Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................
BAB I DESTINASI WISATA DI JOMBLANG BETHEK........................................
a. Gong Perdamaian Sebagai Pemersatu Desa
b. Punden yang Dikeramatkan
c. Peninggalan Berupa Arca
d. Sendang Dianggap Sebagai Keberuntungan
e. Nyadranan
BAB II BABAD TANAH GENDONG
a. Asal Mula Makam Syekh Kamil
b. Estetika Tumbuhan Langka yang Jarang Ditemukan
BAB III MENJEJAKI SITUS YANG TERDAPAT DI MANGIRAN
a. Ditemukannya Situs Mangiran
b. Pendopo Watu Gilang Tempat Peribadatan
c. Ritual di Makam Syekh Ismail
d. Air Mata Sendang
e. Punden
BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Harapan
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatNya, kami telah
menyelesaikan buku ini dalam waktu yang sudah ditentukan. Buku Panduan ini memberikan
informasi mengenai situs-situs yang terdapat di Desa Sidorejo. Penulisan Buku Panduan ini dilakukan
dalam rangka untuk mengenalkan potensi yang ada di Desa Sidorejo. Lokasi Desa Sidorejo terletak di
daerah Kabupaten Madiun, Kecamatan Saradan. Pada penyusunan buku panduan ini kami menyadari
terdapat beberapa kendala seperti pengumpulan data dan observasi yang telah kami lakukan.
Disamping itu, penulisan buku ini akhirnya dapat diselesaikan. Di Desa Sidorejo terdapat beberapa
situs yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Selain itu, terdapat juga kebudayaan yang
menjadikan ciri khas Desa Sidorejo. Banyak kebudayaan yang tersimpan di Desa Sidorejo salah
satunya yaitu karawitan. Karawitan ini, bertujuan sebagai menjaga dan melestarikan budaya setempat.
Di Desa Sidorejo terdapat arca, makam syekh, punden dan beberapa lainnya yang masih
hingga saat ini. Selain itu, masih banyak arca yang masih tersimpan yang belum digali di Desa
Sidorejo. Hal ini, membuat penulis untuk mengembangkan Desa Sidorejo untuk menjadikan Desa
Wisata yang dimana Desa Sidorejo masih menyimpan peninggalan pada masa sejarah. Pembuatan
buku panduan ini tentunya masih jauh dari sempurna baik secara konteks maupun konten, untuk itu
kami membuka diri untuk saran dan kritik demi perbaikan kedepannya.
Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak memberikan kontribusi
dalam penyusunan buku panduan ini, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga buku panduan ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Madiun, 3 Desember 2021

Tim Penyusun
A. Punden Yang Dikeramatkan

Punden menurut pandangan Mircea Eliade, menjelaskan suatu benda yang menurut
orang awam itu biasa, bisa menjadi suci. The Sacred and the Profane (yang suci dan yang
biasa), pada saat jaman dahulu orang-orang yang berdasarkan pada dua kehidupan yang
berbeda. Sedangkan menurut penulis punden memiliki arti sesuatu yang dihormati. Punden
adalah dimana keberadaannya dipercaya sebagai cikal bakal masyarakat di suatu desa.
Beberapa bagian masyarakat desa masih mempercayai adanya punden, sehingga dapat
dikatakan bahwa kebudayaan yang dianut desa tersebut masih terbilang kental. [Zakiyah
Daradjat, Perbandingan Agama (Jakarta : Bumi Asia, 1996), hlm.160]
Punden diyakini masyarakat sebagai leluhur yang wajib dihormati. Konon jika
menghormati punden tersebut, maka desa akan tentram dan damai. Walaupun perkembangan
semakin maju, tidak memudarkan masyarakat akan kepercayaan dalam menghormati punden.
Justru mereka akan selalu dan terus melestarikan kepada generasi muda mengenai hal punden.
Yang menarik adalah dimana punden memiliki sebuah ritual. Hal itu dilakukan setiap 1 tahun
sekali, sebagai doa agar desa tetap terjaga kerukunannya.
Tidak sembarang orang yang boleh memasuki area punden. Mengapa? Karena
punden adalah tempat yang disucikan, sehingga orang yang akan memasuki punden harus
dalam keadaan bersih atau pun suci. Jika tidak mematuhi hal tersebut, maka akan terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan.

Berikut beberapa gambar punden yang berhasil diabadikan :


Jika orang awam akan mengatakan “hanya sebuah batu” namun kenyataannya tidak
seperti itu. Bahwa punden yang dianggap hanyalah sebuah batu memiliki berbagai mitos dan
kepercayaan yang harus dipercayai oleh desa tersebut.

B. Peninggalan Berupa Arca

Tepat di tepi sendang, terdapat sebuah rumah kecil atau kandang yang berisi arca
peninggalan pada jaman dahulu. Arca merupakan sebuah peninggalan arkeologi yang dengan
dibuat oleh manusia untuk tujuan tertentu. Setiap arca memiliki bentuk yang berbeda sesuai
dengan makna dan filosofi yang terdapat pada arca itu sendiri. Hal ini juga dibenarkan oleh
Sedyawati (1977:213) bahwa Pembuatannya ditekankan pada nilai religius magis dan nilai
estetika, dengan demikian nilai pembuatannya disertai dengan perhitungan bulan dan hari
yang baik yang nantinya dipakai sebagai lambang atau simbol keagamaan. Melihat dari
macam-macam bentuk yang dimiliki setiap arca dapat diketahui bahwa setiap arca memiliki
makna kehidupan masyarakat pada jaman dahulu.

Hal yang menarik dari peninggalan arca ini adalah perbedaan pada nilai arca, baik
dari nilai ikonografis maupun dari nilai seninya. Nilai ikonografis menyangkut tentang sistem
tanda yang fungsinya sebagai penentu identitas dari pada arca, sedangkan nilai seni
menyangkut pada unsur-unsur gaya penggarapannya untuk menentukan indah atau buruknya
arca sebagai ekspresi keindahan (Sedyawati, 1977:214). Arca yang ditemukan di Jomblang
Bethek berupa Arca Dewi Sri yang merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit. Arca Dewi
Sri sengaja dilindungi dengan di “bethek” atau istilahnya dipagari untuk menjaga kesucian
dan kelestarian oleh masyarakat setempat. Istilah “Bethek” ini menjadi alasan terbentuknya
nama dusun yaitu Jomblang Bethek. Arca Dewi Sri telah ditemukan oleh masyarakat
setempat secara tidak sengaja pada awal tahun 2010. Penemuan ini berawal dari
penggerukkan emas di sendang yang dilakukan masyarakat. Arca yang terpendam di sendang
tersebut mulai muncul pada permukaan. Pencarian arca pada sendang masih terus digalakkan.
C. Sendang Dianggap Sebagai Keberuntungan

Menurut artikel Sendang merupakan sumber kehidupan dan di sakralkan oleh


masyarakat setempat. Dikutip https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://e-
journal.unipma.ac.id/index.php/JA/article/download/5500/2800&ved=2ahUKEwj9u4nincf0A
hUjTWwGHZPdBMgQFnoECAQQAQ&usg=AOvVaw1Q9I6mK_leoG26-Chh23gT
Di Dusun Jomblang Betek terdapat sendang yang dahulunya berguna untuk
pemandian masyarakat setempat. Sebagai sumber kehidupan di dusun tersebut, beberapa
narasumber mengatakan bahwa sendang tersebut tidak akan pernah kering pada musim
kemarau. Selain itu, dahulu sendang tersebut terkenal dengan tambang emas. Dimana orang
luar berbondong-bondong ke sendang jomblang betek untuk menggali emas tersebut. Menurut
narasumber, air sendang tersebut berguna untuk menyembuhkan penyakit.

Adanya sendang sebagai sumber kehidupan, menjadikan berkah tersendiri bagi dusun
jomblang betek (blantek) dan masyarakat desa tersebut. Saat ini sendang tersebut masih
digunakan sebagai pemandian dan irigasi persawahan .

D. Nyadranan

Selametan merupakan kata lain dari bahasa Arab yaitu ‘salamah’ yang bermakna
selamat atau bahagia. Menurut pendapat Clifford Geertz bahwa selametan yakni Ora Ono Ora
Opo-opo (Tidak ada apa-apa). Selametan ini biasanya dilakukan saat ada acara tertentu atau
memperingati sesuatu, untuk mengucap rasa syukur yang sering dilakukan oleh orang Jawa.
Setiap individu bebas untuk tidak atau mempercayai ritual selametan yang konon katanya
sebagai bentuk ucap syukur kepada Sang Pencipta. Jika ditelusuri lebih banyak, selametan
bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya seperti kelahiran, kematian,
pernikahan, dll.
Keterkaitan selametan dengan punden sangatlah erat. Di setiap desa tentunya rutin
diadakan selametan yang dinamakan Nyadranan. Kata nyadran berasal dari bahasa Sansekerta
yakni ‘Sraddha’ memiliki arti keyakinan. Maka dapat disimpulkan bahwa Nyadranan
merupakan sebuah tradisi yang dimana masyrakat Jawa melakukan sebuah pembersihan
makam, kata lainnya “Bersih Desa”. Kegiatan yang dilakukan saat Nyadran adalah
membersihkan makam leluhur, tabur bunga, dan kenduri selametan di makam atau punden
yang digunakan sebagai tempat ritual.
Sama halnya dengan di Jomblang Bethek, rutin melakukan ritual Nyadranan. Namun
dalam ritual ini, hanya beberapa tokoh berpengaruh yang diizinkan untuk melakukan ritual.
Seperti Juru Kunci dusun tersebut, Kami Tuwo, dan Kepala Desa. Ritual Nyadranan
dilakukan pada saat jam 12 malam. Mengapa dilakukan saat tengah malam? Karena disaat
tengah malam, minim aktivitas manusia sehingga ritual dapat berjalan dengan khidmat.
Mengingat bahwa tengah malam merupakan suasana yang hening dan sepi, maka kebisingan,
keramaian, serta suara kendaraan pastinya tidak akan ada saat ritual.
Dari segi spiritual, dengan menjalankan ritual demikian diyakini masyarakat setempat
sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam ritual tersebut diperlukannya sesaji
berupa bunga telon/ setaman, ceker ayam dan cok bakal. Cok bakal sendiri terdiri dari
kenanga, mawar merah, dan kantil.
Berbeda dengan Tayuban, tradisi inilah yang bisa diikuti oleh seluruh warga desa.
Pelaksanaan ini dimulai pada pukul 7 pagi yang dimulai dengan acara “Selametan”, dilanjut
dengan acara hiburan yang dilaksanakan pada pukul 10 pagi. Hiburan yang cukup menarik
karena biasanya mendatangkan tari gambyong. Untuk penari gambyong biasa dari luar atau
dari partisipasi warga sendiri.
Ritual Nyadranan yang diyakini leluhur sebagai bentuk rasa hormat serta syukur atas
kerukunan desa ini masih terus dilakukan setiap tahunnya. Sama halnya dengan tradisi
Tayuban, yang dimana antusiasme warga dusun Jomblang Bethek sangatlah besar. Di sisi
lain, terdapat sebuah pantangan untuk warga yang mengikuti Tayuban. Bagi warga yang
mengikuti tradisi tersebut, harus dalam keadaan “bersih”, sebagai contoh bahwa perempuan
yang sedang berhalangan tidak diperbolehkan mengikuti acara tersebut. Mengapa demikian?
Karena jika masih kekeuh mengikuti acara tersebut, maka akan terjadi hal yang tidak
diharapkan.
E. Asal Mula Makam Syekh Kamil

Makam Syekh Kamil terletak pada Dusun Gendong, Desa Sidorejo, Kecamatan Saradan,
Kabupaten Madiun. Syekh kamil merupakan sang babad tanah Gendong. Syekh kamil
seorang pendakwah yang menempati daerah tanah gendong yang sebelumnya masih berupa
hutan. Asal-usul dari makam Syekh kamil hingga sekarang belum diketahui kebenarannya.
Sehingga, belum ada data yang pasti mengenai asal-usul makam syekh kamil ini. Makam
Syekh Kamil ini sudah ada sebelum Dusun Gendong terbentuk dan ditemukan pertama kali
oleh mbah Mulyadin, seorang pelarian dari jawa tengah. Beliau juga dikenal sebagai seorang
pendakwah di daerah tersebut. Diarea makam beliau terdapat 4 sanak yang dimakamkan.
Keempat sanak yang dimakamkan di area ini merupakan keturunan dari Syekh Kamil.
Terdapat makam Syekh kamil, sang istri St. Fatimah, serta Sholekah dan Sholehah yang
merupakan anak dari Syekh Kamil itu sendiri.
F. Estetika Tumbuhan Langka Yang Jarang Ditemukan

Didekat makam Syekh Kamil ini terdapat beberapa tumbuhan yang cukup langka
disekitar kita. Tumbuhan langka tersebut memiliki estetika tersendiri bagi seseorang yang
dapat melihat tumbuhan tersebut. Estetika menurut AA Djelantik, Estetika adalah suatu ilmu
yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek
yang disebut keindahan. https://www.dosenpendidikan.co.id/estetika-adalah/

Tumbuhan langka merupakan tumbuhan yang apabila keberadaannya dan jumlah


populsinya terbatas di suatu wilayah tertentu secara alami.
https://scholar.google.com/scholar?
hl=en&as_sdt=0%2C5&q=+tumbuhan+langka+yang+jarang+ditemukan+&btnG=#d=gs_qab
s&u=%23p%3DhmHrrL4-5UcJ Tumbuhan yang ada dimakam Syekh Kamil ini memiliki
beragam khasiat yang luar biasa dalam pengobatan tradisional yang masih ada hingga saat ini.
Tak jarang juga seorang yang berziarah ke makan Syekh Kamil meminta kepada sang juru
kunci tumbuhan langka ini untuk dijadikan obat tradisional. Tumbuhan yang tumbuh didekat
makam Syekh Kamil yaitu tumbuhan sogo, godong gondo roso, ceplok piring. Konon katanya
tumbuhan ini telah dibawa sejak nenek moyang oleh Syekh Kamil. Tumbuhan ini tumbuh
dengan subur didekat makam Syekh Kamil. Sehingga, beberapa masyarakat yang berziarah
ingin meminta tumbuhan ini untuk ditanam di rumah sebagai pengobatan tradisionalnya.

Godong Gondo Roso Sogo Ceplok Piring

G. Ditemukannya Situs Mangiran

Kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta, yaitu buddhayah yang arti lainnya (budi
dan akal). Dengan budi dan akal, manusia bisa menciptakan kebudayaan. Dimana kebudayaan
itu sendiri adalah hasil dari akal budi yang berupa karya, rasa, dan cipta dalam interaksinya
baik dengan alam atau manusia lainnya (Sahadi, 2019).
Kebudayaan daerah merupakan budaya yang memiliki nilai aspek dalam kehidupan
masyarakat daerah yang terdapat nilai-nilai yang sesuai dengan kearifan lokal daerahnya
(Herdin Muhtarom, Sulaeman, 2021). Besarnya negara Indonesia tentunya menjadikan
Indonesia sebagai negara yang memiliki keragaman budaya yang melimpah disetiap daerah
dan memiliki ciri khas masing masing pada daerah tersebut. Dari ciri khas budaya yang
dimiliki setiap daerah akan menjadikan peluang besar bagi daerah itu sendiri. Dapat dikatakan
warisan budaya yang dimiliki daerah akan memicu berkembangnya wisata daerah atau
disebut juga sebagai desa wisata. Menurut Nurhayati yang dikutip oleh Antara, made (2016)
Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung
yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara
dan tradisi yang berlaku. Fasilitas pendukung seperti peninggalan budaya daerah, ciri khas
daerah, dan potensi yang dimiliki daerah menjadi faktor pendukung terbentuknya desa wisata.
Dalam mengembangkan suatu desa menjadi desa wisata tidak dapat meniru mentah-
mentah desa lain, tetapi harus mengembangkan keunikan yang dimiliki oleh suatu desa, dan
keunikan inilah yang akan menjadi atraksi wisata yang berbeda dengan desa wisata lainnya
(Antara, 2016). Suatu desa dikatakan unik jika memiliki ciri khusus seperti peninggalan pada
jaman dahulu. Ciri khusus ini di miliki oleh desa sidorejo. Desa sidorejo di katakan sebagai
desa wisata karena memiliki banyak peninggalan sejak jaman dahulu. Salah satunya adalah
peninggalan dari jaman majapahit yaitu situs mangiran. Situs Mangiran merupakan situs
peninggalan kerajaan Majapahit pada abad 8 - 17 Sebelum Masehi yang dulunya merupakan
permukiman kuno yang merupakan warganya dahulu kaum menengah keatas. . Wiliam
Haviland dalam warsito (2012) Situs merupakan tempat-tempat dimana ditemukan
peninggalan-peninggalan arkeologi di kediaman makhluk manusia pada zaman dahulu. Situs
Mangiran ini merupakan peninggalan pada zaman megalitikum yang banyak ditemukan
peninggalan sejarah yang berupa artefak lumpang batu, fragmen lumpang, umpak batu, batu
hitung, lingga semu, gandik miniatur tiang, sumur kuno, batu lesung, batu candi atar, batu
lesung, struktur batu bata, dan keramik. Dalam jurnalnya, Fahrul tunggal mengatakan bahwa
Potensi megalitikum yang sangat beragam bisa dijadikan sebagai objek wisata, yang bisa
memberikan masukkan untuk devisa daerah, salah satu jenis wisata yang dikembangkan yaitu
wisata budaya
Situs Mangiran terletak di area perhutani petak 15D dan 19D, RPH Pepe, BKPH
Petung, KHP Saradan di Dusun Manginrejo, Desa Sidorejo, Kecamatan Saradan, Kabupaten
Madiun, Provinsi Jawa Timur. Situs ini berada diarea perhutani di sebelah utara 1 km jalan
Nganjuk. Jalur ini dulunya merupakan rute kereta pengangkut kayu yang merupakan
peninggalan dari jajahan Belanda. Situs Mangiran ini juga merupakan situs tertua yang
ditemukan di Madiun.
Situs Mangiran ini dulunya ditemukan pada tahun 2005 oleh warga sekitar di Dusun
Mangiran tersebut. Di Situs Mangiran ini sendiri merupakan rintisan wana wisata religi yang
biasanya digunakan untuk tempat ritual dan tempat ziarah. Biasanya para peziarah maupun
masyarakat lokal dari luar Madiun datang dari banyak kalangan mulai anak-anak sampai yang
sudah tua. Para peziarah maupun masyarakat yang datang melakukan ritual dengan yang
membawa sesaji maupun iringan doa. Adapun oleh warga sekitar biasanya melakukan bersih
desa yang biasanya dengan membawa tumpengan untuk selamatan atau syukuran dengan
mengaraknya keliling dusun. Kegiatan ini dilakukan saat bulan Muharram atau bulan Suro.
Masyarakat disekitar situs ini sangat antusias dan juga menjaga kelestarian yang ada di situs
ini, karena situs ini merupakan situs peninggalan sejaarah kuno yang memiliki kerangka yang
bagus walaupun untuk Keramik Cina itu sudah pecah namun strukturnya masih bagus dan
cantik. Selain itu situs Mangiran ini juga terdapat peninggalan sejarah lainnya yaitu Pendopo
Watu Gilang, Makam Syekh Ismail, dan Sendang.

H. Pendopo Watu Gilang Tempat Peribadatan

Pendopo Watu Gilang adalah pendopo yang dahulunya menjadi tempat pertemuan
para sesepuh jawa. Kegiatan lain seperti bertapa dan bersemedi atau beribadah juga selalu
dilakukan para sesepuh di tempat ini. Pendopo Watu Gilang ini merupakan bekas petilasan
Ki Ageng Mangir I, yang mana beliau merupakan kakek buyut dari Ki Ageng Mangir IV.
Pendopo ini memiliki tiga batu altar, sebagai berikut:
 Altar batu paling selatan;
 Altar batu tengah memiliki bentuk yang kurang utuh lagi dengan kaki menyatu
dengan bagian latar tersebut;
 Altar batu yang letaknya paling utara ini kondisinya kurang utuh lagi dengan kaki
altar yang berupa boulder batu andesit.
I. Ritual Makam Syekh Kamil

Masyarakat Jawa sampai sekarang pada umumnya masih melaksanakan tradisi-tradisi


leluhur. Keyakinan ini terus terpelihara dalam tradisi dan budaya masyarakat Jawa, bahkan
sampai saat ini masih dapat dilihat berbagai ritual yang merupakan peninggalan zaman
tersebut. Sejalan dengan penyebaran agama Islam dalam kehidupan masyarakat Jawa,
kepercayaan semakin kuat. Sifat dasar budaya Jawa yang terbuka kemudian dipadukan
dengan sikap toleran yang digunakan Walisongo dalam menyampaikan ajaran Islam. Terjadi
perpaduan antara budaya Jawa dengan agama Islam.

Kepercayaan Jawa yang bersifat mistik berpadu dengan agama Islam memunculkan
agama Islam Jawa yang bersifat religius magis. Menurut sistem kepercayaan msyarakat Jawa
mengadakan upacara menghormati arwah leluhur, selain itu masyarakat Jawa juga melakukan
tradisi ziarah kubur. Menurut sebagian dari para peziarah yang berziarah ke makam, berziarah
merupakan salah satu perbuatan manusia yang melakukan suatu perbuatan di atas makam
yang dianggap sakral.

https://scholar.google.com/scholar?
hl=en&as_sdt=0%2C5&q=ritual+makam+syekh+ismail&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p
%3D1gauwTxG7BEJ

Makam Syekh Ismail ini terletak di area perhutani petak 15D dan 19D, RPH Pepe,
BKPH Petung, KHP Saradan di Dusun Manginrejo, Desa Sidorejo, Kecamatan Saradan,
Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur. Makam Syech Ismail ini ditemukan pada tahun
2006 yang diyakini merupakan ulama kerajaan Mataram pada abad 17 Masehi. Makam ini
biasanya dikunjungi untuk tempat ritual dan tempat ziarah. Biasanya makam ini paling ramai
didatangi setiap malam Jum’at dan bulan Muharam atau istilah jawa kuno yaitu bulan Suro.
Banyak masyarakat yang datang untuk meminta hajat dan berdoa di makam Syekh Ismail ini
agar tersampaikan kepada Allah SWT.

J. Air Mata Sendang

Sendang yang terdapat di Mangiran merupakan peninggalan pada zaman purbakala


dimana dulunya digunakan sebagai tempat bersuci. Air yang terdapat di sendang hingga
sampai saat ini terus mengeluarkan mata air. Walaupun musim kemarau sedang berlangsung,
air sendang akan terus mengalir. Lokasi sendang ini berada di sebelah tol Ngawi-Kartosono
yang tepatnya di bawah jembatan tol. Disekitar sendang juga mengalir sebuah sungai kecil
dan dikelilingi oleh pepohonan jati, sehingga membuat suasana di sekitar sendang ini
sangatlah sejuk dan asri walaupun panas terik matahari melanda.

K. Punden Mangiran

Dusun Mangir dulunya adalah bekas petilasan Ki Ageng Mangir I, dimana beliau
seorang kakek buyut dari Ki Ageng Mangir IV yang kemudian dikenal oleh khalayak luas
karena meminang Nyi Pembayun. Namun beliau terkenal karena drama pernikahannya, selain
itu perseteruannya dengan Panembahan Senopati adalah musuh sekaligus mertuanya.
Menurut penelitian arkeologi, penemuan di situs Mangir diperkirakan berasal dari jaman
dahulu kala yaitu klasik akhir atau kata lainnya masa pra-Islam.
Punden di Mangir terletak di depan gerbang tersebut. Punden ini dipercaya oleh
masyarakat dusun Mangirejo untuk menaruh saji. Punden khas peninggalan kerajaan yang
beraliran agama hindu ini sekarang dialih fungsikan sebagai penahan untuk pintu gerbang.
Jika tidak ada intervensi dari pemerintah daerah setempat, ditakutkan satu per satu situs
peradaban Madiun kuno akan hilang . “Situs ini harus dilindungi bagaimanapun caranya,”
kata Joko Widodo, salah satu juru pelestari. Menurut paparan dari Juru Pelestari Situs
Mangiran ini sangat miris sebab perawatan dari situs ini hanya mengandalkan dari dana
sumbangan pengunjung yang mengunjungi situs ini. Dana yang terkumpulkan juga tidak
seberapa banyaknya. Ada juga beberapa dari masyarakat setempat yang mungkin tidak
meyakini atau tidak mendukung pada Situs Mangiran ini sendiri
KESIMPULAN

Setelah apa yang penulis jejaki di Desa Sidorejo, terbilang cukup banyak dan masih
jarang diketahui oleh masyarakat awam. Berharap bahwa bahasa yang penulis sampaikan
dapat mudah dipahami oleh para pembaca, khususnya masyarakat desa. Penulis
mempersembahkan buku asli karya peserta KKN ini untuk menyiapkan suatu desa menjadi
Desa Wisata. Meskipun buku ini masih terbilang berlatar belakang budaya Jawa, namun
penulis berharap buku ini nantinya bisa digunakan secara nasional di seluruh Indonesia.
Desa Wisata Sidorejo jika dikembangkan lebih baik lagi akan berpotensi menjadi
wisata skala nasional yang bukan hanya masyarakat setempat saja yang akan berkunjung,
namun seluruh masyarkat nusantara akan berbondong-bondong menyambangi Desa Wisata
ini.

HARAPAN
Harapan penulis dengan adanya desa wisata ini mampu menggali potensi rakyat untuk
meningkatkan taraf hidupnya. Disamping itu, semakin tersedia lapangan pekerjaan di suatu
wilayah. Adanya Desa Wisata, perhatian pada sumber daya alam yang ada di lingkunganpun
semakin bertambah, dan merupakan cara untuk melakukan perbaikan lingkungan. Rakyat
diharapkan mampu mengidentifikasikan potensi desanya dengan melakukan pemetaan suatu
desa untuk menginventarisir potensi di desanya.

Anda mungkin juga menyukai