Anda di halaman 1dari 100

SKRIPSI

HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN KUALITAS TIDUR


PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DUSUN CANGKRING
DESA KEDUNGLOSARI KECAMATAN TEMBALANG
KABUPATEN JOMBANG

Oleh :
MOH. TRI WIDYA WADID
NIM. 2020.03.0131

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA
JOMBANG
2021
HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN KUALITAS TIDUR
PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DUSUN CANGKRING
DESA KEDUNGLOSARI KECAMATAN TEMBALANG
KABUPATEN JOMBANG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Husada Jombang

Oleh :
MOH. TRI WIDYA WADID
NIM. 2020.03.0131

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA
JOMBANG

i
2021
PERSETUJUAN SKRIPSI

Skripsi ini telah disetujui:

Tanggal :

Oleh :

Pembimbing I

Nanang B Sasmito,S,Kep.,Ns.M.Kep
NPP. 011305116

Pembimbing II

Yusiana Vidhiastutik,S.Kep.,Ns
NPP. 011305104

ii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah diuji dan ditetapkan

Pada tanggal : _______________

PANITIA PENGUJI

Ketua : Siti Mudrikatin,.S,.ST,.M,.Kes (.............................)


NPP. 010305008

Anggota 1. Nanang B Sasmito,S.Kep.,Ns.M.Kep (.............................)


NPP. 011305116

2. Yusiana Vidhiastutik,S.Kep.,Ns (.............................)


NPP. 011305104

Mengetahui

Ketua STIKes Husada Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Jombang STIKes Husada Jombang

Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes., MM Sylvie Puspita, S. Kep., Ns., M.Kep

NPP. 010201001 NPP. 011305103

iii
SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan belum

pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai

jenjang pendidikan tinggi manapun

Jombang, Desember 2021

Yang menyatakan

Moh. Tri Widya Wadid

iv
BIODATA MAHASISWA

A. Riwayat Pribadi

Nama : Moh Tri Widya Wadid


Tempat/ Tanggal Lahir : Jember, 14-07-1999
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Dsn Krajan Lor, Rt/Rw 001/012, Ds
Rambigundam, Kec Rambipuji, Jember
Nama Ayah : Bambang Widyo Sunarko
Nama Ibu : Marfu’ah
Status Perkawinan : Belum Kawin
Pekerjaan : Mahasiswa
Golongan Dara :-
Hobby : Olahraga
Tel/HP : 081217402025

B. Riwayat Pendidikan

Jenjang Tahun Nama Sekolah Jurusan

SD 2011 SDN Rambigundam 01 -


SMP 2014 SMP Plus Darus Sholah Unggulan
SMA 2017 MAN 1 JEMBER IPS
S1 (Sarjana) - - -

v
KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati saya memanjatkan puji syukur Kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep)

pada program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan,

bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak baik dalam bentuk moril maupun

material. Oleh karena itu peneliti menyampaikan terimakasih yang sebesar-

besarnya, yang terhormat kepada :

1. Dra. Soelijah Hadi, M.Kes.,MM selaku Ketua STIKES Husada Jombang

2. Sylvie Puspita, S.Kep.,Ns,M.Kep Selaku Ketua Program Studi Sarjana

Keperawatan STIKES Husada Jombang

3. Nanang Bagus Sasmito,S.Kep.,Ns.M.Kep selaku pembimbing I, yang telah

berkenang memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya, sehingga

penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Yusiana Vidhiastutik,S.Kep.,Ns Selaku Pembimbng II yang senantiasa

membimbingan dan memberikan pengarahan kepada saya dengan penuh

kesabaran, sehingga penyusanan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Seluruh keluarga terutama Ayah dan Ibu serta Kakak, Adik yang telah

memberikan dukunga, motivasi dan Doa selama ini.

vi
6. Teman-teman mahasiswa STIKES Husada Jombang atas kerja sama dan

motivasinya.

7. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas bantuan yang

telah mereka berikan selama ini. Semoga Tuhan yang Maha Esa memberikan

imbalan atas budi baik serta ketulusan yang telah mereka berikan selama ini.

saya menyadari bahwa dalam menyelesaikan Skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya

mebangun demi kesempurnaan Skripsi ini.

Akhirnya peneliti berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca

dan kita semua.

Jombang, Desember 2021

Peneliti

vii
ABSTRAK

HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN KUALITAS TIDUR


PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DUSUN CANGKRING
DESA KEDUNGLOSARI KECAMATAN TEMBALANG
KABUPATEN JOMBANG

Oleh :
MOH. TRI WIDYA WADID
NIM. 2020.03.0131

Peningkatan jumlah lansia setiap tahunnya bertambah dapat ditandai


dengan tingkat permasalahan kesehatan yang muncul berupa perubahan
kemampuan fungsional fisik, perubahan sistem tubuh, perubahan tingkat hormon,
perubahan psikologis yang dapat menyebabkan perubahan kualitas tidur. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur
pada lansia.
Desain Penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross
sectional design. Populasi seluruh penderita penyakit arthritis gout di Posyandu
Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten
Jombang sebanyak 216 lansia. Teknik sampling Purposive Sampling. Responden
dalam penelitian ini sebanyak 54 responden. Variable dalam penelitian ini adalah
aktivitas fisik sebagai variable independent, dan kualitas tidur sebagai variable
dependent. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisa data
menggunakan chi square.
Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
aktifitas fisik sedang yaitu sebanyak 35 responden (64,8%) dan sebagian besar
responden memiliki kualitas tidur baik sebanyak 37 responden (68,5%). Hasil
analisa data menggunakan uji chi square didapatkan hasil nilai sig (2-tailed)
pvalue: 0,000 dan taraf kesalahan (  ) : 0,05, jadi p< sehingga H0 ditolak dan H1
diterima, artinya ada ada hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur.
Aktifitas fisik yang dilakukan secara rutin bermanfaat untuk meningkatkan
kualitas tidur dan mendapatkan manfaat positif untuk kesehatan. Kurangnya kegiatan
harian atau kegiatan yang tidak terstruktur akan mempengaruhi waktu tidur atau kualitas
tidur.

Kata kunci : Altifitas Fisik , Kualitas Tidur, Lansia

viii
ABSTRACT

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .......................................................................... iv
BIODATA MAHASISWA ........................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... x
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................ 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Lansia...................................................................................... 7
2.2 Konsep Kualitas Tidur.......................................................................... 17
2.3 Konsep Aktifitas Fisik.......................................................................... 29
2.4 Konsep Aktifitas Fisik dengan Kualitas Tidur Lansia ........................ 35

BAB 3 KERANGKA KONSEP


3.1 Kerangka Konseptual Penelitian............................................................ 38
3.2 Hipotesis ................................................................................................ 39

x
BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian.................................................................................... 40


4.2 Kerangka Kerja....................................................................................... 41
4.3 Populasi, Sampel Dan Sampling............................................................ 42
4.4 Variabel Penelitian................................................................................. 44
4.5 Definisi Operasional............................................................................... 44
4.6 Waktu Dan Tempat Penelitian............................................................... 45
4.7 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data........................................... 46
4.8 Etika Penelitian....................................................................................... 52

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 53


5.2 Pembahasan ........................................................................................ 60
5.3 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 65

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 66


6.2 Saran
66

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 67
LAMPIRAN ............................................................................................... 69

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Aktifitas Fisik dengan


Kualitas Tidur pada Lansia di Posyandu Lansia Dusun
Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang
Kabupaten Jombang...................................................................
44

Tabel 4.2 Keeratan hubungan.....................................................................


52

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di


Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari
Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang Tahun 2021.........
56

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di


Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari
Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang Tahun 2021.........
57

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di


Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari
Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang Tahun 2021.........
57

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di


Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari
Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang Tahun 2021.........
58

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Responden di Posyandu


Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan
Tembalang Kabupaten Jombang Tahun 2021............................
58

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Responden di Posyandu


Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan
Tembalang Kabupaten Jombang Tahun 2021............................
59

Tabel 5.7 Tabulasi Silang Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kualitas


Tidur pada Lansia di Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa
Kedung Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang

xii
Tahun 2021 ................................................................................
59

xiii
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kualitas


Tidur pada Lansia di Posyandu Lansia Dusun Cangkring
Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten
Jombang.....................................................................................
40

Bagan 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kualitas


Tidur pada Lansia di Posyandu Lansia Dusun Cangkring
Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten
Jombang.....................................................................................
43

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Kesediaan Menjadi Responden

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Pernyataan Persetujuan Mengikuti Penelitian

Lampiran 4 Kuesioner Aktifitas Fisik Lansia (Berdasarkan Ipaq)

Lampiran 5 Kuesioner Kualitas Tidur Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Penelitian

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seseorang yang telah berusia lebih dari atau sama dengan 60 tahun

baik pria maupun wanita disebut lanjut usia (Hasim, 2017). Peningkatan

jumlah lansia setiap tahunnya bertambah dapat ditandai dengan tingkat

permasalahan kesehatan yang muncul berupa perubahan kemampuan

fungsional fisik, perubahan sistem tubuh, perubahan tingkat hormon,

perubahan psikologis yang dapat menyebabkan perubahan kualitas tidur.

Studi penelitian yang pernah di lakukan University of California, 40-50%

orang yang berusia 60 tahun keatas mengalami penurunan kualitas tidur

(Ambarwati, 2018).

Data WHO pada tahun 2015 menunjukan lansia berjumlah 8,1% dari

jumlah populasi, pada tahun 2017 berjumlah 12% dari jumlah populasi dan

pada tahun 2019 berjumlah 13% dari jumlah populasi global (WHO, 2019).

Berdasarkan hasil Susenas tahun 2018, jumlah lansia di Indonesia mencapai

22,4 juta jiwa atau 8,69 %, tahun 2019 berjumlah 23,66 juta jiwa atau 9,03

% dari jumla penduduk. Sementara menurut BPS pada tahun 2019 jumlah

lansia diperkirakan mencapai 9,3% atau 24,7 jiwa (Depkes RI, 2019).

Berdasarkan data kesehatan Provinsi Jawa Timur jumlah lansia tahun

2017 berjumlah 313.158 jiwa atau 6,3%, tahun 2016 berjumlah 299.442 jiwa

atau 5,9% dan pada tahu 2019 berjumlah 342.657 jiwa atau 6,6% (Dinkes

Jatim, 2019). Berdasarkan data kesehatan Kabupaten Jombang jumlah lansia

tahun 2013 berjumlah 150.946 atau 9,9% dan pada tahun 2019 berjumlah

1
2

161.329 atau 5,7% (Dinkes Kab. Jombang, 2019). Berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Desa Kedung Losari pada

tanggal 30 Juni 2021 diketahui bahwa jumla lansia dengan resiko tinggi

sebanyak 216 lansia dimana 99 lansia laki-laki dan 117 lansia perempuan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 lansia didapatkan 6 lansia mempunyai

kualitas tidur yang baik, sedangkan 4 lansia mempunyai kualitas tidur yang buruk.

Kualitas tidur menunjukkan kepuasan seseorang terhadap tidur,

sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah

terangsang, dan gelisah, lesu, apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak

mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah,

sakit kepala, dan sering menguap atau mengantuk (Potter&Perry, 2015).

Kualitas tidur yang buruk pada lansia akan menimbulkan banyak gangguan

bagi kesehatannya, karena kualitas tidur buru sangat berhubungan dengan

gangguan aterosklerosis pada otak, yang sama berbahayanya dengan

kurangnya pasokan oksigen pada otak. Keduanya dapat meningkatkan risiko

terjadinya stroke. Kemudian. gangguan tidur dapat menyebabkan terjadinya

kerusakan pembuluh darah. Kualitas tidur yang buruk akan terjadi bila

seseorang terbangun sebanyak lebih dari tujuh kali dalam waktu satu jam.

Hal tersebut sering dialami oleh para lansia. Kualitas tidur seperti ini dapat

meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis. Semakin sering terbangun

dalam waktu satu jam tidur, akan menyebabkan semakin berkurangnya

pasokan oksigen di dalam otak (Rianti, 2017).

Keluhan-keluhan seputar masalah tidur merupakan masalah umum

yang terjadi di masyarakat luas, khususnya pada lansia. Lansia seringkali

melaporkan mengalami kesulitan untuk dapat tertidur saat berada di tempat


3

tidur, bahwa penundaan waktu tertidur terjadi pada satu dari tiga lansia

wanita dan satu dari lima lansia pria (Darmodjo, 2015). Selain usia,

buruknya kualitas tidur pada lansia juga dipengaruhi oleh kecemasan yang

dialami lansia. Lansia yang merasa cemas menyatakan bahwa penyebab

kecemasan yang dialami mereka bersumber dari penyakit fisik, kematian

pasangan hidup, dan kekhawatiran akan kematian. Hal tersebut sesuai

dengan teori Potter&Perry (2015) yang menyatakan bahwa pensiun,

gangguan fisik, kematian orang yang dicintai, dan masalah ekonomi

merupakan contoh situasi yang menyebabkan lansia mengalami kecemasan.

Salah satu cara meningkatkan kualitas tidur adalah dengan menjaga

aktivitas fisik. Aktivitas fisik akan menyebabkan kelelahan yang kemudian

menghasilkan protein delta inducing pepide sleep (DIPS) dan membuat

kualitas tidur menjadi lebih baik. Latihan dan kelelahan dapat

mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur. Keletihan akibat aktivitas yang

tinggi memerlukan tidur yang lebih untuk menjaga keseimbangan terhadap

energi yang telah dikeluarkan. Orang yang telah melakukan aktivitas dan

mencapai kelelahan akan lebih cepat untuk tidur karena tahap tidur Non

Rapid Eye Movement (NREM) diperpendek (Apriana, 2015).

Aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin bermanfaat untuk

meningkatkan kualitas tidur dan mendapatkan manfaat positif untuk

kesehatan. WHO merekomendasikan agar melakukan aktivitas fisik atau

berolahraga paling sedikit selama 150 menit perminggu atau 30 menit

perhari. Kebugaran jasmani dan aktivitas fisik yang baik dan teratur

berkonstribusi terhadap kesehatan dan kebahagiaan yang optimal. Menurut

WHO (2016), seseorang yang aktif dalam beraktivitas fisik memiliki tingkat
4

kematian yang lebih rendah yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner, strok,

diabetes tipe 2, kanker usus besar, kanker payudara, dan depresi (Iqbal, 2017).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fitri (2018) tentang

(Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur Pada Lanjut Usia Di Desa

Karangrejo Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan) menyatakan bahwa

dari 46 lansia, 17 orang (81,0%) lansia yang melakukan aktivitas fisik

kategori ringan sebagian besar mengalami kualitas tidur buruk, sedangkan

13 orang (53,8%) yang melakukan aktivitas fisik kategori sedang, sebagian

besar mengalami kualitas tidur baik, dan 9 orang (75,0%) yang melakukan

aktivitas fisik kategori berat, sebagian besar juga mengalami kualitas tidur

baik. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p-value 0,005 < α (0,05) maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan secara signifikan antara aktivitas

fisik dengan kualitas tidur pada lanjut usia di Desa Karangrejo Kecamatan

Gabus Kabupaten Grobogan tahun 2018.

Berdasarkan hal di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan merumuskan dalam judul penelitian: “Hubungan Aktifitas

Fisik dengan Kualitas Tidur pada Lansia di Posyandu Lansia Dusun

Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten

Jombang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalahnya sebagai

berikut : Adakah hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur pada lansia di

Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan

Tembalang Kabupaten Jombang?


5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur

pada lansia di Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung

Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi aktifitas fisik lansia di Posyandu Lansia Dusun

Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang

Kabupaten Jombang.

2. Mengidentifikasi kualitas tidur lansia di Posyandu Lansia Dusun

Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang

Kabupaten Jombang.

3. Menganalisis hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur pada

lansia di Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari

Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan

referensi perpustakaan dan sebagai bahan informasi serta acuan

dalam hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur pada lansia.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Institusi Kesehatan

Memberikan infomasi tentang hasil penelitian dari

pentingnya aktifitas fisik untuk meningkatkan kualitas tidur


6

lansia sehingga dapat digunakan dalam pengambilan kebijakan

untuk mengatasi dan menanggulangi masalah kesehatan.

2. Bagi Peneliti

Menambah wawasan tentang penelitian hubungan aktifitas

fisik dengan kualitas tidur pada lansia di Posyandu Lansia Dusun

Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang

Kabupaten Jombang.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini menambah pengetahuan masyarakat

tentang pentingnya aktifitas fisik untuk meningkatkan kualitas

tidur lansia sehingga juga dapat meninglatkan kesehatan lansia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansia

2.1.1 Definisi lanjut usia

Seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun

wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang

tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung

kepada orang lain untuk menghidupi dirinya di sebut lansia (lanjut

usia), (Kurniasari, 2015). World Health Organization (WHO), orang

lanjut usia menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-

59), usia lanjut (60-47 tahun), usia lanjut tua (74-84 tahun), usia sangat

tua (>84 tahun) (Chasanah, 2017). Lansia dapat juga di diartikan

sebagai menurunnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan

mempertahankan struktur serta fungsi normalnya (Rizqiyah, 2017).

2.1.2 Proses penuaan

Proses penuaan merupakan suatu proses degeneratif dimana

seiring berjalannya waktu terjadi rangkaian perubahan yaitu perubahan

fisik, perubahan tingkah laku, dan penurunan fungsi struktural tubuh

yang diikuti penurunan daya tahan tubuh. Hal itu terjadi pada semua

orang saat mereka mecapai tahap usia lanjut. Dalam proses penuaan

terdapat beberapa teori tentang penuaan. Teori tentang penuaan dapat

di golongkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok teori biologis dan

teori kelompok psikososial (Azizah, 2017).

7
8

a. Teori Biologis

1) Teori Jam Genetik

Berdasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies

tertentu memiliki harapan untuk hidup. Manusia memiliki

rentang kehidupan sekitar 110 tahun, dengan perkiraan sel-

selnya hanya mampu membelah sekitar 50 kali setelah itu akan

mengalami kemunduran. Menurut teori ini terjadi mutase

progresif pada DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya

penurunan kemapuan fungsional sel tersebut.

2) Teori Free Radical

Proses menua disebabkan karena fungsi kerja tubuh

yang kurang efektif dan hal tersebut dipengaruhi oleh adanya

berbagai macam radikal bebas dalam tubuh, meskipun secara

normal radikal bebas terbentuk dari proses metabolisme tubuh.

3) Teori Hormonal

Pusat terjadinya penuaan terletak pada otak.

Manifestasi dari penuaan seperti menurunnya sistem kekebalan

tubuh, kulit yang mulai keriput, munculnya uban, dan

penurunan proses metabolisme secara perlahan akan tampak

jika penyakit tersebut tidak segera ditangani. (Kurniasari,

2015).

4) Teori Psikososial

a) Teori aktivitas

Menyatakan bahwa untuk mencapai kesejahteraan

di usianya, lansia harus tetap aktif mengikuti kegiatan di


9

masyarakat karena pada dasarnya konsep diri seseorang

akan bergantung pada aktivitasnya dalam berbagai peran

untuk mempertahankan kepuasan dan konsep diri yang

positif sehingga tetap bersemangat dan tidak merasa

terasingkan oleh masyarakat karena faktor usia (Azizah,

2017).

b) Teori lingkungan

(1) Radiation Theory

Adanya paparan radiasi sinar gamma, sinar X

dan ultraviolet dari alat-alat medis memudahkan sel

mengalami denaturasi atau perubahan pada konformasi

protein dan mutase DNA.

(2) Population Theory

Penuan dini terjadi akibat kondisi epigenetic

yang di pengaruhi oleh populasi udara, air, dan tanah

mengandung substansi kimia .

(3) Stress Theory

Stres fisik maupun stress psikis yang terjadi

dapat meningkatkan kadar kortisol dalam darah, jika

kondisi stress berlangsung terus-menerus, maka proses

penuaan terjadi lebih cepat.

2.1.3 Klasifikasi Lanjut Usia

Klasifikasi berdasarkan kelompok usia menurut WHO tahun

2013. Kelompok usia 45-54 tahun disebut usia pertengahan (middle

age), kelompok usia 55-65 tahun disebut lansia (elderly), kelompok


10

usia 66-74 tahun disebut lansia muda (young old), kelompok usia 75-

90 tahun disebut lansia tua (old), dan kelompok usia lebih dari 90

tahun disebut lansia sangat tua (very old).

2.1.4 Perubahan - perubahan yang terjadi pada lansia

Bertambahnya usia seseorang akan berdampak pada

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh seseorang seperti

perubahan fisik, perubahan mental, perubahan psikologis, perubahan

kognitif, serta perubahan sosial dan seksual (Azizah, 2017).

1. Perubahan fisik

a. Sistem Sensoris

Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi

sensori akan terjadi ketidakmampuan untuk bersosialisasi yang

akan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling

berhubungan dengan yang lain guna memelihara atau

membentuk hubungan baru, mampu menginterprestasikan

masukan sensoris dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Indra

yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan,

penciuman, dan perabaan merupakan kesatuan integritas

(Miller, 2012).

b. Sistem kardiovaskuler dan respirasi

Perubahan system kardiovaskuler dan respirasi

mencakup:

1) Sistem kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia

adalah masa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami


11

hipertropi sehingga peregangan jantung berkurang, kondisi

ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini

disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA

Node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

Menurunnya elastisitas dinding aorta , menebalnya katup

jantung dan menjadi kaku, kemampuan jantung dalam

memompa darah menurun ketika seseorang berusia lebih

dari 20 tahun sebanyak 1%. Hal ini menyebabkan

penurunan kontraksi dan volumenya, kurangnya efektifitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, kehilangan

elastisitas pembuluh darah,. kapasitas paru menurun akibat

konsumsi oksigen pada tingkat maksimal berkurang

(Azizah, 2017).

2) Sistem Respirasi

Seiring bertambahnya usia kekuatan otot

pernafasan seseorang akan menurun dan menjadi kaku

karena menurunnya aktivitas dari sillia, paru-paru

kehilangan keelastisitasannya, kapasitas residu meningkat,

menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum

menurun, dan kedalaman bernafas menurun, terjadi

perubahan pada alveoli yaitu ukurannya melebar dari

biasanya dan jumlahnya berkurang sehingga udara yang

mengalir ke paru berkurang, perubahan pada otot, kartilago,

dan sendi toraks mengakibatkan gerakan pernafasan

terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.


12

Di dalam sistem pernafasan terjadi pendistribusian ulang

kalsium pada tulang iga yang kehilangann banyak kalisum

dan sebaliknya, tulang rawan kosta berlimpah kalsium. Hal

ini berhubungan sengan perubahan postural yang

menyebabkan penurunan efisiensi ventilasi paru. Perubahan

dalam sistem pernafasan membuat lansia lebih rentan

terhadap komplikasi pernafasan akibat istirahat total,

seperti infeksi pernafasan akibat penurunan ventilasi paru

(Azizah, 2017).

c. Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem musculoskeletal pada lansia terjadi

pada jaringan penghubung (kolagen dan elastin), kartilago,

tulang, otot, dan sendi (Azizah, 2017).

1) Kolagen dan elastin (jaringan penghubung), penyebab

turunnya fleksibilitas pada lansia adalah perubahan pada

kolagen sehingga menimbulkan dampak nyeri, penurunan

kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan

bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan serta

hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

2) Kartilago, kemampuan kartilago untuk regenerasi

berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah

progresif, konsekuensinya kartilago pada persendian

menjadi rentan terhadap gesekan. Terganggunya aktivitas

sehari-hari, keterbatasan gerak, kekakuan, dan nyeri terjadi

akibat peradangan pada sendi.


13

3) Tulang, berkurangnya kepadatan tulang sehingga kehilang

density (cairan) dan makin rapuh, mengakibatkan terjadinya

kifosis, osteoporosis, pergerakan lutut dan jari-jari

pergelangan terbatas, discus intervertebralis menipis dan

tinggi menjadi berkurang, persendian membesar dan

menjadi rapuh, tendon mengerut dan penurunan mobilitas

sendi.

4) Otot, perubahan struktur pada otot akibat penuaan sangat

bervariasi, terjadi penurunan jumlah dan ukuran serabut

otot, peningkatan jaringan pengubung dan jaringan lemak

pada otot mengakibatkan efek berdampak pada perubahan

morfologis pada otot adalah penurunan kekuatan,

penurunan massa otot, penurunan fleksibilitas

meningkatkan waktu reaksi dan penurunan kemampuan

fungsional otot, atrofi pada serabut otot sehingga seseorang

bergerak menjadi lamban. Lansia yang melakukan aktivitas

secara teratur tidak mengalami kehilangan massa otot atau

tonus otot dan tulang dibandingkan lansia yang tidak

melakukan aktivitas.

5) Sendi, pada lansia, keelastisitasannya mengalami

penurunan jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,

ligament, dan fasia. Kelainan tersebut dapat menimbulkan

gangguan berupa gerak, nyeri, kekakuan sendi, gangguan

jalan dan aktivitas sehari-hari.


14

d. Sistem persarafan

Pada lansia mengalami perubahan pada persarafan

seperti berat otak menurun 10-20%, hubungan persarafan

mengalami penurunan, lambat dalam merespon waktu untuk

bereaksi, khususnya dengan stress, mengecilnya saraf panca

indra yang mengakibatkan berkurangnya penglihatan,

hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa,

lebih sensitive terhadap suhu dengan menurunnya ketahanan

terhadap dingin, kurang sensitif terhadap sentuhan, serta lansia

mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam

melakukan aktivitas sehari-hari (Azizah, 2017).

e. Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan,

seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang

nyata karena kehilangan gigi, hilangnya sensitifitas dari saraf

pengecap dilidah rasa manis, asin, pahit, dan asam, rasa lapar

menurun, berkurangnya aliran darah menurunnya tempat

penyimpanan dan hati makin mengecil. Akibat metabolisme

yang menurun maka terjadi keterbatasan refleks menggigil dan

tidak memproduksi panas yang banyak menyebabkan

rendahnya aktivitas otot (Azizah, 2017).

2. Perubahan Mental

Pada dasarnya semua organ pada proses menua akan

mengalami perubahan struktural dan fisiologis, begitu juga dengan


15

otak yang mengalami perubahan karena kehilangan fungsi neuron

secara progresif akibat menurunnya aliran darah ke otak sehingga

lapisan otak terlihat berkabut dan metabolisme di otak lambat.

Selain karena proses menua, perubahan mental di pengaruhi oleh

faktor-faktor yaitu perubahan fisik khususnya organ perasa,

kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas),

lingkungan, gangguan saraf panca indera, gangguan konsep diri

akibat kehilangan jabatan, kehilangan hubungan dengan teman atau

keluarga dan hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (Azizah,

2017).

3. Perubahan kognitif

Pada lansia menurut Muzamil (2017), dipengaruhi oleh

faktor-faktor seperti:

a. Memory (Daya ingat, ingatan). fungsi kognitif pada lanjut usia

seperti daya ingat (memory) merupakan salah satu yang

seringkali paling awal mengalami penurunan. Lansia akan

kesulitan dalam menceritakan kembali cerita atau kejadian

yang tidak bergitu menarik perhatiannya dan informasi baru

seperti TV dan film karena terjadi perubahan pada ingatan

jangka pendek (long term memory).

b. I.Q (Intellegentian Quantion). Perubahan yang terjadi pada

lansia adalah menurunnya presepsi dan daya membayangkan

(fantasi), berkurangnya penampilan, presepsi dan keterampilan

psikomotor.
16

2.1.5 Masalah dan Penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia

Bertambahnya usia seseorang kemampuan fisik dan mental

hidupnya pun akan perlahan-lahan mengalami penurunan yang

seringkali menimbulkan masalah (Azizah, 2017). Masalah fisik yang

sehari-hari sering ditemukan pada lansia:

1. Mudah jatuh

Menghindari resiko jatuh pada lansia harus lebih

memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi resiko jatuh

pada lasia dimana stabilitas badan dibentuk oleh sistem sensorik,

sistem saraf pusat, koginitif, dan musculoskeletal. Hal-hal tersebut

menyebabkan penurunan kekuatan otot, penurunan Range Of

Motion (ROM) sendi, terutama ekstremitas, perpanjangan waktu

reaksi, dan goyangan badan. Semua perubahan tersebut

mengakibatkan kelambatan bergerak, penurunan irama, langkah

yang pendek-pendek, kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan

cenderung gampang goyah, susah atau lambat mengantisipasi bila

terjadi gangguan seperti terpeleset, kesandung, dan kejadian yang

tiba-tiba sehingga mudah jatuh (Azizah, 2017).

2. Mudah lelah

Bertambahnya usia seseorang akan mempengaruhi

kemampuan fisik yang mengakibatkan mengalami kelelahan yang

disebabkan oleh beberapa faktor menurut Azizah (2017) :

a. Faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan, atau perasaan

depresi).
17

b. Gangguan organis, misalnya anemia, perubahan pada tulang

(osteomalasia), kekurangan vitamin, gangguan pencernaan,

kelainan metabolisme (diabetes mellitus, hipertiroid), gangguan

pada ginjal dengan uremia/gangguan faal hati dan Pengaruh

obat-obatan, misalnya mengonsumsi obat penenang, obat

jantung, dan obat yang melelahkan daya kerja otot.

3. Gangguan Tidur

Gangguan tidur sering di jumpai pada orang usia lanjut.

Gangguan tidur yang dimaksud disini adalah ketidak mampuan

tidur dengan keluhan yang dialami seperti kesukaran untuk

memulai tidur, atau sering terbangun selama tidur atau tidur cepat

tetapi terlalu cepat bangun pada dini hari untuk kemudian tidak

dapat tidur kembali. Gangguan tidur pada lansia dibagi menjadi

dua jenis, yaitu gangguan primer (tidak bisa tidur atau tidak pernah

menikmati tidur) dan ganguan sekunder (adanya penyakit fisik

maupun mental).

2.2 Kualitas Tidur

2.2.1 Definisi Tidur

Tidur berasal dari Bahasa latin somnus yang berarti alami

periode pemulihan, keadaan fisiologis dari istirahat untuk tubuh dan

pikiran (Ummah, 2017). Tidur merupakan salah satu kebutuhan

manusia yang normal. Tidur sangat penting bagi kehidupan manusia

dapat dilihat dari kenyataan, bahwa manusia masih dapat bertahan


18

untuk tidak makan selama beberapa minggu, tetapi jika manusia tidak

tidur dalam jangka waktu panjang akan segera timbul berbagai

kelainan fisik maupun mental.

Tidur mempunyai fungsi restoratif, yaitu fungsi pemulihan

kembali bagian-bagian tubuh yang lelah, merangsang pertumbuhan,

serta pemeliharaan kesehatan tubuh, dan memberikan energi bagi

tubuh dan otak selain itu tidur yang baiik dapat meningkatkan daya

tahan tubuh terhadap suatu penyakit. Selain kondisi fisik, tidur juga

mempengaruhi kondisi mental yang mempengaruhi suasana hati

seseorang dimana jika mengalami tidur yang kurang maka

mengakibatkan kelelahan, mudah tersinggung, dan mudah marah,

sebaliknya jika seseorang mengalami tidur yang cukup atau baik akan

merasakan rasa nyaman dan bahagia (Arnis, 2018).

2.2.2 Fisiologi tidur

Tidur merupakan kegiatan susunan saraf pusat (SSP), yang

berperan sebagai lonceng biologis. Segala makhluk memperlihatkan

irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi bola dunia dalam

siklus 24 jam. Tidur diatur oleh tiga proses, yaitu mekanisme

hemeostatis, irama sirkandian dan irama ultradian (Harkreader, 2007

dalam Rioeh, 2015).

1. Mekanisme Hemeostatis

SAR terdiri dari sel khusus yang terjaga dan

mempertahankan kewaspadaan. SAR menerima stimulus sensori

visual, auditori, nyeri, dan taktil serta aktivitas korteks sereberal.


19

Sistem aktivasi retikular (SAR) terletak pada batang otak teratas.

Bulbar (Bulbar Synchronizing region, BSR) merupakan daerah

sinkronisasi dan pengeluaran serotonin yang terletak pada otak

bagian tengah yang membuat seseorang tidur. Seseorang dapat

tertidur atau terlelap terjaga tergantung pada keseimbangan impuls

yang diterima dari pusat yang lebih tinggi (pikiran), reseptor

sesnsori perifer (cahaya), dan sistem limbik (emosi), (Rioeh, 2015).

2. Irama Sirkandian

Irama sirkandian atau diurnal merupakan pola bioritme

yang berulang selama rentang waktu 24 jam. Pemeliharaan siklus

sirkandian 24 jam membuat fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh,

denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan

sensori dan suasana hati (Rioeh, 2015). Supra Chiasmatic Nuclei

(SCN) merupakan tempat pengendalian kelenjar pineal yang

menghasilkan dan melepaskan melatoinin dalam 4-5 jam, dan

merupakan hormon yang peka (sensitif) terhadap siklus cahaya

siang dan malam, biasanya dimulai ketika awal petang (jam 9

malam di hambat atau ditunda oleh paparan sinar terang dimalam

hari), (Rioeh, 2015).

Melatonin berkaitan dengan ritme sirkadian dan menurun

secara alami sesuai bertambahnya usia yang menyebabkan

gangguan circadian clock (ritme harian). Pineal tidak efektif saat

siang hari dan mulai memproduksi melatonin jika matahari sudah

terbenam dan hari mulai gelap kemudian akan dilepas ke dalam

darah.
20

3. Irama Ultradian

Irama ultradian merupakan kejadian berulang pada jam

biologis yang kurang dari 24 jam. siklus ultradian pada tahap tidur

terdapat dua tahapan, yaitu tidur Rapid Eye Movement (REM) dan

Non Rapid Eye Movement (NREM) (Rioeh, 2015).

a. Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM)

Tahap tidur ini disebut pula sebagai tidur gelombang

pendek karena gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang

yang tidur pada tahap ini lebih pendek daripada gelombang alfa

dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Penurunan

sejumlah fungsi fisiologis tubuh terjadi pada tidur NREM. Di

samping itu, semua proses metabolis, termasuk tanda-tanda

vital, metabolisme, dan kerja otot melambat. Tidur NREM

terbagi atas empat tahap (1-4), tahap 1-2 disebut sebagai tidur

ringan (light sleep) dan tahap 3-4 disebut sebagai tidur dalam

(deep sleep atau delta sleep). Pada periode ini keadaan tubuh

masih bangun, tetapi mata menutup. Fase ini ditandai dengan

gelombang alfa voltase rendah, cepat, 8-12 siklus perdetik dan

tonus otot meningkat.

Fisiologi tidur dapat digambarkan melalui gambaran

aktivitas sel-sel otak selama tidur. Dalam tidur terdapat sebuah

gelombang otak yaitu gelombang yang terekam dalam

potensial listrik dan seluruh perekaman dilakukan dengan

elektroensefalogram (EEG), untuk merekam tidur cara yang


21

dipakai adalah EEG Polygraphy. Dengan cara ini tidak saja

merkam gambaran aktivitas sel otak, tetapi juga merekam

gerak bola mata (EOG) dan tonus otot (EMG). Adapun tahapan

tidur NREM yaitu terdiri atas :

1) Stadium 1 (fase transisi), dengan karakteristik :

a) EEG : Tidak ditemukan adanya kumparan tidur

b) EOG : Pergerakan bola mata melambat.

c) EMG : Tonus otot melemah dibandingkan dengan saat

terjaga.

2) Stadium 2, dengan karakteristik :

a) EEG : Pada fase tidur ini ditemukan kumparan tidur.

b) EOG : Pergerakan bola mata melambat, cenderung

tidak ditemukan aktivitas bola mata.

c) EMG : Dalam fase tidur ini belum seluruh otot

mengalami relaksasi, ditemukan peningkatan tonus

secara tiba-tiba, dan denyut jantung melambat.

d) Penurunan suhu tubuh.

3) Stadium 3, dengan karakteristik :

a) EEG : Ditemukannya adanya kumparan tidur dengan

persentase gelombang delta yaitu antara 20-50%

b) EOG : Tidak ditemukan pergerakan bola mata yang

cepat.

c) EMG : Ditemukan adanya tonus otot yang lebih jelas

dibandingkan dengan tidur tahap 2.


22

4) Stadium 4 (delta sleep), dengan karakteristik :

a) EEG : Proporsi gelombang delta yaitu lebih dari 50%

dan ditemukan terdapat kumparan tidur.

b) EOG : Tidak terdapat pergerakan bola mata yang cepat.

c) EMG : Otot mengalami relaksasi ditandai dengan tonus

otot yang melemah dibandingkan dengan fase tidur

sebelumnya.

b. Tidur Rapid Eye Movement (REM)

Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan

berlangsung selama 5-30 menit. Tidur REM tidak senyenak

tidur NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini.

Selama tidur REM, otak cenderung aktif dan metabolismenya

meningkat, hingga 20%. Pada Tahap tidur REM, frekuensi

jantung dan pernafasan sering tidak teratur individu menjadi

sulit untuk dibangunkan atau justru dapat dibangun dengan

tiba-tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat.

Apabila seseorang melewati siklus tidur yang lengkap,

normalnya akan berlangsung selama 1,5jam. Selama 7-8 jam

biasanya seseorang melalui empat hingga lima siklus dalam

tidurnya. Siklus itu dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke

tahap REM. Tahap NREM 1-3 berlangsung selama 30 menit,

kemudian diteruskan ke tahap 4 selama 20 menit. Setelah itu,

individu kembali melalui tahap 3 dan 2 selama 20 menit, tahap

REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit.


23

Selama tidur, aktivitas saraf disebar atau disusun

kembali sehingga menimbulkan perubahan pada tonus otot dan

responsivitas sensori dan biasanya menurunkan kuantitas dan

jenis aktivitas dan interaksi dengan lingkungan.

2.2.3 Definisi Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur,

sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah.

Kualitas tidur adalah sabagai suatu keadaan, dimana tidur yang dijalani

seorang individu menghasilkan kebugaran dan kesegaran pada saat

terbangun (Ummah, 2017).

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh

beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa kualitas tidur adalah

ukuran dimana seseorang itu dapat kemudahan dalam memulai tidur

dan untuk mempertahankan tidur, kualitas tidur seseorang dapat

digambarkan dengan lama waktu tidur sehingga keluhan-keluhan yang

dirasakan saat bangun dari tidur tidak dirasakan lagi.

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur

Faktor-faktor yang memperngaruhi kualitas tidur seperti

penyakit, obat-obatan, gaya hidup, pola tidur, stres emosional,

lingkungan, latihn fisik dan kelelahan, asupan kalori dan usia.

1. Penyakit

Penyakit, setiap penyakit menyebabkan ketidaknyamanan

fisik yang menyebabkan masalah tidur.


24

a. Penyakit pada saluran pernapasan

Asma biasanya disertai dengan mengukur dan Obstructive

sleep apnea (OSA). Beberapa manifestasi klinis dari asma dan

OSA adalah obstruksi pada saluran nafas, penurunan kualitas

tidur dan menyebabkan kelelahan pada siang hari (Churina,

2017).

b. Stroke

Pada pasien stroke biasanya disertai juga gangguan atau

masalah tidur. Gangguan ini bisa bermanifestasi menjadi

beberapa bentuk tergantung dari deficit neurologis yang

dialami. Sleep disorder breathing (SDB) terutama yang berjenis

Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS) dan nocturnal

oxygen desaturation merupakan gangguan tidur yang paling

banyak ditemukan pada stroke akut (>50 %) (Churina, 2017).

c. Diabetes Melitus

Diabetes miletus tipe 2 menjadi salah satu predisposisi yang

mengganggu pola tidur dan gangguan tidur menjadi salah satu

predisposisi resisten insulin dan diabetes mellitus tipe 2 adalah

factor resiko mayor pada gangguan tidur, yaitu berupa

obstructive apnea.

2. Lingkungan

Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi

seseorang untuk tidur seperti keadaan lingkungan, suhu, suasana,

dan pengaturan cahaya.


25

a. Lingkungan, lingkungan yang bersih dan nyaman membuat

seseorang tersebut tertidur dengan nyenyak begitupun

sebaliknya, lingkungan yang kotor dapat mempengaruhi

kualitas tidurnya (Carskadon & Dement, 2011).

b. Cahaya di ruangan, cahaya di ruangan bias menekan hormone

melatonin, secara alami melatonin akan dihasilkan pada malam

hari sebelum tidur, terkena cahaya ruangan pada malam hari

mencegah sekresi hormon melatonin sehingga mempengaruhi

kualitas tidur seseorang (Carskadon & Dement, 2011).

c. Bising, suara bising meningkatkan frekuensi terbangun saat

tidur dan menurunkan fase tidur gelombang lambat (tidur

dalam), sehingga menyebabkan penurunan kualitas tidur

seseorang (Carskadon & Dement, 2011).

d. Suhu, suhu lingkungan yang ekstrem cenderung mengganggu

tidur. Tidur fase REM lebih sensitif terhadap suhu bila

dibandingkan dengan tidur fase NREM (Carskadon & Dement,

2011).

3. Stress Psikologis

Cemas dan depresi meningkatkan norefinefrin darah melalui

sistem saraf simpatis yang akan menyebabkan gangguan pada

frekuensi tidur karena kondisi cemas akan. Zat ini akan

mengurangi tahap IV NREM dan REM (Asmadi, 2008 dalam

Yaser, 2016).
26

4. Obat-obatan dan zat-zat kimia

Hypnotocs atau obat tidur dapat mengganggu tidur NREM

tahap 3 dan 4 serta dapat menekan REM. Beta blockers dapat

menyebabkan insomnia dan mimpi buruk. Narkotin seperti morfin,

dapat menekan tidur REM dan meningkatkan frekuensi bangun

dari tidur dan mengantuk. Orang yang minum alkohol dalam

jumlah banyak sering mengalami gangguan tidur (Ummah, 2017).

5. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik berupa latihan fisik dan kelelahan, kelelahan

yang berlebihan akibat kerja yang berlebihan akibat kerja yang

meletihkan mempunyai REM yang pendek, sedangkan kelelahan

tingkat menengah seseorang dapat tidur dengan nyenyak (Ummah,

2017).

2.2.5 Pengukuran kualitas tidur

Pengukuan yang digunakan adalah kuisioner Pittsburgh Sleep

Quality Indeks (PSQI), PSQI dikembangkan untuk mengukur dan

membedakan individu dengan kualitas tidur yang baik dan kualitas

tidur yang buruk, yang terdiri dari tujuh pertanyaan yang diberi nilai

dan dijawab oleh individu itu sendiri. Penentuan kualitas tidur yang

baik atau buruk dilakukan dengan mengukur tujuh area yaitu: 1) Sleep

Latensi, 2) Durasi tidur, 3) Penggunaan obat tidur, 4) Gangguan tidur,

5) Disfungsi tidur pada siang hari, 6) Efisiensi kebiasaan tidur, 7)

Kualitas tidur subjektif. Dalam penelitian Safaringga (2018), validasi

dari PSQI sudah teruji.


27

Waktu yang dibutuhkan seseorang untuk tertidur merupakan

latensi tidur, dapat dihitung berdasarkan selisih antara waktu menuju

ke tempat tidur dengan waktu pada saat individu tersebut jatuh tertidur

(Eser et al , 2007). Efisiensi tidur sendiri merupakan nilai yang

didapatkan dari perbandingan jumlah waktu tidur sebenarnya dengan

total waktu yang dihabiskan seseorang di tempat tidur hingga

terbangun di pagi hari (Luo et al, 2013).

Skor dari ketujuh komponen tersebut dijumlahkan menjadi

satu skor global dengan kisaran nilai 0-21. Dengan interpretasi:

1. Jika skor < 5 maka kualitas tidur dalam kategori baik

2. Jika skor > 5 maka kualitas tidur dalam kategori buruk

(Curcio, 2012; Contreras, 2017; Vincens, 2017)

2.2.6 Perubahan Tidur pada Lansia

Seiring dengan peningkatan usia dan proses penuaan akan

berdampak pada terjadinya perubahan pada pola tidur seseorang

(Wolkove et al., 2007). Pada lansia terdapat berbagai faktor yang

memicu proses patologis yang menyebabkan terjadinya perubahan

pola tidur (Mohede et al., 2013). Perubahan tidur yang khas pada

lansia yaitu kemajuan fase sirkadian, penurunan tidur gelombang

lambat, pengurangan secara absolut tidur REM, peningkatan pada

stadium 1 sehingga meningkatkan fragmentasi tidur atau disrupsi dari

pola tidur (Wolkove et al., 2007). Pada lansia umumnya ditemukan

perubahan berupa kedalaman tidur yang terganggu, sehingga apabila

terdapat stimulus dari lingkungan disekitarnya, maka lansia akan lebih


28

sering terbangun dibandingkan dengan orang dewasa muda normal

yang terbangun hanya 2-4 kali dalam semalam (Darmojo dan Martono,

2016).

Adanya penurunan jumlah total waktu tidur, mudah

terbangun di malam hari dan terbangun lebih awal dapat memberikan

perasaan tidak segar di pagi hari dan kepuasan tidur yang berkurang

(Wahyuni et al., 2009). Hal tersebut berdampak pada munculnya

keluhan mengantuk, keletihan dan mudah jatuh tidur di siang hari.

Lansia cenderung pergi ke tempat tidur lebih awal dibandingkan

dengan orang dewasa muda (Voinescu dan Tatar, 2015) namun

membutuhkan waktu yang lama untuk jatuh tertidur (latensi tidur

memanjang) dan lebih sering terbangun di malam hari (Wahyuni et al.,

2009). Perubahan pola tidur pada lansia juga berdampak pada

kemampuannya dalam bekerja. Seorang lansia didapatkan kesulitan

dalam menyesuaikan diri dengan waktu bekerja di malam hari

dibandingkan dengan orang dewasa muda (Voinescu dan Tatar, 2015).

Hal ini dipengaruhi karena pada lanjut usia terjadi penurunan

kemampuan dalam mentoleransi jadwal tidur bangun, sehingga rentan

terhadap perubahan jam kerja (Guyton & Hall, 2015).

Kualitas tidur dapat berbeda-beda pada setiap individu.

Dalam suatu penelitian ditemukan bahwa kualitas tidur antara

perempuan dan laki-laki berbeda secara signifikan. Selain dari aspek

jenis kelamin, prevalensi dari kualitas tidur yang buruk ditemukan

mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan usia (Luo, 2015).


29

Tingginya prevalensi kualitas tidur yang buruk pada

perempuan lansia dapat dihubungkan dengan terjadinya perubahan sex

hormone akibat proses menopause. Reseptor dari hormon ini terletak

pada suprachiasmatic nucleus (SCN) yang merupakan kunci dari jam

biologis pada otak yang mengatur ritme biologis sirkadian. Hormon

estrogen dapat meregulasi sintesis dan pengeluaran neurotransmitter

dan neuromodulator yang mempengaruhi beberapa fungsi otak,

diantaranya mood, perilaku, kognitif dan proses regulasi tidur. Pada

fase transisi menuju menopause dan fase postmenopausal muncul

beberapa gangguan tidur seperti nocturnal hot flashes, gangguan mood

dan gangguan pernapasan saat tidur yang dapat mempengaruhi kualitas

tidur itu sendiri. Dalam suatu penelitian ditemukan bahwa,

peningkatan level estrogen pada tubuh dapat meningkatkan kualitas

tidur, dengan mekanisme mempersingkat latensi tidur, menurunkan

frekuensi terbangun di malam hari, mengurangi gerakan selama tidur,

meningkatkan efisiensi tidur dan meningkatkan tidur fase REM

(Tranah, 2016).

2.3 Aktivitas Fisik

2.3.1 Defisini Aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah suatu proses berlatih secara sistematis

yang dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang

kian bertambah. Pada prinsipnya latihan adalah memberikan tekanan

fisik secara teratur, sistematik, berkesinambungan sedemikian rupa


30

sehingga dapat meningkatkan kemampuan fisik didalam melakukan

aktivitas (Sahara, 2017). Seseorang dengan aktivitas fisik yang

rendah (sedemary) memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap

berbagai gangguan kesehatan dan merupakan faktor risiko untuk

penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan

kematian secara global (Sahara, 2017). Setiap aktivitas fisik atau

latihan fisik yang dilakukan akan menimbulkan respon atau

tanggapan dari organ-organ tubuh terhadap dosis yang diberikan, hal

ini merupakan usaha penyusuaian diri dalam rangka menjaga

keseimbangan lingkungan yang stabil atau bisa disebut juga dengan

homeostatis (Sahara, 2017).

2.3.2 Jenis-jenis aktivitas fisik

Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan yaitu

ringan, sedang berat (Musdalifah, 2017).

1. Aktivitas Ringan: hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya

tidak menyebabkan perubahan dalam pernafasan atau ketahanan.

Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan (endurance), dapat

membantu jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah

dan membuat lebih bertenaga. Contoh kegiatan pada aktivitas

ringan ini seperti berjalan, menyapu lantai, mencuci

piring/baju/kendaraan, berdandan, duduk, menonton tv,

nongkrong, belajar di rumah (Musdalifah, 2017).

2. Aktivitas sedang: aktivitas yang memerlukan tenaga intens atau

terus menerus, gerakan otot yang berirama atau kelenturan


31

(fleksibility). Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat

membantu pergerakan tubuh lebih mudah, mempertahankan otot

tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi dengan baik.

Contoh kegiatan pada aktivitas sedang seperti peregangan secara

teratur 10-30 detik dimulai dari tangan dan kaki, senam thaichi,

yoga, tenis meja, bersepeda, berjalan cepat (Musdalifah, 2017).

3. Aktivitas berat: aktivitas yang berhubungan dengan olahraga dan

membutuhkan kekuatan (strength) dan membuat berkeringat.

Contoh kegiatan pada aktivitas berat seperti push-up, naik turun

tangga, membawa belanjaan, mengikuti kelas senam terstruktur

dan terukur (fitness) (Musdalifah, 2017).

2.3.3 Manfaat Aktivitas Fisik

Hasil dari berbagai negara menyebutkan bahwa aktivitas fisik

yang memadai akan bermanfaat untuk kesehatan terutama dalam

mengurangi resiko penyakit kronis seperti obesitas atau gizi lebih,

jantung, stroke, diabetes mellitus tipe 2 dan depresi (Musdalifah,

2017).

Secara umum manfaat aktivitas fisik dapat disimpulkan yaitu:

1. Manfaat fisik atau biologis : menjaga tekanan darah agar tetap

stabil normal, meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga berat

badan ideal, menguatkan tulang dan otot, meningkatkan

kelenturan tubuh dan meningkatkan kebugaran.

2. Manfaat aktivitas fisik secara psikis atau mental: mengurangi

stress, meningkatkan percaya diri, membangun sportifitas,

menumpuk rasa tanggung jawab dan membangun

ketidaksetiakawanan sosial.
32

Kegiatan fisik secara teratur dapat membantu mempertahankan

kesehatan yang optimal. Aktivitas fisik yang tidak seimbang dengan

energy yang dikonsumsi maka akan berakibat pada berat badan

menjadi tidak normal (Risa, 2018).

2.3.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik

Menurut Musdalifah (2017), beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi aktivitas fisik, antara lain:

1. Umur

Aktivitas fisik setiap individu padat menungkat dari usia

25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas

fungsional dari seluruh tubuh. Semakin bertambahnya usia maka

kegiatan yang dilakukan seseorang akan mengalami pengurangan

yang disebabkan karena adanya penurunan kekuatan otot untuk

melakukan aktivitas.

2. Jenis Kelamin

Aktivitas fisik laki-laki dan perempuan pada dasarnya

sama, akan tetapi setelah seseorang telah menginjak masa remaja,

dewasa, maka laki-laki lebih memiliki proporsi paling tinggi.

3. Penyakit/ kelainan pada tubuh

Aktivitas fisik berpengaruh terhadap kapasitas jantung

paru, postur tubuh, obesitas, haemoglobin/sel darah dan serat otot

bila terjadi seperti itu pada tubuh kita maka akan berpengaruh

terhadap aktivitas yang akan dilakukan.


33

4. Emosi

Rasa bahagia dan nyaman bisa mempengaruhi tingkat

aktivitas fisik seseorang yang menyebabkan ketidak nyamanan

yang dapat menghilangkan semangat yang nyata kemudian

menyebabkan penurunan aktivitas.

5. Pekerjaan

Seorang pegawai kantor cenderung kurang melakukan

aktivitas fisik bila dibandingkan dengan pegawai pabrik industry

dan petani atau buruh karena lebih membutuhkan dan

menggunakan tenaga dan waktu yang lebih.

6. Kualitas Tidur

Lansia yang memiliki kualitas tidur buruk akan

memperngaruhi aktivitas fisik yang di lakukan karena tidak

mendapat kesejahteraan dan kesegaran pada saat bangun dari

tidur dan memulai aktivitas.

2.3.5 Pengukuran aktivitas fisik

World Health Organization (WHO) mengembangkan Global

Physical Activity Questionnare (GPAQ) untuk pengawasan aktivitas

fisik di negara-negara terutama negara yang sedang berkembang.

GPAQ merupakan instrumen yang dirancang untuk pengumpulan

data valid tentang pola aktivitas yang dapat digunakan untuk

pengumpulan data. Beberapa penelitian telah digunakan untuk

pengumpulan data. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa

GPAQ adalah kuesioner valid dan dapat diandalkan (reliable)

(Sahara, 2017).
34

Kuesioner ini terdiri dari 16 pertanyaan sederhana terkait

dengan aktivitas sehari-hari yang dilakukan selama satu minggu

terakhir dengan menggunakan indeks aktivitas fisik yang meliputi

empat domain, yaitu aktifitas fisik saat bekerja, aktivitas fisik

rekreasi, aktivitas olahraga, dan aktivitas menetap (sedentary

activity) (Sahara, 2017).

Data yang telah didapat dari respon selanjutnya akan dihitung

dengan kategoi berdasarkan MET (Metabolic Energy Turnover),

yaitu perbandingan antara laju metabolisme saat bekerja dengan laju

metabolisme saat istirahat yang digambarkan dengan satuan

kg/kkal/jam. Analisis kuesioner GPAQ akan dikategorikan

berdasarkan perhitungan total volume aktifitas fisik yang disajikan

dalam satuan MET menit/minggu. Tingkat aktivitas fisik yang

disarankan untuk mengklasifikasi populasi adalah ringan, sedang,

berat melalui kriteria sebagai berikut;

1. Ringan

a. Jika tidak aktivitas fisik, atau tidak ada aktivitas fisik yang

masuk dalam kategori sedang dan berat

b. <600 MET menit perminggunya

2. Sedang

a. >3 hari melakukan aktivitas fisik berat >20 menit/hari

b. >5 hari melakukan aktivitas sedang/berjalan >30 menit/hari

c. >5 hari kombinasi berjalan intensitas sedang, aktivitas berat

minimal >600 MET menit perminggunya


35

3. Berat

a. Aktivitas berat >3 hari dan dijumlahkan >1500 MET menit

perminggunya

b. >7 hari berjalan kombinasi dengan aktivitas sedang/berat dan

total MET > 3000 MET menit perminggunya.

Perhitungan indikator kategori, digunakan GPAQ WHO 2017

(dalam Sahara, 2017) yaitu total waktu yang dihabiskan dalam

melakukan aktivitas fisik selama 1 minggu dimana cara perhitungan

aktivitas fisik dengan rumus menghitung aktivitas fisik MET menit

perminggu

Setelah menghitung skor aktivitas fisik MET per minggu

terdapat kategori aktivitas fisik:

1. Aktivitas fisik tinggi, jika total skor aktivitas fisik MET > 3000

2. Aktivitas fisik sedang, jika total skor aktivitas fisik MET >600

3. Aktivitas fisik rendah, jika total skor aktivitas fisik MET <600

2.4 Konsep Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kualitas Tidur

Lansia merupakan suatu proses penuaan yang terjadi pada setiap

individu atau manusia dimulai sejak usia 65 tahun keatas yang ditandai

dengan perubahan fisiologis, fisik, psikososial dan penurunan daya ingat

(Maryam R.Siti, Mia Fatma Ekasari dkk, 2008). Aktivitas fisik yang

terstruktur, terencana dan dapat dilakukan berulang disebut olahraga, namun


36

aktivitas fisik yang kurang baik dapat mempengaruhi kesehatan tubuh dan

fungsi organ yang lain. Sejalan dengan proses penuaan banyak perubahan

yang dialami oleh lansia mulai perubahan fisik, psikologis, sosial, spiritual

dan daya ingat.

Aktivitas fisik sangat berguna bagi kesehatan lansia, karena aktivitas

fisik dapat mendorong jantung tetap bekerja dengan baik. Aktivitas fisik juga

dapat memperkuat tulang, mengembalikan kelenturan sistem saraf dan

mengurangi kecemasan yang mengganggu tidur. Sehingga dengan

berkurangnya kecemasan, kualitas tidur lansia akan membaik. Hal tersebut

sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2017) dengan judul

“Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur Remaja Di Yogyakarta”

yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

aktivitas fisik dengan kualitas tidur remaja di Yogyakarta. Hasil yang sama

juga didapatkan pada penelitian Habsari (2014) dengan judul “Hubungan

aktivitas fisik dengan kualitas tidur lansia di desa Parsuratan Kecamatan

Balige”, yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sedang dengan

arah yang positif antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur lansia di desa

Parsuratan Kecamatan Balige.

Hasil-hasil penelitian di atas juga sejalan dengan teori yang dinyatakan

oleh Pesonen (2011) bahwa tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia. Kebutuhan tidur yang cukup selain ditentukan oleh faktor jumlah

jam tidur (kuantitas tidur) juga ditentukan oleh faktor kedalaman tidur

(kualitas tidur). Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain penyakit, latihan dan kelelahan, stress psikologis, obat,
37

nutrisi, lingkungan, dan motivasi. Aktivitas rutin sehari-hari disarankan,

karena dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur. Latihan dan

kelelahan dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur karena keletihan

akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk

menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut dapat

terlihat pada orang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan

maka orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur

gelombang lambatnya atau Non Rapid Eye Movement (NREM) diperpendek

(Aziz, 2017). aktivitas fisik yang dilakukan rutin dapat menjadikan kualitas

tidur lebih baik.


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian–penelitian yang akan

dilakukan. (Notoatmodjo, 2015) Berdasarkan pengertian di atas, kerangka

konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Faktor yang Faktor yang mempengaruhi


mempengaruhi aktifitas kualiats tidur lansia :
fisik lansia: Penyakit
Umur Lingkungan
Jenis Kelamin Stress Psikologis
Penyakit/ kelainan Obat-obatan dan zat-zat
pada tubuh kimia
Emosi Aktivitas fisik
Pekerjaan

Kualitas Tidur
Aktifitas Fisik Kualitas Tidur Lansia
Lansia

Penentuan kualitas tidur:


Aktivitas fisik tinggi, jika total skor Sleep Latensi
aktivitas fisik MET > 3000 Durasi tidur
Aktivitas fisik sedang, jika total skor Penggunaan obat tidur
aktivitas fisik MET >600 Gangguan tidur
Aktivitas fisik rendah, jika total skor Disfungsi tidur pada siang hari
aktivitas fisik MET <600 Efisiensi kebiasaan tidur
Kualitas tidur subjektif

Kriteria:
Keterangan : Jika skor < 5 maka kualitas tidur dalam
kategori baik
: Diteliti Jika skor > 5 maka kualitas tidur dalam
kategori buruk
: Tidak diteliti

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kualitas Tidur
pada Lansia di Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung
Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang

38
39

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah asumsi pertanyaan tentang hubungan antara

dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan

dalam penelitian (Nursalam, 2017).

H1 : Ada hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur pada lansia di

posyandu lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan

Tembalang Kabupaten Jombang.


BAB IV

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara untuk memperoleh kebenaran ilmu atau

pemecahan suatu masalah, pada dasarnya menggunakan metode ilmiah

(Notoatmodjo, 2017). Metode penelitian pada penelitian ini meliputi desain

penelitian, kerangka kerja, populasi, sampel dan teknik sampling, identifikasi

variabel, prosedur pengumpulan data dan pengolahan data.

4.1 Desain Penelitian

Rancangan atau desain penelitian adalah semua proses yang

diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Nursalam, 2017).

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk

rancangan penelitian analitik korelasional. Pendekatan yang digunakan

adalah pendekatan rancangan cross sectional yaitu “suatu penelitian yang

mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek dengan cara

pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

(point time approach) (Notoatmodjo, 2017). Dalam penelitian ini faktor yang

dinilai adalah altifitas fisik lansia sebagai variabel penyebab (independent)

dan kualitas tidur lansia (sebagai variabel akibat atau terikat (dependent)

40
41

4.2 Kerangka Kerja

Desain Penelitian
Penelitian analitik Crossectional

Populasi
Seluruh lansia di posyandu lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari
Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang sebanyak 216 lansia

Sampling
Purposive Sampling

Sampel :
Sebagian lansia di posyandu lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari
Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang sebanyak 54 responden

Pengumpulan data

Aktifitas Fisik Kualita Tidur


(Kuesioner) (Kuesioner)
k

Pengolahan Data :
Editing, Coding, Skoring, Tabulating

Analisis data
Chi square

Pembahasan

Kesimpulan

Bagan 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kualitas Tidur pada
Lansia di Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari
Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang
42

4.3 Populasi, Sampel, dan Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek yang diteliti (Hidayat,

2017). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita penyakit

arthritis gout di Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung

Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang sebanyak 216

lansia.

4.3.2 Besar Sampel

Besar sampel adalah besar kecilnya jumlah sampel sangat

dipengaruhi oleh desain dan kesediaan subyek dari penelitian itu

sendiri (Nursalam, 2018). Merujuk pada pendapat Arikunto (2017)

yang menyatakan bahwa ”Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila

subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah

subyeknya besar dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.”

Maka sampel yang diambil adalah sebesar 54 responden (25%) dari

populasi atau lebih. Dari jumlah populasi 216 lansia diambil 25%

adalah 54 responden.

Sampel = Populasi x prosentase

= 216 x 25%
216
=  25 = 54 responden
100
4.3.3 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2017). Sampel adalah sebagian


43

penderita penyakit arthritis gout di Posyandu Lansia Dusun Cangkring

Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang

sebanyak 22 responden.

Banyaknya sampel tersebut masih dipengaruhi oleh kriteria

inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakter umum subyek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti.

Pertimbangan ilmiah harus menjadi satu dalam penentuan kreteria

inklusi. Kreteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:

1) Lansia yang sehat jasmani dan rohani

2) Lansia yang kooperatif (mudah diajak bicara, dapat diajak

bertanya jawab dan terbuka)

3) Lansia usia > 60 tahun

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subyek yang memenuhi kreteria inklusi dari studi karena berbagai

sebab, kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu:

1) Lansia yang mengkonsumsi obat

2) Lamsia yang mengalami bedress.

4.3.4 Sampling

Sampling adalah cara menentukan sampel yang jumlahnya

sesuai ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data dengan

memperhatikan sifat penyebaran populasi agar diperoleh sampel


44

representatif (Setiawan dan Saryono, 2017). Pada penelitian ini

menggunakan purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel

untuk tujuan tertentu (Hidayat, 2017).

4.4 Identivikasi Variabel

4.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang

menjadi sebab dari suatu kejadian sehingga menimbulkan akibat.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah aktifitas fisik lansia.

4.4.2 Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang

dihubungkan oleh variabel bebas atau variabel independent. Variabel

terikat pada penelitian ini adalah kualitas tidur lansia.

4.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari suatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2017). Definisi

operasional dalam penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut:
45

Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kualitas


Tidur pada Lansia di Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa
Kedung Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang
Definisi
No Variabel Parameter Alat Ukur Skala Skor dan Kriteria
Operasional
1. Variabel Seluruh kegiatan Aktifitas fisik: Kuesioner Ordinal
Bebas : meliputi aktivitas 1. Aktifitas fisik International
Kriteria:
sehari-hari yang berkaitan dengan Physical 1. Aktivitas fisik tinggi,
Aktifita
dilakukan oleh pekerjaan di luar Activity jika total skor
fisik lansia Quesionnaire
lansia, rumah aktivitas fisik MET >
(IPAQ)
2. Aktifitas fisik 3000
berkaitan 2. Aktivitas fisik
penggunaan sedang, jika total skor
transportasi aktivitas fisik MET
3. Aktifitas fisik >600
berkaitandengan 3. Aktivitas fisik
pekerjaan dan rendah, jika total skor
perawatan rumah aktivitas fisik MET
4. Aktifitas fisik <600
berkaitan dengan (IPAQ, 2005 dalam
rekreasi olahraga, Sahara, 2017)
penggunaan
waktu luang
5. Aktifitas tidur
2. Variabel Penilaian Menghindari Kuesioner Nominal Kriteria :
Terikat: terhadap tidur makanan-makanan PSQI 1. Jika skor < 5 maka
nyenyak yang banyak kualitas tidur dalam
Kualitas
pada lansia yang mengandung purin kategori baik
tidur lansia
diperlihatkan 2. Jika skor > 5 maka
dengan berapa kualitas tidur dalam
lama tidur dalam kategori buruk
24 (Vincens, 2017)
jam.

4.6 Tempat dan Waktu Penelitian

4.6.1 Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Lansia Dusun

Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten

Jombang.

4.6.2 Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2021.


46

4.7 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

4.7.1 Instrumen Penelitian.

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih

mudah diolah (Arikunto, 2017). Instrumen penelitian yang digunakan

adalah kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2017). Sebelum

digunakan penelitian, kuesioner dilakukan pengujian validitas dan

reliabilitas untuk mengetahui layak atau tidaknya digunakan dalam

penelitian. Dalam hal ini ditujukan untuk kedua kuesioner.

1. Data Umum

Data umum terdiri dari pertanyaan yang meliputi umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan terakhir dan tempat tinggal.

Semua jawaban sudah disediakan dan responden tinggal memilih.

Kuesioner diisi dengan memberikan tanda centang (√) pada salah

satu jawaban.

2. Data Khusus

Data khusus yang terdiri dari pertanyaan yang berisi tentang

aktifitas fisik lansia dan kualitas tidur lansia. Kuesioner diisi

dengan memberikan tanda check list (√) pada salah satu jawaban.

4.7.2 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:

1. Mengurus perijinan penelitian di STIKes Husada Jombang.


47

2. Mengurus perijinan penelitian kepada Kepala Dusun Cangkring

Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang.

3. Mendatangi responden.

4. Menjelaskan pada calon responden tentang penelitian yang akan

dilaksanakan dan meminta kesediaannya untuk menjadi responden,

bila bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk

menandatangani informed consent.

5. Menjelaskan kepada responden cara menjawab dan mengisi semua

pertanyaan dalam kuesioner dengan cara memberikan tanda

centang (√) pada daftar pertanyaan.

6. Kuesioner dikumpulkan setelah responden selesai mengisi,

selanjutnya peneliti melakukan pengecekan kelengkapan data dan

jawaban responden.

4.7.3 Teknik Pengolahan Data

1. Editing

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah

diserahkan oleh para pengumpul data dengan tujuan untuk

mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di daftar

pertanyaan (Setiawan dan Saryono, 2017).

2. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari para

responden ke dalam kategori (Setiawan dan Saryono, 2017).

Coding dalam penelitian ini dengan cara :

a. Data umum

Jenis Kelamin (JK)


48

JK 1 : Laki-laki

JK 2 : Perempuan

Umur (U)

U1 : 60 – 65 tahun

U2 : 66 – 70 tahun

U3 : 71 – 75 tahun

U4 : > 75 tahun

Pendidikan (P)

P1 : Tidak Sekolah

P2 : SD

P3 : SMP

P4 : SMA

P4 : Perguruan Tinggi

Pekerjaan Terakhir (PT)

P1 : Tidak bekerja / ibu rumah tangga

P2 : Petani

P3 : Pekerja pabrik

P4 : Wiraswasta

P5 : Guru / PNS

b. Data khusus

Aktifitas fisik lansia

AF 1 : Tinggi

AF 2 : Sedang

AF 3 : Rendah
49

Kualitas Tidur

KT 1 : Baik

KT 2 : Buruk

3. Scoring

Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item yang

perlu diberi penilaian atau skor (Setiawan dan Saryono, 2017).

4. Tabulating

Tabulating adalah pekerjaan membuat tabel (Setiawan dan

Saryono, 2017). Cara tabulating dilakukan dengan cara tabel

distribusi frekuensi. Tahapan membuat tabel :

a. Menentukan frekuensi tiap komponen yang dibuat tabel.

b. Menentukan prosentase tiap kategori dari yang ditabulasi.

4.7.4 Analisis Data

Untuk mencari ada tidaknya hubungan sikap dengan kepatuhan,

maka uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chi

square yaitu digunakan untuk menguji hipotesis komperatif dua sampel

apabila datanya berbentuk nominal (Sugiyono, 2017).

Prosedur penghitungan sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat magnitude

permasalahan pada masing-masing variabel yang diamati melalui

prosedur statistik deskriptif dilihat kecenderungan pemusatan dari

masing-masing variabel. Semua variabel berskala dikotomi,

kecenderungan pemusatan data dianalisis dengan cara menentukan


50

proporsi (persentase) dari masing-masing kategori pengamatan

pada tiap variabel. Analisis univariat dengan melihat distribusi dari

variabel yang dikotomi menggunakan rumus sebagai berikut:

f
P X 100
n

Keterangan:

Ρ : Persentase

f : Frekuensi

n : Jumlah sampel

Selanjutnya interpretasi data dilakukan dengan ketentuan

sebagai berikut :

a. 0% : berarti tidak satupun responden.

b. 1%-24% : berarti sebagian kecil responden.

c. 25%-49% : berarti hampir setengah responden.

d. 50% : berarti setengah responden.

e. 51%-75% : berarti sebagian besar responden.

f. 76%-99% : berarti hampir seluruh responden.

g. 100% : berarti seluruh responden.

(Sugiyono, 2017)

2. Analisis Bivariat

Merupakan proses memilih dari beberapa sumber maupun

permasalahan yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan

(notoatmodjo, 2017). penelitian ini bertujuan mengetahui

hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur pada lansia di


51

Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari

Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang. Chi-square adalah uji

statistik untuk mengetahui hubungan dengan rumus sebagai

berikut:

6 d 2
rs  1 
n( n 2  1)

Syarat Chi-square adalah:

a. Untuk mengetahui nilai keeratan yang lebih halus

b. Mengetahui hubungan dua variabel dengan skala Nominal

c. Jumlah sampel minimal 20 responden.

Uji statistik yang untuk hubungan adalah Chi-square dengan

pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. ρ < α : H1 diterima dan H0 di tolak yang berarti ada

hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur pada

lansia di Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa

Kedung Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten

Jombang

b. ρ > α : H1 ditolak dan H0 terima yang berarti tidak ada

hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur pada

lansia di Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa

Kedung Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten

Jombang

Nilai keeratan dari Chi-square adalah sebagai berikut:


52

Tabel 4.2 Keeratan hubungan

Korelasi Keterangan
0,000 – 0,199 Lemah tidak ada hubungan
0,200 – 0,399 Lemah tetapi ada hubungan
0,400 - 0,599 Cukup kuat
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 0,999 Sangat kuat
1,00 Sempurna

4.8 Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2017), masalah etik pada penelitian ini meliputi:

4.8.1 Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang diteliti.

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta

dampak yang terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika

subyek tidak bersedia diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan

tetap menghormati haknya.

4.8.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data, cukup

dengan member nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.

4.8.3 Confidentiallity (Kerahasiaan)

Informasi yang telah dikumpulkan dari subjek, dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti. Kerahasiaan informasi yang diberikan

oleh subjek dijamin oleh peneliti.

BAB 5
53

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menyajikan hasil penelitian dari pengumpulan data tentang

hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur pada lansia di Posyandu Lansia

Dusun Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten

Jombang. Penyajian data terdiri dari data umum tentang karakteristik responden

dan data khusus meliputi aktifitas fisik dan kualitas tidur.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Posyandu lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari

Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang merupakan wadah

pelayanan untuk warga lanjut usia. Pembentukan dan pelaksanaannya

dilakukan berdasarkan inisiatif masyarakat. Hal ini membuat program

dan layanan yang tersedia bisa disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan masyarakat di daerah tersebut. Di Posyandu lansia, ada

susunan kepengurusan yang akan menjalankan program-program yang

telah dirancang. Program-program tersebut umumnya dititikberatkan

pada upaya penyuluhan dan pencegahan penyakit.Secara umum,

Posyandu khusus lansia menyasar masyarakat dengan kriteria sebagai

berikut:

1. Sasaran langsung

Sasaran langsung Posyandu untuk lansia meliputi :

a. Pra usia lanjut (45-59 tahun)

b. Usia lanjut (60 tahun ke atas)


54

c. Usia lanjut dengan risiko tinggi (70 tahun ke atas)

2. Sasaran tidak langsung

Sementara itu, sasaran tidak langsung Posyandu khusus lansia

meliputi :

a. Keluarga lansia

b. Organisasi sosial di bidang pembinaan orang lanjut usia

c. Masyarakat luas

3. Jenis Pelayanan Yang Diberikan Di Posyandu Lansia

Pelayanan yang diberikan oleh Posyandu lansia melalui

program dan kadernya pada dasarnya bertujuan untuk

meningkatkan kualitas hidup para orang tua yang lebih rentan

terhadap penyakit. Di daerah yang memiliki Posyandu lansia,

kadernya akan memantau kesehatan lansia yang ada di daerah itu

secara individual dan detail. Umumnya, akan ada kartu atau buku

yang digunakan untuk mencatat status kesehatan dan pola hidup

para lansia.Secara umum, ada empat jenis pelayanan yang

diberikan Posyandu lansia:

a. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang diberikan tidak hanya

mencakup sesuatu yang berhubungan dengan penyakit. Pada

Posyandu lansia, kader juga akan melakukan pemeriksaan

aktivitas sehari-hari seperti:

1) Mencatat pola makan

2) Cara mandi
55

3) Rutinitas buang air

4) Kemampuan untuk berjalan dan berpakaian

5) Kemampuan untuk turun atau naik tempat tidur

6) Kemandirian lansia tersebut

7) Selain itu, lansia juga akan menerima pemeriksaan berupa:

8) Pemeriksaan kondisi mental

9) Pemeriksaan status gizi

10) Pengukuran tekanan darah

11) Pemeriksaan laboratorium sederhana, seperti tes kadar

asam urat dan gula darah

Posyandu lansia juga bisa memberikan rujukan ke

Puskesmas apabila ada kondisi yang memerlukan pemeriksaan

lanjutan.Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan untuk lansia bisa

dilaksanakan di balai warga seperti layaknya Posyandu balita

dan ibu hamil. Namun, bagi lansia yang kesulitan untuk keluar

rumah, akan ada kader yang mengunjunginya secara langsung.

b. Pemberian makan tambahan (PMT)

Para kader Posyandu lansia akan memberikan

penyuluhan kepada para lansia mengenai makanan yang sehat

dan bergizi yang perlu mereka konsumsi. Untuk memudahkan,

para lansia akan mendapatkan contoh menu makanan dengan

memperhatikan aspek kesehatan dan gizi yang dibutuhkan,

dengan menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah

tersebut.
56

c. Kegiatan olahraga

Senam lansia adalah olah raga ringan dan mudah

dilakukan, tidak memberatkan pada lansia. Aktivitas olah raga

ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan sehat, karena

melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal

dan membantu menghilangkan radikal bebas yang ada didalam

tubuh.

Kegiatan Posyandu Lansia di Desa Kedunglosari dilakukan tiap

bulan dengan jumlah kader 9 orang, tingkat kehadiran rata-rata 50

sampai 60 orang dalam kegiatan Posyandu Lansia ini dalam

pembinaan UPTD Puskesmas Tembelang.

5.1.2 Data Umum

1. Umur

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di


Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung
Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang
Tahun 2021
No Umur Frekuensi Prosentase
1 60-65 Tahun 40 74,1%
2 66-70 Tahun 8 14,8%
3 71-75 Tahun 6 11,1%
Jumlah 54 100%
Sumber: Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa sebagian besar

responden berumur 60-65 tahun yaitu sebanyak 40 responden

(74,1%) dan sebagian kecil responden berumur 71-75 tahun

sebanyak 6 responden (11,1%).

2. Jenis Kelamin
57

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin di Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa
Kedung Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten
Jombang Tahun 2021
No Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase
1 Laki-Laki 34 63,0%
2 Perempuan 20 37,0%
Jumlah 54 100%
Sumber: Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar

responden dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 34

responden (63,0%) dan hampir setengah dengan jenis kelamin

perempuan sebanyak 20 responden (37,0%).

3. Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Pendidikan di Posyandu Lansia Dusun Cangkring
Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang
Kabupaten Jombang Tahun 2021
No Pendidikan Frekuensi Prosentase
1 Tidak Sekolah 5 9,3%
2 SD 8 14,8%
3 SMP 21 38,9%
4 SMA 18 33,3%
5 Perguruan Tinggi 2 3,7%
Jumlah 54 100%
Sumber: Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa hampir setengah

responden berpendidikan SMP yaitu sebanyak 21 responden

(38,9%) dan sebagian kecil berpendidikan perguruan tinggi yaitu

sebanyak 2 responden (3,7%).

4. Pekerjaan
58

Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Pekerjaan di Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa
Kedung Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten
Jombang Tahun 2021
No Pekerjaan Frekuensi Prosentase
1 Tidak Bekerja / IRT 19 35,2%
2 Petani 28 51,9%
3 Pekerja Pabrik 3 5,6%
4 Wiraswasta 4 7,4%
Jumlah 62 100%
Sumber: Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa sebagian besar

responden bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 28 responden

(51,9%) dan sebagian kecil bekerja sebagai pekerja pabrik yaitu

sebanyak 3 responden (5,6%).

5.1.3 Data Khusus

1. Aktivitas Fisik
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Responden di
Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung
Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang
Tahun 2021
No Aktivitas Fisik Frekuensi Prosentase
1 Sedang 35 64,8%
2 Tinggi 19 35,2%
Jumlah 62 100%
Sumber Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki aktivitas fisik sedang yaitu sebanyak 35

responden (64,8%) dan sebagian kecil responden memiliki

aktivitas fisik tinggi sebanyak 19 responden (35,2%).

2. Kualitas Tidur
59

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Responden di


Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung
Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang
Tahun 2021
No Kualitas Tidur Frekuensi Prosentase
1 Buruk 17 31,5%
2 Baik 37 68,5%
Jumlah 62 100%
Sumber: Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki kualitas tidur baik sebanyak 37 responden

(68,5%) dan sebagian kecil responden memiliki kualitas tidur

buruk sebanyak 17 responden (31,5%).

3. Analisis Bivariat Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kualitas Tidur


pada Lansia di Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung
Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang
Tabel 5.8 Tabulasi Silang Hubungan Aktifitas Fisik dengan
Kualitas Tidur pada Lansia di Posyandu Lansia Dusun
Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang
Kabupaten Jombang Tahun 2021
Kualitas Tidur
Aktivitas Total
No Buruk Baik
Fisik
f % f % f %
1 Sedang 2 5,7 33 94,3 35 100
2 Tinggi 15 78,9 4 21,1 19 100
Total 17 31.5 37 68,5 56 100
 = 0,05 P value: 0,000 CC: 0,602

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa dari responden yang

mempunyai aktivitas fisik sedang hampir seluruh responden

(94,3%) memiliki kualitas tidur yang baik, sedangkan pada

responden yang memiliki aktivitas fisik tinggi sebagian besar

responden (78,9%) memiliki kualitas tidur yang baik pula.

Berdasarkan analisis data menggunakan chi square diperoleh

nilai sig (2-tailed) atau p = 0,000 dan taraf kesalahan atau  =


60

0,05, jadi p <  , 0,000 < 0,05 sehingga H1 diterima, artinya ada

hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidurpada lansia di

Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari

Kecamatan Tembalang Kabupaten Jombang Tahun 2021 . Nilai

correlation sebesar 0,602 artinya kekuatan hubungan termasuk

kategori kuat.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Identifikasi Aktivitas Fisik Lansia di Posyandu Lansia Dusun

Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten

Jombang Tahun 2021

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar responden memiliki aktivitas fisik sedang yaitu sebanyak 35

responden (64,8%) dan sebagian kecil responden memiliki aktivitas

fisik tinggi sebanyak 19 responden (35,2%). Hasil penelitian ini juga di

dukung oleh penelitian Silalahi, Hastono, & Kridawati, (2017), hasil

penelitiannya menunjukan bahwa sebagian besar respondenya

memiliki aktivitas sedang (71,4%) dari total responden 110 lansia.

Hasil penelitian ini juga di dukung oleh penelitian Silalahi,

Hastono, & Kridawati, (2017), hasil penelitiannya menunjukan bahwa

sebagian besar respondenya memiliki aktivitas sedang (71,4%) dari

total responden 110 lansia.

Aktivitas fisik adalah keadaan manusia bergerak dimana usaha

tersebut membutuhkan energi untuk dapat memenuhi kebutuhan


61

hidupnya. Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi

pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan

kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari (Fatmah,

2018).

Usia responden dalam penelitian ini sebagian besar responden

berumur 60-65 tahun yaitu sebanyak 40 responden (74,1%) dan

sebagian kecil responden berumur 71-75 tahun sebanyak 6 responden

(11,1%)

Usia dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

physical activity. Menurut Potter & Perry (2018) mengatakan bahwa

semakin tinggi usia seseorang maka aktivitas fisik semakin menurun,

usia seseorang menunjukkan tanda kemauan dan kemampuan ataupun

bagaimana seseorang bereaksi terhadap ketidak mampuan

melaksanakan aktivitas sehari-hari. Pada kelompok usia diatas 85

tahun lebih banyak membutuhkan bantuan pada satu atau lebih

aktivitas dasar sehari-hari.

Peneliti berasumsi bahwa semakin meningkat usia lansia maka

akan mengurangi aktivitas atau kegiatan dan interaksi lingkungannya

maka fungsi dari sistem tubuh dan psikologis lansia akan semakin

cepat mengalami penurunan. Hal ini akan mempengaruhi lansia dalam

melakukan aktivitas fisik.


62

5.2.2 Identifikasi Kualitas Tidur Lansia di Posyandu Lansia Dusun

Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten

Jombang Tahun 2021

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar responden memiliki kualitas tidur baik sebanyak 37 responden

(68,5%) dan sebagian kecil responden memiliki kualitas tidur buruk

sebanyak 17 responden (31,5%).

Kualitas tidur merupakan fenomena yang sangat kompleks

yang melibatkan berbagai domain antara lain, penilaian terhadap lama

tidur, gangguan tidur, masa latensi tidur, disfungsi tidur pada siang

hari, efisiensi tidur, kualitas tidur dan penggunaan obat tidur. Jadi

apabila salah satu dari 7 domain tersebut terganggu maka akan

mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas tidur (Indarwati, 2018).

Menurut peneliti Pola tidur yang baik pada lansia dikarenakan

lansia merasa tenang dalam menghadapi masa lansia. Selain itu adanya

peran keluarga seperti memberikan kasih sayang, menyediakan waktu

dan memberikan perhatian, menghormati dan menghargai, bersikap

sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia, membantu melakukan

persiapan makan bagi lansia, jangan menganggapnya sebagai beban,

memberikan kesempatan untuk tinggal bersama, membantu mencukupi

kebutuhannya, memberikan dorongan kepada lansia untuk tetap

mengikuti kegiatan di luar rumah, memeriksakan kesehatan secara

teratur, memberikan dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat, serta

mencegah terjadinya kecelakaan baik di dalam maupun di luar rumah.


63

5.2.3 Analisi Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kualitas Tidur pada Lansia

di Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan

Tembalang Kabupaten Jombang

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari responden

yang mempunyai aktivitas fisik sedang hampir seluruh responden

(94,3%) memiliki kualitas tidur yang baik, sedangkan pada responden

yang memiliki aktivitas fisik tinggi sebagian besar responden (78,9%)

memiliki kualitas tidur yang baik pula.

Berdasarkan analisis data menggunakan chi square diperoleh

nilai sig (2-tailed) atau p = 0,000 dan taraf kesalahan atau  = 0,05,
jadi p <  , 0,000 < 0,05 sehingga H1 diterima, artinya ada hubungan

aktivitas fisik dengan kualitas tidurpada lansia di Posyandu Lansia

Dusun Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang

Kabupaten Jombang Tahun 2021. Nilai correlation sebesar 0,602

artinya kekuatan hubungan termasuk kategori kuat.

Hasil penelitin ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ahmad Fakihan (2018) dengan judul hubungan aktivitas fisik dengan kualitas

tidur pada lanjut usia di Desa Gonilan Sukoharjo. Jenis penelitian ini adalah

penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam

penelitian ini adalah lansia yang aktif mengikuti kegiatan posyandu di

kelurahan Gonilan dengan jumlah total 10 posyandu lansia, dengan jumlah

populasi sebanyak 156 orang. Sampel diambil dengan teknik purposive

sampling yaitu sebayak 83 orang. Hasil penelitian menunjukkan ada

hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur dengan p-value 0,007.
64

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Ahmad Zaenal Fitri (2019) dengan judul hubungan aktivitas

fisik dengan kualitas tidur pada lanjut usia di Desa Karangrejo

Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan. Jenis penelitian yang

digunakan adalah metode observasional dengan pendekatan cross

sectional. Jumlah populasi sebanyak 83 orang dan jumlah sampel 46

orang yang merupakan lansia yang aktif mengikuti posyandu yang

berumur 50-65 tahun diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil

penelitian ini menunjukan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan

kualitas tidur pada lanjut usia dengan p-value 0,005.

Asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian dilapangan

menunjukkan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada

lansia. aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin bermanfaat untuk

meningkatkan kualitas tidur dan mendapatkan manfaat positif untuk

kesehatan. Banyak anggapan dari masyarakat bahwa lansia tidak boleh

melakukan aktivitas fisik apalagi melakukan olahraga dengan alasan bahwa

orang yang sudah lanjut usia sebaiknya lebih banyak tinggal di rumah dan

untuk menghormati dan menghargai orang tua. Sedangkan aktivitas fisik

tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan dan kualitas tidur lansia tersebut,

salah satu aktivitas fsik yang bagus untuk lansia adalah seperti berkebun

berjalan, bersepeda, rekreasi dan senam lansia yang hal ini dapat

meningkatkan kesejahteraan lansia dan kemandirian lansia. Kebutuhan tidur

seseorang dirasakan dalam kehidupan setelah seharian lelah beraktivitas dan

secara otomatis tubuh akan memberikan sinyal untuk istirahat dan seseorang

harus tidur agar tubuh bisa optimal untuk beraktvitas pada hari berikutnya.

Kurangnya kegiatan harian atau kegiatan yang tidak terstruktur akan


65

mempengaruhi waktu tidur atau kualitas tidur. Salah satu cara meningkatkan

kualitas tidur dengan menjaga aktivitas fisik. aktivitas fisik akan

menyebabkan kelelahan yang kemudian menghasilkan proten Delta Inducing

Pepide Sleep (DIPS) dan membeuat kualitas tidur menjadi lebih baik.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimasa pandemi terkadang peneliti kesulitan

bertemu langsung dengan responden karena masih banyak masyarakat takut

terkena covid-19 sehingga banyak juga masyarakat yang menolak untuk

dilakukan penelitian. Selain itu hasil penelitian ini tidak mengobservasi

keluhan-keluhan pada saat tidur sehingga tidak diketahui bentuk gangguan

tidur seperti apa yang dialami oleh lansia.


66

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Sebagian besar responden memiliki aktivitas fisik sedang yaitu sebanyak

35 responden (64,8%)

6.1.2 Sebagian besar responden memiliki kualitas tidur baik sebanyak 37

responden (68,5%)

6.1.3 Analisis data menggunakan chi square diperoleh nilai sig (2-tailed) atau p =

0,000 dan taraf kesalahan atau  = 0,05, jadi p <  , 0,000 < 0,05

sehingga H1 diterima, artinya ada hubungan aktivitas fisik dengan kualitas

tidurpada lansia di Posyandu Lansia

6.2 Saran

6.2.1 Perawat atau Professional

Diharapkan bagi perawat atau professional untuk selalu

meningkatkan mutu pemberian asuhan keperawataan terutama kepada

lansia yang mengalami kualitas tidur yang buruk.

6.2.2 Bagi Instansi Pendidikan

Bagi instansi pendidikan hasil penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai acuan bagi pengembangan kurikulum pendidikan

kesehatan agar pendidikan senantiasa peka terhadap kenyataan yang ada di

lapangan.
67

6.2.3 Bagi Responden

Bagi responden diharapkan untuk selalu mencari dan mengerti

informasi pentinganya aktifitas fisik setiap hari untuk meningkatkan

kualitas tidur sehingga kebutuhan tidur dapat terpenuhi dengan baik.

6.2.4 Bagi Peneliti

Diharapkan bagi peneliti untuk selalu menambah wawasan tentang

aktifitas fisik dan kualitas tidur pada lansia. Bagi peneliti berikutnya

diharapkan dapat mengembangkan hasil penelitian ini dengan cara variabel

lain yang berhubungan dengan aktifitas fisik ataupun tentang kualitas tidur
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. 2018. Pengaruh Pemberian Terapi Genggam Jari Dan Dzikir


Terhadap Kejadian Insomnia Pada LAnsia Di Panti Wredha Daerah
Surakarta. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Apriana. 2015. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur Remaja di


Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Azizah. 2017. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu

Arikunto. 2017. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Rineka Cipta,


Jakarta

Depkes RI. 2019. lansia sejahtera, masyarakat bahagia. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Darmodjo. 2015. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ). Jakarta: Balai


Penerbitan FKUI.

Darmojo dan Martono. 2016. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

Fitri. 2018. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur Pada Lanjut Usia
Di Desa Karangrejo Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan.
Skripsi S-1, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Guyton & Hall. 2015. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Elsevier Inc.

Hidayat. 2017. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika

Hasim. 2017. Perbedaan Efektivitas Kompres Jahe Merah Dan Kompres Hangat
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Sendi Pada Lanjut Usia.

Iqbal. 2017. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur Mahasiswa


Perantau Di Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

Kurniasari. 2015. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Depresi pada Lansia


di Dusun Kalimanjung Ambarketawang Gamping Sleman
Yogyakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan:
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Luo. 2015. Prevalence and risk factors of poor sleep quality among chinese
elderly in an urban community: results from the Shanghai Aging
Study. PLoS ONE 8(11): e81261. doi:10.1371/journal.pone.0081261.

68
69

Notoatmodjo. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Notoadmojo. 2018. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Jakarta; Salemba Medika

Nursalam. 2018. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Potter&Perry. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan


Praktik. Jakarta :EGC

Sahara. 2017. Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Kadar Glukosa darah Puasa
pada Pelajar di SMA Olahraga Negeri Sriwijaya. Skripsi. Fakultas
Kedokteran. Universitas Muhammadiyah Palembang.

Setiawan dan Saryono. 2017. Metodologi Penelitian kebidanan. Jakarta: Nuha


Medika.

Sugiyono. 2017. Metodologi Penelitian. Bandung: Alfabeta Bandung.

Tranah. 2016. Post menopausal hormones and sleep quality in the elderly: a
population based study. BMC Women's Health, 10:15.

Ummah. 2017. Hubungan Antara Stres Akademik dengan Kualitas Tidur pada
Mahasiswa Pondok Pesantren. Skripsi S-1, Universitas Mercu Buana
Yogyakarta

Voinescu dan Tatar, 2015. Sleep hygiene awareness: its relation to sleep quality
and diurnal preference. Journal of Molecular Psychiatry, 3:1.
70

Lampiran 1
71

Lampiran 2
72

Lampiran 3

PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat
Saya yang bertanda tangan di bawah ini. Mahasiswa Program Studi
Sarjana Keperawatan STIKES Husada Jombang.

Nama : MOH. TRI WIDYA WADID


NIM : 2020.03.0131

Bermaksud akan melaksanakan penelitian yang berjudul

”Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kualitas Tidur pada Lansia di

Posyandu Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan

Tembalang Kabupaten Jombang”.

Sehubungan dengan hal tersebut saya memohon kesediaan dan partisipasi

Bapak / Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian saya.

Atas partisipasi dan kesediaannya,saya ucapkan terima kasih.

Jombang, _________________

Peneliti

MOH. TRI WIDYA WADID


NIM. 2020.03.0131
73

Lampiran 4

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Pendidikan :

Menyatakan bersedia untuk turut berpartisipasi sebagai responden

penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Sarjana Ilmu

Keperawatan STIKES Husada Jombang yang berjudul ”Hubungan Aktifitas

Fisik dengan Kualitas Tidur pada Lansia di Posyandu Lansia Dusun

Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang Kabupaten

Jombang” Saya percaya bahwa mahasiswa tersebut akan tetap menjaga

kerahasiaannya dan tidak merugikan keluarga saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat atas kemauan sendiri tanpa

paksaan orang lain.

Jombang, _______________
Responden

( )
74

Lampiran 5

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :

Telah mendapatkan keterangan secara terperinci dan jelas mengenai:


1. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kualitas Tidur pada Lansia di Posyandu
Lansia Dusun Cangkring Desa Kedung Losari Kecamatan Tembalang
Kabupaten Jombang.
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek
3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian
4. Prosedur penelitian dan mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan yang
berhubungan dengan penelitian tersebut
Oleh karena itu saya bersedia/tidak bersedia *) menjadi subyek penelitian
dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun.

Jombang, 2021
Peneliti Responsen

( ) ( )
Saksi Saksi

( ) ( )
75

Lampiran 6

KUESIONER AKTIFITAS FISIK LANSIA


Sumber: International Physical Activity Quesionnaire (IPAQ), 2005

Petunjuk :
1. Tuliskanlah pada kolom yang tersedia berapa kali/ frekuensi setiap jenis
kegiatan yang dilakukan dalam 7 hari.
2. Tuliskanlah lama waktu (dalam menit) yang diperlukan untuk melakukan
setiap jenis kegiatan untuk 1 kali kegiatan.

Jawaban
Ya Pernah
Berapa kali
Berapa menit
Kegiatan Jenis Kegiatan Tidak anda
Anda
Pernah melakukankya
melakukannya
dalam
dalam sehari
seminggu
Aktifitas fisik 1. Mengangkat/
berkaitan memindahkan
dengan beban berat
pekerjaan di 2. Mengangkat/
luar rumah memindahkan
beban ringan
3. Duduk
4. Berdiri
5. Berjalan
6. Membaca
Aktifitas fisik 1. Bus / Minibus
berkaitan 2. Mobil
dengan 3. Sepeda motor
penggunaan 4. Sepeda
transportasi 5. Kereta
Akivitas fisik 1. Menyapu
berkaitan 2. Membersihkan
dengan rumah
pekerjaan dan 3. Mengepel
perawatan 4. Memasak
rumah 5. Mencuci
piring
6. Mencuci
pakaian
7. Menyiram
tanaman
8. Berkebun
9. Mengangkat /
memindahkan
beban berat
10.Mencuci
mobil /
76

sepeda motor
Aktifitas fisik 1. Joging
berkaitan 2. Jalan santai
dengan rekreasi 3. Senam
olahraga, 4. Badminton
penggunaan 5. Tenis
waktu luang 6. Catur
7. Nonton TV
8. Memancing
9. Ke Pasar
Aktifitas Tidur 1. Tidur siang
2. Tidur Malam

Berikut ini merupakan cara perhitungan aktivitas fisik menurut IPAQ (2005) :
77

KUESIONER KUALITAS TIDUR


PITTSBURGH SLEEP QUALITY INDEX (PSQI)
(Agustin, 2011)

Pertanyaan di bawah ini terkait dengan kebiasaan tidur anda dalam 7 hari
(seminggu) ini. Jawablah seluruh pertanyaan dengan akurat sehingga dapat
mengindikasikan mengenai kebiasaan tidur anda dalam seminggu ini.

Selama seminggu ini:


1. Jam berapa anda tidur di malam hari? ___________________
2. Berapa menit anda perlukan sampai anda tidur di malam hari? _____________
3. Jam berapa anda bangun di pagi hari? __________________
4. Berapa jam anda tidur pulas di malam hari? __________________

Berikan tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan kebiasaan tidur anda
Jawaban
Kurang Sekali atau 2 3 atau lebih
Tidak pernah dari sekali kali dalam dalam
(0) dalam seminggu seminggu
seminggu (2) (3)
(1)
5. Dalam sebulan ini
berapa sering anda
mengalami masalah
tidur
a. Tidak dapat tidur
dalam 30 menit
b. Bangun ditengah
malam atau dini
hari
c. Sering bangun
untuk ke kamar
kecil
d. Tidak dapat
bernafas dengan
baik
e. Batuk atau
mendengkur secara
nyaring
f. Merasa terlalu
dingin
g. Merasa terlalu
panas
h. Mengalami mimpi
buruk
i. Merasa sakit/nyeri
j. Berapa sering anda
mengalami masalah
78

tidur
6. Selama seminggu ini,
berapa sering anda
mengkonsumsi obat-
obatan tidur untuk
membantu tidur
7. Dalam seminggu ini
berapa sering anda
mengalami masalah
dalam mengemudi,
makan ataupun aktivitas
sosial
Tidak
Kecil Sedang Besar
Antusias
(1) (2) (3)
(0)
8. Dalam seminggu ini,
berapa banyak masalah
yang membuat anda
tidak antusias untuk
menyelesaikannya
Sangat baik Baik Buruk Sangat Buruk
(0) (1) (2) (3)
9. Dalam seminggu ini,
bagaimana kualitas tidur
anda secara
keseluruhan?
79

HASIL PENELITIAN

Frequencies

Statistics

Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Aktivitas Fisik Kualitas Tidur


N Valid 54 54 54 54 54 54
Missing 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 60-695 Tahun 40 74.1 74.1 74.1
66-70 Tahun 8 14.8 14.8 88.9
71-75 Tahun 6 11.1 11.1 100.0
Total 54 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Laki-laki 34 63.0 63.0 63.0
Perempuan 20 37.0 37.0 100.0
Total 54 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Sekolah 5 9.3 9.3 9.3
SD 8 14.8 14.8 24.1
SMP 21 38.9 38.9 63.0
SMA 18 33.3 33.3 96.3
Perguruan Tinggi 2 3.7 3.7 100.0
Total 54 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bekerja / IRT 19 35.2 35.2 35.2
Petani 28 51.9 51.9 87.0
Pekerja Pabrik 3 5.6 5.6 92.6
Wiraswasta 4 7.4 7.4 100.0
Total 54 100.0 100.0
80

Aktivitas Fisik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Sedang 35 64.8 64.8 64.8
Tinggi 19 35.2 35.2 100.0
Total 54 100.0 100.0

Kualitas Tidur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Buruk 17 31.5 31.5 31.5
Baik 37 68.5 68.5 100.0
Total 54 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur * Aktivitas Fisik 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
Jenis Kelamin * Aktivitas
54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
Fisik
Pendidikan * Aktivitas Fisik 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
Pekerjaan * Aktivitas Fisik 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%

Umur * Aktivitas Fisik Crosstabulation

Aktivitas Fisik

Sedang Tinggi Total


Umur 60-695 Tahun Count 24 16 40
% within Umur 60.0% 40.0% 100.0%
66-70 Tahun Count 6 2 8
% within Umur 75.0% 25.0% 100.0%
71-75 Tahun Count 5 1 6
% within Umur 83.3% 16.7% 100.0%
Total Count 35 19 54
% within Umur 64.8% 35.2% 100.0%
81

Jenis Kelamin * Aktivitas Fisik Crosstabulation

Aktivitas Fisik

Sedang Tinggi Total


Jenis Kelamin Laki-laki Count 27 7 34
% within Jenis Kelamin 79.4% 20.6% 100.0%
Perempuan Count 8 12 20
% within Jenis Kelamin 40.0% 60.0% 100.0%
Total Count 35 19 54
% within Jenis Kelamin 64.8% 35.2% 100.0%

Pendidikan * Aktivitas Fisik Crosstabulation

Aktivitas Fisik

Sedang Tinggi Total


Pendidikan Tidak Sekolah Count 3 2 5
% within Pendidikan 60.0% 40.0% 100.0%
SD Count 3 5 8
% within Pendidikan 37.5% 62.5% 100.0%
SMP Count 16 5 21
% within Pendidikan 76.2% 23.8% 100.0%
SMA Count 12 6 18
% within Pendidikan 66.7% 33.3% 100.0%
Perguruan Tinggi Count 1 1 2
% within Pendidikan 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 35 19 54
% within Pendidikan 64.8% 35.2% 100.0%

Pekerjaan * Aktivitas Fisik Crosstabulation

Aktivitas Fisik

Sedang Tinggi Total


Pekerjaan Tidak Bekerja / IRT Count 9 10 19
% within Pekerjaan 47.4% 52.6% 100.0%
Petani Count 21 7 28
% within Pekerjaan 75.0% 25.0% 100.0%
Pekerja Pabrik Count 2 1 3
% within Pekerjaan 66.7% 33.3% 100.0%
Wiraswasta Count 3 1 4
% within Pekerjaan 75.0% 25.0% 100.0%
Total Count 35 19 54
% within Pekerjaan 64.8% 35.2% 100.0%
82

Umur * Kualitas Tidur Crosstabulation

Kualitas Tidur

Buruk Baik Total


Umur 60-695 Tahun Count 15 25 40
% within Umur 37.5% 62.5% 100.0%
66-70 Tahun Count 1 7 8
% within Umur 12.5% 87.5% 100.0%
71-75 Tahun Count 1 5 6
% within Umur 16.7% 83.3% 100.0%
Total Count 17 37 54
% within Umur 31.5% 68.5% 100.0%

Jenis Kelamin * Kualitas Tidur Crosstabulation

Kualitas Tidur

Buruk Baik Total


Jenis Kelamin Laki-laki Count 7 27 34
% within Jenis Kelamin 20.6% 79.4% 100.0%
Perempuan Count 10 10 20
% within Jenis Kelamin 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 17 37 54
% within Jenis Kelamin 31.5% 68.5% 100.0%

Pendidikan * Kualitas Tidur Crosstabulation

Kualitas Tidur

Buruk Baik Total


Pendidikan Tidak Sekolah Count 0 5 5
% within Pendidikan .0% 100.0% 100.0%
SD Count 4 4 8
% within Pendidikan 50.0% 50.0% 100.0%
SMP Count 5 16 21
% within Pendidikan 23.8% 76.2% 100.0%
SMA Count 7 11 18
% within Pendidikan 38.9% 61.1% 100.0%
Perguruan Tinggi Count 1 1 2
% within Pendidikan 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 17 37 54
% within Pendidikan 31.5% 68.5% 100.0%
83

Pekerjaan * Kualitas Tidur Crosstabulation

Kualitas Tidur

Buruk Baik Total


Pekerjaan Tidak Bekerja / IRT Count 9 10 19
% within Pekerjaan 47.4% 52.6% 100.0%
Petani Count 5 23 28
% within Pekerjaan 17.9% 82.1% 100.0%
Pekerja Pabrik Count 1 2 3
% within Pekerjaan 33.3% 66.7% 100.0%
Wiraswasta Count 2 2 4
% within Pekerjaan 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 17 37 54
% within Pekerjaan 31.5% 68.5% 100.0%

Aktivitas Fisik * Kualitas Tidur Crosstabulation

Kualitas Tidur

Buruk Baik Total


Aktivitas Fisik Sedang Count 2 33 35
% within Aktivitas Fisik 5.7% 94.3% 100.0%
Tinggi Count 15 4 19
% within Aktivitas Fisik 78.9% 21.1% 100.0%
Total Count 17 37 54
% within Aktivitas Fisik 31.5% 68.5% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 30.618a 1 .000
Continuity Correctionb 27.317 1 .000
Likelihood Ratio 32.384 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
30.051 1 .000
Association
N of Valid Casesb 54
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.98.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.


Nominal by Nominal Contingency Coefficient .602 .000
N of Valid Cases 54
84

DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai