Anda di halaman 1dari 4

Konsep Islam Dalam Menghadapi Wabah

Oleh : Mohamad Mahali, Bojonegoro

Mengenali Wabah Dalam Islam


Wabah merupakan musibah yang datangnya tidak dapat kita duga. Tak seorang pun ingin
menerima wabah dalam kehidupan sehari-harinya. Namun jika ternyata wabah itu datang
dengan tiba-tiba, maka apa boleh buat. manusia harus tetap menerimanya meski keadaan
tersebut sebtulnya berat ditanggungnya.
Wabah yang dalam bahasa arab bisa disebut al-waba’ ini bisa beragam bentuk definisi.
Sebagian orang ada yang berpandangan bahwa wabah pada dasarnya sama dengan Tha’un,
namun ada juga yang memberi definisi bahwa al-waba’ bukanlah Tho’un. Bagi yang mengtakan
bahwa al-waba’ tidak sama dengan Tha’un , mereka mendefinisikan bahwa al-waba’ adalah
tersebarnya suatu penyakait secara besar dari tempat atau masyarakat ke tempat atau ke tempat
lain di mana persebaran penyakit ini bisa melampaui suatu letak geografis pada masa dan waktu
tertentu.
Dalam sejarah, Wabah yang turun dimuka bumi ini ternyata ada bermacam-macam. Yang
terkenal di antara wabah tersebut adalah virus sampar, lintah air dan virus cacar.
Virus sampar pernah terjadi pada zaman Nabi Shalih dan Kaum Tsamud. Hal ini tertulis
dalam Al-Qur’an Surat Hud dari ayat 61 – 68

‫قَا َل اَي قَ ْو ِم ا ْع ُبدُ وا اهَّلل َ َما لَمُك ْ ِم ْن هَل ٍ غَرْي ُ ُه ُه َو َأن ْ َش َأمُك ْ ِم َن األ ْر ِض َو ْاس َت ْع َم َرمُك ْ ِفهيَ ا فَ ْاس َت ْغ ِف ُرو ُه مُث َّ تُوبُ وا لَ ْي ِه َّن‬
‫ِإ ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ٍك‬9 ٍّ ‫ قَالُوا اَي َصا ِل ُح قَدْ ُك ْن َت ِفينَا َم ْر ُج ًّوا قَ ْب َل ه ََذا َأتَهْن َااَن َأ ْن ن َ ْع ُب دَ َم ا ي َ ْع ُب دُ آاَب ُؤاَن َو نَّنَ ا لَ ِفي َش‬.‫يب‬ ٌ ِ‫يب ُمج‬ ٌ ‫َريِّب قَ ِر‬
‫نَ ٍة ِم ْن َريِّب َوآاَت يِن ِمنْ ُه َرمْح َ ًة فَ َم ْن ي َ ْنرُص ُ ِإيِن ِم َن اهَّلل ِ ْن‬9 ‫ قَا َل اَي قَ ْو ِم َأ َرَأيْمُت ْ ْن ُك ْن ُت عَىَل ب َ ِِّي‬. ‫يب‬ ٍ ‫ِم َّما تَدْ ُعواَن لَ ْي ِه ُم ِر‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َع َص ْي ُت ُه فَ َما تَ ِزيدُ ونَيِن غَرْي َ خَت ْ ِس ٍري َواَي قَ ْو ِم َه ِذ ِه اَن قَ ُة اهَّلل ِ لَمُك ْ آي َ ًة فَ َذ ُروهَا تَْألُك ْ يِف َأ ْر ِض اهَّلل ِ َوال تَ َم ُّس وهَا ب ُِس و ٍء‬
‫ فَلَ َّما َج َاء َأ ْم ُراَن جَن َّ ْينَ ا‬. ‫وب‬ ٍ ‫ فَ َع َق ُروهَا فَ َقا َل تَ َمتَّ ُعوا يِف د َِارمُك ْ ثَالثَ َة َأاَّي ٍم َذكِل َ َو ْع ٌد غَرْي ُ َم ْك ُذ‬. ‫يب‬
ٌ ‫اب قَ ِر‬ ٌ ‫فَيَْأخ َُذمُك ْ عَ َذ‬
‫الص ْي َح ُة‬ َّ ‫ َوَأ َخ َذ اذَّل ِ َين َظلَ ُم وا‬.‫َصا ِل ًحا َواذَّل ِ َين آ َمنُوا َم َع ُه ِب َرمْح َ ٍة ِمنَّا َو ِم ْن ِخ ْز ِي ي َ ْو ِم ِئ ٍذ َّن َرب َّ َك ه َُو الْ َق ِو ُّي الْ َع ِزي ُز‬
‫ِإ‬
‫ َأَك ْن ل َ ْم ي َ ْغنَ ْوا ِفهيَا َأال َّن ثَ ُمو َد َك َف ُروا َرهَّب ُ ْم َأال بُ ْعدً ا ِلثَ ُمو َد‬. ‫فََأ ْص َب ُحوا يِف ِداَي ِرمِه ْ َجا ِث ِم َني‬
‫ِإ‬
Hai kaumku, Inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran)
untukmu, sebab itu biarkanlahDia Makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya
dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat." mereka
membunuh unta itu, Maka berkata Shaleh: "Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama
tiga hari itu adalah janji yang tidak dapat didustakan." Maka tatkala datang azab Kami, Kami
selamatkan Shaleh beserta orang-orang yang beriman bersama Dia dengan rahmat dari Kami dan
dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.
dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati
bergelimpangan di rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah,
Sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum
Tsamud.( Qs Hûd11: 61-68)

Sementara Lintah Air (limnatis nilotica) diceritakan dalam Al-Qur’an dalam kisah
berikut:

‫وت اِب لْ ُج ُنو ِد قَا َل َّن اهَّلل َ ُم ْب َت ِليمُك ْ ِبهَن َ ٍر فَ َم ْن رَش ِ َب ِمنْ ُه فَلَيْ َس ِميِّن َو َم ْن لَ ْم ي َ ْط َع ْم ُه فَ ن َّ ُه ِميِّن ال َم ِن‬
ُ ُ‫فَلَ َّما فَ َص َل َطال‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫وت‬ َ ُ‫ا ْغرَت َ َف غُ ْرفَ ًة ِب َي ِد ِه فَرَش ِ بُوا ِمنْ ُه ال قَ ِليال ِمهْن ُ ْم فَلَ َّما َج َاو َز ُه ه َُو َواذَّل ِ َين آ َمنُوا َم َع ُه قَالُوا ال َطاقَ َة لَنَاِإ الْ َي ْو َم جِب َال‬
‫ِإ‬
‫َو ُجنُو ِد ِه‬
Maka ketika Talut membawa bala tentaranya, dia berkata, “Allah akan menguji kamu dengan
sebuah sungai. Maka barangsiapa meminum (airnya), dia bukanlah pengikutku. Dan
barangsiapa tidak meminumnya, maka dia adalah pengikutku kecuali menciduk seciduk
dengan tangan.” Tetapi mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika
dia (Talut) dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka
berkata, “Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.” (Q.s. al-Baqarah
2: 249)

Selanjutnya adalah Virus Cacar.


Virus cacar adalah virus yang menyerang pada tantara Abrahah yang akan
menghnacurkan ka’bah. Kisah ini disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Fiil :

ٍ‫يل فَ َج َعلَه ُْم َك َع ْص ٍف َمْأ ُكول‬


ٍ 9 ِّ ‫َوَأ ْر َس َل عَلَهْي ِ ْم َطرْي ً ا َأاَب بِي َل تَ ْر ِم ِهي ْم حِب ِ َج َار ٍة ِم ْن ِجِس‬
Dan dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondongbondong, yang melempari mereka
dengan batu dari tanah liat yang dibakar, sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun- daun
yang dimakan (ulat). (Q.s. al-Fil 105: 3-5).

Dari Ayat ini sekilas belum tergambar bahwa yang dimaksud dengan sekawanan burung
yang berbondong-bondong itu bermakna binatang pembawa wabah. Namun demikian dapat kita
ketahui dari beberapa pendapat ada yang mencoba memaknainya dengan binatang pembawa
wabah.
Penjelasan ini dapat kita lihat dari pendapat yang dikemukakan oleh Muhammad Abduh
yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Thayran ababil adalah semacam rengat atau
lalat yang mengandung hama, yang karena ditiup angin melekat pada kaki binatang itu dan
apabila menyentuh tubuh manusia maka tubuh itu akan hancur atau rusak.

Konsep Islam Dalam Menghadapi Wabah.


Sebagaimana telah telah disebutkan di awal bahwa wabah merupakan virus yang
datangnya tak dapat diduga-duga. Namun jika ternyata tiba-tiba datang di tengah-tengah kita,
maka jalan yang harus kita lakukan adalah dengan menerimanya sambil melakukan suatu
tindakan yang telah difirmankan oleh Allah SWT dan melakukan pesan – pesan Nabi
Muhammad SAW serta beberapa sahabat setelah beliau.
Wabah yang diturunkan Oleh Allah SWT tidaklah berarti mengandung keburukan,
namun juga mengandung hikmah yang harus kita ambil sisi positifnya. Nabi Muhammad SAW
dalam hal telah bersabda :

،‫الطاع ُْو ُن‬ َّ ‫ فَلَيْ َس ِم ْن َع ْب ٍد ي َ َق ُع‬، َ ‫هللا َرمْح َ ًة ِللْ ُم ْؤ ِم ِننْي‬


ُ ُ ‫ فَ َج َعهَل‬،‫هللا عَىَل َم ْن يَشَ ا ُء‬ ُ ‫اَك َن َع َـذا ًاب ي َ ْب َعثُ ُه‬ ]‫[الطاعون‬ ‫َأن َّ ُه‬
‫ اَّل اَك َن هَل ُ ِمثْ َل َأ ْج ِر الشَّ هِ ْي ِد‬،ُ ‫هللا هَل‬
ُ ‫ ي َ ْعمَل ُ َأن َّ ُه لَ ْن يُ ِص ْي َب ُه اَّل َما َك َت َب‬،‫فَيَ ْم ُك ُث يِف ْ بَدَل ِ ِه َصا ِبر ًا‬
‫ِإ‬
Sesungguhnya Tho’un merupakan azab yang Allah turunkan kepada siapa saja yang Allah
‫ِإ‬
kehendaki, namun Allah menjadikan Tho’un itu suatu rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Maka tidak seorang hamba yang tetimpa musibah tho’un, lalu ia berdiam diri di daerahnya
(negaranya) dengan sabar serta sesungguhnya ia tahu bahwa apa yang menimpanya adalah
ketentuan Allah, maka tentulah baginya adalah pahala orang yang mati Syahid. (Shahih
Bukhori : Kitab Al-Thib : Hadits ke 5734)

Dari hadits ini dapat kita pahami bahwa wabah (Tho’un atau yang lain) merupakan
kehendak Allah, ia dapat bernilai keimanan yang tinggi jika kita memahami bahwa semua itu
adalah sudah merupakan ketentuan-Nya. Bagi umat Islam tentu harus rela menghadapi wabah ini
dengan penuh keridhaan tanpa adanya suatu penyesalan serta kepanikan yang berlebihan.

Dalam hadits yang lain, Nabi juga memberi pedoman menghadapi wabah. Sebagaimana sabda
beliau :
‫ِف َّر ِم َن الْ َم ْج ُذ ْو ِم اَمَك تَ ِف ُّر ِم َن اَأْل َسد‬
Berlarilah dari kolera sebagaimana engkau lari dari takut dimakan singa (Hadits Sahih Bkuhori,
Kitab At-Thib, Hadits yang ke 5707)

Sementara itu dalam hal larangan tidak boleh mendatangi suatu tempat yang tertimpa wabah,
nabi juga mengajarkan kepada umatnya sebagaimana sabda beliau :

‫اَل يُ ْو ِرد ََّن ُم َم َّر ٌض عَىَل ُم ِص ّ ٍح‬


Janganlah sekali-kali orang yeng tertimpa suatu penyakit (yang menular) berbaur dengan orang
yang sehat (takut tertular) (Shahih Bukhori, Kitab At-Thib, Hadits ke 5770)

Hadits tersebut berisi larangan keras terhadap orang yang terpapar virus menular untuk
bergaul secara langsung dengan orang yang masih belum tertular. Islam sangat menghargai
kesekamatan jiwa dan raga. Menjaga seseorang agar tetap sehat adalah suatu perintah agama
yang harus kita patuhi bersama.

Islam juga tidak mengajarkan sebuah kepanikan. Islam sangat menganjurkan agar
manusia selalu optimis dengan tetap berusaha untuk mencari solusi semaksimal mungkin.
Ada banyak ayat yang mengajarkan kepada kita bahwa kita harus selalu optimis dan realistis
dalam menghadapi apa yang Allah timpakan kepada kita. Ayat-ayat tersebut dapat kita lihat
sebagaimana dalam Surat Al-Baqarah ayat 195, yang berisi tentang larangan berbuat kerusakan,
dan Surat An-Nisa’ ayat 71 tentang perintah untuk selalu waspada.
Demikian beberapa konsep Islam tentang menghadapi Wabah, semoga bermanfaat.

Wallahu A’lam

Anda mungkin juga menyukai