Anda di halaman 1dari 2

Pengendalian sosial di Kalimantan:

Kasus-kasus yang terjadi dalam kenyataan sehari-hari dalam masyarakat antara lain perkelahian atau
pertengkaran , pembunuhan, perzinahan. perusakan lingkungan alarn yang rnengakibatkan
kerusakan kelestarian alarn dan sebagainya. Kasus-kasus tersebut pasti dapat diselesaikan oleh
masyarakat dalam lingkungan. Kasus perkelahian atau pertengkaran dapat diselesaikan oleh anggota
masyarakat itu sendiri yang dilaksanakan oleh anggota masyarakat yang memiliki pengaruh besar
atau karena karisrnanya dalam masyarakat. sehingga kedua pihak yang berkelahi atau yang
bertengkar menyadari kehilafannya. Kasus pembunuhan harus diselesaikan secara hukum baik oleh
masyarakat maupun oleh lembaga hukum Kasus perzinahan dapat diselesaikan secara hukum baik
oleh hukum agama maupun oleh pengadilan negeri. Sedangkan kasus perusakan lingkungan alam
akibat perladangan berpindah-pindah diselesaikan dengan penghutan kembali atau reboisasi. Kasus
ini dalam masyarakat desa tidak melanggar aturan adat istiadat tetapi melanggar undang-undang
lingkungan hid up . Semua kasus tersebut di atas dalarn masyarakat tradisional diselesaikan secara
hukum adat. Ada yang berupa hukuman badan dan ada pula dengan membayar denda . Yang
bertindak sebagai pengadilan ialah tokoh masyarakat yang 24 berpengaruh atau tinggi kharismanya.
Tokoh-tokoh yang berperan antara lain tokoh-tokoh agama , tokoh-tokoh adat atau kepala adat,
pembekal atau kepala kampung, sebab mereka inilah yang disegani oleh masyarakat. Jadi semua
keputusannya harus ditaati.

Di Palangkaraya Khususnya terdapat sebanyak 33 anggota lembaga kesejahteraan sosial untuk


mengatasi terjadinya konflik sosial (pengendalian sosialnya) dengan berbagai macam sendiri- sendiri
kegiatan atau tugas UKS nya.

SISTEM SOSIAL SUKU DAYAK :

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak sekali keragaman budaya yang
dihasilkan oleh beberapa jenis suku yang ada di dalamnya. Salah satunya adalah suku dayak.
Mayoritas masyarakat suku dayak berdomisili di pulau Kalimantan. Kata “Dayak” berasal
dari bahasa Melayu yang artinya “orang gunung” yang termasuk rasial/ proto pesisir.
Sebagaimana suku bangsa lainnya, suku dayak memiliki kebudayaan atau adat-istiadat
tersendiri yang pula tidak sama secara tepat dengan suku bangsa lainnya di Indonesia. Adat-
istiadat yang hidup di dalam masyarakat Dayak merupakan unsur terpenting, akar identitas
bagi manusia Dayak.
Adat-istiadat yang ada dalam kehidupan di dalam masyarakat Suku Dayak merupakan
unsur terpenting, akar identitas bagi masyarakat Dayak. Kebudayaan dapat diartikan sebagai
keseluruhan system gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar (Garna, 1996). Jika pengertian
tersebut dijadikan untuk mengartikan kebudayaan Dayak maka sangat lah sesuia, kebudayaan
Dayak adalah seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia Dayak dalam rangka
kehidupan masyarakat Dayak yang dijadikan milik manusia Dayak dengan belajar.
Berdasarkan atas pengertian kebudayaan tersebut, bila merujuk pada wujud kebudayaan
sebagaimana yang dikemukakan Koentjaraningrat, maka dalam kebudayaan Dayak juga
dapat ditemukan ketiga wujud tersebut yang meliputi: Pertama, wujud kebudayan sebagai
suatu himpunan gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan- peraturan. Wujud itu merupakan wujud hakiki dari kebudayaan atau sering di
sebut dengan adat, yang berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur, mengendalikan dan
memberi arah kepada perilaku manusia Dayak, tampak jelas di dalam berbagai upacara adat
yang dilaksanakan berdasarkan siklus kehidupan, yakni kelahiran, perkawinan dan kematian,
juga tampak dalam berbagai upacara adat yang berkaitan siklus perladangan ;
Kedua, wujud kebudayaan sebagai sejumlah perilaku yang berpola, atau lazim disebut
sistem sosial. Sistem sosial itu terdiri dari aktivitas manusia yang berinteraksi yang senantiasa
merujuk pada pola-pola tertentu yang didasarkan pada adat tata kelakuan yang mereka miliki,
hal ini tampak dalam sistem kehidupan sosial orang Dayak yang sejak masa kecil sampai tua
selalu dihadapkan pada aturan-aturan mengenai hal-hal mana yang harus dilakukan dan mana
yang dilarang yang sifatnya tidak tertulis yang diwariskan secara turun temurun dari generasi
ke generasi sebagai pedoman dalam bertingkah laku bagi masyarakat suku Dayak.
Ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, yang lazim disebut
kebudayaan fisik, berupa keseluruhan hasil karya manusia Dayak, misalnya seperti rumah
panjang dan lain-lain. Berdasarkan atas pemahaman itu, maka kebudayaan Dayak sangat
mempunyai makna dan peran yang amat penting, yaitu merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari proses kehidupan orang Dayak. Atau dengan kata lain kebudayaan Dayak
dalam perkembangan sejarahnya telah tumbuh dan berkembang seiring dengan masyarakat
Dayak sebagai pendukungnya.

Anda mungkin juga menyukai