Anda di halaman 1dari 4

Perkembangan Kepribadian

Menurut Raymond Cattell, perkembangan kepribadian manusia dibagi menjadi empat


menurut factor penyebabnya, yaitu:
1. Tahapan Perkembangan
1. Infancy
Masa infancy dimulai sejak lahir hingga umur 6 tahun (0-6 tahun). Menurut Cattell, pada
usia 0-6 tahun merupakan periode terpenting dalam perkembangan kepribadian. Pada tahap ini,
anak sangat dipengaruhi oleh orang tua dan saudara-saudara di sekitarnya, dan melalui
pengalaman bagaimana anak memperoleh makanan dan pengalaman bagaimana anak menjalani
proses toilet training. Cattel bukanlah seorang pengikut Freud, tetapi ia setuju dengan ide Freud
yang mengatakan bahwa tahun-tahun di awal kehidupan sangat penting dalam membentuk
kepribadian, termasuk masalah oral dan anal yang dapat memengaruhi pembentukan
kepribadian.
Beberapa perilaku sosial terbentuk dari:
     Ego dan superego ; perkembangan emosi anak pada masa ini cenderung meledak-ledak

(tempertantum)
     Perasaan aman atau tidak aman ; kepercayaan anak terhadap lingkungan sekitar dan orang-orang

terdekat yang sangat dibutuhkan anak di awal kehidupan. Seperti pada saat bayi, agen sosial pada
masa ini adalah ibu dan pengganti ibu (orang-orang terdekat yang memahami kebutuhan bayi
sehingga bayi merasa aman dan nyaman dengan orang tersebut, misalnya baby sitter, nenek, dll)
     Kecenderungan untuk menjadi pribadi yang mudah memiliki emosi negative (neuroticism)

     Sikap terhadap otoritas diri ; ketika anak mulai melakukan hal-hal yang bisa dilakukannya

sendiri maka akan terbentuk otoritas diri, apakah ia memutuskan menjadi anak yang mandiri atau
bergantung pada orang tuanya
2. Childhood
Masa kanak-kanak (childhood) dimulai sejak umur 6-14 tahun. Tahap ini sering disebut
periode konsolidasi dikarenakan pada masa ini hanya sedikit saja masalah psikologis yang
dialami, tidak sekritis pada masa sebelumnya. Tahapan ini ditandai dengan dimulainya
kemandirian dan ingin bebas dari orang tuanya seiring meningkatnya identifikasi dengan
kelompok sosial atau pertemanan.
3. Adolescence
Tahap kanak-kanak diikuti oleh tahap perkembangan kepribadian yang bermasalah dan
penuh dengan tekanan (stressful), yaitu tahap remaja di antara 14-23 tahun. Gangguan mood dan
pelanggaran meningkat pada periode ini. Konflik yang dialami pada umumnya seputar
kemandirian, jati diri, dan seks.
4. Maturity
Pada tahap dewasa awal, 23-50 tahun, pada umumnya merupakan periode kepuasan dan
produktivitas karir individu, pernikahan, dan keluarga. Perkembangan kepribadian menjadi lebih
stabil daripada tahap sebelumnya, begitu pula secara emosional. Tidak banyak perubahan minat
dan perilaku selama tahap ini.
5. Late Maturity
Pada tahap dewasa akhir ini (50-65 tahun) meliputi perkembangan kepribadian dalam
merespon perubahan fisik, sosial, dan psikologis. Secara fisik, terjadi penurunan setelah umur 50
tahun. Biasanya pada tahap ini, individu menilai kembali jati dirinya selama ini dan mencoba
memperbaikinya untuk menjadi pribadi baru.
6. Old Age
Masa ini dimulai pada usia 65 tahun ke atas. Penyesuaian diri terhadap kehilangan orang-
orang terdekat seiring dengan aspek religiusitas yang semakin meningkat, pensiun kerja,
kesepian yang mendalam, dan perasaan tidak aman adalah konflik utama pada masa ini. Individu
pada masa ini biasanya sering membicarakan kembali masa-masa yang telah dilaluinya. Bahkan
terkadang, cara pikir individu pada masa ini terlihat seperti masa kanak-kanak.
2. Nature vs Nurture
Di antara pakar kepribadian, Cattell merupakan tokoh dengan perhatian besar terhadap
pengaruh relative dari keturunan dan lingkungan dalam pembentukan kepribadian. Salah satu
metode yang dilakukan Cattell adalah MAVA (Multiple Abstract Variance Analysis). Cattell
membandingkan persamaan antara orang kembar yang diasuh di satu keluarga, orang kembar
yang diasuh keluarga berbeda, saudara kandung tidak kembar yang diasuh di satu keluarga, dan
saudara kandung tidak kembar yang diasuh keluarga berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu seberapa besar perbedaan trait yang
dipengaruhi lingkungan dan keturunan. Berdasarkan hasil penelitian, Cattell menunjukkan
pentingnya peran keturunan pada beberapa trait. Misalnya, data penelitian menunjukkan
pengaruh keturunan terhadap kecerdasan ± 80%, malu-malu ±80%,dan kepuasan emosional
±30%.
Salah satu hasil penelitian yang menarik adalah ditemukannya banyak korelasi negative
antara factor keturunan dan lingkungan. Banyak orang tua mengharapkan anak yang cerdas dan
mendapatkan pendidikan baik ternyata yang terjadi justru sebaliknya. Dalam hal ini, ada
kecenderungan lingkungan memaksa factor keturunan untuk berubah atau menyesuaikan diri.
Gejala ini disebt dengan Law of Coercion to Biosocial Mean (Hukum Pemaksaan Rataan Sosial).
Cattell juga menyatakan bahwa 1/3 bagian kepribadian dipengaruhi oleh keturunan.
Sementara 2/3 bagian kepribadian dipengaruhi oleh lingkungan.
3. Kecemasan
Cattell menekankan pentingnya kecemasan sebagai aspek perkembangan kepribadian
individu karena bahaya dampaknya terhadap fungsi fisik dan mental. Menurutnya, kecemasan
bisa berfungsi ganda, sebagai suatu keadaan ataupun sifat dari kepribadian. Orang mengalami
berbagai tingkat kecemasan sebagai dampak keadaan yang mengancam dan menekan, maka
orang itu berada dalam keadaan cemas. Di sisi lain, ada orang yang terus menerus kronis cemas,
yang berarti cemas telah menjadi bagian dari kepribadiannya. Cattell mengidentifikasi
kecemasan ternyata digunakan untuk menggambarkan sekurang-kurangnya lima jenis perasaan
lain. Orang yang cemas kronis, perasaan cemasnya menyebabkan ia mudah curiga, khawatir,
tidak mampu membentuk konsep diri, tegang, dan kegembiraan berlebihan.
4. Learning
Menurut Cattell, ada tiga jenis belajar untuk tujuan pengembangan kepribadian, yaitu :
    Classical Conditioning (Asosiasi sederhanan dari kognisi yang simultan) ; Merupakan pondasi

dasar yang sangat penting bagi cara belajar yang lain,. Secara khusus digunakan untuk
mengaitkan respon emosional dengan isyarat lingkungan. Misalnya, seorang bayi akan belajar
bahwa kemunculan ibunya akan diiringi dengan perasaan nyaman dan aman
    Instrumental Conditioning (Asosiasi berbagai kegiatan dengan tujuan tertentu) ; Individu belajar
untuk mencapai kepuasan terhadap tujuannya melalui kegiatan ataupun tingkah laku. Misalnya,
seorang anak akan menangis terus-menerus agar ibunya berhenti menghukumnya
    Integration Learning ; Individu akan belajar untuk memaksimalkan kepuasan jangka panjang

dengan memilih perilaku tertentu untuk diekspresikan dan perilaku lainnya untuk ditahan atau
disublimasi. Belajar terintegrasi ini lebih membentuk individu untuk lebih mengaktifkan
superego-nya. Misalnya, seseorang akan belajar menekan perilaku kebebasannya  dan lebih
memilih mengekspresikan cinta dan perlindungan dari orang tua

implikasi Teori Kepribadian Cattell terhadap Bimbingan dan Konseling

Dalam memahami kepribadian, Cattell menggunakan berbagai pendekatan, seperti: life record, self
rating dan objective test, Hal ini mengimplikasikan tentang perlunya menggunakan berbagai alat atau
teknik pengumpulan data untuk memahami kepribadian klien. Hal ini juga mengisyaratkan bahwa
konselor perlu memahami tentang alat-alat pengumpul data, dan mampu menafsirkan atau
menganalisis data tersebut.

Konsep kepribadian menurut Cattell meliputi “all behavior” dari individu, baik yang nampak maupun
yang tidak nampak. Sehubungan dengan hal tersebut maka konselor dalam memahami kepribadian klien
itu, jangan mengidentifikasi perilakunya yang nampak saja, tetapi juga tingkah laku yang berada di balik
tingkah laku yang nampak tersebut. Karena pada umumnya masalah klien itu justru terletak pada
tingkah lakunya yang tidak nampak itu.

Setiap individu memiliki dynamic trait, yaitu sikap, erg dan sentimen. Sifat-sifat tersebut sangat
mempengaruhi tingkah laku individu. Oleh karena itu, dalam membantu pemecahan masalah klien,
konselor perlu menelusuri dinamika ketiga jenis sifat tersebut pada diri klien.

Perkembangan kepribadian individu, akan berlangsung dengan baik, bila terdapat integrasi antara ideal
self dan real self-nya. Akan tetapi apabila yang terjadi kebaliknya, yaitu adanya kesenjangan antara
kedua self tersebut, maka akan terjadi degredasi kepribadian. Individu yang seperti ini akan mengalami
berbagai masalah, di antaranya gejala salah suai. Gejala ini sering dialami oleh para siswa. Oleh karena
itu, konselor perlu memberikan bantuan kepada mereka, agar dapat mengintegrasikan ideal self dengan
real self-nya.

Integrasi antara pematangan dan belajar


Cattell mencoba memadukan perubahan-perubahan kepribadian yang disebabkan oleh pengaruh-
pengaruh lingkungan dan pematangan yang memiliki dasar genetik kedalam bagian
teoretis( Cattell,1973b) istilah treptik yang disebabkan oleh agen-agen yang bersifat eksternal seperti
stimulasi,diet obat-obatan dan sebagainya. Tujuannya adalah membagi atau membedakan kurva-
kurva perubahan perkembangan berbagai sifat kedalam komponen-komponen genetik dan treptik.

Evaluasi
Evaluasi terhadap teori Cattell:
1) Kerja Cattell kurang dapat dipahami. Istilah yang dipakai juga sering terlalu teknis dan aneh.
2) Walaupun analisis faktor relative objektif dan merupakan teknik statistic yang canggih, tetapi,
banyak peneliti yang berpendapat analisis tersebut tetap dipengaruhi subjektivitas Cattell, sehingga
hasil analisis tersebut tetap diragukan.
3) Cattell tidak sungguh-sungguh membahas pengaruh lingkungan sebagai predictor tingkah laku
yang akurat. Cattell dipandang condong ke aspek-aspek yang tidak teramati, lebih banyak
membahas faktor-faktor hereditas.

Anda mungkin juga menyukai