(Tugas UTS)
e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang
mereka anut.
A. Atraksi Interpersonal
Kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Semakin tertarik
kita kepada seseorang, maka semakin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia. Oleh
karena itu, atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik
seseorang. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada seseorang umumnya
membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita.
1. Teori atraksi interpersonal
a. Reinforcement theory, menjelaskan bahwa seseorang menyukai orang lain adalah sebagai hasil
belajar.
b. Equity theory, menyatakan bahwa dalam suatu hubungan, manusia selalu cenderung menjaga
keseimbangan antara harga (cost) yang dikeluarkan dengan ganjaran (reward)yang diperoleh.
c. Exchange theory, menjelaskan bahwa interaksi sosial diibaratkan sebagai transaksi dagang. Jika
orang kenal pada seseorang yang mendatangkan keuntungan ekonomis dan psikologis, akan
lebih disukai.
d. Gain-loss theory, menyatakan bahwa orang cenderung lebih menyukai orang-orang yang
menguntungkan daripada orang-orang yang merugikan kita.
B. Faktor-faktor Personal yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal
a. Kesamaan karateristik personal
Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat
sosioekonomis, agama, ideologis, cenderung saling menyukai. Menurut teori Cognitive
consistency dari Fritz Heider, “manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan
perilakunya”. (Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung:2007. Halaman 111).
Kita ingin memiliki sikap yang sama dengan orang yang kita sukai, supaya seluruh unsur
kognitif kita konsisten. Anda resah kalau orang yang Anda sukai menyukai apa yang Anda benci.
Asas kesamaan ini pada kenyataannya bukanlah satu-satunya determinasi atraksi. Atraksi
interpersonal akhirnya merupakan gabungan dari efek keseluruhan interaksi diantara individu.
Walaupun begitu, bagi komunikator, lebih tepat untuk memulai komunikasi dengan mencari
kesamaan diantar semua peserta komunikasi.
b. Tekanan emosional (stress)
Bila orang berada dalam keadaan yang mencemaskannya atau harus memikul tekanan
emosional, ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Orang-orang yang pernah mengalami
penderitaan bersama-sama, akan membentuk kelompok yang bersolidaritas tinggi.
c. Harga diri yang rendah
d. Isolasi sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mungkin tahan dengan hidup terasing untuk
beberapa waktu dan bukan untuk waktu yang lama. Isolasi sosial merupakan pengalaman yang
tidak enak. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa tingkat isolasi sosial sangat berpengaruh
terhadap kesukaan kita pada orang lain.
Bagi orang yang terisolasi, narapidana, petugas di rimba, atau penghuni pulau terpencil,
kehadiran manusia merupakan kebahagiaan. Karena manusia cenderung menyukai orang yang
mendatangkan kebahagiaan, maka dalam konteks isolasi sosial, kecenderungannya untuk
menyenangi orang lain bertambah.
1. Faktor-faktor Situasional yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal
a. Daya tarik fisik (Physical Attractiveness)
Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa daya tarik fisik sering menjadi penyebab
utama atraksi personal. Kita senang pada orang-orang yang tampan atau cantik. Mereka, pada
gilirannya sangat mudah memperoleh simpati dan perhatian orang.
b. Ganjaran (Reward)
Kita menyenangi orang yang memberikan ganjaran kepada kita. Ganjaran itu berupa bantuan,
dorongan moral, pujian atau hal-hal yang meningkatkan harga diri kita. Kita akan menyukai
orang yang menyukai kita, kita akan menyenangi orang yang memuji kita.
c. Familiarity
Familiarity artinya sering kita lihat atau sudah kita kenal dengan baik.
Prinsip familiarity dicerminkan dalam peribahasa Indonesia “Kalau tak kenal maka tak sayang”.
d. Kedekatan (Proximity)
Erat kaitannya dengan Familiarity adalah kedekatan. Orang cenderung menyenangi mereka yang
tempat tinggalnya berdekatan.
e. Kemampuan (Competence)
Kita cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi dari pada kita,
atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Pemain-pemain sepakbola dipuja orang-orang ketika
mereka berhasil mengalahkan lawannya, dan dicaci-maki ketika mereka gagal.
2. Pengaruh Atraksi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal
a. Penafsiran pesan dan penilaian
Sudah diketahui bahwa pendapat dan penilaian kita tentang orang lain tidak semata-mata
berdasarkan pertimbangan rasional. Kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita
menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara
positif. Sebaliknya jika kita membencinya, kita cenderung melihat karakteristikny secara negatif.
b. Efektivitas komunikasi
Komunikasi interpersonal dikatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi komunikan. Bila Anda berkumpul dalam suatu kelompok yang memiliki
kesamaan dengan Anda, Anda pasti akan merasakan kesenangan, merasa gembira dan terbuka.
Tapi jika Anda berkumpul dengan orang-orang yang Anda benci akan menbuat Anda tegang,
resah dan tidak enak. Anda akan menutup diri dan menghindari komunikasi. Anda pasti ingin
segera mengakhiri komunikasi Anda.
C. Hubungan Interpersonal
Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan interpersonal
barangkali yang paling penting. Banyak penyebab dari rintangan komunikasi berakibat kecil saja
bila ada hubungan baik diantara komunikan. Sebaliknya, pesan yang paling jelas, paling tegas,
dan paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan, jika terjadi hubungan yang jelek. Setiap
kali kita melakukan komunikasi, kita buka hanya sekedar menyampaikan isi pesan, kita juga
menentukan kadar hubungan interpersonal, bukan hanya menentukan “content” tetapi juga
“relationship”.
Karena pentingnya hubungan interpersonal ini, kita akan membicarakan beberapa teori
tentang hubungan interpersonal. Teori-teori ini memberikan perspektif untuk memandang proses
hubungan interpersonal dan memberikan penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
hubungan interpersonal. Selanjutnya kita juga akan membicarakan tahap-tahap hubungan
interpersonal dan tiga faktor dalam komunikasi interpersonal yang menumbuhkan hubungan
interpersonal yang baik.
1. Teori-teori Hubungan Interpersonal
a. Model pertukaran sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang
berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya.
Thibault dan Kelley, dua orang pemuka utama dari model ini, menyimpulkan model pertukaran
sosial sebagai berikut, “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap
individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan
tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”. Ganjaran, biaya, laba, dan
tingkat perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam teori ini.
Ganjaran, ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan.
Biaya, adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan.
Hasil atau laba, adalah ganjaran dikurangi biaya.
Tingkat perbandingan, yaitu menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai kriteria
dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran baku ini dapat berupa
pengalaman individu masa lalu atau alternatif hubungan lain yang terbuka baginya.
b. Model peranan
Bila model pertukaran sosial memandang hubungan interpersonal sebagai transaksi dagang,
model peranan melihatnya sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memainkan
peranannya sesuai dengan “naskah” yang telah dibuat masyarakat. Hubungan interpersonal
berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspektasi peranan (role ex-
pectation), dan tuntutan peranan (role demands), memiliki keterampilan peranan (role skills),
dan terhindar dari konflik peranan dan keracunan peranan.
Ekspektasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang berkaitan dengan posisi
tertentu dalam kelompok.
Tuntutan peranan adalah desakan sosial yang memaksa individu untuk memenuhi peranan yang
telah dibebankan kepadanya.
Keterampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.
Konflik peranan terjadi bila individu tidak sanggup mempertemukan berbagai tuntutan peranan
yang kontradiktif.
Keracunan peranan terjadi jika individu berhadapan dengan situasi ketika ekspektasi peranan
tidak jelas baginya.
c. Model permainan
Dalam model ini, orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam permainan. Mendasari
permainan ini adalah tiga bagian kepribadian manusia, yaitu orang tua, orang dewasa dan anak-
anak. Orang tua adalah aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan prilaku yang kita terima
dari orang tua kita atau dari orang yang kita anggap orang tua kita. Orang dewasa adalah bagian
kepribadian yang mengolah informasi secara rasional, sesuai dengan situasi, dan biasanya
berkenaan dengan masalah-masalah penting yang memerlukan pengambilan keputusan secara
sadar. Anak adalah unsur kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak
dan mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas, dan kesenangan.
d. Model interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki
sifat-sifat struktural, integratif, dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang
paling tergantung dan bertindak bersama sebagai satu kesatuan. Untuk memahami sistem, kita
harus melihat struktur. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara
dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium sistem terganggu, segera akan diambil
tindakannya. Dalam mempertahankan ekuilibrium, sistem dan subsistem harus melakukan
transaksi yang tepat dengan lingkungannya (medan).
Hubungan interpersonal dapat dipandang sebagai sistem dengan sifat-sifatnya. Untuk
menganalisanya kita harus melihat pada karakteristik individu-individu yang terlibat, sifat-sifat
kelompok, dan sifat-sifat lingkungan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan
bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan, serta permainan yang
dilakukan. Dengan singkat, model interaksional mencoba menggabungkan model pertukaran,
peranan, dan permainan.
2. Tahap-tahap Hubungan Interpersonal
a. Pembentukan hubungan interpersonal
Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan. Kalau perkenalan adalah proses
penyampaian informasi, informasi macam apa?. Beberapa orang peneliti seperti Newcomb
(1961), Berger (1973), Zunin (1972), dan Duck (1976) setelah menemukan hal-hal menarik dari
proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah
pihak untuk “menangkap” informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha
“menggali” secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada
kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Bila mereka merasa berbeda, mereka
akan berusaha menyembunyikan diri.
b. Peneguhan hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan
memperteguh hubungan interpersonal, perubahan memerlukan tindakan-tindakan tertentu untuk
mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor yang amat penting dalam memelihara
keseimbangan ini: keakraban, kontrol, respon yang tepat, dan nada emosional yang tepat.
c. Pemutusan hubungan interpersonal
Walaupun kita dapat menyimpulkan bahwa jika empat faktor yang terdapat dalam
peneguhan hubungan interpersonal tidak ada, maka hubungan interpersonal akan diakhiri,
penelitian tentang pemutusan hubungan interpersonal masih jarang sekali dilakukan. Walaupun
demikian, kita dapat mengambil analisis R.D Nye (1973) dalam bukunya Conflic among
Humans. Nye menyebutkan lima sumber konflik: Kompetisi, Dominasi, Kegagalan, Provokasi,
dan Perbedaan nilai.
D. Faktor-faktor yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal dalam Komunikasi
Interpersonal.
a. Percaya (trust)
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, faktor percaya
adalah yang paling penting. Sejak tahap yang pertama dalam hubungan interpersonal (tahap
perkenalan), sampai pada tahap kedua (tahap peneguhan), “percaya” menentukan efektivitas
komunikasi. Secara ilmiah, “percaya” didefenisikan sebagai “mengandalkan prilaku orang untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang
penuh resiko”. Definisi ini menyebutkan tiga unsur percaya: (1) ada situasi yang menimbulkan
resiko. (2) orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat-
akibatnya bergantung pada prilaku orang lain. (3) orang yang yakin bahwa perilaku orang lain
akan berakibat baik baginya.
b. Sikap suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang
bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Sudah jelas dengan sikap
defensif komunikasi interpersonal akan gagal, karena orang defensif akan lebih banyak
melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang
memahami pesan orang lain.
Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan,
harga diri yang rendah, pengalaman defensif, dan sebagainya) atau faktor-faktor situasional.
c. Sikap terbuka
Sifat terbuka amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang
efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatisme, sehingga untuk memahami sikap terbuka,
kita harus mengidentifikasikan terlebih dahulu karakteristik orang dogmatis.
a. Menilai pesan berdasarkan motif pribadi
Orang dogmatis tidak akan memperhatikan logika suatu proposisi, ia lebih banyak melihat sejauh
mana proposisi itu sesuai dengan dirinya.
b. Berpikir simplistis
Bagi orang dogmatis, dunia ini hanya hitam dan putih, tidak ada kelabu. Ia tak sanggup
membedakan mana yang setengah benar dan setengah salah, atau yang tengah-tengah.
c. Berorientasi pada sumber
Bagi orang dogmatis yang paling penting ialah siapa yang berbicara bukan apa yang dibicarakan.
d. Mencari informasi dari sumber sendiri
Orang-orang dogmatis hanya mempercayai sumber informasi mereka sendiri.
e. Secara kaku mempertahankan dan membela sistem kepercayaannya.
Berbeda dengan orang yang terbuka yang menerima kepercayaannya secara provisional, orang
dogmatis menerima kepercayaannya secara mutlak.
f. Tidak mampu membiarkan inkonsistensi
Orang dogmatis tidak tahan hidup dalam suasana inkonsisten. Ia menghindari kontradiksi atau
benturan gagasan. Informasi yang tidak konsisten dengan desakan dari dalam dirinya akan
ditolak, didistorsi, atau tidak dihiraukan sama sekali.
Agar komunikasi interpersonal yang kita lakukan melahirkan hubungan interpersonal yang
efektif, dogmatisme harus digantikan dengan sikap terbuka. Bersama-sama dengan sikap percaya
dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai dan
yang paling penting saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal.
Sumber :
http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/11/hubinterpersonal.pdf
http://simonginting.wordpress.com/2010/07/07/competition/
http://unisankomunikasi-3.blogspot.com/2009/10/atraksi-interpersonal.html
http://beritaceria.wordpress.com/2011/05/03/10-profesi-dengan-tingkat-stress-
tertinggi/
http://freezcha.wordpress.com/category/psikologi/