DOSEN PENGAMPU :
1. Yunita Liana,S.Kep.,Ners.,M.Kes
2. Ns.Dian emiliasari,l. S.Kep. M.Kes
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya
tentu kami belum dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpa curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat kelak.Selainitu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan tidak terhingga kepada:
1. Yunita Liana,S.Kep.,Ners.,M.Kes
2. Ns.Dian emiliasari,l. S.Kep. M.Kes
3. Teman–teman yang turut serta dalam menyelesaikan makalah ini.
4. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu.
Semoga makalah ini bermanfaat baik pembaca maupun penulis, Kami menyadari,
makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangunakan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB III. Tinjauan teori kasus asuhan keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah
BAB IV. Konsep asuhan keperawatan keluarga dengan kasus keluarga dengan anak usia
sekolah
A. Konsep Keluarga
Merupakan bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan berbagai
bidang keparawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan sebagai pemberian
perawatan yang menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan anggota-
anggotanya dalam situasi sehat dan sakit. Penekanan praktik keperawatan keluarga adalah
berorientasi kepada kesehatan, bersifat holistik, sistemik dan interaksional, menggunakan
kekuatan keluarga.
1. Pengertian Keluarga
a. Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) :
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.
b. Menurut Salvicion dan Ara Celis (1989) :
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah :
a. Unit terkecil dari masyarakat
b. Terdiri atas 2 orang atau lebih
c. Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah
d. Hidup dalam satu rumah tangga
e. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga
g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing
h. Diciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan
2. Tahap-tahap Kehidupan Keluarga
a. Tahap pembentukan keluarga, tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan
dalam membentuk rumah tangga.
b. Tahap menjelang kelahiran anak, tugas utama keluarga untuk mendapatkan
keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan
bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi, dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik, dan
memberikan kasih sayang kepada anak karena pada tahap ini bayi kehidupannya
sangat bergantung kepada orang tuanya. Dan kondisinya masih sangat lemah.
d. Tahap menghadapi anak prasekolah, pada tahap ini anak sudah mulai mengenal
kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat
rawan dalam masalah kesehatan karena tidak mengetahui mana yang kotor dan
mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat sensitif terhadap pengaruh
lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma
kehidupan, norma-norma agama, norma-norma sosial budaya, dsb.
e. Tahap menghadapi anak sekolah, dalam tahap ini tugas keluarga adalah
bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa
depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas di
sekolah anak dan meningkatkan pengetahuan umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja, tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena
dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk
kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat
diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orang tua dengan
anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat, setelah melalui tahap remaja dan anak
telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah
melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang
sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga.
h. Tahap berdua kembali, setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga
sendiri-sendiri, tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan
merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan
depresi dan stress.
i. Tahap masa tua, tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orang tua
mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama kelurga sedarah
suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
warga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
4. Ciri-ciri Struktur Keluarga
Menurut Anderson Carter ciri-ciri struktur keluarga :
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan, antara anggota
keluarga.
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-
masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing-masing.
5. Tipe / Bentuk Keluarga
a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan
Anak-anak.
b. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga Inti ditambah dengan sanak
saudara, misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan
sebagainya.
c. Keluarga brantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari satu wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga Duda / Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Camposite) adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga Kabitas (Cahabitasion) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan
tapi membentuk suatu keluarga.
Keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar (extended family)
karena masyarakat Indonesia yang terdiri dari beberapa suku hidup dalam suatu
komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat.
6. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
7. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan Identitas anggota keluarga.
c. Fungsi Sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak.
2) Membentuk norma-norma perilaku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak.
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang,
misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dsb.
e. Fungsi Pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberi pengetahuan, keterampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai bakat dan minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Ahli lain membagi fungsi keluarga, sebagai berikut :
a. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak
bila kelak dewasa.
b. Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah
bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang
baik.
c. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari
tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung
dan merasa aman.
d. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling
pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
e. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan
tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain
yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
f. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-
sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala
keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu,
sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.
g. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu
pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana
yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan
cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dsb.
h. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk
meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.
Dari berbagai fungsi di atas ada 3 fungsi pokol kelurga terhadap keluarga lainnya,
yaitu :
a. Asih adalah memberikan kasih saying, perhatian, rasa aman, kehangatan,pada
anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang
sesuai usia dan kebutuhannya.
b. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara sehingga memungkinkan menjadi anak-anak
sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
c. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
8. Tugas-tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya
9. Peran Perawat
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah:
a. Pendidik
Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga dapat
melakukan program Asuhan Keperawatan Keluarga secara mandiri dan
bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan.
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai
disiplin agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik, maupun di
rumah sakit bertanggung jawab memberikan perawatan langsung.
d. Pengawas Kesehatan
Perawat harus melakukan kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi
tentang kesehatan keluarga.
e. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesehatan.
f. Kolaborasi
Perawat harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim
kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
g. Fasilitator
Peran disini adalah membantu keluarga di dalm menghadapi kendala untuk
meningkatkan derajat kesehatannya.
h. Modifikasi Lingkungan
Perawat dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun
lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Apabila
dalam penilaian tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari penyebabnya. Hal ini dapat
terjadi karena beberapa faktor yaitu tujuan tidak realistis, tindakan keperawatan yang
tidak tepat dan faktor yang tidak dapat diatasi.
BAB II
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam
prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang
ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa
argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan
prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows
best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi
penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling
percaya.
g. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi
tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien
diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga
kesehatan lain harus dihindari.
h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
BAB III
Anak diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari delapan belas tahun dan
sedang berada dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik,
psikologis, sosial dan spiritual. Sedangkan anak usia sekolah dapat diartikan sebagai anak
yang berada dalam rentang usia 6-12 tahun, dimana anak mulai memiliki lingkungan lain
selain keluarga (Supraptini, 2004). Anak usia sekolah biasa disebut anak usia pertengahan.
Periode usia tengah merupakan periode usia 6-12 tahun (Santrock, 2008). Periode usia
sekolah dibagi menjadi tiga tahapan umur yaitu tahap awal 6-7 tahun, tahap pertengahan 7-9
tahun dan pra remaja 10-12 tahun (DeLaune & Ladner, 2002; Potter & Perry, 2005).
Kemampuan kemandirian anak dalam periode ini di luar lingkungan rumah terutama
di sekolah akan terasa semakin besar. Beberapa masalah sudah mampu diatasi dengan
sendirinya dan anak sudah mampu menunjukkan penyesuaian diri dengan lingkungan yang
ada. Rasa tanggung jawab dan rasa percaya diri dalam menghadapi tugas sudah mulai
terwujud, sehingga ketika anak mengalami kegagalan sering kali dijumpai reaksi seperti
kemarahan dan kegelisahan (Hidayat, 2005).
Anak usia sekolah menurut Erikson dalam Wong (2009) berada dalam fase industri.
Anak mulai mengarahkan energi untuk meningkatkan pengetahuan dari kemampuan yang ada
(Santrock, 2008). Anak belajar berkompetisi dan bekerja sama dari aturan yang diberikan.
Anak mulai ingin bekerja untuk menghasilkan sesuatu dengan mengembangkan kreativitas,
keterampilan, dan keterlibatan dalam pekerjaan yang berguna secara sosial (Santrock, 2008;
Wong, 2009). Dalam fase ini, perkembangan anak membutuhkan peningkatan pemisahan dari
orang tua dan kemampuan menemukan penerimaan dalam kelompok yang sebaya serta
berperan dalam merundingkan masalah dan tantangan yang berasla dari dunia luar
(Nursalam, 2005).
3.2 Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah memiliki perubahan dari periode sebelumnya. Harapan dan
tuntutan baru dengan adanya lingkungan yang baru dengan masuk sekolah dasar saat usia 6
atau 7 tahun (Hurlock, 2004). Anak usia sekolah mengalami beberapa perubahan sampai
akhir dari periode masa kanak-kanak dimana anak mulai matang secara seksual pada usia 12
tahun (Hurlock, 2004; Santrock, 2008; Wong, 2009). Dalam tahap perkembangan anak di
usia sekolah, anak lebih banyak mengembangkan kemampuannya dalam interaksi soisal,
belajar tentang nilai moral dan budaya dari keluarga serta mulai mencoba untuk mengambil
bagian peran dalam kelompoknya. Perkembangan yang lebih khusus juga mulai muncul
dalam tahap ini seperti perkembangan konsep diri, keterampilan serta belajar untuk
menghargai lingkungan sekitarnya (Hidayat, 2005).
Terdapat tiga tahapan perkembangan anak usia sekolah menurut teori tumbuh
kembang, yaitu:
Dilihat dari sisi kognitif, perkembangan anak usia sekolah berada pada tahap konkret
dengan perkembangan kemampuan anak yang sudah mulai memandang secara realistis
terhadap dunianya dan mempunyai anggapan yang sama dengan orang lain. Sifat ego sentrik
sudah mulai hilang, sebab anak mulai memiliki pengertian tentang keterbatasan diri sendiri.
Anak usia sekolah mulai dapat mengetahui tujuan rasional tentang kejadian dan
mengelompokkan objek dalam situasi dan tempat yang berbeda. Pada periode ini, anak mulai
mampu mengelompokkan, menghitung, mengurutkan, dan mengatur bukti-bukti dalam
penyelesaian masalah. Anak menyelesaikan masalah secara nyata dan urut dari apa yang
dirasakan. Sifat pikiran anak usia sekolah berada dalam tahap reversibilitas, yaitu anak mulai
memandang sesutau dari arah sebaliknya atau dapat disebut anak memiliki dua pandangan
terhadap sesuatu. Perkembangan kognitif anak usia sekolah memperlihatkan anak lebih
bersifat logis dan dapat menyelesaikan masalah secara konkret. Kemampuan kognitif pada
anak terus berkembang sampai remaja (Hurlock, 2004).
Pada perkembangan ini, anak usia sekolah berada pada fase laten dimana
perkembangannya ditunjukkan melalui kepuasan anak terhadap diri sendiri yang mulai
terintegrasi dan anak sudah masuk pada masa pubertas. Anak juga mulai berhadapan dengan
tuntutan sosial seperti memulai sebuah hubungan dalam
kelompok. Pada tahap ini anak biasanya membangun kelompok dengan teman sebaya.
Anak usia sekolah mulai tertarik untuk membina hubungan dengan jenis kelamin yang sama.
Anak mulai menggunakan energi untuk melakukan aktifitas fisik dan intelektual bersama
kelompok sosial dan dengan teman sebayanya, terutama dengan yang berjenis kelamin sama
(Hockenberry & Wilson, 2007; Wong, 2009).
3. Perkembangan Psikososial
Pada perkembangan ini, anak berada dalam tahapan rajin dan akan selalu berusaha
mencapai sesuatu yang diinginkan terutama apabila hal tersebut bernilai sosial atau
bermanfaat bagi kelompoknya. Pada tahap ini anak akan sangat tertarik dalam menyelasaikan
sebuah masalah atau tantangan dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan oleh adanya
keinginan anak untuk mengambil setiap peran yang ada di lingkungan sosial terutama dalam
kelompok sebayanya. Pada tahap ini, anak menginginkan adanya pencapaian yang nyata.
Keberhasilan anak dalam pencapaian setiap hal yang mereka lakukan akan meningkatkan
rasa kemandirian dan kepercayaan diri anak. Anak- anak yang tidak dapat memenuhi standar
yang ada dapat mengalami rasa inferiority (Muscari, 2005; Wong, 2009). Anak yang
memahami bagaimana harus memperlakukan orang lain sesuai dengan apa yang ingin
diterima oleh mereka dari orang lain (Muscari, 2005; Wong, 2009). Anak mulai melihat
berbagai cara pandang untuk menilai suatu tindakan benar atau salah (Hockenberry &
Wilson, 2007).
3.3 Anak Usia Sekolah Sebagai Agreagat Beresiko
Anak usia sekolah merupakan salah satu populasi dengan resiko terhadap masalah
kesehatan Anak usia sekolah tumbuh lebih lambat dari balita dan bayi (Stanhope&Lancaster,
2004). Anak usia sekolah membutuhkan banyak kalori. Pemilihan makanan pada usia ini
dipengaruhi oleh teman. Disamping makanan utama, pada usia ini anak suka jajan. Oleh
karena itu pilihan jajanan atau makanan selingan yang dikonsumsi harus diperhatikan
kebersihan dan nutrisinya. Di daerah perkotaan sering dijumpai jajanan yang tidak sehat dan
kurang bersih, sehingga menimbulkan penyakit yang disebabkan mikroorganisme patogen.
Selain itu, anak usia sekolah banyak mengkonsumsi gula. Oleh karena itu seringkali anak
usia sekolah mengalami masalah pada gigi. Kandungan lemak, gula dan garam yang tinggi
pada makanan olahan, makan makanan siap saji dan makanan ringan yang dibeli dari
pedagang kaki lima, restoran dan gerai makanan cepat saji yang telah meningkat jumlahnya
di sebagian besar kota, menyebabkan terjadinya obesitas pada anak usia sekolah.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses pencernaan, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan
dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa,dkk, 2002). Zat
gizi atau nutrien merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh terdiri dari air,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral (Potter & Perry, 2006). Anak usia sekolah
membutuhkan zat gizi yang seimbang agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai tahap
tumbuh kembangnya.
Menurut Almatsier (2004), fungsi zat gizi dalam tubuh dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Memberi energi
Zat- zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan
protein. Oksidasi zat- zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk
melakukan kegiatan/ aktivitas. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah paling banyak
dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut
dinamakan zat pembakar.
2. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh
Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu,
diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang
rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembangun.
3. Mengatur Proses Tubuh
Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh.
Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam
upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal
organisme yang bersifat infektif. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur
dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak proses lain
yang terjadi di dalam tubuh termasuk proses menua. Air diperlukan untuk melarutkan
bahan-bahan di dalam tubuh seperti dalam darah, pembuangan sisasisa/ ekskresi dan
lain-lain proses tubuh. Dalam fungsi mengatur proses tubuh ini, protein, mineral, air,
dan vitamin dinamakan zat pengatur (Almatsier, 2004).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi (Almatsier, 2004). Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu
faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang
akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses
pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya
berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif (Achadi, 2007). Penilaian status gizi dapat
dinilai secara langsung dan tidak langsung.
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat yaitu (Supariasa, 2002) :
1. Antropometri
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur
dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan – perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringanepitel
seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei
klinis secara cepat.survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda
dan gejala atau riwayat penyakit.
3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh
yang digunakan antara lain darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti
hati dan otot.
4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan stuktur dari
jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
Menurut Almatsier (2004) akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada
zat-zat apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas
dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan
tubuh, struktur dan fungsi otak, perilaku. Oleh karena itu, masalah kurang gizi harus segera
diatasi berdasarkan penyebabnya.
Salah satu penyebab gizi kurang yang dapat diatasi lebih dulu yaitu karena asupan
makanan. Salah satu tata laksana mengatasi kesulitan makan pada anak usia sekolah yaitu
dengan memperbaiki kekurangan makanan yang diperlukan misalnya jenis makanan, jumah
makanan, jadwal pemberian maakan, perilaku dan suasana makan ( Sunarjo, 2012).
Pembuatan menu makanan dengan gizi seimbang yang bervariasi setiap harinya bisa menjadi
salah satu implementasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah sulit makan pada
anak.
Keluarga dengan anak usia sekolah dimulai pada saat anak yang tertua memasuki
sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun (Friedman, Bowden, & Jones
(2003). Pada fase ini umumnya keluarga telah mencapai anggota keluarga maksimal,
sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas disekolah, masing-masing anak memiliki
aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktivitas berbeda
dengan anak. Untuk itu keluarga perlu bekerjasama untuk mencapai tugas
perkembangannya.
Fungsi perawat pada keluarga dengan anak usia sekolah yaitu melakukan perawatan
dan konsultasi baik dalam keluarga maupun disekolah, misalnya pada anak yang mengalami
gangguan kesehatan. Perawat bekerjasama dengan guru sekolah dan orang tua anak.
BAB IV
4.1 Pengkajian
Keluarga Bapak E merupakan keluarga inti yang terdiri dari Bapak E, Ibu S, dan tiga
orang anaknya. Bapak E berusia 38 tahun sedangkan ibu S berusia 36 tahun. Anak pertama
An.A berusia 12 tahun, anak ke dua An.S berusia 8.5 thn, anak ketiga An.R berusia 17 bulan.
Port de entry pada keluarga ini adalah An.S dengan masalah nutrisi. Tahap perkembangan
keluarga Bapak E saat ini adalah keluarga dengan anak remaja. Karena anak pertama berusia
12 tahun dan akan masuk sekolah SMP.
Keluarga bapak E tinggal dirumah kontrakkan yang berukuran 3X6 m2 yang berada
di RT 05 RW 03 kelurahan Cisalak Pasar. Keluarga Bapak E tinggal di lingkungan
masyarakat yang mayoritas penduduk asli daerah setempat dan pendatang dari Jakarta.
Sebagian besar tetangga bekerja sebagai karyawan swasta dan buruh.
An.S (8.5th) mengatakan bosan makan dirumah karna lauknya itu – itu saja. An. S
mengatakan senang jajan chiki dan mie instan dan es di warung. Bapak E mengatakan An.S
memang kurus karna BB lahirnya juga kecil. Bapak E mengatakan mengatakan belum
mengetahui pengertian gizi kurang, penyebab serta tanda dan gejalanya. Keluarga juga
mengatakan tidak tahu jumlah takaran makanan yang sesuai untuk anak usia sekolah. Bapak
E mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka akan segera membawa ke puskesmas. Ibu S
mengatakan ingin mengetahui mengenai gizi seimbang agar an.S bisa gemuk.
Dari pemeriksaan fisik An.S didapatkan data nadi 100 x/mnt, Suhu 36,2 ºC, pernapasan 20
x/mnt, TB 113 cm, LLA 15 cm, BB 16 kg, IMT 12.5, status antropometri antara-3SD s/d
-2SD, Rambut terdistribusi secara merata berwarna hitam kemerahan, tebal. Konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik. Perut tidak buncit, oedema pada tungkai tidak ada.
Masalah kesehatan lain terdapat pada An.A (12 tahun) dan Bapak E (38 tahun).
An.A memiliki riwayat penyakit ISPA yang selalu muncul jika daya tahan tubuhnya menurun
dan terdapat orang disekitarnya yang sedang batuk pilek maka akan mudah tertular.
Sedangkan bapak E memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus perhari. Bapak E juga
memiliki kebiasaan minum kopi 2 gelas perhari. Saat ditanya mengenai akibat dari
merokok dan minum kopi, bapak E mengatakan menyadari bahwa minum kopi dan
merokok tidak baik untuk kesehatan. Tingkat kemandirian keluarga berada pada tingkat I.
A. Diagnosa Keperawatan
1. Sifat masalah
Aktual : 3 3 3
Risiko : 2
Potensial : 1
2. Kemungkingan masalah
dapat dimodifikasi
2 2
Mudah : 2
Sebagian : 1
Tidak dapat : 0
Sedang : 2
Ringan : 1
4. Menonjolnya masalah 2
1. Sifat masalah
Aktual : 3 3 3
Risiko : 2
Potensial : 1
2. Kemungkingan masalah
dapat dimodifikasi
1 2
Mudah : 2
Sebagian : 1
Tidak dapat : 0
Sedang : 2
Ringan : 1
4. Menonjolnya masalah 2
1. Sifat masalah
Aktual : 3 3 3
Risiko : 2
Potensial : 1
2. Kemungkingan masalah
dapat dimodifikasi
1 2
Mudah : 2
Sebagian : 1
Tidak dapat : 0
Sedang : 2
Ringan : 1
4. Menonjolnya masalah 0
Masalah tidak
dirasakan : 0
Intervensi
Tujuan umum dari rencana keperawatan untuk diagnosa ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan
keluarga sebanyak 7x kunjungan diharapkan keluarga mampu merawat anggota
keluarga dengan masalah gizi kurang. Adapun tujuan khusus dari masalah gizi kurang
pada An.S yaitu setelah 7x pertemuan diharapkan keluarga dapat mengenal masalah
kurang gizi dengan mampu menyebutkan pengertian gizi seimbang, menyebutkan 2
contoh makanan dari tiap sumber gizi seimbang, menyebutkan 3 manfaat gizi
seimbang, menyebutkan arti kurang gizi, menyebutkan 2 dari 4 penyebab kurang gizi,
menyebutkan 3 dari 6 tanda dan gejala kurang gizi, mengidentifikasi status gizi anak.
Tujuan khusus yang kedua yaitu keluarga dapat mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kurang gizi pada anak sekolah. Adapun indikatornya yaitu
keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 akibat dari kurang gizi pada anak dan keluarga
dapat memutuskan untuk mengatasi masalah kurang gizi.
Tujuan khusus yang ketiga yaitu keluarga mampu melakukan tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah kurang gizi. Adapun implementasi dari TUK 3
ini antara lain menjelaskan cara perawatan dan pencegahan gizi kurang, cara memilih
bahan makan, cara mengolah bahan makanan yang benar. Selain itu juga ada
implementasi unggulan yang pertama yaitu mendemonstrasikan menu makan
seimbang untuk anak sekolah. implementasi yang lain yaitu mendemonstrasikan cara
mengolah bahan makanan yang baik dan dapat mengelompokkan bahan makanan
sesuai dengan triguna makanan. Cara mengolah bahan makanan yang baik yaitu
pertama alat – alat masak harus bersih, cuci tangan sebelum memulai mengolah
makanan, lalu sayur dan buah dicuci dahulu baru dipotong-potong, sayuran dimasak
jangan terlalu lama. Sedangkan untuk pengelompokan bahan makanan menggunakan
food model yang terdiri bahan makanan sumber energi, zat pengatur dan pembangun.
Tujuan khusus yang keempat yaitu keluarga dapat memodifikasi lingkungan
untuk mengatasi kurang gizi pada anak . ini merupakan implementasi unggulan yang
ke dua yaitu dengan modifikasi perilaku pada orang tua dan anak. Modifikasi perilaku
ini berkaitan dengan pola asuh orang tua.
Tujuan khusus yang kelima yaitu keluarga mampu menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada untuk mengatasi kurang gizi pada anak. Implementasi yang
dilakukan yaitu menjelaskan mengenai manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan.
Selain itu juga menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi
kurang gizi pada anak.
BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Merupakan bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari keterampilan berbagai
bidang keparawatan. Praktik keperawatan keluarga didefinisikan sebagai pemberian
perawatan yang menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan anggota-anggotanya
dalam situasi sehat dan sakit. Penekanan praktik keperawatan keluarga adalah berorientasi
kepada kesehatan, bersifat holistik, sistemik dan interaksional, menggunakan kekuatan
keluarga
Anak diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari delapan belas tahun dan
sedang berada dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik,
psikologis, sosial dan spiritual. Sedangkan anak usia sekolah dapat diartikan sebagai anak
yang berada dalam rentang usia 6-12 tahun, dimana anak mulai memiliki lingkungan lain
selain keluarga (Supraptini, 2004). Anak usia sekolah biasa disebut anak usia pertengahan.
5.2 Saran
Keluarga lebih mengoptimalkan dalam pemberian nutrisi yang cukup bagi anak usia
sekolah dengan memberikan menu makan yang bervariasi dengan nilai gizi seimbang.
Meningkatkan upaya pencegahan terjadinya masalah gizi kurang pada anak usia
sekolah, diantaranya dengan pembinaan dan pemberdayaan keluarga yang memiliki resiko
gizi kurang pada anak. Pemberdayaan dan pembinaan keluarga ini dapat dilakukan oleh
puskesmas setempat dengan melibatkan perawat komunitas dengan memberikan pendidikan
kesehatan terkait gizi seimbang.
Daftar Pustaka
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351502-PRSiti%20Nurmanah.pdf
http://erepo.unud.ac.id/9916/3/a270a67d5ba00fa4cc5560e7ee47faepdf
http://adi-nurjayana.blogspot.co.id/p/askep-komunitas.html
http:/mushofatulmasdathoriya.blogsome.com/2007/06/01/konsep-keperawatan-
keluarga/
https:/gustinerz.com