Hasrul Muhammad - 1901113866 - UTS Komunikasi Internasional B
Hasrul Muhammad - 1901113866 - UTS Komunikasi Internasional B
Oleh:
Hasrul Muhammad
1901113866
Hubungan Internasional
Universitas Riau
2021
DAFTAR PUSTAKA
Sistem pers otoriter adalah sebuah sistem media massa yang didasarkan
terhadap teori pers otoriter atau dikenal juga dengan sebutan pers authoritarian.
Teori ini diakui teori yang paling tua, berasal dari abad ke-19 ia berasal dari filsafah
kenegaraan yang membela kekuasaan absolute. Penetapan hal-hal yang benar yang
di percaya hanya segelintir orang yang bijaksana yang mampu memimpin. Pada
dasarnya, pendekatan di lakukan dari atas kebawah.1
Saat ini penyensoran, baik oleh pemerintah maupun swasta, masih hidup
dan berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk yang menyatakan yang
menganut demokrasi. Misalnya perselisihan yang sering terjadi antara wartawan
dengan pemerintahan Singapura yang terkenal dengan kontrol media yang ketat
dimana petugas berwenang melakukan sensor atau pengeditan pada program dan
pengeditan. Harian seperti Asian Wall Street Journal, Far Eastern Economic
Review, dan International Herald Tribune merupakan harian yang pernah
1
Kusumaningrat, Hikmat, Purnama Kususmaningrat. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006
berselisih dengan pemerintah Singapura, dan harus membayar denda serta
menghadapi kontrol yang ketat.
2
Rachmadi, F. 1990. Perbandingan Sistem Pers. Jakarta: Gramedia.
lainnya relatif dapat diatasi dengan mudah karena pemerintah memegang kendali
terhadap pers.
3
Rachmadi, F. 1990. Perbandingan Sistem Pers. Jakarta: Gramedia
apabila pemerintah diisi oleh orang baik seluruhnya, akan tetapi nyatanya lebih
banyak orang yang memiliki ambisi atau kepentingan pribadi yang berada di dalam
pemerintahan, sehingga memasrahkan pers menjadi kaki tangan penguasa adalah
suatu tindakan yang jelas sangat berpeluang menciptakan kesewenang-wenangan.
Karena sifatnya yang sangat tidak netral itu yaitu memang sejak awal sudah
bertujuan mengarahkan publik propagnda sering kali ditanggapi secara sinis oleh
banyak pihak dan seringkali dianggap mengandung konotasi negatif. Pandangan
negatif ini tidak sepenuhnya dianggap benar. Bahkan istilah propaganda sendiri
sebenarnya berakar dari abad ke 17. Pada saat gereja Katolik Roma menetapkan
apa yang disebut sebagai Kongregasi bagi Propaganda keyakinan. Dengan kata lain,
propaganda disini merujuk pada penyebar luasan yang tidak dengan sendirinya atau
berarti menipu.
4
Qualter, T. H. 1992. Propaganda and psychological warfare. Pickle Partners Publishing. New
York.
5
R. Suprapto. 1997. Hubungan Internasional : Sistem, Interaksi dan Perilaku. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Pendekatan komunikasi internasional yang digunakan ialah idealistik-
humanistik, kepentingan politik baru atau political proselytization, dan informasi
kekuatan ekonomi,politik internasional. Idealnya, Komunikasi internasional
bertujuan untuk saling pengertian, mendukung dan berkerjasama antar penduduk.6
6
Shoelhi, Mohammad. 2009. Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik. Simbiosa Rekatama
Media. Bandung.
7
Ibid.
8
Liliweri, A. 2010. Komunikasi serba ada serba makna. Kencana.
BAB 2: PEMBAHASAN
Salah satu negeri paling tertutup di dunia adalah Korea Utara. Seteru Korea
Selatan ini menjalankan sistem pemerintahan totaliter yang beriring dengan sistem
pewarisan. Negeri ini dibentuk pada tahun 1948 dan sejak itu dipimpin oleh Kim
Il-sung hingga meninggal dunia tahun 1994 (dalam usia 82 tahun). Selanjutnya ia
digantikan oleh anaknya, Kim Jong-il (lahir 16 Februari 1941) hingga meninggal
dunia pada 17 Desember 2011. Kini negeri yang mengembangkan teknologi nuklir
itu dipimpin oleh Kim Jong-un (lahir 8 Januari 1983).
Kim Jong-Un menjadi pemimpin Korea Utara setelah wafatnya Kim Jong-
Il pada Desember 2011, Kim Jong-Un juga disebut-sebut sebagai “Penerus
Revolusi Juche” dan “Pemimpin Tertinggi Partai, Rakyat dan Tentara” Korea
9
Yogaswara A. 2015. Kim Jong-Un: Si ‘Gila’ Dengan Nuklir Di Tangannya, Yogyakarta: Narasi.
10
Armstrong, Charles K. 2009. Juche and North Korea’s Global Aspiration, dalam jurnal North
Korea International Documentation Project.
11
Alfiyanti, Windy. 2006. The Mass Killer of The Twentieth Century. Yogyakarta: Narasi.
Utara. Bahkan rakyat Korea Utara juga menyampaikan sumpah setia kepada Kim
Jong-Un dan menghormatinya sejajar dengan Kim Jong-Il dan Kim Il-Sung.12
Dari segi militer negara, Kim Jong-Un menyatakan untuk tetap mengikuti
kebijakan peninggalan dari Kim Jong-Il dan tidak akan mengubah arah
kebijakannya dengan tetap mengedepankan militer dan berfokus untuk
mengembangkan program pengembangan nuklir negaranya.16 Hal ini dikarenakan
kapabilitas militer negara tanpa adanya senjata nuklir tidak akan cukup kuat untuk
menunjukkan pengaruh Korea Utara di politik internasional. Korea Utara dibawah
kepemimpinan Kim Jong-Un juga sedang gencar-gencarnya melakukan uji coba
peluncuran rudal dan nuklir seperti yang telah dilakukan oleh Kim Jong-Il, hal ini
menimbulkan perdebatan oleh berbagai negara karena uji coba peluncuran tersebut
dianggap sebagai sebuah ancaman nyata, khususnya bagi Jepang dan Korea Selatan
dimana kedua negara tersebut berlokasi dekat dengan Korea Utara.17
Korea Utara telah melalui berbagai perundingan dan forum dialog yang
diadakan oleh Amerika Serikat dan sekutunya dengan tujuan untuk membekukan
program nuklir Korea Utara, diantaranya adanya perjanjian Non-Proliferation
12
Alfiyanti, Windy. 2006. The Mass Killer of The Twentieth Century. Yogyakarta: Narasi.
13
Saputra, Andi Rafael. 2014. Dari Kim Jong-Il Hingga Kim Jong-Un. Yogyakarta: Palapa.
14
Yogaswara A. 2015. Kim Jong-Un: Si ‘Gila’ Dengan Nuklir Di Tangannya, Yogyakarta: Narasi.
15
Ibid.
16
Saputra, Andi Rafael. 2014. Dari Kim Jong-Il Hingga Kim Jong-Un. Yogyakarta: Palapa.
17
Bechtol. Bruce E. 2013. The North Korean Military Under Kim Jong-Un, dalam jurnal
International Journal of Korean Studies.
Treaty (NPT) yang diadakan pada Juli 196818 dan forum Six Party Talks yang
pertama kali diadakan pada tahun 2003 tidak membuahkan hasil dan kesepakatan
apapun, dimana Six Party Talks sebagai usaha terakhir dianggap gagal dalam
upaya agar Korea Utara setuju untuk melakukan denuklirisasi.19
Pada awal 2018, Korea Utar mengejutkan dunia dengan menyatakan siap
untuk bertemu dan berdamai dengan Korea Selatan. Untuk pertama kalinya Korea
Utara menyatakan setuju untuk berdamai dengan Korea Selatan yang ditandai
dengan adanya Deklarasi Panmunjom yang dilaksanakan pada April 2018.20
Dengan adanya deklarasi ini menyatakan bahwa Korea Utara dan Korea Selatan
berdamai untuk pertama kalinya setelah sebelumnya kedua Korea ini hanya
melakukan gencatan senjata sejak Perang Korea yang terjadi pada 1950 – 1953
silam. Dalam Deklarasi Panmunjom juga menyatakan bahwa Korea Utara siap
untuk melakukan denuklirisasi, yang berarti ini adalah sebuah perkembangan pesat,
mengingat sejarah Korea Utara yang tidak ingin dan cenderung bersikeras untuk
tetap memiliki dan mengembangkan program pengembangan nuklir negaranya.21
Informasi mengenai negara itu tak banyak diketahui, bahkan oleh aparat
intelijen AS sekalipun, dan kebanyakan disadur dari pemberitaan yang disampaikan
oleh media Korea Selatan. Di dalam negeri, tentu saja rakyat Korea Utara berada
keadaan terisolosasi dari perkembangan informasi dunia. Penduduk Korea Utara
memperoleh informasi lewat propaganda yang dilakukan oleh pemerintah.
Langkah-langkah kontrol sosial di negara tersebut sangat parah, jika bukan yang
paling ekstrim di dunia, dan masyarakat umum memiliki sedikit akses ke informasi
selain apa yang dikabarkan oleh rezim. Sejak Reporters without Borders mulai
menerbitkan indeks tahunan kebebasan pers dunia pada tahun 2002, Korea Utara
selalu menempati peringkat buncit. Penduduk Korea Utara tidak menerima surat
kabar asing, televisi, atau siaran radio, dan jarang bertemu orang asing.
18
Wirengjurit. Dian. 2002. Kawasan Damai dan Bebas Senjata Nuklir, Bandung: Alumni.
19
Bestary. R.A. 2018. Kegagalan Six Party Talks Dalam Menyelesaikan Krisis Nuklir Korea
Utara. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
20
Santi. Natalia. 2019. Media Korut Sebut Deklarasi Panmunjom Tonggak Sejarah.
21
Santi. Natalia. 2019. Deklarasi Panmunjom Langkah Awal Denuklirisasi.
Pengendalian informasi di Korea Utara bahkan jauh lebih hebat
dibandingkan dengan situasi serupa yang dialami oleh penduduk di era Soviet
ataupun komunisme di Eropa Timur. Di kawasan ini, sedikit banyak penduduk
masih bisa memperoleh sedikit informasi apa yang terjadi dengan belahan dunia
lain. Ini adalah tingkat kontrol yang tidak ditemui sebelumnya dan memperkuat
masalah dengan mendekati Korea Utara pada kebijakan gaya era Perang Dingin.
Setiap sumber informasi tunggal berada di bawah kontrol ketat dari rezim.
Jenis lingkungan tertutup rapat secara efektif diperkuat melalui ancaman mata-mata
internal yang mengawasi penduduk Korea Utara, yang setiap saat terancam risiko
penjara di kamp konsentrasi. Lingkungan yang mengancam ini telah membuat
oposisi terhadap rezim hampir mustahil. Tingkat kontrol dirasakan bahkan di dalam
rumah-rumah pribadi. Warga biasa diperbolehkan untuk memiliki televisi dan radio
yang hanya menerima siaran domestik, dan kekurangan listrik yang meluas di
seluruh negeri lebih membatasi penggunaan alat komunikasi itu. Akses terbatas
memungkinkan rezim untuk memanipulasi semua informasi yang mendukung dan
tidak memungkinkan akses ke sumber-sumber informasi tandingan. Penduduk
Korea Utara dapat menonton televisi, tetapi tetap menjadi barang mewah dan tidak
ada statistik yang dapat diandalkan tentang berapa banyak rumah yang telah
memiliki.
22
Hassig, R., & Oh, K. 2009. The hidden people of North Korea: Everyday life in the hermit
kingdom. Rowman & Littlefield.
kegiatannya, menampilkan lantunan puja puji di seluruh negeri. Selain itu, program
ini digunakan untuk secara rutin mengecam tindakan Korea Selatan, AS, Jepang
dan kadang-kadang untuk mengingatkan penduduk akan musuh-musuh mereka dan
mengingatkan bahaya dunia luar.
Media cetak juga diproduksi sendiri oleh Rodong Sinmun adalah surat kabar
resmi partai. Publikasi ini menyebut pers sebagai "senjata ideologis yang
didedikasikan untuk mempertahankan dan menjaga pemimpin" dan mendesak pers
untuk "mewarnai seluruh masyarakat satu warna, warna ideologi revolusioner dari
pemimpin besar.”23 Pemerintah juga menerbitkan beberapa media cetak lain,
mungkin untuk memberikan perasaan palsu yang bervariasi, seperti MinjuChoosen,
Democratic Korea, Pyongyang Sinmun, Pyongyang Daily, termasuk media untuk
remaja dan anak-anak tetapi semua ini mengandung artikel yang sama. Dalam
beberapa tahun terakhir surat kabar telah diposting di internal intranet, dengan
instruksi untuk dibaca di pagi hari "dalam rangka belajar tentang tujuan partai dan
tuntutan pada waktu yang tepat."
23
Hassig, R., & Oh, K. (2009). The hidden people of North Korea: Everyday life in the hermit
kingdom. Rowman & Littlefield.
intranet Korea Utara yang disebut Kwangmyong. Meskipunada akses terbatas ke
teknologi komputer, ponsel telah menjadi sangat umum dalam beberapa tahun
terakhir namun pengguna tidak dapat membuat atau menerima panggilan dari dunia
luar kecuali mereka memiliki sebuah telepon ilegal. Penggunaannya dilarang dari
tahun 2004 sampai 2008, dan dilaporkan orang yang tertangkap menggunakan
dikirim ke kamp penjara atau dieksekusi. Kabarnya, pengguna ponsel akan
mencapai satu juta tahun ini, meskipun sulit untuk tahu persis berapa banyak berada
di dalam negeri karena banyak warga di kota-kota perbatasan memiliki ponsel ilegal
yang diselundupkan dari Tiongkok.
Spanduk dan poster yang dipajang di ibukota dan kota-kota lainnya selama
ini menampilkan sosok AS sebagai penjajah yang brutal dan Korsel atau Jepang
sebagai antek Washington. Namun demikian, sejumlah pengunjung di negara itu
melihat bahwa poster-poster itu telah digantikan oleh propaganda yang isinya
mendorong kemajuan ekonomi dan upaya mendekatkan antara Korsel-Korut.
Beberapa surat kabar terkemuka yang selama ini dikontrol ketat oleh negara
juga memperlihatkan adanya pergeseran pada materi pemberitaannya.
Perkembangan terbaru di Korut ini dianggap sebagai awal yang tidak terlepas dari
mencairnya hubungan diplomatik negara itu dengan AS dan Korsel yang ingin
ditonjolkan kepada rakyatnya. Sebagian besar warga Korea Utara memiliki akses
sangat sedikit terhadap informasi, sehingga propaganda negara memiliki dampak
yang jauh lebih besar jika dibandingkan negara-negara lain di dunia. Dengan
menempatkan AS sebagai musuh, propaganda yang sering muncul menggambarkan
bahwa negara itu siap mengirim rudal nuklir dan bala tentaranya untuk menyerang
AS. Poster-poster itu diciptakan untuk melahirkan patriotisme, membangun rasa
percaya diri dan menekankan bahwa perjuangan ditujukan demi kejayaan bangsa.
Setelah sempat dibayangi-bayangi ancaman perang, Korea Utara menggelar
pertemuan bersejarah dengan Korea Selatan dan AS. Mereka kemudian berjanji -
meskipun dalam istilah yang samar - untuk menghapus program senjata nuklirnya
dan sepakat merajut perdamaian.
Kalau tidak, mengapa Kim Jong-un dapat duduk bersama dan berunding
dengan para pemimpin negara-negara itu? Begitulah logikanya. Bahkan pernak-
pernik anti-Amerika yang dulunya dijual kepada turis sebagai suvenir mulai sulit
ditemukan di pasaran. Misalnya, Anda tidak akan dapat lagi menemukan kartu pos,
poster atau perangko yang menggambarkan rudal Korea Utara yang diterbangkan
untuk menerjang Washington.
Perubahan itu juga terlihat dari kebijakan redaksi surat kabar Korut
terkemuka, Rodong Sinmun. Selama ini, tidak ada kebebasan pers di Korea Utara.
Semua media dikontrol ketat dan segala sesuatu yang diterbitkan atau disiarkan
akan diperiksa secara ketat agar sesuai kebijakan pemerintah.
Dalam hal media cetak, Korea Utara memiliki beberapa surat kabar yang
diterbitkan untuk kalangan tertentu. Misalnya untuk kalangan buruh atau pekerja,
ada surat kabar Nodong Simmun (Harian Pekerja) dan K Lloja (The Pekerja). Ada
pula surat kabar yang diterbitkan untuk guru dan tentara. Surat kabar tersebut
sengaja dibagikan kepada masyarakat sebagai alat propaganda pemerintah.
Korea Utara adalah salah satu negara yang masih menjunjung prinsip
sosialisme dan komunisme. Dengan menjunjung prinsip Juche dan juga semangat
patriotik dalam mencintai sang pemimpin (keluarga Kim), orang-orang Korea Utara
mengisolasi dirinya dari pergaulan dunia internasional. Propaganda anti
kapitalisme, anti Barat, dan juga anti Korea Selatan selalu dijalankan oleh mesin
propaganda Korea Utara. Warga Korea Utara harus diyakinkan bahwa negara
mereka adalah adidaya dan kuat. Rezim Kim juga selalu mempropagandakan
bahaya Barat dan kapitalisme sebagai penjajah yang telah membuat rakyat di Korea
bagian Selatan tertimpa kemiskinan dan kesengsaraan.
Namun saat ini, Korea Utara sedang dalam masalah besar. Budaya Korea
Selatan yang direpresentasikan oleh budaya K-Pop atau Korean Pop telah
menembus dinding-dinding sosialisme yang dibagun oleh keluarga Kim yang telah
bertahta selama tiga generasi.
Melalui film-film drama Korea, anak muda Korea Utara mengetahui bahwa
sementara mereka berjuang untuk menemukan makanan untuk dimakan selama
kelaparan, orang-orang di Korea Selatan melakukan diet untuk menurunkan berat
badan. Belakangan, anak muda Korea Utara mulai frustasi ketika pemerintah tidak
dapat menyediakan jatah makan dan menyebabkan jutaan orang meninggal.
Keluarga-keluarga bertahan hidup dengan membeli makanan dari pasar gelap yang
dipenuhi dengan barang-barang selundupan dari China, termasuk hiburan bajakan
dari Korea Selatan.
Budaya pop Korea Selatan telah memasuki tembok tebal Korea Utara.
Karena pengaruhnya yang semakin berkembang, hal tersebut mendorong pemimpin
negara totaliter tersebut untuk menyatakan perang pada budaya baru dan meminta
segala jajarannya menghentikan arus budaya tersebut. Kim Jong Un menyebut
drama Korea (Drakor) sebagai “kanker ganas” yang merusak “pakaian, gaya
rambut, pidato, perilaku” anak muda Korea Utara. Namun, karena arus kebudayaan
Korea modern begitu kuat, bahkan seorang diktator seperti Kim Jong Un
mengalami kesulitan untuk menahan arus tersebut
Bisa dibayangkan jika kultur K-Pop yang bebas, penuh kritik, dan blak-
blakan, masuk ke dalam sanubari pikiran anak muda Korea Utara, tentu saja hal ini
akan menjadi bom waktu bagi dinasti Kim. Mengutip Surat Kabar Korea Utara,
Rodong Sinmun, tradisi K-Pop (Independent.co.uk, 11/6/2021), dalam hal ini,
“Akan menerjang pertahanan kebudayaan Korea Utara seperti dinding yang
lembab”.
BAB 3: PENUTUP
Sistem pers otoriter adalah sebuah sistem media massa yang didasarkan
terhadap teori pers otoriter atau dikenal juga dengan sebutan pers authoritarian.
Teori ini diakui teori yang paling tua, berasal dari abad ke-19 ia berasal dari filsafah
kenegaraan yang membela kekuasaan absolute. Penetapan hal-hal yang benar yang
di percaya hanya segelintir orang yang bijaksana yang mampu memimpin. Pada
dasarnya, pendekatan di lakukan dari atas kebawah
Alfiyanti, Windy. 2006. The Mass Killer of The Twentieth Century. Yogyakarta:
Narasi.
Armstrong, Charles K. 2009. Juche and North Korea’s Global Aspiration, dalam
jurnal North Korea International Documentation Project
Bechtol. Bruce E. 2013. The North Korean Military Under Kim Jong-Un, dalam
jurnal International Journal of Korean Studies.
Bestary. R.A. 2018. Kegagalan Six Party Talks Dalam Menyelesaikan Krisis
Nuklir Korea Utara. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Hassig, R., & Oh, K. (2009). The hidden people of North Korea: Everyday life in
the hermit kingdom. Rowman & Littlefield.
Kusumaningrat, Hikmat, Purnama Kususmaningrat. Jurnalistik Teori dan
Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006
Liliweri, A. 2010. Komunikasi serba ada serba makna. Kencana
Wirengjurit. Dian. 2002. Kawasan Damai dan Bebas Senjata Nuklir, Bandung:
Alumni.
Yogaswara A. 2015. Kim Jong-Un: Si ‘Gila’ Dengan Nuklir Di Tangannya,
Yogyakarta: Narasi.