagina, hal ini terjadi di luar kontrol dan ini terjadi saat melakukan
hubungan seksual. Keluhan yang dialami oleh perempuan seperti teriris, terbakar
atau tersobek pada waktu akan berhubungan seksual (Durand & Barlow, 2007).
2. Paraphilic Disorder
Parafilia (“Para artinya penyimpangan dan “filia” artinya obyek atausituasi yang
disukai). Parafilia menunjuk pada obyek seksual yang menyimpang (misalnya dengan
benda atau anak kecil) maupun aktivitas seksual yang menyimpang (misalnya dengan
memamerkan alat genital).Normal bila seorang pria terangsang nafsu seksnya ketika
melihat celana dalam wanita (terangsang pada benda). Baru dianggap abnormal benda
atau obyek tersebut sebagai cara mendapatkan kepuasaan seksual.
Perilaku penyimpangan seksual sering dianggap perbuatan tidak bermoral oleh
masyarakat. Ada penderita yang merasa bersalah atau depresi dengan pemilihan
obyek atau aktivitas seksualnya yang tidak normal. Namun banyak pula yang tidak
merasa terganggu dengan penyimpangannya tersebut kecuali bila ada reaksi dari
masyarakat atau sanksi dari yang berwenang.
Di dalam DSM IV-TR, dijelaskan jika paraphilia merupakan sekelompok gangguan
yang mana di dalamnya mencakup tentang ketertarikan seksualnya kepada objek-
objek yang tidak wajar ataupun aktivitas seksual yang tidak seperti pada umumnya.
Dapat dikatakan jika paraphilia merupakan perilaku seksual yang mana terdapat objek
yang tidak biasa. Ada 2 kategori yang dijelaskan dalam paraphilias.
1. Preferences for Nonhuman Object
Dalam hal ini preferensi yang digunakan untuk objek bukanlah manusia.
Ada 2 jenis prefensi, yaitu fetishisme dan fetishisme transvestik.
a. Fetishisme
Dalam hal ini mencakup tentang ketergantung pada objek atau benda-
benda mati yang digunakan untuk memicu gairah seksual. Hal ini bisa terwujud
dalam 2 cara, salah satunya yang lebih ekstrim dibandingkan lainnya. Salag
satu bentuk nya dengan beberapa objek, yang paling sering digunakan adalah
celana dalam wanita ataupun pakaian lainnya. Hal ini memang tidak terlalu
bahaya dan mungkin masih nisa diterima pada orang-orang tertentu. Bentuk
yang lebih ekstrim dari fetisismen ini adalah benda yang tidak hidup
sepenuhnya yang menjaid pengganti pasangan manusia seperti pakaian, sepatu,
ataupun benda-benda dengan tekstur sutra atau beludru.
b. Fetishisme Transvestik
Dalam hal ini prakteknya menggunakan pakaian lawan jenis yang
bertujuan untuk mendapatkan rangsangan seksual. Jenis paraphilia ini
dilakukan orang untuk mencapai orgasme dengan cara cross dressing. Hal ini
memang jarang ditemukan pada kaum wanita, sehingga seringkali kaum laki-
laki yang digunakan sebagai contoh pada paraphilia. Ada 2 tujuan yang
berbeda yang dikaitkan, dalam satu aspek seseorang yang berupaya untuk
memicu gairah seksualnya dengan pasangan hanya dengan sebagian berpakaian
seperti seorang wanita. Dalam bentuk lainnya, ada laki-laki yang menyerupai
seperti gaya laki-laki dengan menunjukkan beberapa masalah identitas gender
namun belum tentu termasuk homoseksualitas.
2. Preferences for Situations Causing Suffering
Dalam hal ini menyebabkan situasi yang memicu terjadinya penderitaan. Ada
beberapa gangguan jiwa yang masuk di dalamnya.
a. Ekshibisionisme
Ekshibisionisme atau yang dikenal dengan exhibitionism melibatkan
adanya dorongan yang kuat dan berulang terus menerus dengan tujuan untuk
menunjukkan alat genitalnya kepada orang yang tidak dikenal dan tidak
menduga. Tujuannya tentu saja membuat korban-korban yang melihatnya syok
ataupun terangsan secara seksual. Orang yang mengalami gangguan ini
bermasturbasi hingga membayangkan ataupun benar-benar menunjukkan organ
genitalnya. Hampir sebagian besar kasus ini terjadi pada kaum pria dengan
korban adalah wanita.
Orang yang didiagnosa ekshibisionisme biasanya tidak memiliki
ketertarikan seksual yang aktual dengan korban sehingga biasanya kurang
berbahaya. Namun jika korban merasa jika dirinya ada dalam bahaya yang
besar hingga mengalami trauma dikarenakan peristiwa tersebut. Saran yang
terbaik untuk korban yang mengalami peristiwa ini adalah tidak memberikan
reaksi apapun terhadap pelaku ekshibisionisme dan tetap berusaha bersikap
biasa saja.
b. Sadism dan Masochism
Gangguan seksual ini digambarkan seseroang yang ingin menimbulkan
kepuasan seksual namun dengan cara memicu rasa sakit hingga penderita
psikologi pada orang lainnya. Hal ini merupakan karakteristik utama dari
sadisme seksual. Sedangkan masokisme, Preferensi kuat agar mendapat
ataupun meningkatkan kepuasan seksual dilakukan dengan cara menjadikan
dirinya sendiri sebagai subjek dari rasa sakit tersebut.
c. Voyeurisme
Merupakan kondisi yang mana seseorang memiliki preferensi yang tinggi
untuk bisa mendapatkan kepuasan seksual dengan cara melihat orang lain yang
tidak menggunakan busana ataupun sedang berhubungan seksual. Melihat
gambar syur dan sebagainya adalah kondisi yang normal. Perbedaannya
dengan voyeurisme adalah aktivitas yang dilakukannya tersebut telah
menggantikan aktivitas seksual nomrla. Namun meskipun begitu voyeurisme
juga memungkinkan penderitanya terlibat dalam kegiatan seksual heteroseksual
yang normal.
d. Froteurisme
Merupakan gangguan yang mana berkaitan dengan aktivitas melakukan
sentuhan dengan orientasi seksual pada bagian dari tubuh seseorang yang mana
seseorang tersebut tidak menaruh curiga terhadap hal itu. Misalnya saja
penderita froteur berusaha menggosokkan organ genitalnya ke bagian paha atau
pantat wanita ataupun menyentuh bagian payudara ataupun alat kelaminnya.
Dan tindakan ini biasanya dilakukan di tepat-tempat yang umum.
e. Pedophilia dan Incest
Pedofilia merupakan tindakan yang menginginkan rangsangan seksual
dengan kontak fisik pada anak-anak. Hal ini berbeda dari voyeurisme dan
eksibisionisme dan tentu saja hal tersebut akan berdampak pada anak, misalnya
gangguan jiwa pada anak. Umumnya pedophil merupakan orang yang memiliki
akses mudah kepada anak-anak. Sebagai orang tua, pentingnya untuk
melakukan proteksi kepada anak-anak dari orang-orang dengan perilaku
pedofil.
C. Terapi Gangguan Identitas
Tiga intervensi untuk membentuk orang-orang yang mengalami Gender Dysphoria
(Gangguan Identitas gender). Intervensi tersebut terdiri dari dua tipe utama salah satu tipe
berupaya mengubah tubuh agar sesuai dengan psikologi orang yang bersangkutan, tipe
yang lain dirancang untuk mengubah psikologi agar sesuai dengan tubuh orang yang
bersangkutan (Davison, dkk.,2006)
a. Perubahan tubuh
b. Operasi perubahan kelamin
c. Perubahan identitas gender
D. Gangguan Akibat Kecanduan Dan Salah Penggunaan Obat
a. Gangguan Akibat Kecanduan
Kecanduan adalah ketidakmampuan psikologis dan fisik untuk berhenti
mengonsumsi bahan kimia, obat-obatan, aktivitas, atau zat tertentu, meskipun hal
tersebut dapat merugikan.
Kondisi yang disebut juga addiction ini menyebabkan disfungsi kronis pada
sistem otak, membuat seseorang tidak dapat mengontrol bagaimana mereka
menggunakan suatu zat atau mengambil bagian dalam suatu aktivitas, dan mereka
menjadi bergantung padanya untuk menghadapi kehidupan sehari-hari.
Kecanduan terjadi secara bertahap. Awalnya, seseorang akan mencoba-coba suatu
zat atau aktivitas karena rasa ingin tahu. Kemudian, penggunaan zat atau aktivitas
yang dilakukan akan meningkat dengan alasan yang dibuat-buat.
Selanjutnya, penderitanya akan semakin sering menggunakan zat atau melakukan
aktivitas tersebut dan mulai mengabaikan konsekuensi. Terakhir, yang mereka
inginkan ini akan digunakan atau dilakukan setiap hari, meskipun terkadang
mereka mengalami dampak negatifnya.
Sebagian besar tanda kecanduan berhubungan dengan gangguan kemampuan
seseorang untuk mempertahankan kendali diri pada suatu hal.
b. Salah penggunaan obat
Pemakaian obat banyak sekali yang digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit. Pengertian obat itu sendiri merupakan bahan yang hanya dengan takaran
tertentu dan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mencegah
penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan. Oleh karena itu, pada saat
sebelum penggunaan obat harus diketahui sifat dan cara pemakaian agar
penggunaannya tepat dan aman. Informasi tentang obat, utamanya obat bebas
dapat diperoleh dari etiket atau brosur yang menyertai obat tersebut. Apabila
pasien kurang memahami isi informasi dalam etiket atau brosur obat, dianjurkan
untuk menanyakan pada tenaga kesehatan (Depkes, 2007).
Dalam beberapa kasus, penderitanya juga akan menunjukkan kurangnya
kontrol, seperti menggunakan atau melakukan sesuatu lebih dari yang diinginkan.
E. Studi kasus
Contoh studi kasus terdapat pada salah satu film berjudul Tomboy (2011). Pada
film tersebut menunjukan seorang anak bernama Laure yang terlihat seperti anak laki
laki. Krisis identitas laure adalah krisis identitas yang berkaitan dengan gendernya. Dia
adalah seorang wanita, tetapi dia lebih terlihat seperti laki-laki dalam pakaian dan
perilakunya. Hingga pada suatu hari difilm tersebut menceritakan tentang ketertarikannya
pada sesama jenis, namun Ia merasa ragu apakah rasa suka yang dirasakannya itu adalah
perasaan (seksual) atau hanya karena agar dia tidak ditolak dalam pergaulannya. Namun
sepertinya sutradara tidak ingin membawa alur cerita seserius itu dalam film ini. Masalah
Laure tidak dianggap sebagai masalah yang sangat serius, tetapi tidak selalu sederhana.
Masalah Laure adalah masalah yang akan dihadapi setiap anak. Masa kecil dan krisis
identitas. Jika ada satu kata yang bisa menggambarkan karakter anak kecil, itu adalah
"labil". Mencoba hal-hal baru akan membuat anak kecil sangat bahagia, dan dia sendiri
tidak tahu apakah itu baik atau buruk bagi mereka. Krisis identitas yang dialami anak
kecil biasanya bersifat sementara dan tergantung pada apakah orang lain (orang tua)
merespons krisis dengan cepat. Dan karena kepribadian Laure belum sepenuhnya
terbentuk, tidak diperlukan solusi khusus untuk mengatasi krisisnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Identitas gender merupakan keadaan mental yang mencerminkan perasaan batin
seseorang terkait dengan keberadaannya sebagai laki-laki dan perempuan. Tidak ada teori
atau penelitian yang jelas tentang penyebab gangguan identitas gender. Namun ada
beberapa hal yang berkaitan dengan faktor biologis. Gangguan sexual seperti Sexual
Disfunction dan Paraphilic Disorder. Sebagian besar tanda kecanduan yaitu dengan
gangguan kemampuan seseorang untuk mempertahankan kendali atas dirinya. Sedangkan
pengendaliannya dapat menggunakan obat sesuai dengan dosis.
Salah satu contoh studi kasus pada tema ini yaitu terdapat pada salah satu film
berjudul "Tomboy (2011)". Faktor penyebab krisis identitas Laure karena pribadinya
yang labil. Laure yang berkarakter tomboy ini bingung apakah perasaan suka itu muncul
karena perasaan(seksual) atau takut ditolak dalam pergaulannyaa. Dan karena
kepribadian Laure belum sepenuhnya terbentuk, krisis indentitasnya tidak memerlukan
solusi khusus.
Daftar Pustaka
Istar, A. 2005. Disodering Gender Identity: Gender Identity Disorder In The DSM IV-TR.
Journal Of Psychology & Human Sexuality.
https://id.wikipedia.org/wiki/Disfungsi_seksual
Putra, Arif. 2019. Pengertian Gender Menurut WHO, Ternyata Beda Dengan Seks.
(https://www.sehatq.com/artikel/pengertian-gender-dan-perbedaannya-dengan-
seks)
Savitra, Khanza. Gangguan Identitas Gender (Gender Identity Disorder).
(https://dosenpsikologi.com/gangguan-identitas-gender)
Zuliawati, Analisa Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Disfungsi Seksual Pasien Dengan
Stoma(Http://Repositori.Usu.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/26644/1770460
24.Pdf?Sequence=1&Isallowed=Y) Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Medan, 2019

Anda mungkin juga menyukai