Full Text DD Dermatitis Kontak Alergi
Full Text DD Dermatitis Kontak Alergi
Disusun Oleh:
102118152
Pembimbing :
UNIVERSITAS BATAM
2020
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada ALLAH SWT atas rahmat dan
karunia-NYA refarat ini dapat diselesaikan pada waktunya, sebagai salah satu
Alergi”.
kekurangan baik dari penyusunan maupun kelengkapan teori yang disajikan. Oleh
sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan refarat ini. Harapan kami semoga refarat ini
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................3
2.1 Definisi ...........................................................................................3
2.2 Etiologi............................................................................................4
2.3 Epidemiologi...................................................................................5
2.4 Faktor Resiko..................................................................................6
2.5 Diagnosis.........................................................................................9
2.6 Patogenesis....................................................................................11
2.7 Patofisiologi..................................................................................11
2.8 Diagnosis Banding........................................................................12
2.9 Penatalaksanaan............................................................................16
2.10 Edukasi........................................................................................16
2.11 Komplikasi..................................................................................16
2.12 Prognosis.....................................................................................17
2.13 Profesionalisme…………………………………………….......18
BAB III KESIMPULAN............................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul
substansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak
yaitu dermatitis kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergik (DKA),
keduanya dapat bersifat akut maupun kronik. Dermatitis iritan merupakan reaksi
seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen (Nassau &
Fonacier, 2020)
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Dermatitis kontak alergi adalah peradangan kulit yang terjadi setelah kulit
terhadap bahan-bahan kimia (asam basa kuat) yang dapat mengaktivasi reaksi
2.2 Etiologi
bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut
sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit (Kostner et al.,
2017)
tanaman dari genus Toxicodendron, misalnya poison ivy, poison oak dan poison
antigenic 3- enta decyl cathecols. Bahan lainnya adalah nikel sulfat (bahan-bahan
5
tiuram (fungisida) dan parafenilendiamin (cat rambut, bahan kimia fotografi)
2.3 Epidemiologi
dermatitis kontak alergi lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya
dermatitis ini di masyarakat. Terjadi 6-18% pria dan 11-35% wanita, remaja
muda dan pada usia lebih dari 70 tahun. Dapat terkena pada semua umur dengan
frekwensi yang sama pada pria dan wanita (Adhi et al., 2018)
a. Faktor eksternal
4) Lama pajanan
5) Oklusi
7) Vehikulum
8) pH
6
Contohnya ialah ketebalan epidermis dan keadaan stratum korneum.
2) Status imunologik
Misal orang tersebut sedang menderita sakit, atau terpajan sinar matahari.
3) Genetik
Seluruh faktor – faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain yang
higinienya baik dan didukung status gizi yang cukup, maka potensi sensitisasi
allergen akan tereduksi dari potensi yang seharusnya. Sehingga sistem imunitas
tubuh dapat dengan lebih cepat melakukan perbaikan bila dibandingkan dengan
keadaan status higinie dan gizi individu yang rendah. Selain hal – hal diatas,
faktor predisposisi lain yang menyebabkan kontak alergik adalah setiap keadaan
2016)
1. Anamnesa
7
maka perlu ditanyakan apakah penderita memakai kancing celana atau kepala ikat
pinggang yang terbuat dari logam (nikel). Data yang berasal dari anamnesis juga
meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat
kulit yang pernah dialami, riwayat atopi, baik dari yang bersangkutan maupun
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sangat penting, karena dengan melihat lokasi dan pola
lokasi terjadinya DKA dapat dilihat pada tabel 2.2. Misalnya, di ketiak oleh
pada seluruh kulit untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-
diamati beberapa ujud kelainan kulit antara lain edema, papulovesikel, vesikel
atau bula. Ujud kelainan kulit dapat dilihat pada beberapa gambar berikut
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Tempel
Menggunakan antigen, misalnya Allergen Patch Test Kit. Bahan yang dipakai
8
pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas, agar efek tekanan menghilang atau
minimal.
2. Uji tempel.
Tempat melakukan uji tempel biasanya di punggung. Untuk melakukan uji tempel
diperlukan antigen, biasanya antigen standar, misalnya Allergen Patch Test Kit
9
2.6 Patogenesis
berulang oleh suatu alergen tertentu secara berulang, seperti zat kimia yang
sangat reaktif dan seringkali mempunyai struktur kimia yang sangat sederhana.
Struktur kimia tersebut bila terkena kulit dapat menembus lapisan epidermis yang
hapten dengan protein kulit. Konjugat yang terbentuk diperkenalkan oleh sel
secara khusus dapat mengenali konjugat hapten dan terbentuk bagian protein
Sebenarnya, DKA ini memiliki 2 fase yaitu fase sensitisasi dan fase
elisitasi yang akhirnya dapat menyebabkan DKA. Pada kedua fase ini akan
dan sebagainya, sebagai respon terhadap pajanan yang mengenai kulit tersebut.
khas yang hampir sama seperti dermatitis lainnya. DKA ini akan terlihat jelas
setelah terpajan oleh alergen selama beberapa waktu yang lama sekitar berbulan-
10
relatif rapuh. Edema pada daerah yang terserang mula-mula tampak nyata dan
jika mengenai wajah, genitalia atau ekstrimitas distal dapat menyerupai eksema.
Edema memisahkan sel-sel lapisan epidermis yang lebih dalam (spongiosus) dan
dermis yang berdekatan. Lebih sering mengenai bagian kulit yang tidak memiliki
2.7 Patofisiologi
Alergen yang telah melewati fase sensitisasi dan setelah terkena pajanan
ulang akan masuk pada fase elitisasi, kemudian muncul lah ruam pada kulit yang
11
2.8 Diagnosis Banding
1. Tinea Kruris
2. Dermatitis popok
Diaper rash, diaper dermatitis, napkin rash atau dermatitis popok merupakan
kelainan istilah kelainan kulit didaerah yang tertutup oleh popok (diaper). Daerah
yang tertutup oleh popok itu sendiri meliputi daerah genitalia eksterna dan
sekitarnya, anus, perineum, glutea, abdomen bagian bawah dan dapat meluas
2.9 Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi
Tidak ada
2. Farmakologi
a. Simptomatis
mg/dosis, sehari 2-3 kali untuk dewasa dan 0,09 mg/dosis, sehari 3 kali
12
b. Sistemik
J, 2017)
c. Topikal
d. Mencuci bagian yang terpapar secepat mungkin dengan sabun, jika tidak
lain
13
2.11 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah infeksi kulit sekunder oleh bakteri
terutama Staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.
Rasa gatal yang berkepanjangan serta perilaku menggaruk dapat dapat mendorong
kelembaban pada lesi kulit sehingga menciptakan lingkungan yang ramah bagi
bakteri atau jamur. Selain itu dapat pula menyebabkan eritema multiforme (lecet)
dan menyebabkan kulit berubah warna, tebal dan kasar atau disebut
2016)
2.12 Prognosis
dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila bersamaan
baik adalah pajanan alergen yang tidak mungkin dihindari misalnya berhubungan
dengan pekerjaan tertentu atau yang terdapat di lingkungan penderita (Svecova &
Nemsovska, 2015)
2.13 Profesionalisme
Spesialis
14
BAB III
KESIMPULAN
1. Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang timbul
2. Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan
kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan
3. Gejala klinis DKA, pasien umumnya mengeluh gatal. Pada yang akut dimulai
papulovesikel, vesikel atau bula. Pada yang kronis terlihat kulit kering,
4. Gold standar pada DKA adalah dengan menggunakan uji tempel. Uji tempel
(patch test) dengan bahan yang dicurigai dan didapatkan hasil positif.
15
5. Penatalaksanaan dari DKA dapat secara medikamentosa serta
infeksi sekunder dengan antiseptik dan terutama untuk mengurangi rasa gatal
DAFTAR PUSTAKA
1. Adhi, D., Aida, S. S. D., Aryani, S., Benny, W. E., Detty, K. D., Emmy, D.
S. S., Endi, N., Erdina, P. H., Evita, E. H., Farida, Z., Githa, R., Hanny, N.,
Herman, C., Made, W. I., Irma, B., Kusmarinah, B., Larissa, P., Lili, L.,
Lily, S., … Melani, M. (2018). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. In Fkui.
2. Batasina, T., Pandaleke, H., & Suling, P. (2017). Profil dermatitis kontak
alergi di poliklinik rsup prof . Dr . R . D . Kandou. Profil Dermatitis
Kontak Alergi Di Poliklinik Rsup Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Periode
Januari – Desember 2013.
16
5. Hamman CP, Rodgers PA, S. K. A. (2017). Contact Dermatitis in Dental
Professionals. Effective Diagnosis and Treatment. J Am Dent Assoc, 185-
194.
17