PENDAHULUAN
Begitu pentingnya masalah aturan, nilai, moral, tata tertib, dan pendisiplinan bagi
kehidupan manusia dalam rangka menjadikan harkat, martabat dan hidupnya sejahtera.
Upaya untuk itu menjadi tugas dunia pendidikan dan pendidikan itu sendiri merupakan
proses pembelajaran disiplin bagi individu. Kenyataannya masalah disiplin justru seperti
momok yang menakutkan bagi penyelenggara pendidikan dan peserta didik. Hasil polling
Gallup (dalam Geoff Colvin, 2008) yang diambil dari anggota masyarakat dan para pendidik
selama beberapa tahun lalu (di daerah Amerika) telah memeringkatkan tata tertib sekolah
dan perilaku siswa dalam peringkat tiga tertinggi dari masalah utama yang dihadapi sekolah.
Proses pembelajaran yang terjadi dan diikuti oleh seorang siswa di sekolah tidak akan
pernah lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib, dan setiap siswa dituntut untuk dapat
berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib tersebut. Peraturan, tata tertib, dan berbagai
Tata tertib sekolah merupakan pedoman bagi sekolah untuk menciptakan susana
sekolah yang aman dan tertib sehingga akan terhindar dari kejadian-kejadian yang bersifat
negatif. Hukuman yang diberikan ternyata tidaklah ampuh untuk menangkal beberapa
Kita mengetahui dan menyadari bahwa untuk membentuk pribadi/prilaku yang mulia
diperlukan berbagai macam cara. Sedangkan untuk mencetak siswa yang berprilaku yang
baik dan berprestasi, maka hal ini membutuhkan aturan atau norma yang biasanya
perlu adanya tata tertib sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tata tertib sekolah
dapat menciptakan disiplin dan orientasi akademis murid sekolah pada khususnya, dan
sekolah memiliki pedoman dan acuan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam
melaksanakan kebijakan, program, dan kegiatan sekolah. Jika negara memiliki konstitusi,
tertib sekolah.
Seorang siswa dalam proses mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas
dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa
dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di
sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di
sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib dan berbagai
ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah.
Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak
menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan
dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Yang dimaksud disiplin sekolah adalah aturan-aturan
yang ada di sekolah, misalnya aturan tentang standar waktu dan berpakaian. Pengertian
disiplin sekolah sendiri kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi)
ketertiban siswa dalam mentaati tata tertib berpakaian seragam. Upaya menegakkan
Ketertiban Siswa Dalam Mentaati Tata Tertib Berpakaian Seragam disekolah bisa dengan
berbagai cara, salah satunya adalah dengan menerapkan Tekhnik Bimbingan Kelompok.
Bimbingan kelompok adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu
orang pada waktu yang bersamaan. Pengertian ini menekankan pentingnya kelompok-
berlatih berbicara, menanggapi, memberi menerima pendapat orang lain, membina sikap dan
perilaku yang normatif serta aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat
yang dimiliki.
Hal-hal tersebut di ataslah yang menjadi latar belakang penulisan penelitian ini yang
berjudul "Upaya Meningkatkan Ketertiban Siswa Dalam Mentaati Tata Tertib Berpakaian
Seragam Melalui Bimbingan Kelompok Pada Kelas VIII C Semester 2 Di SMP Negeri ...
bagaimana upaya meningkatkan Ketertiban Siswa Dalam Mentaati Tata Tertib Berpakaian
Seragam melalui Bimbingan Kelompok pada kelas VIII C Di SMP Negeri ... ?
Tujuan teoritik penelitian tindakan Bimbingan Konseling (PTBK) ini adalah untuk
Siswa Dalam Mentaati Tata Tertib Berpakaian Seragam Melalui Bimbingan Kelompok
Pada Kelas VIII C Semester 2 Di SMP Negeri ... Tahun Pelajaran 2017/2018" ini adalah:
Tertib Berpakaian Seragam dalam penelitian ini adalah : upaya yang di lakukan agar
siswa mampu melaksanakan kedisiplinan terhadap aturan sekolah yang ada. Tata tertib
dalam hal ini adalah merupakan pedoman bagi sekolah untuk menciptakan susana
sekolah yang aman dan tertib sehingga akan terhindar dari kejadian-kejadian yang
bersifat negative. Sedangkan kedisiplinan adalah perilaku siswa untuk menjalani dan
tidak melanggar aturan tersebut. Dalam penelitian ini kedisiplinan difokuskan pada
bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan.
Bagi guru BK penelitian ini dapat berguna untuk melaksanakan kegiatan yang
bertujuan positif seperti meningkatkan Ketertiban Siswa Dalam Mentaati Tata Tertib
Melalui Bimbingan Kelompok yang ada akan membantu siswa agar mentaati
Wacana dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan refrensi
kedisiplinan siswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berbeda. Hal ini mengakibatkan banyak kepentingan individu yang satu sama lainnya
saling bertentangan, yang apabila tidak diatur maka akan menimbulkan suatu kekacauan.
Untuk itulah maka perlu diciptakan suatu aturan atau norma. Peraturan atau norma ini
berlaku pada suatu masyarakat dan suatu waktu. Norma sendiri ada yang disebut dengan
norma agama, norma hukum, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Norma yang
secara tegas melindungi kepentingan manusia dalam pergaulan hidupnya adalah norma
hukum. Norma hukum seringkali ditaati oleh masyarakat karena didalamnya terkandung
sifat memaksa dan siapa saja yang melanggarnya pasti akan dikenai sanksi. Oleh karena
itu dalam setiap lingkungan masyarakat, lembaga, organisasi baik swasta maupun
yang berkualitas, tentunya sangat diperlukan suatu aturan guna mewujudkan tujuan
yang sedang dalam masa transisi, sangat rentan sekali terhadap perilaku yang
menyimpang. Oleh karena itu diperlukan suatu hukum atau aturan yang harus diterapkan di
sekolah yang bertujuan untuk membatasi setiap perilaku siswa. Di lingkungan sekolah
yang menjadi “hukum” nya adalah tata tertib sekolah. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (1998: 37), mengemukkan bahwa “peraturan tata tertib sekolah adalah
tertib sebagai “sederetan peraturan yang harus ditaati dalam suatu situasi atau dalam tata
kehidupan tertentu”.
Hal ini mengandung arti bahwa dalam kehidupan manusia dimana pun berada pasti
memerlukan tata tertib. Tata tertib adalah patokan seseorang untuk bertingkah laku sesuai
yang diharapkan oleh keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam lingkungan sekolah
tata tertib diperlukan untukm menciptakan kehidupan sekolah yang kondusif dan penuh
dengan kedisiplinan.
Melihat uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tata tertib sekolah itu dibuat
sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah tersebut, yang memuat hal-hal yang diharuskan
dan dilarang bagi siswa selama ia berada di lingkungan sekolah dan apabila mereka
melakukan pelanggaran maka pihak sekolah berwenang untuk memberikan sanksi sesuai
Sebelum membahas tentang tujuan tata tertib yang lebih luas, akan penulis uraikan
terlebih dahulu tujuan dari peraturan. Menurut Hurlock (1990: 85), yaitu: “peraturan
bertujuan untuk membekali anak dengan pedoman berperilaku yang disetujui dalam situasi
tertentu”. Misalnya dalam peraturan sekolah, peraturan ini memuat apa yang harus
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh siswa, sewaktu berada di lingkungan
sekolah. Tujuan tata tertib adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang menunjang
terhadap kelancaran, ketertiban dan suasana yang damai dalam pembelajaran. Dalam
adalah suatu kondisi dinamis yang menimbulkan keserasian dan keseimbangan tata
pergaulan, penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana dan dalam mengatur
hubungan dengan masyarakat serta lingkungan. Menurut Kusmiati (2004: 22), bahwa
tujuan diadakannya tata tertib salah satunya sesuai dengan yang tercantum dalam setiap
a. tujuan peraturan keamanan adalah untuk mewujudkan rasa aman dan tentram serta bebas
dari rasa takut baik lahir maupun batin yang dirasakan oleh seluruh warga, sebab jika
antar individu tidak saling menggangu maka akan melahirkan perasaan tenang dalam diri
b. tujuan peraturan kebersihan adalah terciptanya suasana bersih dan sehat yang terasa dan
c. tujuan peraturan ketertiban adalah menciptakan kondisi yang teratur yang mencerminkan
keserasian, keselarasan dan keseimbangan pada tata ruang, tata kerja, tata pergaulan
d. tujuan peraturan keindahan adalah untuk menciptakan lingkungan yang baik sehingga
e. tujuan peraturan kekeluargaan adalah untuk membina tata hubungan yang baik antar
individu yang mencerminkan sikap dan rasa gotong royong, keterbukaan, saling
membantu, tenggang rasa dan saling menghormati. Berdasarkan uraian diatas, maka
setiap warga negara bertanggung jawab untuk menciptakan suasana yang aman, tertib,
bersih, indah dan penuh kekeluargaan, agar proses interaksi antar warga dalam rangka
dilaksanakan.
Keberadaan tata tertib sekolah memegang peranan penting, yaitu sebagai alat untuk
mengatur perilaku atau sikap siswa di sekolah. Soelaeman (1985: 82), berpendapat bahwa:
“peraturan tata tertib itu merupakan alat guna mencapai ketertiban”. Dengan adanya tata
tertib itu adalah untuk menjamin kehidupan yang tertib, tenang, sehingga kelangsungan
hidup sosial dapat dicapai. Tata tertib yang direalisasikan dengan tepat dan jelas serta
terciptanya suasana masyarakat belajar yang tertib, damai, tenang dan tentram di sekolah.
Peraturan dan tata tertib yang berlaku di manapun akan tampak dengan baik apabila
keberadaannya diawasi dan dilaksanakan dengan baik, hal ini sesuai yang dikemukakan
Dengan adanya pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa sekolah merupakan ajang
pendidikan yang akan membawa siswa ke kehidupan yang lebih luas yaitu lingkungan
masyarakat, dimana sebelum anak (siswa) terjun ke masyarakat maka perlu dibekali
dan damai.
Tata tertib sekolah berperan sebagai pedoman perilaku siswa, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Hurlock (1990: 76), bahwa : “peraturan berfungsi sebagai pedoman
perilaku anak dan sebagai sumber motivasi untuk bertindak sebagai harapan sosial…”. Di
samping itu, peraturan juga merupakan salah satu unsur disiplin untuk berperilaku. Hal ini
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hurlock (1990: 84) yaitu: Bila disiplin
diharapkan mampu mendidik anak-anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang
ditetapkan kelompok sosial mereka, ia harus mempunyai empat unsur pokok, apapun cara
dalam peraturan tersebut dan dalam cara yang digunakan untuk mengajak dan
yang sejalan dengan perilaku yang berlaku. Berdasarkan pendapat di atas, dapat di ketahui
bahwa dalam menerapkan disiplin perlu adanya peraturan dan konsistensi dalam
pelaksanaannya.
Tata tertib sekolah mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam membantu
membiasakan anak mengendalikan dan mengekang perilaku yang diinginkan, seperti yang
perilaku yang disetujui oleh anggota kelompok tersebut. Misalnya anak belajar dari
peraturan tentang memberi dan mendapat bantuan dalam tugas sekolahnya, bahwa
memenuhi kedua fungsi di atas, maka peraturan atau tata tertib itu harus dimengerti,
diingat, dan diterima oleh individu atau siswa. Bila tata tertib diberikan dalam kata-
kata yang tidak dapat dimengerti, maka tata tertib tidak berharga sebagai suatu
pedoman perilaku.
Jadi kesimpulan yang dapat penulis kemukakan bahwa tata tertib berfungsi
mendidik dan membina perilaku siswa di sekolah, karena tata tertib berisikan keharusan
yang harus dilaksanakan oleh siswa. Selain itu tata tertib juga berfungsi sebagai
’pengendali’ bagi perilaku siswa, karena tata tertib sekolah berisi larangan terhadap siswa
tentang suatu perbuatan dan juga mengandung sanksi bagi siswa yang melanggarnya.
Kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah yang seharusnya adalah yang
bersumber dari dalam dirinya dan bukan karena paksaan atau tekanan dari pihak lain.
Kepatuhan yang baik adalah yang didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan
tersebut. Menurut Djahiri (1985: 25), tingkat kesadaran atau kepatuhan seseorang terhadap
d. taat atas dasar adanya aturan dan hukum serta untuk ketertiban
khususnya siswa untuk mematuhi aturan atau hukum memang sangat penting. Selain
bertujuan untuk ketertiban juga berguna untuk mengatur tata perilaku siswa agar sesuai
Pada masa kolonial, murid-murid STOVIA (School tot Opleiding van Indische
pakaian tradisional daerah masing-masing saat bersekolah. Mereka dengan tegas dilarang
berpakaian ala orang Eropa, meski pendidikan yang mereka dapatkan sebenarnya sama
dengan orang Eropa. Larangan memakai busana yang bergaya Eropa merupakan upaya
pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk mencegah para murid pribumi itu secara visual
Bagi pemerintah kolonial, orang-orang pribumi memiliki nilai yang lebih rendah
dibandingkan orang Eropa sehingga mereka tak boleh “menyerupai” orang Eropa. Kata
“menyerupai” di sini terutama berarti secara visual karena dalam hal pendidikan, murid-
murid STOVIA mendapat pelajaran yang sama dengan calon dokter Eropa. Dari kasus ini,
bisa disimpulkan bahwa bentuk visual sebuah pakaian bisa menjadi penentu penting
merta diberi perhatian pemerintah. Sampai beberapa tahun setelah kemerdekaan, masih
visual para peserta didik. Penyeragaman semacam itu diperlukan, agar tidak terjadi
ketimpangan yang mencolok antara siswa dari keluarga kaya dengan siswa dari keluarga
miskin.
Pendidikan dan Kebudayaan pada 17 Maret 1982 ini—khusus berlaku untuk sekolah
baju seragam sekolah berdampak pada model model seragam sekolah yang digunakan oleh
a. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekarang ini banyak sekali terjadi pelanggaran terhadap
pemakaian seragam sekolah, misalnya penggunaan rok pada siswa putri yang tidak
sesuai dengan aturan sekolahnya, misalnya menggunakan rok diatas lutut, bagi siswa
putra celananya dimodel pensil dan terlalu turun dan bahasa jawanya mete-mete.
b. Baju yang digunakan oleh siswa putri juga banyak yang dikecilkan sehingga terlihat
c. Banyak pula yang bajunya transparan, dan yang lebih parah ada pula siswa yang tidak
d. Tradisi corat coret seragam sekolah yang setiap kelulusan pasti ada saja siswa yang
e. Selain mengakibatkan pelanggaran yang terjadi, hal ini juga dapat meningkatkan
2.2.7. Masalah Yang Timbul Dengan Adanya Peraturan Pemakaian Baju Seragam
Sekolah Peraturan mengenai pemakaian baju seragam di sekolah menimbulkan pro kontra
di berbagai kalangan, dibeberapa pihak ternyata tidak menyetujui akan adanya peraturan
tersebut. Mereka berpendapat bahwa Niat awal dari adanya baju seragam sekolah
“meminimalisir” kesenjangan memang mulia yaitu agar siswa dapat berbaur dan tidak
minder. Namun melihat faktanya, yang terjadi akan tetap sama: yang kaya bergaul
dengan yang kaya, sementara yang miskin tetap bergaul dengan yang miskin. Yang
populer dengan yang populer, sementara yang tersisihkan bergerombol dengan yang
tersisihkan. Sekalipun pakaiannya disamaratakan, kesenjangan itu tetap akan terlihat: dari
sepatu yang dikenakan, dari handphone yang dijinjing, dari lingkaran pertemanan yang
dijalin, dari
wangi parfum yang dikenakan, dari grup-grup yang dibentuk , dan lain-lain.
atribut, asesoris. Seragam sekolah tidak memiliki korelasi dengan prestasi siswa dan
seragam
pun pendidikan nasional harus jalan. Generasi muda sebagai penerus bangsa harus tetap
Selain itu, mereka pihak yang pro terhadap peraturan seragam sekolah ini juga
berpendapat bahwa adanya peraturan tentang pemakaian seragam sekolah ini berdampak
pada siswa, menurut mereka hak individualitas siswa dilanggar, siswa tidak dapat
pembentukan karakter kepribadian siswa. Selain pada siswa, juga berdampak pada orang
tua siswa, orangtua yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah sulit menjangkau harga
hampir saja dihapuskan. Beberapa tahun yang lalu Menteri Pendidikan Nasional
2.2.8. Cara Mengatasai Masalah yang timbul mengenai Pro Kontra Seragam Sekolah
Dalam pembahasan ini, akan dibahas mengenai perlu atau pentingnya Baju seragam
untuk sebuah sekolah. Ternyata selain munculnya isu isu yang Pro terhadap baju seragam
sekolah, dibeberapa kalangan justru menyetujui dengan adanya pemakaian baju seragam
sekolah ini. Baju seragam sekolah sangat penting bagi siswa siswi disuatu sekolah. Saat
seragam sekolah hampir dihapuskan pejabat pemerintah, guru, dan orangtua siswa sangat
ditentukan berdasarkan hari dalam tiap minggunya, dapat menciptakan perasaan dan
semangat disiplin, misalnya pada hari Senin sampai dengan hari Kamis siswa
berseragam sekolah, hari Jumat dan Sabtu memakai seragam pramuka, dan setiap
c. Membentuk kerapian. Saat pelaksanaan upacara bendera, akan tampak jelas, dengan
dipandang.
seragam sekolah sesuai jenjang pendidikan masing-masing, orang tua merasa bangga.
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama berseragam putih biru, Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas berseragam putih abu-abu, sehingga dengan mudah dibedakan mana siswa Sekolah
Dasar, mana siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan mana siswa Sekolah
h. Memudahkan pemantauan, bila dalam rangka upacara peringatan hari besar nasional,
atau dalam acara perlombaan, atau juga dalam kegiatan wisata maupun kegiatan yang
lain secara bersamaan dengan berbagai sekolah di segala jenjang pendidikan. Dengan
merasa bukan anak liar, yang sangat bebas bertindak dan melakukan pelanggaran asusila
j. Ada perbedaan antara baju seragam sekolah dengan pakaian di rumah, atau pakaian
kegiatan di luar rumah. Masing-masing pakaian dipakai sesuai dengan fungsi, situasi
dan kondisinya.
baru bagi sekolah dan juga orang tua siswa. Bagi sekolah, dengan adanya peraturan
pemakaian baju seragam sekolah, siswa dididik untuk selalu tertib. Bila benar-benar
seragam sekolah dihapus, tentunya sekolah harus pula merombak peraturannya, utamanya
Selain itu, jika dikatakan tadi bahwa seragam sekolaha yang di anggap mahal akan
membebani orang tua, justru dengan adanya seragam sekolah akan memudahkan orangtua
karena tidak lagi menyediakan pakaian baru yang layak untuk sekolah anak-anaknya, yang
orang tua, khususnya yang tidak atau kurang mampu, akan menjadi masalah besar,
karena harus menyediakan pakaian baru yang layak untuk sekolah anak-anaknya. Ya,
kalau kebetulan anaknya satu atau dua, kemungkinan tidak begitu terasa berat. Lalu
bagaimana dengan yang anaknya banyak dan semuanya masih bersekolah? Bukankah
mereka harus menyediakan pakaian baru layak pakai sekolah untuk anak-anaknya, yang
Jadi dari berbagai kerugian yang timbulnya akan adanya peraturan seragam sekolah,
ternyata lebih banyak memiliki keuntungan. Untuk mengekspresikan diri bukan hanya
melalu fashion, jadi tidak ada salahnya jika pemakaian baju seragam sekolah diterapkan.
kondisi ekonomi siswanya. Misalnya dengan membantu siswa yang kurang mampu.
Memakai Baju Seragam Sekolah atau tidak, ukuran kesopanan dan kerapian hendaknya
diukur dari standar Islam. Bila tidak akan terjadi perbedaan yang mencolok dan tidak
perlu.
yang diberikan kepada lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan. Pengertian
satu teknik dalam bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapat mencapau
perkembangnnya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nila-
memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu ( terutama dari guru
dua jenis, yaitu bimbingan kelompok bebas dan bimbingan kelompok tugas, yaitu :
yang disampaikan pada anggota kelompok tersebut menjadi pokok bahasan dalam
kelompok.
2. Bimbingan kelompok tugas, Bimbingan kelompok tugas adalah salah satu bentuk
peserta belajar memahami perasaan peserta lain dan masalahnya. Dan juga memberi
mencegah permasalaha yang timbul dan belajar memahami perasaan orang lain dan
permasalahannya.
4. Dapat memahami dan mengarahkan dorongan dalam dirinya kearah tindakan yang
nyata.
10. Belajar menilai kemanjuan yang telah dicapai dan merumuskan kembali rencana
pengalaman mengenai memahami orang lain dan permasalahnnya, dapat lebih akrab
dengan anggota kelompok, dapat merencanakan kehidupan dalam jangka pendek dan
panjang, menbanalisis rencana yang sudah dibuat dan belajar menilai kemajuan rencana
1. Saling hubungan dinamis antar anggota, dalam hubungan yang saling dinamis antara
anggota kelompok, menunjuk pada suasana antara hubungan itu sendiri, khususnya
suasana perasaan yang tumbuh di dalam kelompok itu sendiri. Suasana perasaan itu
meliputi rasa diterima atau ditolak, senang atau benci, berani atau takut, yang
semuanya menyangkut sikap reaksi dan tanggapan para anggota yang berdasarkan
2. Tujuan bersama adalah pusat dari kegiatan kehidupan kelompok. Tujuan yang nyata
akan diterima oleh semua anggota kelompok, sehingga mereka benar- benar
1). Kelompok dua : kelompok yang terdiri atas 2 individu adalah kelompok paling
2). Kelompok tiga adalah yang terdiri dari 3 orang. Dinamika saling hubungan di
antara mereka dapat tumbuh subur, hanya bahayanya bila dua diantaranya
pemimpinya sendiri.
4). Kelompok 8-30 orang adalah kelompk yang baik untuk pendidikan tertentu,
muka umum. Namun kelompok ini kurang efektif untuk menciptakan keakraban
5). Itikad dan sikap para anggota, itikad baik dapat diartikan tidak menang sendiri,
tidak sekedar menaggapi atau menyerang pendapat orang lain adalah sangat
penting dalam kehidupan kelompok. Sikap para anggota yang dimaksud bahwa
setiap anggota dapat memberi waktu dan kesempatan pada anggota lain untuk
mengemukakan pendapat secara leluasa. Jika sikap ini dapat berkembang, maka
kehidupan kelompok yang baik dapat tumbuh, dan sebaliknya jika dalam
oleh pendapat orang lain, atau tindakan begitu saja meng “iya” kan apa yang
perlu diingat bahwa dalam rangka mengembangkan diri dan mewujudkan diri
tersebut tidak boleh melangar itikad dan sikap kehidupan kelompok. Kehadiran
setiap anggota perlu disertai dengan sikap tenggang rasa yang selaras, serasi dan
METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling (PTBK) ini dilakukan pada VIII C SMP
Negeri ... tahun ajaran 2017/2018 dengan jumlah peserta didiK 27 siswa terdiri dari .. siswa
Kegiatan penelitian tindakan kelas ini direncanakan 2 siklus. Penelitian ini diawali
dengan kegiatan observasi sebagai penjajagan untuk memperoleh informasi dan gambaran
terhadap permasalahan yang sedang dihadapi, diteliti dan tindakan yang telah dilakukan oleh
guru. Dan dilanjutkan dengan membahas hasil observasi serta merencanakan dan
menetapkan tindakan.
dari proses penelitian siklus 1 , ditindak lanjuti proses penelitian siklus II. Dalam setiap
1. Perencanaan (Planning)
3. oengamatan (Observing)
4. Refleksi (Reflekting)
3.2.1.1 Perencanaan
guru mata pelajaran dan guru wali kelas. Pedoman wawancara berfungsi
Seragam.
3. Membuat alat evaluasi yang berfungsi sebagai alat evaluasi hasil pengamatan
3.2.1.2Pelaksanaan Tindakan
mata pelajaran dan wali kelas.Hal yang diamati dan di wawancarai berupa
Kegiatan Awal
Doa bersama
Kegiatan Inti
Guru BK memberikan bimbingan terhadap siswa.
Kegiatan Penutup
Salam penutup
3.2.1.3 Refleksi
dilaksanakan pada tahap pra siklus, kemudian bila perlu merevisi tindakan
berikut :
tindakan pada hakikatmya melaksanakan skenario yang sudah tertera dalam tahap
fokus tujuan dan refleksi dari siklus sebelumnya. Berikut ini adalah kegiatan pada
siklus 1 :
Tahap pembentukan
Berdoa
Tahap peralihan
suasana tersebut
dalam kelompok
Tahap kegiatan
seragam
Menjelaskan pentingnya topik tersebut dibahas dalam kelompok
Selingan
Tahap pengakhiran
Berdoa
PERPISAHAN
5. Pengamatan (Observing)
6. Refleksi (Reflekting)
Dari hasil upaya meningkatkan Ketertiban Siswa Dalam Mentaati Tata
peneliti juga melakukan wawancara pada beberapa pihak. Setelah itu di evaluasi
Hasil analisis ini kemudian menjadi dasar untuk melakukan refleksi diri untuk
3.2.3.1. Perencanaan
banyak dari peneliti karena pada dasarnya perencanaan pada siklus II sama
Perlu dijelaskan dan ditegaskan dalam penelitian ini, bahwa tujuan utama
Berdoa
Ice Breaking
Tahap peralihan
Tahap kegiatan
Selingan
Tahap pengakhiran
Berdoa
PERPISAHAN
3.2.3.3 Pengamatan
data-data yang akurat secara secara kualitatif. Langkah ini juga difungsikan
Hasil monitoring dapat dilihat dari hasil analisis lembar observasi dan
pemantauan, catatan lapangan wawancara dengan siswa dan atau guru sejawad
3.2.3.4 Refleksi
Dari hasil analisis semua metode penelitian baik itu berupa observasi,
wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan maka kemudian hasil kerja ini
Jenis data yang dikumpulkan khususnya pada perilaku siswa yang sering tidak masuk
pada jam pertama, dan juga perilaku-perilaku lain yang sering juga di lakukan di sekolah,
seperti :
1. Data siswa putri yang menggunakan rok di atas lutut dan data siswa putra yang
2. Data siswa yang seringkali tidak menggunakan pakaian identitas sekolah saat hari rabu
dan kamis.
4. Data siswa putri yang menggunakan rok sesuai aturan sekolah dan data siswa putra yang
5. Data siswa yang menggunakan pakaian identitas sekolah saat hari rabu dan kamis
1. Lembar observasi untuk mengungkap siapa saja siswa yang tidak melanggar aturan tata
2. Pedoman wawancara untuk mengungkap latar belakang mengapa siswa melanggar aturan
Ketertiban Siswa Dalam Mentaati Tata Tertib Berpakaian Seragam melalui Bimbingan
Kelompok dari hasil PTBK (Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling) ini akan dapat
1. Berapa siswa putri yang menggunakan rok di atas lutut dan berapa siswa putra yang
2. Berapa siswa yang tidak menggunakan pakaian identitas sekolah saat hari rabu dan
kamis?
3. Berapa siswa tidak memakai atribut seragam sekolah?
4. Pengakuan dari siswa bahwa dirinya tidak akan pernah menggunakan rok di atas lutut
dan berapa siswa putra yang menggunakan celana dengan model yang tidak sesuai aturan
5. Pengakuan dari siswa bahwa dirinya akan menggunakan pakaian identitas sekolah saat
6. Pengakuan dari siswa bahwa dirinya akan memakai atribut seragam sekolah lengkap
Sesuai dengan tujuan penelitian yang dikemukakan pada bagian awal penelitian ini,
tujuan penelitian ini adalah mengupayakan peningkatan Ketertiban Siswa Dalam Mentaati
Tata Tertib Berpakaian Seragam melalui Bimbingan Kelompok , maka yang menjadi
indikator kinerja dalam penelitian ini adalah melalui Bimbingan Kelompok akan dapat