Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH OTONOMI DAERAH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Nama : Ghefira Rahima

Nim : 210702003

Unit : 01

Dosen pengampu : Rusnawati M.Pd

PRODI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat AllahSWTyang telah melimpahkan


rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya,tugas
makalah mata kuliah PendidikanPancasila yang membahas Tentang Daerah Otonomi dengan
baik dan tepat waktu. Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang
berkaitan dengan Pancasila,dan serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan
Pancasila. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna.Untuk itu
diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demikian sempurnaannya. Akhir
kata,semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.

Banda Aceh, 10 Desember 2021

Ghefira rahima
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam


penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia karena sejak berdirinya negara kesatuan Republik
Indonesia sudah dikenal adanya otonomi daerah yang dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar
19451 . Sedangkan inti dari pelaksanaan otonomi daerah adalah terdapatnya keleluasaan pemerintah
daerah (dioscretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar prakarsa,
kreatifitas, dan peran serta masyarakat dalam rangka mengembangkan dan memajukan daerahnya.

Tujuan pemberian otonomi daerah adalah untuk menjamin, mekanisme


demokrasi ditingkat daerah untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat baik untuk
kepentingan daerah setempat maupun untuk mendukung kebijaksanaan politik nasional dalam era
reformasi saat ini. Untuk mencapai tujuan dimaksud Undang-undang No.32 tahun 2004 menekankan
tiga faktor yang mendasar sebagai berikut:

1. Memberdayakan masyarakat.

2. Menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas.

3. Meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif dan meningkatkan peran dan fungsi Badan
Perwakilan Rakyat.

Faktor 1 dan 2 di atas merupakan perwujudan, demokratisasi, daerah yang


harus ditumbuh kembangkan, sehingga otonomi yang diberikan pusat kepada daerah betul-betul
dirasakan manfaatnya oleh rakyat di daerah, sedangkan faktor ke-3 adalah berkaitan dengan fungsi-
fungsi yang dipunyai DPRD sebagai Badan Perwakilan Rakyat.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, posisi DPRD ditempatkan pada


posisi yang sangat strategis dan menentukan dalam pelaksananaan otonomi daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah. DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan
berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memiliki fungsi legislasi,
anggaran dan pengawasan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang urusan


pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintahan daerah kabupaten /
kota, penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara
pemerintah daerah. Fungsi pengawasan terhadap peraturan daerah sangatlah penting, karena
memberikan kesempatan kepada DPRD untuk lebih aktif dan kreatif menyikapi berbagai kendala
terhadap pelaksanaan peraturan daerah. Melalui pengawasan oleh dewan, eksekutif sebagai pelaksana
kebijakan akan terhindar dari berbagai penyimpangan dan penyelewengan, dari hasil pengawasan
dewan akan diambil tindakan penyempurnaan memperbaiki pelaksanaan kebijakan tersebut. Untuk
menghindari berbagai kesalahan administratif dalam tata laksana birokrasi pemerintahan daerah tanpa
mereka sadari dapat bermuara pada dugaan tindak pidana korupsi bagi pejabat publik yang
menanggani urusan publik tersebut, dengan adanya pengawasan DPRD akan dapat memberikan
perlindungan yang cukup efektif terhadap eksekutif dalam menjalankan tata laksana birokrasi
pemerintahan secara optimal.

Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh DPRD adalah pengawasan politik,


yaitu pengawasan yang dilakukan oleh lembaga legislatif (DPRD) terhadap lembaga eksekutif
(Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah besarta perangkat daerah) yang lebih bersifat kebijakan
strategis dan bukan pengawasan teknis maupun administratif, sebab DPRD adalah lembaga politik.

Berdasarkan fungsi, tugas, wewenang dan hak yang dimilki DPRD diharapkan
DPRD mampu memainkan perannya secara optimal mengemban fungsi kontrol terhadap pelaksanaan
peraturan daerah. Tujuannya adalah terwujudnya pemerintahan daerah yang efisien, bersih,
berwibawa dan terbebas dari berbagai praktek yang berindikasi korupsi, kolusi dan nepotisme
( KKN ).

Menurut Mardiasmo: “ ada tiga aspek utama yang mendukung keberhasilan


otonomi daerah, yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Ketiga hal tersebut pada dasarnya
berbeda baik konsepsi maupun aplikasinya. Pengawasan mengacu pada tingkatan atau 4 kegiatan
yang dilakukan diluar pihak eksekutif yaitu masyarakat dan DPRD, untuk mengawasi kinerja
pemerintahan.”

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menempatkan


Pemerintah Daerah dan DPRD selaku penyelenggara pemerintahan daerah. Sesama unsur
pemerintahan daerah pada dasarnya kedudukan Pemerintah Daerah (eksekutif) dan DPRD
(legislatif) adalah sama, yang membedakannya adalah fungsi, tugas dan wewenang serta hak
dan kewajibannya. Karena itu hubungan yang harus dibangun antara pemerintah daerah dan
DPRD mestinya adalah hubungan kemitraan dalam rangka mewujudkan pemerintahan daerah
yang baik (good local governance).
Fungsi pengawasan DPRD mempunyai kaitan yang erat dengan fungsi
legislasi, karena pada dasarnya objek pengawasan adalah menyangkut pelaksanaan dari
peraturan daerah itu sendiri dan pelaksanaan kebijakan publik yang telah tertuang dalam
peraturan daerah 3. Kewenangan DPRD mengontrol kinerja eksekutif agar terwujud good
governance seperti yang diharapkan rakyat. Demi mengurangi beban masyarakat, DPRD
dapat menekan eksekutif untuk memangkas biaya yang tidak perlu, dalam memberikan
pelayanan kepada warganya. Kewenangan DPRD untuk mengawasi pelaksanaan Peraturan
Daerah disebutkan dalam Undang-Undang No.32 tahun 2004 pasal 42 huruf c yaitu
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan Peraturan perundang-
undang lainnya, peraturan Kepala Daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah, dalam
melaksakan program pembangunan daerah, dan kerja sama internasional di daerah tanpa
dirinci lebih lanjut tentang batas kewenangan serta cara pengawasan.

Dalam hal memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada di daerah,
pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur dan memeliharanya, salah satu
kewenangan daerah tidak adalah berupa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
untuk mengelola dan mengatur kekayaan alam.

Sesuai dengan tugas dan wewenang DPRD sebagaimana diamanatkan


oleh undang-undang DPRD dapat melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif dan
efisien. Dalam penulisan ini hukum akan dikaji apakah DPRD Kabupaten Ketapang dengan
fungsi pengawasannya dapat berperan dalam mengawasi kebijakan Pemerintah Kabupaten
Ketapang dalam pemanfaatan dan pengelolaan hasil hutan berupa izin pengelolaan dan
pemanfaatan hutan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat dikemukakan


permasalahan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan otonomi daerah?


2. Bagaimana landasan hukum otonomi daerah?
3. Apa tujuan diberdirikan otonomi daerah?
4. Apa saja prinsip-prinsip otonomi daerah?
1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah tersebut,dapat diambil kesimpulan bahwa makalah


dibuat bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengertian otonomi daerah


2. Mengetahui landasan hukum otonomi daerah
3. Mengetahui tujuan diberdirikan otonomi daerah
4. Mengathui prinsip-prinsip otonomi daerah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom


untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai undang-undang. Otonomi daerah menurut aspirasi masyarakat bisa
meningkatkan daya guna dan hasil penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan
terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Dalam buku "Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas X" yang diterbitkan Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud, ada beberapa pengertian otonomi
daerah yaitu:

1. Otonomi daerah menurut C.J Franseen


Menurut C.J Franseen, otonomi daerah adalah hak untuk mengatur urusan daerah dan
menyesuaikan peraturan yang sudah dibuat.
2. Otonomi daerah menurut J Wajong
Otonomi daerah merupakan kebebasan untuk memelihara dan memajukan
kepentingan khusus daerah dengan keuangan sendiri, menentukan hukum sendiri,
serta pemerintahan sendiri.
3. Ateng Syarifuddin
Menurut Ateng Syarifuddin, otonomi daerah adalah kebebasan atau kemandirian
tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan tersebut merupakan perwujudan dari
pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.
4. UU Nomor 12 tahun 2008 dan UU nomor 32 tahun 2004 
Menurut undang-undang diatas, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dapat
disimpulkan otonomi daerah adalah keleluasaan hak dan wewenang serta kewajiban
dan tanggung jawab pemerintah daerah (Pemda) untuk mengatur dan mengurus rumah
tangga sesuai kemampuan daerah masing-masing.

2.2 .Landasan Hukum Otonomi Daerah

Ada tiga landasan hukum yaitu Undang-undang dasar (UUD), Ketetapan MPR-RI, dan
Undang-Undang (UU). Berikut penjelasannya:

1. Undang-Undang Dasar
Acuan hukum otonomi daerah terdapat pada pasal UUD 1945. Pasal 18 UUD ayat (1)
dan (2) menyebutkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atasprovinsi,
kabupaten, dan kota yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan.
2. Ketetapan MPR-RI
Tap MPR-RI No. XV/MPR/1998 menjelaskan Penyelenggaraan Otonomi Daerah antara
lain Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan,
serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam rangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3. Undang-Undang (UU)
Ada dua UU yang mengatur yaitu UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
atas UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. PAda prinsipnya
penyelenggaraan pemerintah daerah mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi.
Dalam UU Nomor 12 tahun 2008 adalah mendorong pemberdayaan masyarakat,
menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran masyarakat, serta
mengembangkan peran dan fungsi DPRD.

2.3 Tujuan Diberdirikan Otonomi Daerah

Tujuan otonomi daerah ini dapat dikategorikan dalam beberapa sudut pandang. Berikut
beberapa tujuan dari otonomi daerah:

1. Mengetahui masalah-masalah yang menjadi kewenangan atau acuan program suatu daerah
dalam meningkatkan produktivitas dalam bidang tertentu.
2. Mengetahui tingkat keberhasilan dalam pencapaian program/bidang tertentu sehingga
suatu daerah bisa menjadi daerah otonom.

3. Mengetahui sejauh mana arah dan sasaran suatu daerah dalam pencapaian menuju daerah
yang otonom.

Selain itu, dari berbagai sisi otonomi daerah juga memiliki tujuannya masing-masing.
Adapun tujuan otonomi daerah dari berbagai sisi, di antaranya sebagai berikut:

1. Dari sisi politik, tujuan otonomi daerah yaitu sebagai sebuah proses untuk membuka ruang
bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratis, memungkinkan
berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan yang responsife.

2. Dari segi ekonomi, tujuan otonomi daerah yakni terbukanya peluang bagi pemerintah di
daerah mengembangkan kebijakan regional dan local untuk mengoptimalkan pendayagunaan
potensi.

3. Dari segi sosial, tujuan otonomi daerah yaitu menciptakan kemampuan masyarakat dalam
merespon dinamika di sekitarnya.

2.4 prinsip-prinsip Otonomi Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia menemukan momentumnya pada era setelah


reformasi 1998. Tuntutan reformasi mendorong Sidang Istimewa MPR Tahun 1998
menetapkan TAP MPR No XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah,
pengaturan, pembagian, pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka NKRI.

Kemudian, pelaksanaan otonomi daerah semakin sempurna ketika pemerintah dan DPR RI
sepakat mengesahkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Kedua UU tersebut memberikan kewenangan penyelenggaraan pemerintah daerah yang lebih
luas, nyata, dan bertanggung jawab, demikian mengutip dari artikel "Sejarah Perkembangan
Otonomi Daerah di Indonesia" dalam Jurnal Criksetra (Vol 5, No 9, 2016).

Mengutip modul PPKN Kelas X (2020: 10), otonomi daerah dijalankan berdasarkan prinsip-
prinsip sebagai berikut.

1. Otonomi Seluas-luasnya Prinsip ini berarti bahwa daerah diberi kewenangan untuk
mengatur semua urusan pemerintahan di luar urusan pemerintahan yang ditetapkan undang-
undang.

2. Otonomi Nyata Prinsip ini berarti bahwa otonomi diberikan untuk menangani urusan
pemerintah, berdasar tugas, wewenang, dan kewajiban yang telah ada, serta berpotensi untuk
hidup dan berkembang sesuai potensi serta kekhasan daerah.

3. Otonomi bertanggung jawab Prinsip ini berarti bahwa penyelenggaraan otonomi harus
sejalan dengan tujuan dan pemberian kewenangan itu.

Sementara apabila menurut buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (2016:103),


dalam pelaksanaan otonomi daerah, selain 2 prinsip di atas, ada juga prinsip Dinamis. Prinsip
ini berarti otonomi menjadi sarana dan dorongan daerah lebih baik dan maju.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam pelaksanaannya, otonomi
daerah harus berdasarkan prinsip-prinsipnya dan terjadi koordinasi yang benar antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Selain itu juga dibutuhkan kejujuran dan
pertanggung jawaban dari aparat pemerintah dalam menjalankan tugasnya sehingga
masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan otonomi daerah dapat berkurang dan
diatasi. 

3.2 Saran
Agar otonomi daerah di Indonesia berjalan baik dan benar, perlu adanya
kerjasama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta rakyat sebagai anggota
dari daerah otonom.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://katadata.co.id/safrezi/berita/615ff9201f24a/pengertian-tujuan-dan-
prinsip-otonomi-daerah
2. https://www.merdeka.com/jateng/mengenal-tujuan-otonomi-daerah-dan-
penjelasannya-perlu-diketahui-kln.html
3. https://tirto.id/apa-saja-prinsip-dan-tujuan-pelaksanaan-otonomi-daerah-
gbHz
4. https://www.bola.com/ragam/read/4502225/pengertian-otonomi-daerah-
tujuan-prinsip-asas-pelaksanaan-dan-dasar-hukumnya-yang-perlu-dipahami
5. http://eprints.ums.ac.id/42710/3/BAB%20I%20.pdf

Anda mungkin juga menyukai