PENGGUNAAN OBAT
Disusun oleh :
KELAS F
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI (IAIN) KEDIRI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena Rahmat dan hidayah-Nya kami
bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul Gangguan Akibat Kecanduan dan
Salah Penggunaan Obat. Tak lupa pula shalawat serta salam kami hanturkan
kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah memberi suri
tauladan yang baik kepada kita semua. Makalah ini telah kami buat sedemikian
rupa dengan tujuan yang pertama untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Abnormal semester 5. Untuk itu, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada bapak Nur Aziz Afandi, M.Si yang telah berkenan mengampu kami. Serta
kepada teman-teman sekalian sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan tepat
waktu.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
darahnya dengan menggunakan nikotin melalui rokok, hal tersebut merupakan hal
yang mereka sebut normal bagi mereka.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
tinggi agar mendapatkan efek yang sama. Sindrom putus zat mencakup
sekelompok karakteristik yang terjadi saat orang yang tergantung pada obat-
obatan secara mendadak menghentikan penggunaannya. Orang yang mengalami
gejala putus zat seringkali menggunakan zat kembali untuk menghilangkan rasa
tidak nyaman akibat putus zat. Gejala putus zat sangat bervariasi tergantung pada
tipe obat yang digunakan. Zat yang dapat mengakibatkan sindrom putus zat,
selain alkohol antara lain, yaitu opioid, kokain, amfetamin, sedatif dan barbiturat,
nikotin, serta agen anti kecemasan (obat penenang minor).
1
Jeanette Murad dkk, Psikologi Abnormal/Edisi Kelima/Jilid 2,(PT. Gelora Aksara Pratama:
Erlangga, 2003, hal. 7.
2
Muhammad Y. Wijaya, Melkian Naharia, Gloridei Kapahang, “EFEKTIVITAS RATIONAL
EMOTIVE BEHAVIOUR THERAPY UNTUK MENGURANGI KECANDUAN PADA
PENGGUNA NARKOBA JENIS LEM X DI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI
MALUKU UTARA”, (Manado: Universitas Negeri Manado, 2021), hal. 91.
4
1. Narkotika
Narkotika berasal dari bahasa Yunani, narke atau narkam yang
mempunyai arti terbius hingga tidak bisa merasakan apa-apa. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) narkotika merupakan obat untuk
menenangkan syaraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa kantuk,
atau merangsang (seperti opium ganja). Ada berbagai dampak
penyalahgunaan narkotika pada seseorang tergantung pada jenis narkoba
yang digunakan, kepribadian pengguna serta situasi dan kondisi pengguna.
Secara umum dampak ketergantungan atau kecanduan narkotika dapat
dilihat dari fisik, psikis dan sosial atau lingkungan masyarakat. (Hasni,
2018). Berdasarkan data, penyalahgunaan jenis obat-obatan beserta zat
adiktif atau yang disebut dengan narkoba saat ini terus mengalami
peningkatan di generasi muda. Penyalahgunaan narkotika merupakan
perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
termaktub dalam pasal 7 UU narkotika yang menyatakan bahwa narkotika
hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau
pengembangan ilmu pengetahuan teknologi. Artinya apabila ada tindakan
yang dilakukan diluar tujuan tersebut maka suatu bentuk tindak pidana
terhadap narkotika.3
1. Fisik
Ada beberapa dampak terhadap fisik yang sering kali dirasakan,
yaitu sakit kepala, mual dan sesak nafas. Hal tersebut disebabkan
karena penggunaan dosis obat-obatan dalam jumlah yang berlebihan.
2. Psikis
Adapun dampak yang dirasakan pada kondisi kejiwaan seseorang
yang mengkonsumsi narkotika, yaitu tidak bisa, memiliki semangat
yang tinggi, hal tersebut merupakan efek langsung yang dapat
dirasakan oleh seseorang setelah menggunakan obat-obatan tersebut.
Hal ini merupakan efek dari amphetamine yang terdapat pada shabu-
3
Departemen Pendidikan Nasional , Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1989), h. 270.
5
shabu, sehingga energi akan meledak-ledak dan memiliki semangat
yang tinggi.
3. Lingkungan
Dampak lingkungan akibat penyalahgunaan narkotika pada
individu bisa berdampak pada lingkungan keluarga penyalahguna.
Keluarga penyalahguna akan merasa malu karena salah satu anggota
keluarganya menggunakan obat-obatan terlarang, karena penggunaan
obat-obatan tersebut merupakan suatu Tindakan yang melanggar
hukum.
Menurut (Kandon dkk, 2019) penyalahgunaan obat-obatan
terlarang bisa terlihat pada fisik atau psikis seseorang. Dampak bagi
Kesehatan dan penyakit-penyakit yang muncul, yaitu :
a. Gangguan pada system syaraf, yaitu kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah, yaitu infeksi akut
otot jantung, gangguan peredaran darah.
c. Gangguan pada kulit, yaitu penanahan (abses), alergi, eskim
d. Gangguan pada paru-paru, yaitu penekanan fungsi pernafasan,
kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
e. Sering merasakan sakit kepala, mual dan muntah, suhu tubuh
meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.
f. Gangguan pada kesehatan reproduksi, yaitu gangguan pada
endoktrin, seperti penurunan fungsi hormone reproduksi
(estrogen, progesterone, testosterone), serta gangguan fungsi
seksual.
g. Gangguan pada kesehatan reproduksi perempuan, yaitu
perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan
amenorhoe (tidak menstruasi)
6
h. Bagi pengguna narkotika melalui jarum suntik, kususnya
penggunaan jarum suntik secara bergantian beresiko tertular
penyakit hepatitis B, C, dan HIV. 4
2. Mariyuana
Mariyuana berasal dari tanaman Cannabis sativa. Mariyuana
kadang menghasilkan halusinasi ringan, sehingga dianggap sebagai
halusinogen minor. Zat prikoaktif dalam mariyuana adalah delta 9
tetrahydricannabinol, atau THC. THC ditemukan di cabang dan daun
tenaman, akan tetapi paling tinggi konsentrasinya pada getah tanaman
betina. Mariyuana mengandung hidrokarbon karsinogenik, pengguna
kronis berisiko terkena kanker paru-paru dan penyakit pernapasan lainnya.
1. Depresan
Depresan adalah obat yang menghambat atau mengekang aktivitas sistem
saraf pusat. Obat ini mengurangi rasa cemas dan perasaan tegang, dan
menyebabkan gerakan kita menjadi lambat dan dapat merusak kognitif.
a. Alkohol minuman yang mengandung alkohol, seperti bir, anggur,
dan minuman keras lain ternyata juga mengandung depresan yang
disebut etil alkohol atau etanol. Konsentrasi obat bervariasi
tergantung tipe minuman. Alkohol, bukan kokain atau obat lain,
merupakan obat yang dipilih dan obat utama yang
disalahgunakan.
b. Opioid adalah istilah yang digunakan untuk obat adiktif yang
memiliki kemampuan melepaskan rasa sakit dan menyebabkan
tidur. Opioid terdiri dari opiat yang tumbuh secara alami (morfin,
heroin, kodein) yang berasal dari sari tanaman poppy dan juga
obat sintetis (demerol, percodan, darvon) yang dibuat di
4
Sumarlin Adam, ‘Dampak Narkotika Pada Psikologi dan Kesehatan Masyarakat’ Jurnal Health
and Sport, 5.2, (2012), hlm 15-26 .
7
laboratorium dan memiliki efek seperti opiat. Opioid akan
menumpulkan kesadaran seseorang akan masalah pribadinya.
2. Stimulan
Stimulan seperti amfetamin dan kokain yaitu zat psikoaktif yang
meningkatkan aktivitas sistem saraf. Efeknya membuat perasaan euforia dan
self confidence.
a. Amfetamin merupakan golongan stimulan sintetis. Di Indonesia
dikenal dengan shabu-shabu. Amfetamin sering digunakan dalam
bentuk pil, dihisap dalam bentuk murni disebut “ice” atau “crystal
meth”.
b. Kokain merupakan stimulan natural yang disuling dari daun
tanaman coca, diyakini bahwa kokain tidak menyebabkan adiksi
secara fisik, akan tetapi adanya ciri adiktif yaitu menghasilkan
efek toleransi dan sindrom putus zat yang dapat diidentifikasi,
yang ditandai dengan mood yang depresif dan gangguan dalam
tidur serta selera makan. Kokain biasanya dihirup dalam bentuk
bubuk atau dihisap dalam bentuk crack.
3. Halusinogen
Dikenal sebagai psychedelics, adalah golongan obat yang menghasilkan
distorsi sensori atau halusinasi, termasuk perubahan besar dalam persepsi
warna dan pendengaran.5
5
Jeffrey S. Nevid, op.cit, hal. 23.
8
mendapatkan obat. Pengguna merasa apa yang sebelumny
penting, seperti keluarga dan pekerjaan, menjadi kurang
penting dibandingkan obat.
3. Adiksi atau ketergantungan. Penggunaan rutin menjadi adiksi
atau ketergantungan saat pengguna merasa tidak berdaya untuk
menolak obat, baik saat mengalami efek obat atau menghindari
konsekuensi putus zat.6
6
Jeffrey S. Nevid, op.cit, hal. 8.
7
Ernawati, Purwanto, dan Burham Pranawa, “REKONSTRUKSI PENANGANAN MASALAH
KECANDUAN OBAT NARKOTIKA OLEH POLISI RESORT SURAKARTA”, (Boyolali:
Universitas Boyolali, 2017), hal. 18.
9
KASUS YANG SESUAI DENGAN TOPIK
PENYALAHGUNAAN NAPZA
10
reseptor di otak menyebabkan otak mengeluarkan zat neurotransmitter yang
menimbulkan efek tubuh ketergantungan dari jenis narkoba tersebut, dengan
penggunaan narkoba yang sering maka jumbah reseptor akan semakin meningkat,
akibatnya tubuh akan mengalami keinginan menggunakan lagi setelah efek itu
habis, semakin lama tubuh akan mengalami toleransi dan memerlukan dosis yang
lebih besar dalam menggunakan narkoba untuk mendapat efek seperti
sebelumnya, dan jika tidak dipenuhi dosis tersebut maka tubuh akan mengalami
ketidaknyamanan, inilah yang dinamakan kecanduan dan sulit untuk terlepas dari
NAPZA tersebut.
penyalahgunaan NAPZA di kalangan remaja ditinjau dari e-Jurnal Pustaka Kesehatan”. Vol.2.
No. 3, sumber 2014.
10
Topo santoso, Anita salalahi. “Penyebab narkoba di kalangan remaja: suatu perspektif”. Jurnal
kriminologi Indonesia. Vol. 1. No. 1. Sumber 2000, hal. 37-45.
11
ANALISA KASUS SESUAI DENGAN KAJIAN PUSTAKA
Saat ini sudah banyak sekali penyuluhan yang dilakukan untuk mencegah
penyalah gunaan NAPZA pada remaja, yang dilakukan adalah dengan melakukan
bimbingan untuk memberikan pengetahuan tentang akibat buruk dari penggunaan
NAPZA.
11
Alya nurmaya. “Penyalahgunaan napza di kalangan remaja”. Jurnal psikologi pendidikan &
konseling. Vol. 2 No. 1, Sumber 2016, hal. 26-32
12
BAB II
PENUTUP
13
DAFTAR PUSTAKA
Umam, RNU, Dewi, S., Cahyana, IB, & Jannah, M. (2021). PENDEKATAN
PSIKOLOGIS DALAM UPAYA MENGATASI KECANDUAN
PENYALAHGUNAAN NARCOTIKA. Jurnal Keislaman , 4 (1), 101-115.
14