Pada tanggal 25 September, 2019 di rumah sakit di Indonesia terjadi kasus nyata kekerasan fisik
dan verbal pada saat perawat sedang melakukan pengkajian. Perawat tersebut pada saat
melakukan pengkajian kepada pasien, mendapatkan kekerasan fisik sekaligus verbal dari pasien
yang ia kaji. Seperti yang dikutip dalam suatu artikel di media online: “Ketika perawat Beny, 35
tahun, melakukan pendekatan untuk mengumpulkan data, salah satu pasiennya mengamuk,
berteriak dan memukul- mukul kepalanya ke dinding. Dia mencoba menghentikan dan
menenangkannya tapi pasiennya secara emosional malah menendang dadanya, membuat dia
terluka, dan membuat mentalnya tergoyang seharian.”
Tugas :
1. Buat analisis kasus di atas ?
2. Upaya apa yang bisa dilakukan agar kasus di atas tidak terjadi
lagi ?
KASUS 2
Seorang perawat disalah satu rumah sakit, kota Banjarmasin, diketahui positif hepatitis B pasca
menangani pasien difteri. Berdasarkan informasi, perawat tersebut diduga tertular
pasca menangani dan melakukan tindakan awal pada pasien positif hepatitis B tersebut, perawat
terkena diffteri berinisal NS dan bertugas di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD). NS diketahui
merupakan perawat pertama difteri yang masuk rumah sakit tersebut.
Tugas :
1. Buat analisis kasus di atas ?
2. Upaya apa yang bisa dilakukan agar kasus di atas tidak terjadi
lagi ?
KASUS 3
Tugas :
1. Buat analisis kasus di atas ?
2. Upaya apa yang bisa dilakukan agar kasus di atas tidak terjadi
lagi ?
JAWABAN
KASUS 1
1) Pada kasus diatas sudah jelas melanggar pasal 351 KUHP tentang penganiayaan “ sengaja
menyebabkan perasaan tidak enak, Rasa sakit/luka”. Adapun undang-undang yang melindungi
nakes serta hak nya sudah tercantum pada UU no. 36 Th.2009 pasal 57 (a) dan (d) dengan
bunyi :
(a). Memperoleh perlindungan hokum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi,
Standar pelayanan profesi, Dan SPO.
(b). Memperoleh perlindungan dan keselamatan kerja, perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia, Moral, Kesusilaan, Serta nilai-nilai agama.
PREVENTIF
• Dapat bekerja secara professional dan kebebasan profesi sesuai peraturan perUUan.
• Dapat bekerja tanpa ancaman kekerasan atau intimidasi lain.
• Tidak dipersilihkan sepanjang memenuhi standard profesi dan SOP.
REPRESIF
2). Perawat yang mendapatkan tindak kekerasan dari pasien merasa mendapatkan dukungan
emosional seperti empati dari rekan sekerjanya. Dukungan dari rekan sekerja dapat menjadi factor
pelindung.
1. Melalui jalur hokum terkait insiden yang menimpa tenga kesehatan tersebut
2. Melalui langkah promotif terkait UU Nakes ( Terkait hak dan kewajiban serta UU yang
melindungi Nakes pada UU NO.36 TH. 2009 dan 2014)
Kasus 2
1. Kasus yang dianalisis
A. Pada kasus diatas kemungkinan bersar petugas tidak melaksanakan SOP APD
(a) . Apa bila petugas tidak menggunakan APD sesuai dengan SOP maka akan berkemungkinan
besar tertular Hepatitis B (Virus)
(b) . Difteri/Bakteri dpat menular melalui sekret atau air liur
B. Klien tidak menceritakan penyakin yang dia derita sebenarnya / riwayat penyakinnya
(a). Tanda gejala difteri (bakteri)
Keluhan umum : febris
Suara : serak
Tenggerokan : gangguan menelan
Gejala lainnya : batuk,lemas,pembengkakkan kelenjer getah bening dan pilek
KASUS 3
1.Kasus yang dianalisis
Pada kasus diatas kemungkinan besar terdapat kelebihan dalam bekerja serta kurang nya perhatian
dari pihak rumah sakit.
3. Upaya yang harus di lakukan
a) Perlunya sosialisasi terhadap SOP tindakan dan APD secara terus menerus
b) Berikan pelatihan sesuai bidang keahlian dalam rangka peningkatan SDM
c) Perlunya pemeriksaan MCU untuk SDM secara berkala pertiga bulan / 6 bulan untuk
mengetahui kesehatan SDM
d) Perlunya perhatian khusus kepada nakes yang mengalami kecelakaan pada saat kerja
e) Lakukan pendataan terhadap nakes yang terdidiksi tertular penyakit menular / HIV
f) Kaji ulang kebijakan yang ada di rumah sakit