Anda di halaman 1dari 13

Karya Ilmiah Lingkungan Bisnis

“Sukses Berternak Ayam Pedaging”

Disusun Oleh : Muhammad Resa Arif Yudianto


Kelas : S1-SI-08
NIM : 15.12.8892

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER


STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
2015/2016

BAB I
Pendahuluan
A. ABSTRAK
Semakin bertambahnya penduduk Indonesia dari tahun ke tahun, secara tidak langsung juga
meningkatkan jumlah konsumsi produk-produk peternakan seperti daging, susu, telur. Semakin
tingginya kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein
hewani juga turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging banyak dikonsumsi oleh
masyarakat karena rasanya yang enak dan juga karena daging mempunyai kandungan gizi yang cukup
tinggi. Salah satu sumber daging yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah daging
ayam pedaging, disamping rasanya yang enak juga karena harganya lebih terjangkau oleh hampir semua
kalangan masyarakat Indonesia.
Ayam broiler atau ayam pedaging merupakan salah satu sumber terbesar dari protein hewani.
disebut juga ayam ras pedaging (broiler) adalah jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa
ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Ayam
pedaging/broiler ini juga memiliki beberapa jenis hasil dari persilangan menghasilkan berbagai macam
strain, akan tetapi perbedaan dari setiap strainnya tidaklah jauh berbeda, hanya sedikit saja
perbedaannya. Adapun beberapa contoh jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di pasaran
adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross dan masih banyak lagi. Daging ayam broiler/pedaging mudah
didapatkan baik di pasar tradisional maupun pasar modern.
Mengingat begitu banyaknya permintaan masyarakat akan konsumsi daging ayam ini, banyak
para pelaku bisnis yang bergelut dan menekuni usaha/bisnis berternak ayam pedaging ini. Dalam usaha
berternak ayam pedaging ini pun memiliki dua macam jenis usaha, yaitu peternak mandiri dan
kemitraan, tentunya keduanya memiliki konsep dan tata cara yang berbeda dalam menjalankan bisnis
ini, yang membedakan hanyalah konsep umumnya saja, seperti masalah permodalan, sifat usaha dan
lain-lain. Akan tetapi untuk teknis/pedoman cara-cara berternak ayam pedaging antara usaha peternak
mandiri dan kemitraan tetaplah sama, yaitu mulai dari penyiapan sarana dan peralatan, pembibitan,
pemeliharaan, penanganan terhadap penyakit yang menyerang, panen, dan perlakuan pasca panen.
Dalam karya ilmiah ini akan membahas tentang garis-garis besar seputar bisnis berternak ayam
pedaging seperti apa yang telah dijabarkan di atas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaskud dengan ayam pedaging/broiler ?
2. Apa sajakah jenis-jenis ayam pedaging/broiler ?
3. Jenis-jenis usaha apa sajakah dari berternak ayam pedaging/broiler ?
4. Bagaimanakah pedoman teknis berternak ayam pedaging/broiler ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui ayam pedaging/broiler dengan benar
2. Mengetahui jenis-jenis ayam pedaging/broiler
3. Mengetahui jenis-jenis usaha dari berternak ayam pedaging/broiler
4. Mengetahui pedoman teknis berternak ayam pedaging/broiler
D. Manfaat
1. Pembaca diharapkan mengetahui apa itu yang dimaksud dengan ayam pedaging/broiler
2. Pembaca diharapkan mengetahui jenis-jenis dari ayam pedaging/broiler
3. Pembaca diharapkan mengetahui jenis-jenis usaha berternak ayam pedaging/broiler
4. Pembaca diharapkan mengetahui lebih luas cara berternak ayam pedaging agar sukses
5. Pembaca diharapkan dapat mencoba usaha atau bisnis berternak ayam pedaging

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ayam Pedaging/Broiler
Ayam broiler atau yang disebut juga ayam ras pedaging (broiler) adalah jenis ras unggulan hasil
persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam
memproduksi daging ayam. Ayam broiler yang merupakan hasil perkawinan silang dan sistem
berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik. Mutu genetik yang baik akan muncul
secara maksimal apabila ayam tersebut diberi faktor lingkungan yang mendukung, misalnya pakan yang
berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Ayam broiler merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain,
kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging dalam waktu yang relatif cepat
dan singkat atau sekitar 4 - 5 minggu produksi daging sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi.
Keunggulan ayam broiler antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang
tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta
menghasilkan kualitas daging berserat lunak. Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging ini juga
merupakan upaya penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam.
Perkembangan tersebut didukung oleh semakin kuatnya industri hilir seperti perusahaan pembibitan
(Breeding Farm) yang memproduksi berbagai jenis strain.
Ayam broiler populer di Indonesia sejak tahun 1980-an, karena didukung oleh pemerintah saat itu, yang
mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia. Pada saat itu daging ini relatif sulit
keberadaannya. Saat ini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia, yang disebut juga di berbagai
daerah dengan sebutan “Ayam Sayur”. Para peternak ayam juga relatif senang karena hanya dalam
waktu yang relatif singkat (5-6 minggu) sudah bisa dipanen, dan juga cukup menguntungkan. Saat ini
peternakan Ayam ini banyak dijumpai di seluruh wilayah Indonesia.
B. Jenis-jenis Ayam Pedaging/Broiler
Dengan berbagai macam strain ayam ras pedaging yang telah beredar dipasaran, peternak tidak perlu
risau dalam menentukan pilihannya. Sebab semua jenis strain yang telah beredar memiliki daya
produktifitas relatif sama. Artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaannya tidak menyolok atau
sangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan strain apa yang akan dipelihara, peternak dapat meminta
daftar produktifitas atau prestasi bibit yang dijual di Poultry Shoup. Adapun jenis strain ayam ras
pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202,
Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river,
Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex,
Bromo, CP 707.
C. Jenis-jenis Usaha Ayam Pedaging/Broiler
1. Peternak Mandiri
Peternak non mitra (mandiri) adalah peternak yang mampu menyelenggarakan usaha ternak dengan
modal sendiri dan bebas menjual outputnya ke pasar. Seluruh kerugian dan keuntungan ditanggung
sendiri. Pendapatan peternak ayam ras pedaging baik yang mandiri maupun pola kemitraan sangat
dipengaruhi oleh kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yaitu bibit ayam (DOC); pakan; obat-
obatan, vitamin dan vaksin; tenaga kerja; biaya listrik, bahan bakar; serta investasi kandang dan
peralatan. Peternak non mitra prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri dan
bebas memasarkan produknya. Pengambilan keputusan mencakup kapan memulai berternak dan
memanen ternaknya, serta seluruh keuntungan dan risiko ditanggung sepenuhnya oleh peternak.
Adapun ciri ciri peternak mandiri adalah mampu membuat keputusan sendiri tentang :
a. Perencanaan usaha peternakan
b. Menentukan fasilitas perkandangan
c. Menentukan jenis dan jumlah sapronak (sarana produksi ternak) yang akan digunakan
d. Menentukan saat penebaran DOC di dalam kandang
e. Menentukan manajemen produksi
f. Menentukan tempat dan harga penjualan hasil produksi
g. Tidak terikat dalam suatu kemitraan
Alasan peternak beralih menjadi kemitraan, yaitu :
a. Kekurangan modal usaha
b. Mengurangi risiko kegagalan/kerugian
c. Untuk memperoleh jaminan kepastian penghasilan
d. Untuk memperoleh jaminan kepastian dalam pemasaran
e. Untuk mendapatkan jaminan kepastian supply.
Peternak mandiri prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri dan bebas
memasarkan produknya. Pengambilan keputusan mencakup kapan memulai beternak dan memanen
ternaknya, serta seluruh keuntungan dan risiko ditanggung sepenuhnya oleh peternak.
2. Kemitraan
Kemitraan adalah pola kerjasama antara perusahaan peternakan selaku mitra usaha inti dengan
peternak rakyat selaku mitra usaha plasma, yang dituangkan dalam bentuk ikatan kerjasama. Melalui
kemitraan diharapkan terjadi kesetaraan hubungan antara peternak dengan mitra usaha inti sehingga
memperkuat posisi tawar peternak, berkurangnya resiko usaha dan terjaminnya pasar yang pada
akhirnya meningkatkan pendapatan peternak. Kemitraan dimaksudkan sebagai upaya pengembangan
usaha yang dilandasi kerjasama antara perusahaan dari peternakan rakyat dan pada dasarnya
merupakan kerjasama vertikal (vertical partnertship). Kerjasama tersebut mengandung pengertian
bahwa keduabelah pihak harus memperoleh keuntungan dan manfaat. Peternak pola kemitraan (sistim
kontrak harga) adalah peternak yang menyelenggarakan usaha ternak dengan pola kerjasama antara
perusahaan inti dengan peternak sebagai plasma dimana dalam kontrak telah disepakati harga output
dan input yang telah ditetapkan oleh perusahaan inti.
Peternak menerima selisih dari perhitungan input dan output. Peternak plasma yang mengikuti pola
kemitraan cukup dengan menyediakan kandang, tenaga kerja, peralatan, listrik dan air, sedangkan bibit
(DOC), pakan dan obat-obatan, bimbingan teknis serta pemasaran disediakan oleh perusahaan inti Pada
saat panen perusahaan inti akan memotong utang peternak plasma berupa DOC, pakan dan obat-
obatan. Apabila terjadi kerugian, maka yang menanggung risiko adalah perusahaan sebatas biaya DOC,
pakan dan obat-obatan. Plasma akan memperoleh bonus, apabila Feed Conversion Ratio(FCR) lebih
rendah dari yang ditetapkan oleh inti. Sedangkan bagi peternak non mitra, seluruh biaya operasi dan
investasi serta pemasaran diusahakan sendiri. Keberhasilan kemitraan usaha sangat ditentukan oleh
adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnisnya. Pelaku-pelaku yang
terlibat langsung dalam kemitraan harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami dan dianut
bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Kegagalan kemitraan pada umumnya
disebabkan oleh fondasi dari kemitraan yang kurang kuat dan hanya didasari oleh belas kasihan semata
atau atas dasar paksaan pihak lain, bukan atas kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari
pihak-pihak yang bermitra. Kalau kemitraan tidak didasari oleh etika bisnis (nilai, moral, sikap, dan
perilaku) yang baik, maka dapat menyebabkan kemitraan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik.
Suatu pola kemitraan yang ideal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Pola tersebut mampu mengakomodasi kepentingan ekonomi peternak rakyat dan inti melalui
secara progresif
b. Pola kemitraan mampu mencapai efisiensi dan perbaikan kinerja sistem secara keseluruhan
c. Mampu meredam gejolak yang bersumber dari faktor eksternal dan mengelola resiko yang
mungkin timbul serta mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada.
Pola kemitraan ayam broiler tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan industri ayam broiler di
Indonesia. Bahkan pola kemitraan tersebut dilahirkan dari sejarah industri ayam ras sebagai salah satu
solusi untuk menciptakan harmonisasi antar pelaku ekonomi dalam industri ayam ras pedaging. Dalam
usaha peternakan ayam rakyat khususnya untuk budidaya ayam ras kebijakan yang ditempuh adalah
mengutamakan usaha budidaya bagi peternakan rakyat, perorangan, kelompok maupun koperasi sesuai
dengan keppres No. 22 tahun 1990.
D. Pedoman Teknis Berternak Ayam Pedaging/Broiler
Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu:
manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan
ternak/pakan).
1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
a. Perkandangan
Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam pedaging adalah :
1) Persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C
2) Kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang
ada
3) tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin
kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam
4) untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1
bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa
dengan kandang postal atapun kandang bateray
5) Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan
tahan lama
b. Peralatan
1) Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada
yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit
padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara
3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
2) Indukan atau brooder
Alat ini berbentuk bundar atau persegi empat dengan areal jangkauan 1-3 m dengan alat pemanas di
tengah. Fungsinya seperti induk ayam yang menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas.
3) Tempat bertengger (bila perlu)
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke
lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih
rendah dari tempat bertelur.
4) Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang
kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus.
5) Alat-alat rutin
Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti: suntikan, gunting operasi, pisau potong operasi
kecil, dan lain-lain.
2. Pembibitan
Ternak yang dipelihara haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknya
b. Pertumbuhan dan perkembangannya normal
c. Ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya
d. Tidak ada lekatan tinja di duburnya
Pedoman pemilihan bibit/DOC (Day Old Chicken)/ayam umur sehari :
a. Anak ayam (DOC) berasal dari induk yang sehat
b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya
c. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya
d. Anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik
e. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram
f. Tidak ada letakan tinja di duburnya
Perawatan bibit dan calon induk
Dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak supaya segera diberi perhatian secara khusus
dan diberikan pengobatan sesuai petunjuk Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang
bertugas di daerah yang bersangkutan.
3. Pemeliharaan
a. Pemberian pakan dan minuman
Untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase
finisher (umur 4-6 minggu).
1) Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut :
a) Kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%,
kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
b) Kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7
hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21
hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang
dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.
2) Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut :
a) kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar
4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
b) kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu :
· minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor
· minggu ke-6 (umur 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor
· minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor
· minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor
jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
Pemberian minum disesuaikan dengan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 fase yaitu :
1) Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu
minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu
ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air
minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air
minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya.
Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
2) Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-
36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50
hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-
57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.
b. Pemeliharaan kandang
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan
penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif
dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari
poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu
dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak
supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa
mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.
4. Penyakit yang Menyerang
Penyakit yang sering menyerang ayam pedaging/broiler yaitu :
a. Tetelo (Newcastle Disease/ND). Disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel
darah. Gejalanya ayam sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang berkumpul pada
tempat yang hangat. Setelah 1 – 2 hari muncul gejala syaraf, yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan
ayam berputar-putar yang akhirnya mati. Ayam yang terserang secepatnya dipisah, karena mudah
menularkan kepada ayam lain melalui kotoran dan pernafasan. Belum ada obat yang dapat
menyembuhkan, maka untuk mengurangi kematian, ayam yang masih sehat divaksin ulang dan dijaga
agar lantai kandang tetap kering.
b. Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD). Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan
tubuh yang disebabkan virus golongan Reovirus. Gejala diawali dengan hilangnya nafsu makan, ayam
suka bergerak tidak teratur, peradangan disekitar dubur, diare dan tubuh bergetar-getar. Sering
menyerang pada umur 36 minggu. Penularan secara langsung melalui kotoran dan tidak langsung
melalui pakan, air minum dan peralatan yang tercemar. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan,
yang dapat dilakukan adalah pencegahan dengan vaksin Gumboro.
c. Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease). Merupakan infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum Gejala yang nampak adalah ayam sering bersin dan
ingus keluar lewat hidung dan ngorok saat bernapas. Pada ayam muda menyebabkan tubuh lemah,
sayap terkulai, mengantuk dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning keputih-keputihan.
Penularan melalui pernapasan dan lendir atau melalui perantara seperti alat-alat. Pengobatan dapat
dilakukan dengan obat-obatan yang sesuai.
d. Berak Kapur (Pullorum). Disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah
ayam diare mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk kapur.
Disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum.
Kematian dapat terjadi pada hari ke-4 setelah infeksi. Penularan melalui kotoran. Pengobatan belum
dapat memberikan hasil yang memuaskan, yang sebaiknya dilakukan adalah pencegahan dengan
perbaikan sanitasi kandang. Infeksi bibit penyakit mudah menimbulkan penyakit, jika ayam dalam
keadaan lemah atau stres. Kedua hal tersebut banyak disebabkan oleh kondisi lantai kandang yang
kotor, serta cuaca yang jelek. Cuaca yang mudah menyebabkan ayam lemah dan stres adalah suhu yang
terlalu panas, terlalu dingin atau berubah-ubah secara drastis. Penyakit, terutama yang disebabkan oleh
virus sukar untuk disembuhkan.
Untuk itu harus dilakukan sanitasi secara rutin dan ventilasi kandang yang baik. Pemberian POC NASA
yang mengandung berbagai mineral penting untuk pertumbuhan ternak, seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe dan
lain-lain serta dilengkapi protein dan lemak nabati, mampu meningkatkan pertumbuhan ayam,
ketahanan tubuh ayam, mengurangi kadar kolesterol daging dan mengurangi bau kotoran. Untuk hasil
lebih optimal, pemberian POC NASA dapat dicampur dengan Hormonik dosis 1 botol POC NASA
dicampur dengan 1-2 tutup botol Hormonik, atau 1 botol POC NASA dicampur dengan 2-4 kapsul Asam
Amino. Dapat juga menggunakan VITERNA Plus yang merupakan suplemen khusus ternak dengan
kandungan :
a. Mineral-mineral yang penting untuk pertumbuhan tulang, organ luar dan dalam, pembentukan
darah dan lain-lain
b. Asam-asam amino utama seperti Arginin, Histidin, Isoleucine, Lycine, Methionine , Phenylalanine,
Threonine, Thryptophan, dan Valine sebagai penyusun protein untuk pembentukan sel, jaringan, dan
organ tubuh
c. Vitamin-vitamin lengkap, yaitu A, D, E, K, C dan B Komplek untuk kesehatan dan ketahanan tubuh
5. Panen
a. Hasil utama
Untuk usaha ternak ayam pedaging, hasil utamanya adalah berupa daging ayam
b. Hasil tambahan
Usaha ternak ayam broiler (pedaging) adalah berupa tinja atau kotoran kandang dan bulu ayam
6. Pasca Panen
a. Stoving
Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan di kandang penampungan
(Houlding Ground)
b. Pemotongan
Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, prinsipnya agar darah keluar keseluruhan atau sekitar 2/3 leher
terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal ini agar kualitas daging bagus, tidak mudah tercemar dan mudah
busuk
c. Pengulitan atau pencabutan bulu
Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,7- 54,4 0C). Lama pencelupan
ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang halus dicabut dengan membubuhkan lilin cair atau dibakar
dengan nyala api biru
d. Pengeluaran jeroan
Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela) dikeluarkan. Isi perut ini
dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap dimasak dalam kemasan terpisah
e. Pemotongan karkas
Kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga dipotong bila tidak disukai. Setelah semua jeroan sudah
dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah dubur. Kemudian ayam
didinginkan dan dikemas
Kemudian setelah pemanenan ayam-ayam, langkah berikutnya adalah sanitasi/cuci hama kandang,
dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pencucian kandang dengan air hingga bersih dari kotoran
limbah budidaya sebelumnya. Tahap kedua yaitu pengapuran di dinding dan lantai kandang. Untuk
sanitasi yang sempurna selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan formalin, untuk membunuh bibit
penyakit. Setelah itu dibiarkan minimal selama 10 hari sebelum budidaya lagi untuk memutus siklus
virus dan bakteri, yang tidak mati oleh perlakuan sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Daging adalah salah satu sumber protein yang terbesar, dan telah lama pemerintah Indonesia
menggalakan dalam pengonsumsian daging ini. Salah satu daging yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia adalah daging ayam pedaging, di samping karena daging ayam tersebut
mengandung protein yang besar juga karena harganya yang cukup terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat Indonesia.
Untuk itu bisnis ternak ayam pedaging sangatlah cerah dan berpotensi, karena ayam merupakan salah
satu ternak yang potensial di daerah Indonesia ini, karena sebagian besar masyarakat Indonesia
mengonsumsi makanan yang berasal dari ayam pedaging ini, sehingga berternak ayam adalah salah satu
peluang bisnis yang sangat menguntungan jika kita mau menekuninya dengan sungguh-sungguh.
Beternak ayam juga memerlukan profesionalisme, ilmu pengetahuan dan dedikasi yang penuh terhadap
peternakan ayamnya, agar hasil yang didapat juga maksimal dan sangat memuaskan.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Ayam_broiler
https://surya61.wordpress.com/budidaya-produktif/budidaya-ayam-pedaging/
http://omkicau.com/berbagai-peluang-usaha-bidang-peternakan-perkebunan/budidaya-ayam-ras-
pedaging/
http://www.produknaturalnusantara.com/panduan-teknis-budidaya-peternakan/panduan-cara-
budidaya-ayam-pedaging-broiler/
http://kartianiginting.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai